Anda di halaman 1dari 16

KONSERVASI STUDIO LOKANANTA

MENJADI MUSEUM MUSIK


DI SURAKARTA

KONSERVASI ARSITEKTUR
Dosen Pengampu : Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT.

Disusun Oleh :
Ridha Salma Zahra
D300170022
Kelas A

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang dikenal akan
nilai-nilai budayanya yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini terlihat
dari banyaknya keanekaragaman dan peninggalan budaya yang masih ada
di kota ini sejak dulu hingga sekarang. Salah satu peninggalan yang masih
ada dan banyak dijumpai di Kota Surakarta adalah bangunan cagar budaya.
Ada banyak kawasan dan situs bangunan tua bersejarah yang bisa kita
ditemukan di Kota Surakarta, selain itu terdapat bangunan tua di berbagai
lokasi dengan latar belakang budayanya masing-masing.
Selain terkenal akan nilai budayanya Kota Surakarta juga dikenal
sebagai alternatif kota untuk wisata. Berbagai macam bentuk pariwisata
tersedia mulai dari wisata alam, budaya, hingga wisata kuliner.
Pengembangan bentuk pariwisata dengan menghidupkan kembali
bangunan cagar budaya dinilai dapat menjadi salah satu solusi untuk
menjaga kedua peninggalan budaya tersebut secara bersamaan, bangunan
bersejarah dan wisata daerah.

B. PERMASALAHAN
Banyaknya bangunan cagar budaya di Kota Surakarta menimbulkan
suatu permasalahan tersendiri, dikarenakan menjaga semua warisan cagar
budaya tersebut tidaklah mudah, kondisi cagar budaya saat ini mengalami
banyak permasalahan dan kerusakan. Hal tersebut disebabkan adanya
perubahan iklim dan tidak adanya perawatan yg tepat pada bangunan yang
tidak terpakai lagi sehingga banyak bangunan cagar budaya terlihat
terbengkalai dan kurang terawat.
C. TUJUAN
Tujuan dari identifikasi ini adalah menemukan bangunan cagar
budaya di Kota Surakarta yang dapat berpotensi menjadi destinasi wisata.
D. SASARAN
Sasaran konservasi ini adalah terbentuknya Museum Musik
sekaligus ruang belajar yang berada di Kota Surakarta, tepatnya di lokasi
awal yaitu Studio Lokananta.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KONSERVASI
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Conservation yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Konservasi merupakan suatu upaya yang
dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Konservasi
arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk
apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan
pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk
upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai
estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk
menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau
bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke
masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting.
Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga
bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi
mendatang.
B. Revitalisasi
“Revitalisasi” dalam pengertian luas dan mendasar adalah
“menghidupkan dan menggiatkan (kembali) faktor-faktor pembangunan
(tanah, tenaga kerja, modal, ketrampilan dan kewirausahaan, ditambah
kelembagaan keuangan, birokrasi, serta didukung sarana/prasarana fisik);
dan para pelaku pembangunan untuk mengakomodasikan secara struktural
dan fungsional tantangan dan kebutuhan baru” (Sri-Edi Swasono, 2002).
Revitalisasi adalah proses menghidupkan kembali kawasan kota yang
telah menurun termasuk kehidupan sosial budaya dan ekonomi di
dalamnya, melalui intervensi-intervensi fisik maupun non-fisik untuk
mengakomodasi kebutuhan dan tantangan baru. Sebagai istilah dalam
bidang pelestarian arsitektur dan perencanaan kota, “revitalisasi” adalah
upaya untuk menghidupkan kembali sebuah bangunan, distrik/kawasan
kota yang telah mengalami degradasi melalui intervensi fisik dan non-fisik,
yaitu sosial dan ekonomi (Tiesdel, 1996). Pendapat senada dilontarkan
oleh Widjaja Martokusumo (2001), yaitu “menghidupkan kembali distrik
atau kawasan kota yang telah mengalami degradasi, baik dalam lingkup
ekonomi, sosial budaya, makna dan citra hingga tampilan visual” Upaya
untuk menghidupkan kembali tersebut dilakukan melalui intervensi fisik
dan non-fisik. Proses menghidupkan kembali suatu kawasan cagar budaya
dengan memberikan kemungkinan masuknya fungsi baru harus dilakukan
tanpa meninggalkan roh tempat (spirit of place). Secara khusus,
revitalisasi mencakup pemugaran bangunan gedung dan lingkungan yang
dilindungi serta kawasan cagar budaya yang disesuaikan 70 dengan
klasifikasi yang ditetapkan. Revitalisasi kawasan cagar budaya harus
terencana secara sinkron dan menjadi bagian integral dari RTRW
Kabupaten/ Kota.
C. Museum
Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan
serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi,
penelitian dan kesenangan atau hiburan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, Museum adalah lembaga, tempat
penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda
bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum musik yang ada di Indonesia saat ini satu-satunya berada
di Kota Malang. Tempat ini memiliki banyak sekali koleksi langka. Salah
satunya adalah jajaran piringan hitam yang peredarannya terbatas di pasaran.
Hampir semua koleksi langka ini kondisinya masih bagus dan masih bisa
dimainkan. Selain itu museum musik ini memamerkan beragam alat musik dari
berbagai daerah mulai dari tradisional hingga modern. Karya-karya khusus
musisi ternama pun ada disini.
BAB III
DATA BANGUNAN

A. Nama Bangunan
Studio Lokananta
B. Alamat
Jl. A. Yani No.379 A, Kerten, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa
Tengah, Indonesia 57143
C. Pemilik
Milik Pemerintah (Negara)
D. Tahun Pendirian
29 Oktober 1956
E. Arsitek dan Kontraktor
Raden Maladi, dkk (pencetus, wali kota Solo saat itu)
F. Sejarah Pendirian Bangunan
Lokananta adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama dan
satu-satunya milik negara. Didirikan pada tanggal 29 Oktober 1956 pada
pukul 10.00 atas inisiatif R. Maladi dan berlokasi di Solo, Jawa Tengah.
Memiliki nama resmi pertama yaitu “Pabrik Piringan Hitam Lokananta
Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia”. Fungsi
utamanya saat itu adalah sebagai unit pelaksana untuk duplikasi materi
siaran RRI. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk
dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang
kurang lebih berarti "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan
Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu".
Sesuai PP Nomor 215 Tahun 1961, bidang usaha Lokananta
berkembang menjadi label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah,
pertunjukan kesenian, juga penerbitan buku dan majalah; dan berganti
nama menjadi “Perusahaan Negara Lokananta”. Pada tahun 1972
produksi audio Lokananta beralih dari piringan hitam ke kaset pita.
Tahun 1983 Lokananta juga pernah mempunyai unit produksi penggadaan
film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Lokananta sejak
2004 menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara RI.
Pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri
Penerangan Harmoko. Memiliki luas 14 x 31 meter yang memungkinkan
untuk menggelar rekaman live dengan tata akustik ruangan yang mumpuni.
Studio Lokananta merupakan studio terbesar di Indonesia sampai saat ini.

G. Sejarah Pemanfaatan Bangunan


H. Peristiwa Bersejarah
Suara Bung Karno ketika membacakan teks Proklamasi yang sering
diperdengarkan ternyata direkam beberapa tahun kemudian setelah
peristiwa proklamasi yang asli. Ketika Proklamasi berlangsung, hanya ada
dokumen foto dan belum ada rekaman suaranya. Bung Karno melakukan
perekaman dengan membaca ulang teks Proklamasi di Studio RRI Jakarta
pada 1951. Kemudian, master rekaman itu dikirim ke Lokananta di
Surakarta untuk digandakan dan disebarkan ke seluruh Indonesia. Sampai
saat ini, dokumen penting itu tersimpan rapi di Lokananta. Selain rekaman
Proklamasi, ada juga lagu ”Indonesia Raya” instrumental pertama oleh
komponis Belanda, Jos Cleber, versi tiga stanza.
Pada 18 - 20 Mei 2017, Lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' direkam
ulang oleh Orkes Gita Bahana Nusantara di bawah asuhan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Satu set piringan hitam Souvenir From Indonesia (Asian Games
1962) dicetak ulang dalam bentuk Boxset CD, dan dibagikan ke setiap atlit
yang berlaga di Asian Games & Asian Para Games 2018.
I. Site plan, Denah, Tampak, Potongan, Rencana dan Detil bangunan

(Siteplan Lokananta, sumber:


kompas.id/baca/kompas_multimedia/di-lokananta-rekaman-proklamasi-itu-tersimpan/)
(Denah bangunan utama lokananta,
Sumber: jurnal Arsitektur UNS, Revitalisasi Lokananta Surakarta)

(sumber:
kompas.id/baca/kompas_multimedia/di-lokananta-rekaman-proklamasi-itu-tersimpan/)
J. Gaya Arsitektur Bangunan

K. Kondisi Bangunan Sekarang (kerusakan dan perubahan yang terjadi)

(Lokananta dulu, sumber: google image)


(Lokananta sekarang, sumber: google image)

Secara keseluruhan, tidak ada perubahan yang signifikan pada


bangunan utama lokananta yang dulu maupun sekarang. Baik dari desain
keseluruhan (denah utama) maupun elemen bangunan lainnya. Hanya
sedikit perbaikan kecil seperti pengecatan ulang, dan penambahan sarana
prasarana yg memadai sehingga bangunan tetap nyaman dilihat.

L. Sejarah Konservasi Bangunan

Kondisi Lokananta saat ini cukup memprihatinkan. Sejak awal


pemanfaatan bangunan tidak banyak berubah, hanya studio rekaman yang
direnovasi dan beberapa bagian kecil lainnya. Meski berkali-kali
mengajukan perbaikan, namun belum ada satupun bantuan yang ditujukan
untuk revitalisasi Lokananta. Dugaannya karena Lokananta secara
birokrasi masih berada dalam Perum Percetakan Negara. Semua program
pengembangan, perbaikan, dan lainnya harus menempuh birokrasi
panjang. Birokrasi yang bisa jadi tak bisa langsung digunting begitu saja
oleh walikota ataupun menteri. Birokrasi ini pula yang mungkin membuat
banyak pihak antipati memberi bantuan. Alasan lain, bisa jadi kesan kuno
yang terlanjur melekat pada Lokananta, sehingga musisi-musisi kondang
sekarang emoh membantu.
Tapi di antara cerita-cerita sedih itu, Lokananta masih berdiri tegar.
Sebagai studio rekaman yang didirikan 1956, sejarah menjadikannya kuat.
Lokananta, bagi orang yang masih menghargai sejarah musik, masih tetap
dicintai dan dirindu.
BAB IV
GAGASAN KONSERVASI

A. Jenis Konservasi
Jenis konservasi yang dipilih dalam perancangan adalah
revitalisasi
B. Mekanisme Konservasi
Perubahan pada beberapa bagian tempat (modifikasi) agar dapat
digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai kedepannya, tanpa banyak
merubah kondisi eksisting. Pada dasarnya perubahan lebih dari segi
fungsional dan sedikit penyesuaian lokasi agar dapat menampung fungsi
yang baru tanpa menghilangkan jejak sejarah pada bangunan.

C. Fungsi Bangunan Sekarang dan Kedepan (Islamic Care)


Saat ini Studio Lokananta masih digunakan sebagai tempat
rekaman oleh beberapa musisi ternama di Indonesia, beberapa kali juga
area kawasan Lokananta digunakan untuk mengadakan konser-konser
musik lokal.
Gagasan yang diajukan adalah dengan mendesain beberapa bagian
di lokananta sehingga terlihat lebih menarik wisatawan. Beberapa bagian
didesain menjadi sebuah museum musik yang dibuka untuk umum,
sehingga masyarakat dapat lebih mengenal sejarah musik yang ada di
Indonesia. Selain berisi koleksi piringan hitam dan informasi mengenai
sejarah permusikan di Indonesia, dilengkapi pula dengan perpustakaan
yang dapat diakses semua orang sehingga dapat menjadi tempat yang
bermanfaat untuk masyarakat umum terutama sebagai ruang belajar untuk
anak muda dalam mengenal budaya dan mengembangkan minat dalam
bidang musik maupun budaya. Fungsi pendukung yang disediakan adalah
cafe dengan nuansa vintage dan nyaman sebagai daya tarik untuk anak
muda.
Konsep Islamic Care yang diterapkan pada proses konservasi
adalah dengan menjaga lingkungan alam yang sudah ada (eksisting) dan
memaksimalkan penggunaan energi terbarukan seperti pencahayaan dan
penghawaan alami. Dengan begitu penggunaan energi dapat dihemat
sesuai dengan ajaran Islam yaitu tidak berlebih-lebihan dan cinta alam
yang termasuk salah satu hablum minal alam.
BAB V
LAMPIRAN

A. Dokumen
B. Gambar

Tampak depan bangunan utama

Koleksi milik lokananta


Studio rekaman lokananta

Koleksi milik lokananta

Anda mungkin juga menyukai