Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PERANCANGAN TEMATIK

GALERI DAN SENTRA PERTUNJUKAN


MUSIK JALANAN ANGKLUNG PERKUSI DI SURABAYA

Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


Tugas Perancangan Tematik

Diajukan oleh :

Asifa Ulima Kafin


18051010082

Dosen Pembimbing :

Ami Arfianti

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran musisi jalanan atau pengamen merupakan bagian dari kehidupan di kota-kota
besar. Dikarenakan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat perubahan sosial yang pesat.
Beberapa lapisan masyarakat kurang bisa menyesuaikan diri dengan dinamisme perubahan
yang terjadi. Sehingga, munculah profesi pengamen sebagai salah satu opsi alternatif mata
pencaharian di kota-kota besar.
Jenis-jenis musisi jalanan sangat beragam. Di Surabaya, terdapat satu jenis musisi jalanan
yang unik. Yakni, musisi jalanan angklung perkusi. Salah satu hal yang membuat musisi
jalanan jenis ini unik karena musik yang ditampilkan merupakan penggabungan antara
angklung dengan alat perkusi jalanan. Biasanya, mereka mengamen di satu tempat pada area
pinggir jalan dan lampu merah seperti persimpangan MERR, SIER, kendangsari, A. Yani, dll.
Namun, keberadaan pengamen dilihat sebagai suatu masalah sosial yang harus
dihilangkan. Pengamen seringkali dipandang sebelah mata dan diasosiasikan dengan
kriminalitas. Padahal, tidak semua musisi jalanan sesuai dengan stigma tersebut, seperti
pengamen angklung perkusi. Melalui musiknya yang khas, pengamen angklung perkusi turut
melestarikan alat musik tradisional Indonesia, Angklung. Dan cara mereka dalam mengemas
musik secara unik juga dapat menarik banyak perhatian masyarakat luas. Hal ini dibuktikan
dengan suksesnya grup pengamen angklung perkusi “Klantink” asal Surabaya dalam acara
Indonesia Mencari Bakat 2010. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa keunikan musisi
jalanan angklung perkusi sebenarnya memiliki daya tarik yang tinggi, dan dapat dijadikan
salah satu potensi kota Surabaya dalam bidang seni budaya.
Sayangnya, Rancangan Perda Nomor 2/2014 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum,
khususnya Bab VIII Tertib Sosial Pasal 35 yang secara eksplisit memuat larangan untuk
mengamen membuat ruang gerak musisi jalanan angklung perkusi semakin terbatas. menurut
pengakuan salah satu pengamen angklung perkusi, kehadiran mereka kerapkali ditertibkan
Satpol PP, meskipun tidak mengganggu lalu lalang lalu lintas. Solusi dari Pemkot Surabaya
yang menyatakan bahwa mereka akan digaji sebesar 2,5 juta setiap bulan oleh pemerintah
juga tidak pernah terwujud. Selain itu, Pemkot juga menjanjikan bahwa mereka akan diberi
tempat khusus sekaligus jadwal untuk mengamen. Akan tetapi, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa keputusan tersebut tidak efektif. Sehingga, banyak pengamen angklung
perkusi yang tergerus walaupun secara legal sudah terdaftar di Disparta, namun posisi dan
ruang gerak mereka tetap tidak jelas. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat bahwa
sebenarnya musisi jalanan angklung perkusi sebenarnya dapat menjadi suatu potensi seni
budaya yang atraktif bagi kota Surabaya.

Mengacu pada permasalahan tersebut, Galeri dan Sentra Pertunjukan Musik Jalanan
Angklung Perkusi dirancang untuk digunakan sebagai wadah bagi para pengamen angklung
perkusi untuk menampilkan karya mereka, agar musik yang mereka buat dapat diakui oleh
masyarakat luas sebagai bagian dari seni dalam kebudayaan Surabaya dan mendukung upaya
untuk melestarikan angklung.

1.2 Lokasi
Lokasi : Jl. Simpang Dukuh, Genteng, Surabaya
Luas : 6000 m2
Kontur : datar

a. Land use
Lokasi proyek rancangan terletak di Jl. Simpang Dukuh, Kec. Genteng, Surabaya. Lokasi
ini dipilih dengan mempertimbangkan letaknya yang strategis karena terletak di pusat kota
Surabaya, dan dekat dengan beberapa jalan utama kota seperti Tunjungan, Gubernur Suryo,
dan memiliki akses utama di Jalan Simpang Dukuh yang merupakan salah satu jalan vital di
Surabaya.
Area sekitar site didominasi oleh perkantoran, komersil, dan beberapa bangunan
bersejarah. Lokasi ini dekat dengan beberapa bangunan-bangunan penting di Surabaya,
seperti: Siola, Tunjungan Plaza, Monumen Pers Perjuangan, Hotel Majapahit, Grahadi,
Perpustakaan Umum Surabaya, DPRD Surabaya, dll. Sehingga, lokasi site akan dengan
sangat mudah ditemukan.
b. Aksesibilitas
Site dikelilingi oleh 4 jalan. Jalan tunjungan di sebelah barat, Jalan Kenari di sebelah
utara, Jalan Gubernur Suryo di sebelah selatan, dan Jalan Simpang dukuh di sebelah timur.

Site dapat diakses melalui Jalan Kenari (utara), dan Jalan Simpang Dukuh (timur).
sementara, askes utama yang digunakan adi di sisi timur karena Jalan Simpang Dukuh
merupakan Jalan Arteri, sedangkan Jalan Kenari jalan Kolektor.

GOALS
1. Memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang keberadaan seni musik jalanan
angklung perkusi khas Surabaya
2. Melestarikan seni musik jalanan angklung perkusi khas Surabaya
3. Menyediakan wadah yang memadai bagi musisi jalanan angklung perkusi untuk
menyalurkan karyanya, sekaligus mencari nafkah.
4. Mendukung visi musisi jalanan angklung perkusi untuk melestarikan alat musik
tradisional Indonesia, angklung.

Sumber : google maps, 2021

1.3 Tema – Pendekatan – Metode


1.3.1 Tema
Tema rancang pada desain Galeri Seni Budaya Majapahit di Mojokerti ini adalah
historical tradition of Majapahit Kingdom. Historical dari kata his-to-ri atau sejarah yang
memiliki arti mengusut, pengetahuan melalui sebuah menelitian pada kejadian masa lampau
atau asal-usul silsilah. Kemudian tradition dari kata tradisi yang memiliki arti adat istiadat,
kebiasaan suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma, hukum dan aturan
yang saling berkaitan. Sedangkan Majapahit Kingdom atau kerajaan Majapahit adalah sebuah
kerajaan hindu-buddha terakhir di Nusantara yang banyak meninggalkan warisan situs, seni,
budaya, kitab, dan keanekaragaman lainnya.
Jadi, penerapan tema desain historical tradition of Majapahit Kingdom yaitu dengan cara
menghadirkan tanda-tanda khas Majapahit yang ditelusuri melalui tradisi sejarahnya. Tema
ini dapat diberlakukan pada konsep desain tapak, bentuk dan tampilan, struktur dan material,
serta ruang luar dan dalam. Sehingga menciptakan sebuah desain yang berciri khas Majapahit
dengan campuran desain yang mengkini.
1.3.2 Pendekatan
Pendekatan yang dipilih yaitu semiotika arsitektur. Menurut Cocley & Jansz (2002),
semiotika berarti ilmu yang mempelajari tanda termasuk struktur, jenis, tipologi, serta relasi
tanda-tanda dan penggunaannya dalam masyarakat. Arsitektur sendiri dapat dipahami sebagai
sebuah bahasa atau tatanan bahasa yang mengadung simbol sebagai media komunikasi untuk
menghadirkan sebuah kenyataan tentang sesuatu yang terjadi, dalam bidang arsitektur yang
menjadi perhatian yaitu elemen visual dan spasial. Menurut Zahnd (2009), semiotika
arsitektur dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Sintaksis, adalah unsur yang membahas mengenai Kerjasama/kombinasi/susunan
antar tanda.
2. Semantik, adalah unsur yang membahas hubungan tanda dengan objek
pemaknaannya.
3. Pragmatik, adalah unsur yang membahas mengenai hubungan tanda dengan
penggunanya.
Unsur semiotika arsitektur yang biasa diterapkan pada sebuah bangunan yaitu unsur
semantik. Unsur semantik mengaitkan tanda dengan objek sehingga muncul makna dan arti
di elemen pembentuk arsitektur. Terdapat empat aspek pada semantik menurut Zahnd
(2009) :
a. Referensi, hubungan objek arsitektur – kode tertentu.
b. Relevansi, hubungan objek arsitektur – hirarki tertentu
c. Maksud, hubungan objek arsitektur – fungsi tertentu.
d. Ekspresi, hubungan objek arsitektur – nilai tertentu.
Harapannya perancangan Galeri Seni Budaya Majapahit ini dapat menyampaikan referensi,
relevansi, maksud dan ekspresi yang menjadi ciri khas Majapahit yang diterapkan melalui
tampilan visual interior maupun eksterior.
1.3.3 Metode
Metode yang dipilih yaitu metode metafora atau kiasan. Menurut Ortony (1993), metafora
merupakan sarana berpikir yang sangat efektif untuk memahami suatu konsep yang abstrak,
dengan memperluas makna konsep dengan dibandingkan konsep yang lain. Menurut Anthony
(1992), jenis-jenis arsitektur metafora yaitu sebagai berikut :
1. Metafora Konkrit, yaitu dari hal-hal spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda,
2. Metafora Abstrak, yaitu dari konsep, hakikat, nilai dan ide yang diwujudkan secara
abstrak.
3. Metafora Kombinasi, yaitu gabungan dari metafora konkrit dan abstrak.
Penerapan yang dipilih untuk perancangan Galeri Seni Budaya Majapahit ini yaitu metafora
kombinasi, agar tampilan desain memiliki makna yang dapat diartikan secara langsung dan
tidak secara langsung.

1.4 Konsep Rancang (minggu depan)

Bakrie, Narendra. 2020. https://jatimnow.com/baca-27706-ketika-para-seniman-doakan-


machfud-arifin-jadi-wali-kota-surabaya. Diakses pada 26 September 2021 pukul 18:03
Havidz, I., & Ashadi, A., 2020. Kajian Arsitektur Simbolik Pada Bangunan Olahraga Jakarta
International Velodrome. Jurnal Arsitektur ZONASI, 3(3), 265–271.
https://doi.org/10.17509/jaz.v3i3.24964
Pratama, Bayu. 2019. https://jatimnet.com/pengamen-angklung-surabaya-seniman-musik-
tradisional-yang-butuh-pengakuan. Diakses pada 25 September 2021 pukul 15:00
Pratama, Bayu. 2019. https://jatimnet.com/armuji-usul-pemkot-revisi-perda-larangan-
pengamen-jalanan. Diakses pada 25 September 2021 pukul 15:00
Tanpa nama. 2019. https://rakyatjelata.com/peraktisi-dan-pencipta-musik-jamal-gentayangan-
s-sn-m-sn-seharusnya-pemkot-surabaya-memfasilitasi-ruang-pentas-pengamen-jalanan/.
Diakses pada 26 September 2021 pukul 18:05

Anda mungkin juga menyukai