KONSERVASI ARSITEKTUR
Dosen Pengampu : Ir. Alpha Febela Priyatmono, MT.
Disusun Oleh :
Ridha Salma Zahra
D300170022
Kelas A
A. LATAR BELAKANG
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang dikenal akan
nilai-nilai budayanya yang masih terjaga hingga saat ini. Hal ini terlihat
dari banyaknya keanekaragaman dan peninggalan budaya yang masih ada
di kota ini sejak dulu hingga sekarang. Salah satu peninggalan yang masih
ada dan banyak dijumpai di Kota Surakarta adalah bangunan cagar budaya.
Ada banyak kawasan dan situs bangunan tua bersejarah yang bisa kita
ditemukan di Kota Surakarta, selain itu terdapat bangunan tua di berbagai
lokasi dengan latar belakang budayanya masing-masing.
Selain terkenal akan nilai budayanya Kota Surakarta juga dikenal
sebagai alternatif kota untuk wisata. Berbagai macam bentuk pariwisata
tersedia mulai dari wisata alam, budaya, hingga wisata kuliner.
Pengembangan bentuk pariwisata dengan menghidupkan kembali
bangunan cagar budaya dinilai dapat menjadi salah satu solusi untuk
menjaga kedua peninggalan budaya tersebut secara bersamaan, bangunan
bersejarah dan wisata daerah.
B. PERMASALAHAN
Banyaknya bangunan cagar budaya di Kota Surakarta menimbulkan
suatu permasalahan tersendiri, dikarenakan menjaga semua warisan cagar
budaya tersebut tidaklah mudah, kondisi cagar budaya saat ini mengalami
banyak permasalahan dan kerusakan. Hal tersebut disebabkan adanya
perubahan iklim dan tidak adanya perawatan yg tepat pada bangunan yang
tidak terpakai lagi sehingga banyak bangunan cagar budaya terlihat
terbengkalai dan kurang terawat.
C. TUJUAN
Tujuan dari identifikasi ini adalah menemukan bangunan cagar
budaya di Kota Surakarta yang dapat berpotensi menjadi destinasi wisata.
D. SASARAN
Sasaran konservasi ini adalah terbentuknya Museum Musik
sekaligus ruang belajar yang berada di Kota Surakarta, tepatnya di lokasi
awal yaitu Studio Lokananta.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KONSERVASI
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah,
konservasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Conservation yang artinya
pelestarian atau perlindungan. Konservasi merupakan suatu upaya yang
dapat menghidupkan kembali vitalitas lama yang telah pudar. Konservasi
arsitektur adalah penyelamatan suatu obyek/bangunan sebagai bentuk
apreasiasi pada perjalanan sejarah suatu bangsa, pendidikan dan
pembangunan wawasan intelektual bangsa antar generasi. Termasuk
upaya konservasi bangunan kuno dan bersejarah. Peningkatan nilai-nilai
estetis dan historis dari sebuah bangunan bersejarah sangat penting untuk
menarik kembali minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan atau
bangunan tersebut. Sebagai bukti sejarah dan peradaban dari masa ke
masa. Upaya konsevasi bangunan bersejarah dikatakan sangat penting.
Selain untuk menjaga nilai sejarah dari bangunan, dapat pula menjaga
bangunan tersebut untuk bisa dipersembahkan kepada generasi
mendatang.
B. Revitalisasi
“Revitalisasi” dalam pengertian luas dan mendasar adalah
“menghidupkan dan menggiatkan (kembali) faktor-faktor pembangunan
(tanah, tenaga kerja, modal, ketrampilan dan kewirausahaan, ditambah
kelembagaan keuangan, birokrasi, serta didukung sarana/prasarana fisik);
dan para pelaku pembangunan untuk mengakomodasikan secara struktural
dan fungsional tantangan dan kebutuhan baru” (Sri-Edi Swasono, 2002).
Revitalisasi adalah proses menghidupkan kembali kawasan kota yang
telah menurun termasuk kehidupan sosial budaya dan ekonomi di
dalamnya, melalui intervensi-intervensi fisik maupun non-fisik untuk
mengakomodasi kebutuhan dan tantangan baru. Sebagai istilah dalam
bidang pelestarian arsitektur dan perencanaan kota, “revitalisasi” adalah
upaya untuk menghidupkan kembali sebuah bangunan, distrik/kawasan
kota yang telah mengalami degradasi melalui intervensi fisik dan non-fisik,
yaitu sosial dan ekonomi (Tiesdel, 1996). Pendapat senada dilontarkan
oleh Widjaja Martokusumo (2001), yaitu “menghidupkan kembali distrik
atau kawasan kota yang telah mengalami degradasi, baik dalam lingkup
ekonomi, sosial budaya, makna dan citra hingga tampilan visual” Upaya
untuk menghidupkan kembali tersebut dilakukan melalui intervensi fisik
dan non-fisik. Proses menghidupkan kembali suatu kawasan cagar budaya
dengan memberikan kemungkinan masuknya fungsi baru harus dilakukan
tanpa meninggalkan roh tempat (spirit of place). Secara khusus,
revitalisasi mencakup pemugaran bangunan gedung dan lingkungan yang
dilindungi serta kawasan cagar budaya yang disesuaikan 70 dengan
klasifikasi yang ditetapkan. Revitalisasi kawasan cagar budaya harus
terencana secara sinkron dan menjadi bagian integral dari RTRW
Kabupaten/ Kota.
C. Museum
Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat
umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan
serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi,
penelitian dan kesenangan atau hiburan. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, Museum adalah lembaga, tempat
penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda
bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum musik yang ada di Indonesia saat ini satu-satunya berada
di Kota Malang. Tempat ini memiliki banyak sekali koleksi langka. Salah
satunya adalah jajaran piringan hitam yang peredarannya terbatas di pasaran.
Hampir semua koleksi langka ini kondisinya masih bagus dan masih bisa
dimainkan. Selain itu museum musik ini memamerkan beragam alat musik dari
berbagai daerah mulai dari tradisional hingga modern. Karya-karya khusus
musisi ternama pun ada disini.
BAB III
DATA BANGUNAN
A. Nama Bangunan
Studio Lokananta
B. Alamat
Jl. A. Yani No.379 A, Kerten, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa
Tengah, Indonesia 57143
C. Pemilik
Milik Pemerintah (Negara)
D. Tahun Pendirian
29 Oktober 1956
E. Arsitek dan Kontraktor
Raden Maladi, dkk (pencetus, wali kota Solo saat itu)
F. Sejarah Pendirian Bangunan
Lokananta adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama dan
satu-satunya milik negara. Didirikan pada tanggal 29 Oktober 1956 pada
pukul 10.00 atas inisiatif R. Maladi dan berlokasi di Solo, Jawa Tengah.
Memiliki nama resmi pertama yaitu “Pabrik Piringan Hitam Lokananta
Jawatan Radio Kementerian Penerangan Republik Indonesia”. Fungsi
utamanya saat itu adalah sebagai unit pelaksana untuk duplikasi materi
siaran RRI. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk
dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang
kurang lebih berarti "seperangkat gamelan surgawi dalam pewayangan
Jawa yang dapat berbunyi sendiri dengan merdu".
Sesuai PP Nomor 215 Tahun 1961, bidang usaha Lokananta
berkembang menjadi label rekaman dengan spesialisasi pada lagu daerah,
pertunjukan kesenian, juga penerbitan buku dan majalah; dan berganti
nama menjadi “Perusahaan Negara Lokananta”. Pada tahun 1972
produksi audio Lokananta beralih dari piringan hitam ke kaset pita.
Tahun 1983 Lokananta juga pernah mempunyai unit produksi penggadaan
film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS). Lokananta sejak
2004 menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara RI.
Pada tahun 1985, Studio Lokananta diresmikan oleh Menteri
Penerangan Harmoko. Memiliki luas 14 x 31 meter yang memungkinkan
untuk menggelar rekaman live dengan tata akustik ruangan yang mumpuni.
Studio Lokananta merupakan studio terbesar di Indonesia sampai saat ini.
(sumber:
kompas.id/baca/kompas_multimedia/di-lokananta-rekaman-proklamasi-itu-tersimpan/)
J. Gaya Arsitektur Bangunan
A. Jenis Konservasi
Jenis konservasi yang dipilih dalam perancangan adalah
revitalisasi
B. Mekanisme Konservasi
Perubahan pada beberapa bagian tempat (modifikasi) agar dapat
digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai kedepannya, tanpa banyak
merubah kondisi eksisting. Pada dasarnya perubahan lebih dari segi
fungsional dan sedikit penyesuaian lokasi agar dapat menampung fungsi
yang baru tanpa menghilangkan jejak sejarah pada bangunan.
A. Dokumen
B. Gambar