Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Ahmad Khoirul Mahfudi


Nim : 105170379
Program studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Syariah
Semester : VII (Tujuh)
Judul : Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Dalam Pelestarian
Cagar Budaya Pemakaman Bersejarah (Studi Kasus
Pada MakamAbdul Kahar, Makam Raden Mattaher dan
Makam Belanda/ Kerkhof) Di Kota Jambi.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat

beraneka ragam jumlahnya, baik yang bersifat tangible (warisan budaya

bendawi) maupun intangible (yang bersifat nilai-nilai merupakan bagian integral

dari kebudayaan secara menyeluruh), karena beragam tersebutlah Indonesia

mempunyai daya tarik oleh bangsa lain dari manca negaraa untuk mengetahuinya,

dan sekaligus mereka juga mempelajarinya karena kebudayaan Indonesia selain

beranekaragam juga dikenal sangat unik dan baik.

UU No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Dijelaskan bahwa

benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya

bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,

sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan untuk menumbuhkan kesadaran jati diri

bangsa dan kepentingan nasional.1

1
Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi tahun 2005, hlm.3.

1
2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang

cagar budaya dijelaskan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bagi

bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting

artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan

kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga

perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada pasal 1 urutan 8 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 menyatakan penguasaan

adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada pemerintah, pemerintah daerah,

atau setiap orang umtuk mengelola cagar budaya dengan tetap memperhatikan

fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.2

Melestarikan cagar budaya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, yaitu

rasa saling memelihara atau menjaga, saling menghargai, sehingga tercipta

persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Tetapi hal tersebut dapat diwujudkan

apabila kita dapat menjaga, mempelajarinya, serta melestarikan sehingga

kebudayaan daerah di Indinesia tetap terjaga dan terpelihara dengan baik serta

tidak punah bahkan sampai diakui oleh negara lain karena kebudayaan ini

merupakan indentitas suatu bangsa dan negara.3

Balai pelesarian Cagar Budaya (BPCB) sangat berperan dalam pelestarian

makam-makam bersejarah, terutama dalam pemugaran, menjaga kebersihan dan

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,hlm.5
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek
Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala 1982.
3

pemeliharaan. Makam-makam tersebut diantaranya : Makam Abdul Khahar,

Makam Raden Mattaher, dan Makam Belanda/ Kerkhof.

Kenyataan di lapangan ketiga makam tersebut kondisinya sangat

memprihatinkan, makam tersebut belum sesuai dengan standar pemeliharaan

taman makam nasional. Sehingga Makan Raden Mattaher tersebut diambil alih

oleh Yayasan Raden Mattaher yang di pimpim oleh cucu Raden Mattaher yang

bernama Ratu Mas Siti Aminah binti Raden Hamzah bin Raden Mattaher bin

Pangeran Kusen Bin Pangeran Adi (Adituo) Bin Sulthan Mahmud Fahrudin.

Sementara Makam Sultan Abdul Kohar dan makam Belanda dalam

pemeliharaannya masih dibawah naungan BPCB (Balai Pelestarian Cagar

Budaya) Jambi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam tentang ‘Peran Balai Pelestarian Cagar

Budaya Dalam Pelestarian Cagar Budaya Pemakaman Bersejarah (Studi Kasus

Pada Makam Sultan Abdul Kohar, Makam Raden Mattaher dan Makam Belanda/

Kerkhof) Di Kota Jambi.

B. Rumusan Masalah

Adapunn yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana kondisi cagar budaya pemakaman bersejarah makam Abdul

Kohar, makam Raden Mattaher dan makam Belanda/ Kerkhof) di Kota

Jambi.

2. Bagaimana peran dan kendala yang dihadapi Balai Pelastarian Cagar Budaya

Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah


4

makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan makam Belanda/ Kerkhof)

di Kota Jambi.

C. Batasan Masalah

Karena masalah kebudayaan adalah sangat luas cakupannya maka penulis

hanya membatasi, pada masalah Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam Abdul

Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di Kota Jambi.

Dengan demikian pembahasan ini fokus dan tidak mengambang sehingga apa

yang terjadi tujuan penelitian skripsi ini dapat dicapai dengan baik.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas dan masalah pokok yang

menjadi objek pembahasan dalam skripsi ini, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di

Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui peran dan kendala yang dihadapi Balai Pelestarian Cagar

Budaya dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di

Kota Jambi.

E. Kegunaan penelitian

1. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh

gelar sarjana ( S1 ) di Fakultas Syariah UIN STS Jambi


5

2. Untuk menambah referensi perpustakaan agar dapat di gunakan untuk

penelitian selanjutnya.

F. Kerangka Teori

Peran Pemerintah Daerah


Definisi peranan dalam konteks sosiologi digunkan untuk mengetahui pola

tingkah laku yang teratur dan relatif bebas dari orang-orang tertentu yang

kebetulan menduduki berbagai posisi dan menunjukkan tingkah laku yang sesuai

dengan tuntutan peranan yang dilakukannya.4 Sedangkan peran dalam konteks

pemerintah daerah merupakan hak dan kewajiban yang diimplementasikan dalam

tindakan yang dilakukan atas perintah amanat otonomi daerah melalui tugas,

fungsi dan wewenangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Mengacu pada uraian tersebut, apabila dikaitkan dengan tindakan

pemerintah maka dapat dikatakan bahwa peran adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan pemerintah terkait kedudukannya dalam pemerintahan. Peran

pemerintah daerah terbagi atas peran yang lemah dan peran yang kuat. Menurut

Leach, Stewart dan Walsh dalam Muluk (2005) mengemukakan bahwa :

“Peran pemerintah daerah yang lemah ditandai dengan 1) Rentang


tanggungjawab, fungsi atau kewenangan yang sempit. 2) Cara
penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat reaktif. 3) Derajat otonomi
yang rendah terhadap fungsi-fungsi yang diemban dan tingginya derajat
kontrol eksternal. Sementara itu, untuk peran pemerintah daerah yang kuat
yaitu 1) Rentang tanggungjawab, fungsi atau kewenangan yang luas. 2)
Cara penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bersifat positif. 3) Derajat
otonomi yang tinggi atas fungsi-fungsi yang diemban dan derajat kontrol
eksternal yang terbatas.”5

4
Muhammad Amba. (1998). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.
Pasca sarjana, IPB. Bogor. Hlm 23
5
Khairul Muluk. 2005. Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah. Malang : Bayumedia
Publishing. Hlm 62-63
6

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Peran pemerintah daerah sperti dalam pengembangan potensi pariwsata

pemerintah daerah juga memiliki tugas atau biasa yang dikenal peran, dimana

peran tersebut adalah motivator, fasilitator, dan dinamisator, untuk motivator

sendiri motivasi yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memotivasi

masyarakat serta stakeholder lainnya agar dapat bergelut dalam pengembangan

dan penglolaan pariwisata tersebut. Karena kita ketahui bahwasanya motivasi

yang diberikan oleh pemerintah daerah sangatlah penting dalam rangka

berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata daerah yang lebih baik.

Selanjutnya adalah fasilitator, dimana pemerintah daerah memberikan

fasilitas dalam pengembangan pariwsiata, dimana fasilitas tersebut digunakan

sebagai penunjang untuk pelaksanaan program yang telah diselenggarakan oleh

Instansi publik. Adapun pada prakteknya pemerintah bisa mengadakan kerja sama

dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun masyarakat.

Peran pemerintah daerah sebagai Dinamisator adalah demi mewujudkan

penyelenggaraan good governance, agar dapat berlansung pembangunan yang ideal,

maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah
7

daerah sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk

mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu simbiosis

mutualisme demi perkembangan pariwisata.6

Selanjutnya istilah peran dalam konteks pemerintah daerah erat kaitannya

dengan kewenangan sebuah institusi ataupun organisasi public, karena sama-sama

bertindak dengan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Definisi kewenangan adalah merupakan hak menggunakan wewenang yang

dimiliki

seorang pejabat atau institusi menurut ketentuan yang berlaku, dengan demikian

kewenangan juga menyangkut kompetensi tindakan hukum yang dapat dilakukan

menurut kaedah-kaedah formal, jadi kewenangan merupakan kekuasaan formal

yang

dimiliki oleh pejabat atau institusi.Kewenangan memiliki kedudukan yang penting

dalam kajian hukum tata negara dan hkum administrasi negara. Begitu pentingnya

kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek

menyebut

sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum administrasi Negara.6

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang pengertian kewenangan sebagai

6
5 I Gede Pitana dan Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Yogyakarta. Hal 95
8

berikut :

“Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang

berasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari

Kekuasaan Eksekutif/Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap

segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang

pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang

hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat

wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan

sesuatu tindak hukum publik”.7

1. Peran

Peran adalah suatu perilaku yang diharapkan dari seseorang atas dasar posisi

sosial, secara formal atau informal. Ada yang mengatakan arti peran adalah

tindakan yang dilakukan individu atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa,

dan merupakan pembentuk tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang

memiliki kedudukan di masyarakat. Peran adalah aspek dinamis dari status sosial

atau kedudukan. Artinya, ketika seseorang dapat melaksanakan kewajiban dan

mendapatkan haknya maka orang tersebut telah menjalankan sebuah peran. Peran

lebih mengedepankan fungsi penyesuaian diri dan sebagai sebuah proses. Peran

seseorang mencakup tiga hal, yaitu:


9

a. Peran adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan individu di dalam suatu

masyarakat

b. Peran merupakan bagian dari peraturan (norma-norma) yang membimbing

seseorang di dalam masyarakat.

c. Peran adalah perilaku individu yang memiliki peranan penting di dalam

struktur sosial masyarakat.7

Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu komplek pengharapan

manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi

tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian peran menurut

Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan

atau (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Peran merupakan aspek

dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status

merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila

seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu fungsi. 8

Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang

yang menempati suatu posisi di dalam status sosial, syarat-syarat peran mencakup

3 (tiga) hal, yaitu:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

7
https://www.artikelsiana.com /2014/10/Pengertian.Peran-Definisi-Fungsi.Apa-Itu,hlm,
Diakses Tanggal 17 April 2021, 12:21
8
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar/ Soerjono Soekanto, (Jakarta: Raja
Persada, 2002), hlm.243.
10

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.

2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh

individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat

dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

3. Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena suatu

jabatan. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup

berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi

antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang

lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan.

Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran

(role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang,

apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peran.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu

kita pahami tentang pengertian peran.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh orang-orang atau

sekelompok orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki

status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa

apabila dihubungkan dengan dinas pelestarian cagar budaya, peran bukan berarti
11

sebagai hak dan kewajiban individu, namun merupakan tugas dan wewenang

Dinas Balai Pelestarian Cagar Budaya.9

2. Pemerintah

Pemerintah adalah suatu organisasi yang mempunyai kewenangan untuk

menciptakan kebijakan dalam bentuk (implementasi hukum dan undang-undang)

dikawasan tertentu. Kawasan itu adalah wilayah yang ada dibawah kekuasaanny,

Pemerintah tidak sama dengan pemerintahan. Pemerintah adalah organ atau alat

sebagai pelengkap apabila dilihat dalam arti khusus pemerintah hanyalah lembaga

eksekutif. Sedangkan arti pemerintahan dalam arti luas adalah mencakup semua

aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat

kelengkapan negara yang menjalankan aktivitas dalam mencapai tujuan negara.

Lembaga negara tersebut adalah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

apabila pemerintah lebih ke arah organ, pemerintahan menunjukkan ke arah

bidang dan fungsi. Pemerintahan adalah organisasi atau suatu wadah orang yang

memiliki kekuasaan dan lembaga tempat mereka menjalankan aktivitas.10

3. Pelestarian

Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010, pelestarian merupakan

“Upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya

dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.11

9
Thoha, Miftah, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), (Jakarta : PT.
Raja Gafindo Persada, 1997), Hlm. 178
10
http://demokrasipancasilaindonesia.blogspot.com/2014/12/pengertian-pemerintah-dan
pemerintahan.html.
11
Penjelasan Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
12

Pelestarian menurut Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang

artinya tetap selama-lamanya tidak berubah. Dalam penggunaan bahasa Indonesia,

penggunaan awalan pe-dan akhiran–an artinya digunakan untuk menggambarkan

sebuah proses atau upaya (kata kerja).12

A.W Widjaja (1986) mengartikan pelestarian adalah kegiatan atau yang

dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu untuk mewujudkan tujuan

tertentu yang menunjukkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis,

luwes, dan selektif. 13

Definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pelestarian

Pemakaman Bersejarah adalah upaya atau kegiatan tetap selama-lamanya tidak

berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna

mewujudkan tujuan pelestarian makam bersejrah tersebut yang mencerminkan

adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dianmis, luwes dan selektif.

4. Pelesarian Cagar Budaya

5. Cagar Budaya

Cagar budaya adalah peninggalan budaya yang bersifat kebendaan berupa

bangunan cagar budaya, benda cagar budaya, struktur cagar buaya, situs cagar

budaya dan kawasan cagar budaya yang ada di darat maupun di air yang perlu di

lestarikan keberadaanya dengan alasan memiliki nilai penting sejarah, ilmu

pengetahuan, agama, pendidikan, dan atau kebudayaan melalui peroses penetapan

benda, bangunan, struktur lokasi maupun satuan ruang geografis yang tidak

12
Endarmoko, E. Tesaurus Bahasa Indonesia . (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006).
Hlm 50.
13
Ibid. Hlm 13
13

memenuhi krikteria cagar budaya, tetapi mempunyai arti khusus bagi masyarakat

atau bangsa Indonesia, dapat di usulkan sebagai cagar budaya melalui peroses

penelitian arti khusus tersebut dapat merupakan simbol pemersatu kebanggaan

dan jati diri bangsa.14

Cagar budaya diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber daya budaya

yang menjamin pemanfatannya secara bijaksana serta menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keragamannya.15

Tujuan pelestarian cagar budaya antara lain:

1. Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia.

2. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya.

3. Memperkuat kepribadian bangsa.

4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan

5. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Aspek pelestarian cagar budaya meliputi :

1. Pelindungan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi,

pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

2. Pengembangan melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi.

3. Pemanfaatan untuk kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu

pengetahuan, agamam kebudayaan, dan/atau

14
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/cagar_budaya/.
15
https://www.kompasiana .com. diaksen pada tanggal 22 April 2021 pukul 10.20
14

Cagar budaya merupakan warisan budaya yang bersifat kebendaan yang

berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar budaya,

Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang

perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses

penetapan.16

Klasifikasi Cagar Budaya :

a. Benda cagar budaya

b. Bangunan cagar budaya

c. Stuktur cagar budaya

d. Situs cagar budaya

e. Kawasan cagar budaya didarat dan/atau di ari.

‘Maintenance’ bertujuan memberi perlindungan dan pemeliharaan yang

terus menerus terhadap semua material fisik dari ‘place’, untuk mempertahankan

kondisi bangunan yang diinginkan. Jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bisa

berupa perbaikan. Perbaikan mencakup ‘restoration’ dan ‘reconstruction’, dan

harus diperlakukan semestinya. Kerusakan-kerusakan yang harus diperbaiki bisa

diakibatkan oleh proses alami, seperti kerapuhan, lapuk, kusam atau proses

pemakaian, seperti goresan, pecah dsb. Misalnya tentang talang :

1. Pemeliharaan, inspeksi dan pembersihan talang secara rutin

2. Perbaikan, restorasi; perbaikan talang yang bergeser ketempat semula.

3. Perbaikan, rekonstruksi, yaitu mengganti talang yang lapuk.

16
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 , Pasal 1, tentang Pelestarian Cagar Budaya.
15

Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus

pemeliharaan dan hal ini bisa ditentukan berdasarkan data fisik gedung dan

equipment yang cukup dalam bentuk dokumentasi .

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar

budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan

memafaatkannya17 dengan lingkup pelestarian sebagai berikut :

1. Perlindungan didalamnya berupa : Pendaftaran, Penetapan, Surat keterangan

objek, Surat keterangan kepemilikan, Penyelamatan, Pengamanan,

Pemeliharaan , Pemugaran, Zonasi.

2. Pengembangan didalamnya berupa : Penelitian , Revitalisasi, Adaptasi.

3. Pemanfaatan didalamnya berupa : Agama, Sosial, Pendidikan, Ilmu

pengetahun, Teknologi, Kebudayaan.

5. Tujuan dan Manfaat Cagar Budaya

Pelestarian cagar budaya bertujuan untuk :

1) Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia.

2) Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya.

3) Memperkuat kepribadian bangsa.

4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5) Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Manfaat yang diperoleh dari budaya tersebut :

1. Wahana untuk menelusuri kekayaan budaya bangsa.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang budaya negeri sendiri.

17
Undang-Undang Cagar Budaya Pasal 1 angka 22
16

3. Sebagai sumber belajar.

4. Mewariskan nilai sejarah sampai pada generasi yang akan datang.

6. Jenis-jenis Cagar Budaya

a. Benda Cagar Budaya

Benda cagar budaya adalah benda alam dan/ atau benda buatan manusia,

baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau

bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun

(lima puluh ) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 18 Dengan kriteria :

1. Berusian 50 tahun atau lebih. Penentuan umur 50 tahun berdasarkan angaka

tahun yang tertera pada benda yang bersangkutan atau keterangan sejarah

yang berasal dari sumber tertulis atau lisan.

2. Memiliki masa gaya paling singkat berusia 50 tahun. Contoh : kapak batu,

candrasa, gaya seni arca yang mewakili masa tertentu (Gaya Singasari, Gaya

Majapahit, Gaya Mataram Kuno, Gaya Bali Kuno), sepeda onthel, alat

komunikasi radio, perabot rumah tangga (lemari es dari kaleng, setrika

arang).

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan..

18
Penjelasan Undang-Undang No. 5/1992 pasal 1.
17

a. Benda yang mimiliki arti khusus bagi sejarah, misalnya tandu panglima

besar Soedirman, bendera merah putih yang dikibarkan saat proklamasi,

benda yang digunakan oleh tokoh adat/daerah.

b. Benda yang memiliki arti khusus bagi ilmu pengetahuan, misalnya kincir

air sebagai penggerak alat penumbuk padi, penumbuk kopi, baling-baling

tradisional pengusir unngas, pintu air/tembuku untuk pembagian air

dalam sistem subak.

c. Benda yang memiliki arti khusus bagi pendidikan, misalnya batu sabak

sebagai alat tulis, alat hitung tradisional.

d. Benda yang memiliki arti khusus bagi agama, misalnya lontar berisi

mantra-mantra suci, kitab suci yang digunakan pertama kali dalam

penyebaran agama tertentu di daerah tertentu, nisah tokoh penyebar

agama teretentu, arca, dan pratima di bali.

e. Benda yang memiliki arti khusus bagi kebudayaan, misalnya perangkat

musik, pusaka (pakaian, senjata, kereta) dikeraton/pura/istana.

4. Memiliki nilai budaya bagi pengetahuan kepribadian bangsa. Misalnya

naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, wayang, kain

tradisional, dan keris.

5. Berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yng dimanfaatkan oleh

manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kagiatan

manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah kegiatan manusia.

Contoh : sisa-sisa manusia dan binatang, tumbuh-tumbuhan, kapak batu,

archa, menhir , peti kubur batu, tulang belulang di pemakaman, cangkang


18

kerang yang digunakan sebagai perhiasan, dan cangkang kerang sisa

makanan.

6. Bersifat bergerak atau tidak bergerak. Benda yang bersifat bergerak atau tidak

bergerak, misalnya mata uang, perhiasan, keris, kapak batu, guci, wadah

tembikar, nekara perunggu, arca, menhir, dan sarkofagus.

7. Merupakan kesatuan atau kelompok. Contoh : lingga yoni, menhir, dan

kelompok menhir, umpak batu, arca dalam sistem pendewaan tertentu, nisan,

dan jirat.

b. Bangunan Cagar Budaya

Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau

tidak berdinding dan beratap. 19 Kriteria :

1. Berusia 50 tahun atau lebih.

2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun. Contohnya : Gaya

bangunan candi Mataram Kuno di Jawa Tengah, Gaya bangunan kolonial

yang mewakili masa tertentu, dan rumah tradisional.

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan.

c. Struktur Cagar Budaya

Struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang

19
Penjelasan Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
19

menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan

manusia.20

d. Situs Cagar Budaya

Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang

mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya. 21

e. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua

Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan

ciri tata ruang yang khas.22 Kriteria cagar budaya adalah satuan ruang geografis

dapat ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya apabila :

1. Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya

berdekatan, berupa lanskep budaya hasil bentukan manusia berusia

paling sedikir 50 tahun.

2. Memiliki pola yang memperlihatkan fungi ruang pada masa lalu berusia

paling sedikit 50 tahun.

3. Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan

ruang berskala luas.

4. Memperlihatkan bukti pembentukan lanskep budaya.

5. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan

manusia atau endapan fosil.

20
Penjelasan Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
21
Ibid.
22
Ibid .
20

G. Tinjauan Pustaka

Pada studi ini, penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskuan. Diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dhani, Oga Umar. 2016, yang berjudul

Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam Pelestarian

Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh (1990-2015). Hasil penelitian

menunjukkan Pelestarian Penelitian ini mengangkat masalah tentang

bagaimana peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam

pelestarian situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh dari tahun 1990-2015.

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana peran dan kebijakan,

perkembangan dan kendala yang dihadapi BPCB Aceh dalam melestarikan

situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan

dengan tiga cara, yakni wawancara dengan informan meliputi staf BPCB

Aceh dan juru kunci situs dan warga di sekitar situs bersejarah, dokumentasi

pada arsip BPCB Aceh dan surat kabar, dan observasi langsung ke situs-situs

bersejarah di Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode

sejarah dengan pendekatan kualitatif dan arkeologi. Hasil analisis data

menunjukkah bahwa BPCB Aceh sudah mulai melestarikan situs-situs

bersejarah di Kota Banda Aceh sejak pertama berdiri tahun 1990.

Perkembangan pelestarian situs-situs bersejarah di Banda Aceh mengalami

beberapa kendala seperti kurangnya tenaga ahli, sarana pendukung dan

pendanaan serta kendala masa konflik dan tsunami yang telah menghacurkan

sebagian situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh. BPCB Aceh mengelola


21

10 situs bersejarah sebagai cagar budaya di Kota Banda Aceh beserta

menempatkan juru perlihara yang bertugas merawat dan melestarikan.

Disarankan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan Pemerintah

Aceh untuk lebih memperhatikan peninggalan situs-situs bersejarah di Kota

Banda Aceh. Kepada BPCB Aceh untuk lebih meningkatkan kinerjanya

dalam pelestarian dan civitas akademika untuk dapat melakukan studi serupa

yang berkaitan dengan situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh agar

pemeritah dan BPCB Aceh mempunyai acuan jelas dalam melestarikan situs-

situs tersebut.23

2. Skripsi Jumanda Anan (2019) yang berjudul Peran Pemerintah Dalam

Melestarikan Cagar Budaya Melayu Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2013 Studi: Pada Rumah Batu Sebrangn Kota Jambi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali meninggalkan asitektur

bangunan-bangunan bersejarah yang harus di lindungi keberadaanya, dalam

hal ini bangunan yang sangat sangat tua dan terletak di seberang kota jambi

yaitu rumah penyebar agama islam pertamaali di seberang ialah Syyaid Idrus

Hasan Al-Jufri. Rumah batu ini sangat tidak terawat keberadaanya sayang

sekali, banyak yang kita harus ketahui dari sisi sejarah dan peninggala

peninggalannya, untuk saat ini kondisi rumah batu sangatlah memperhatinkan

dan keaslianyapun semakin hari semakin pudar dan menghilang akan terbawa

suasana alam ataupun perbuatan manusia sendiri untuk itu bagaimana peran

pemerintah khususnya BPCB ini dalam meningkatkan dan menjaga keaslian


23
Dhani, Oga Umar. 2016. “Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam
Pelestarian Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh” Tesis Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.
22

peninggalan peninggalan bersejarah di jambi khususnya Rumah Batu Yang di

Seberang Kota Jambi. 24

3. Skripsi M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi, Yang berjudul “Peran

Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Di

Kawasan Kesawan Atau Kota Lama Bersejarah Di Kota Medan” dengan hasil

Perkembangan pesat Kawasan Kesawan semakin mengkhawatirkan. Karena

tidak ada perencanaan dan pengendalian yang baik, maka kompleks

pertokoan, perdagangan dan jasa ini cenderung berkembang secara sporadis

dan mengancam keberadaan bangunan tua di dalamnya. Hal ini banyak

mengakibatkan beralihnya fungsi dari bangunan tersebut dan mempengaruhi

perubahan dan pengembangan Kawasan Kesawan, maka perlu adanya upaya

presvasi dan konservasi pada kawasan tersebut. Upaya pelestarian sendiri

telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat selama ini, namun belum

pernah dilaporkan secara rinci peran dari masing-masing dan faktor-faktor

yang mempengaruhi peran tersebut. Penelitian ini berfokus pada

pengamatan/kajian pelestarian bangunan-bangunan cagar budaya di Kawasan

Kesawan yang merupakan salah satu kawasan bersejarah dan cikal bakal dari

Pusat Kota Medan. dan juga menggali faktor-faktor yang mempengaruhi

peran-peran yang dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat dalam

mempertahankan dan mengendalikan perubahan kawasan. Jenis penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode studi

kasus eksploratif. Studi kasus ekploratif adalah metode yang menekankan


24
Jumanda Anan, (2019) “Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Cagar Budaya Melayu
Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Studi: Pada Rumah Batu Sebrangn
Kota Jambi”. Skripsi Universitas Islam Negeri Shultan Thaha Saifuddin Jambi.
23

pada eksplorasi dari sebuah kasus guna menggali dasar-dasar dari sebuah

permasalahan penelitian dan mempermudah peneliti untuk menemukan

berbagai faktor yang signifikan yang saling berinteraksi untuk menentukan

suatu karakteristik dari fenomena yang berkaitan dengan individu, komunitas,

atau bahkan institusi. Hasil penelitian yang didapatkan antara lain: (1).

Dekripsi peran pemerintah dan masyarkat Kota Medan dalam upaya

pelestarian bangunan cagar budaya serta berisikan proses pelestarian dari

masing-masing peran; (2). Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi dari

masing-masing peran.25

Perbedaan dengan penelitian terdahulu

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis mencantumkan sistematika penelitian guna

mempermudah bagi pembaca diantaranya sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan

pustaka.

BAB II: Metode Penelitian, berisi tempat dan waktu penelitian yang di

dalamnya membahas mengenai, pendekatan penelitian, jenis data, unit analisis

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan dan

jadwal penelitian.
25
M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi, Yang berjudul “Peran Masyarakat Dan
Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Atau Kota Lama
Bersejarah Di Kota Medan”
24

BAB III: Gambaran umum lokasi penelitian, berisi : Tempat dan waktu

Penelitian, sejarah kawasan rumah tuo, letak geografis, pendekatan penelitian,

jenis data, sumber data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data..

BAB IV: Hasil penelitian dan Pembahasan, berisi : gambaran umum BPCB

Jambi, peran BPCB Jambi dan Kendala BPCB Jambi dalam pelestarian Cagar

Budaya Pemakaman Bersejarah Makam Raden Mattaher, Makam Abdul kahar,

dan Makam Belanda /korkhoff.

BAB V: Kesimpulan dan Saran.


BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif yaitu pendekatan

lapangan secara langsung. Metode penelitiaan yang digunakan pada

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif metode pendekatan

kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada aspek

pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah dari yang melihat

sebuah permasalahan. Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah

yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial

secara alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.26

Penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif yang dilihat melalui sudut

pandang ilmu pemerintahan dengan mengkaji tentang Peran Balai Pelestarian

Cagar Budaya dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda yang berada di Kota

Jambi. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara

kualitatif bukan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat ukur tertentu.

Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai

kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh

26
Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Salemba Humanika,
2010).

26
26

pengukuran formal. Studi kualitatif dengan pendekatan naturalistik menurut

pengumpulan data pada setting yang almiah.27

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Lofland dalam buku Moleong “Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.28 Untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian, maka

diperlukan dua jenis data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama,

biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain.29. Data primer

diperoleh sendiri dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih

lanjut. Data primer dari penelitian ini adalah Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi yang terdiri dari Kasi Perlindungan, Dinas

Kebudayaan Pariwisata Kota Jambi, Juru kunci makam dan Masyarakat.

Data primer bersumber dari informan yang berasal dari hasil wawancara

dan observasi mengenai Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya

pemakaman bersejarah, makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan

makam Belanda di Kota Jambi.

27
Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara. 2013), hlm. 42.
28
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2013), hal. 157.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2013), hlm. 172.
27

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data atau keterangan yang didapat secara

tidak langsung atau mamakai sumber perantara. 30 Data diperoleh dengan

mengutip dari sumber yang lain, sehingga memiliki sifat autentik, karena

diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Data sekunder

mencakup dokemen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berupa

laporan, dan berbagai bentuk lainnya. Data sekunder yang dimaksud

merupakan data yang sudah terdokumentasi berkaitan dengan tujuan

penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen- dan studi

literatur untuk mencari dan mengumpulkan data yang digunakan terkait

gambaran umum Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya dalam pelestarian

cagar budaya pemakaman bersejarah makam Makam Abdul Kohar,

makam Raden Mattaher dan makam Belanda di Kota Jambi.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek tempat asal data diperoleh,31 dapat

berupa bahan atau orang yaitu informan atau responden. Penetuan sumber

data didasarkan atas jenis data yang sudah ditentukan seperti sumber data

yang berasal dari sumber dokumen, sumber keputusan, dan sumber

lapangan. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Jambi.

30
Repository.radenintan.ac.id
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VII,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hlm. 129.
28

2. Kepala Bidang Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan Pariwisata

Provinsi Jambi.

3. Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi.

4. Kepala Desa Legok Danau Sipin.

5. Arsip/ dokumen-dokumen.

6. Peristiwa/kejadian.

C. Unit Analisis Data

Penelitian ini menggunakan unit analisis data supaya sampai kepada

objek penelitian. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah Peran Balai

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya

pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan

makam Belanda di Kota Jambi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai peneliti untuk

mendapatkan sekaligus mengumpulkan data yang dibutuhkan guna

menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitan kualitatif data

yang diperoleh harus jelas, mendalam serta spesifik. Dalam penelitian ini

peneliti mengumpulkan data dengan teknik:

1. Wawancara

Wawancara merupakan perihal bercakap-cakap dengan maksud

tertentu dengan adanya hal yang ditulis.32 Wawancara digunakan untuk

teknik pengumpulan data guna mengetahui apa yang dilakukan oleh Balai

32
Moleong, Op.cit., hal. 186.
29

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dan Dinas Terkait di Kota

Jambi.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. 33

Observasi di lakukan di Pemakaman Abdul Kohar, Pemakaman Raden

Mattaher, dan Pemakaman Belanda.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian.34

E. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan menggunakan metode

berfikir induktif ( pengambilan kesimpulan mulai dari fakta yang khusus

menuju kesimpulan yang bersifat umum), 35


adapun jenis-jenis analisis

data yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Analisis Domain

33
Riyanto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2010), hal. 96.
34
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods), (Bandung: Alfabeta , 2015),
hal. 329.
35
www.kompasina .com
30

Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran

atau pengertian yang bersifat umum atau relatif menyeluruh tentang apa

yang tercakup pada pokok permasalahan yang diteliti. 36


Analisis domain

ini juga digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan

secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum tentang Peran Balai

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya

pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher,

dan Makam Belanda di Kota Jambi.

2. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi merupakan analisis lebih rinci pada fokus

penelitian yang ditetapkan namun terbatas pada domain tertentu yang

sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan dan menjelaskan fokus yang

menjadi sasaran semula penelitian. 37 Analisis taksonomi ini juga

digunakan untuk menganalisis data tentang Peran Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman

bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam

Belanda di Kota Jambi.

3. Analisis Kompensional

Analisis kompensional akan dilakukan sesudah penelitian cukup

banyak bukti dan informasi dari hasil wawancara serta observasi oleh

peneliti yang dicarikan dimensi yang dapat mewadahinya. Analisis

kompensional diperoleh sesudah adanya analisis domain dan analisis

36
Tepenr06.wordpress.com
37
www.kompasiana. com
31

taksonomi yang menunjukkan jawaban yang paling domain yaitu alternatif

terakhir yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menjawab

permasalahan tentang Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda di Kota

Jambi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pemahaman secara berurutan, dalam penulisan

skripsi memiliki sistematika sebagai berikut:

Diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan

bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan

tinjauan pustaka.

Kemudian pada Bab II, membahas tentang metode penelitian

dalam pembuatan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian,

pendekatan penelitian, jenis penelitian, Sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, sistematika penulisan.

Dalam Bab III berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian,

sejarah pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden

Mattaher dan makam Belanda di Kota Jambi.

Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil

penelitian. Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang
32

terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar

pustaka, lampiran dan curriculum vitae.

G. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Tahun 2020- 2021
Juni Juli Agust Sept Okt Nop
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan proposal √ √
3 Perbaikan dan seminar √
4 Surat izin riset √
5 Pengumpulan data √
6 Pengolahan data √
7 Pembuatan laporan √
8 Bimbingan dan √
perbaikan
9 Agenda dan ujian sidang √
10 Penjilidan √
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dinas Balai Pelestrian Cagar Budaya (BPCB) Jambi

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi merupakan wujud dari bentuk

kepedulian bangsa indonesi ini untuk melestrikan pengembangan dan

peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Jambi, peninggalan purbakala

yang bergerak maupun tidak bergerak, sebelum berdirinya Balai Pelestarian Cagar

Budaya di Provinsi Jambi, yang mengelolah situs benda-benda Cagar Budaya

yang sangat bersejarah ini, awalnya sudah dikelolah langsung dari pihak pusat

penelitian Arkeologi Nasional (Pusat Arkena). 38

Jadi semua urusan dikelolah oleh Pusat, peneliti datang dari Jakarta

langsung, lalu oleh orang pusat dibangun lah Balai Pelestarin Cagar Budaya Jambi

yang dimana didalamnya terdapat benda-benda yang memiliki nilai peninggalan

sejarah yang sangat penting, dan sejarah lainnya yang bernama suaka Peninggalan

Sejarah dan Purbakala Jambi, yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan

Direktorat Jendral Kebudayaan, Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor

07/67/0/1989, tepatnya pada tanggal 07 Desember 1998.39

Sejarah balai pelestarian cagar budaya jambi pada awalnya bernama suaka

peningalan sejarah dan purbakala jambi yang ditetapkan berdasarkan surat

keputsan direktorat jendral kebudayaan, depatermen pendidikan dan kebudayaan,

0767/0/1989 tanggal 7 Desember 1989. Selanjutnya, sesuai dengan keputusan

mentri kebudayaan dan pariwisata, nomor KM. 51/OT.001/MKP/2003 tentang

organisasi da tata kerja balai pelestarian peninggalan purbakala , BP3 Jambi

38
Arsip/Dokumen Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, hlm.1.
39
Ibid.

34
35

merupakan salah satu dari unit pelaksanaan teknik Depatermen Kebudayaan dan

Pariwisata, dibawah direktur peninggalan Purbakala, direktoret jendral sejarah dan

purbakala.Sesuai dengan peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 92 tahun

2011 tentang perubahan atas keduanya peraturan Presiden nomor 24 tahun 2010

tentang kedudukan, tugas, dan fungsi kementrian negara serta susunan organisasi,

tugas dan fungsi Eselon kementrian negara, direktorat bidang kebudayaan pada

kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dibawah satu Direktorat jendral di

kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yakni Direktorat jendral Kebudayaan.

Sejak diberlakukannya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 52

tahun 2012 tanggal 20 Juli 2012 tentang organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian

Cagar Budaya, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi berubah menjadi

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Dengan wilayah kerja Provinsi Jambi,

sumatra selatan, Bengkulu dan kepulauan bangka belitung dibawah Direktur

jendral kebudayaan. Awal mula berdirinya Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

menempati ruang di hotel Pinang Jalan Dr. Sutomo No 9 Kota Jambi dari tanggal

22 Juni- 3 Juli tahun 1990. Pada tanggl 3 Juni – 3 Oktober 1990 pindah dari hotel

Pinang ke Museum Negeri Provinsi Jambi ( Museum Siginjai Jambi ). 40

Pada tanggal 3 Oktober 1990, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

menempati sebuah rumah kontrakan dijalan Empuh Sendok Kota Jambi, baru

pada tahun 1992, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi memiliki gedung di jalan

samarinda, Kotabaru, Kota Jambi yang hingga kini, Sejak berdirinya hingga saat

ini berturut-turut Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dipimpin oleh Drs. Junus

Satrio Atmodjo ( 1990 – 1997 ), Drs. Gatot Ghautama, M.A. ( 1998 – 2002 ), Drs.

Made Suantra ( 2002 – 2005 ), Drs. Wiston S.D. Mambo ( 2005 – 2016 ), Drs.

40
Ibid. 3
36

Muhammad Rmli ( 2016 – 2018 ), Iskandar Mulia Siregar S. Si ( 2018 – Hingga

Sekarang ).41

B. Letak Geografis

Letak geografis Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, terletak di I o37’

46,9” LS dan 103o 36’ 36” BT4. Dengan luas wilayah seluas kurang lebih 12.500

m2 atau 1,25 hektar. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi beralamat di JL.

Samarinda, Kecamatan Kota Baru Jambi 36137, dengan nomor teleopon (0741)

40126. Jarak tempuh untuk menuju ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dari

arah pasar sekiranya 15 menit, dan untuk jarak tempuh dari pusat pekantoran

Provinsi Jambi kurang lebih 15 menit, sedangkan untuk transportasi menuju

gedung Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi ini Bisa Menggunakan alat

transportasi angkuan berupa mobil angkot dan juga bisa menggunakan ojek

online.42

Setiap bangunan-bangunan pasti memiliki batasan-batasan tertentu, hal ini

merupakan salah satu syrat wajib yang harus dipenuhi untuk berdirinya suatu

lembaga ataupun istansi-istansi termasuk Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

baik itu didalam lingkup Derah, Provinsi maupun Pusat. Adapun batasan-batasan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi penulis dapat dari dokumentasi dengan

letak sebagai berikut:

1. Sebelum timur berbatasan dengan jalan samarinda


2. Sebelah utara berbatasan dengan sungai dan pemukiman penduduk
3. Sebelah barat berbatasan dengan gedung peramuka
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Balai Pemeriksaan Teknologi
Pertanian (BPTP).43

41
Ibid. 5
42
Kebudayaan.Kemendikbud.go.id
43
Dokumentasi : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi,(6 April 2021).
37

C. Visi dan Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

1. Visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi


Terwujudnya pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya yang optimal

didukung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional dan peran serta

masyarakat”.

2. Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi


Adapun misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan upaya pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya di

Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka-Belitung.

b. Meningkatkan profesionallitas SDM di bidang pelestarian dan

pemanfataan cagar budaya dan situs.

c. Meningkatkan kerja sama antar instansi dan lintas sektoral

d. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian cagar budaya

dan situs.

e. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam menangani pelestarian

benda cagar budaya. 44

D. Tugas Dan Fungsi Dinas (BPCB) Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya, pada pasal 2 dan pasal 3

yaitu sebagai berikut:

Pasal 2 : Balai Pelestarian Cagar Budaya mempunyai tugas dalam

melaksanakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Cagar Budaya di

wilayah kerjanya.

Pasal 3 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

Balai Pelestarian Cgar Budaya menyelenggaraka fungsi:

44
Ibid.
38

a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya.

b. Pelaksanaan zonasi cagar budaya .

c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemugarab Cagar Budaya.

d. Pelaksaaan pengembangan Cagar Budaya.

e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya .

f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi Cagar Budaya.

g. Pelaksanaan kemitraan dibidang Pelestarian Cagar Budaya .

h. Fasilitas pelaksanaan pelestarian dan pengembangan tenaga teknis.

dibidang Pelestarian Cagar Budaya.

i. Pelaksanaan urusan ketatausahan BPCB45

E. Aspek Pemerintahan

Keberhasilan suatu Pemerintah dapat dilihat dari beberapa hal yang

mempengaruhi yaitu: faktor manusia, faktor keuangan, faktor peralatan serta

faktor organisasi dan manajerial, Faktor yang sangat bepengaruh dalam

pelaksanaan suatu pemerintahan yaitu faktor dari manusia. Manusia adalah faktor

yang paling esensial dalam penyelenggaran pemerintah/ pemerintahan daerah,

sebagai pelaku dan penggerak peroses mekanisme dalam pemerintahan, agar

mekanisme pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan, maka manusia harus baik pula. Struktur organisasi pemerintahan

harus menampung segala aktifitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan

tanggung jawabnya, jumblah dan dalam unit cukup mencerminkan kebutuhan,

pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.46

Struktur organisasi Balai Pelestaria Cagar Budaya Provinsi Jambi dapat

dilihat dari gambar dibawah ini:


45
Ibid.
46
Ibid.
39

Bagan 1. Struktur Organisasi BPCB Jambi

Dalam struktur organisasi yang penulis buat di atas antara lain mempunyai

nama dan jabatan masing-masing sebagai berikut :

1. Kepala : Iskandar Mulio Siregar S.SI

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya ini bertugas sebagai, pengelolah

administrasi kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya semua tugas, kegiatan

dan fungsi kepala lah yang bertanggung jawab dengan tugas dan fungsi yang

kepala berikan kepada bawah-bawahannya.

2. Kasubag Tata Usaha : Keristanto Januardi, SS.

Memiliku Tugas Melakukan Perencanaan Pngelolaan keuangan,

peerencanaan, mempersiapkan kearsipan.

3. Kasih perlindungan Pengemangan dan pemanfaatan : Drs. Ignarius Suharto

Bertanggung jawab dlam melakukan kegiatan perlindungan bangunan

bangunan cagar budaya, pengemangan, pemanfaatan, melakukan peyelamatan

banguan bangunan cagar budaya , sekaligus memberikan peliharaan dan

pemugaran bangunan bangunan cagar budaya jambi.

4. Unit Pemeliharaan : Novi Hari Putranto, SS


40

Melakukan perlindungan cagar budaya, sekaligus memberikan zonasi, dan

juga melakukan perawatan perawatan untuk bangunan cagar budaya yang ada

di jambi.

5. Unit Pemugaran : Agus Sudariyadi, SS

Melakukan repitalisasi pemugaran, sekaligus juga melakukan pemetaan dan

menggambar bentuk hasil dari bangunan bangunan situs cagar budaya.

6. Unit Dokumentasi dan Publikasi : Sri Mulyati, SS 35

Melakukan dokumentsi dan sekaligus mempublikasikan kegiatan yang

dilakukan seperti melakukan pameran pameran dan sosialisasi.

7. Unit penyelamatan dan Pengamanan : Vanida Riani S.Hum, Melakuna

zonasi ekskafasi.

8. Unit Pengembangan dan Pemanfaatan : Riri Fahten S.Sos

Melakukan perencanaan-perencanaan berupa kajian tapi lebih tepatnya bagian

ini melakukan kajian perencanaan.

9. Unit Umum : Yuhendri S.E

Melakukan kegiatan Bmn Menjaga Dan Mengumpulkan Aset Aset Yang

Adadi Kantor Balai Pelestarian Jambi.

10. Unit Kepegawaian : Kartika Siska Sari S.H

Unit kegiatan kepegawaian sendiri melakukan kenaikan kenaikan pangkat

untuk kariawan kaiawan yang adadi kantor balai pelestarian jambi tersebut,

SDM.

11. Unit Keuanga : Dram Iswanto S.E


41

Unit Keuangan unit yang mengarur keuangan keuangan perjalanan dinas yang

dimana ia lah yang mengaturtinggi rendahnya anggaran yang akan

dikeluarkan untuk perjalanan dinas.

12. Unit Humas dan Seketariat : Sopiah, S.PD

Mempublikasikan kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya memberikan infor

masi kepada masyarakat tentang keadaan kantor balai pelestarian cagar

budaya jambi dan juga bagian humas ini mmelakukan persuratan dan

keseketariatan.47

F. Sejarah Makam Abdul Kohar, Makam Raden Mattaher dan Makam


Belanda di Kota Jambi.
1. Sejarah Makam Abdul Qahar

Setelah masa Raja dan Panembahan berlalu kerajaan Jambi pun Bertukar

menjadi Kesultanan Jambi dengan Sultan pertamanya ialah Parengan Kedak

bergelar Sultan Abdul Al-Qahar. Pada awal kedatangan Belanda tahun 1615,

struktur pemerintahan kesultanan Jambi tetap sebelumnya. Namun pada beberapa

puluh tahun kemudian pemerintahan kerajaan Jambi mengalami pereseran-

pergeseran. Hal ini disebabkan adanya usaha pemerintahan Belanda yang secara

bertahap mempengaruhi dan mencampuri urusan kesultanan Jambi. Silsilah

sultan-sultan Jambi :

1) Pangeran kedak bergelar Sultan Abdul Al-Qahar anak dari Panembahan

Kota Baru (tahun 1615-1643).

2) Pangeran Depati Anom bergelar Sultan Abdul Jalil (tahun 1643-1665)

pada masa inilah dibuat kontrak dagang pertama antara kesultanan Jambi

dengan VOC.

47
Data BPCB Provinsi Jambi Tahun 2020
42

3) Pangeran penulis, Sultan Abdul Muhyi bergelar Sultan Sri Ingologo

(tahun 1665-1690).

4) Raden Cakra Negara bergelar Sultan Kyai Gede (tahun 1690- 1696)

5) Sultan Muhammad Sah (tahun 1696-1740)

6) Sultan Sri Isterah Ingologo (tahun 1740-1770)

7) Sultan Agung Dilogo, Sultan Ahmad Zainuddin (tahun 1770- 1790)

8) Sri Ingologo bergelar Sultan Mas‟ud Badaruddin (tahun 1790-1812)

9) Raden Dabting bergelar Sultan Mahmud Mahyuddin (tahun 1812-1833)

10) Sultan Muhammad Fakhruddin bergelar Sultan Keramat (tahun1833-

1841)

11) Raden Abdurrahman bergelar Sultan Abdurrahman

12) Nazaruddin (tahun 1841-1855)

13) Jayadiningrat bergelar Sultan Thaha Saifuddin (tahun 1855- 1904 sebagai

sultan terakhir kesultanan Jambi diambil alih menjadi Keresidenan).48

2. Sejarah Makam Raden Mattaher

Raden Mattaher adalah seorang panglima perang Jambi yang sangat

terkenal dan ditakuti Belanda. Setelah wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada

tahun 1904, komando perlawanan terhadap Belanda di Jambi dilanjutkan oleh

Raden Mattaher. Saat melawan penjajahan Belanda, ia telah memperlihatkan

sebagai seorang ksatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi. Kantong-

kantong perlawanan yang ia bentuk, bergerak di teritorial dari Muaro Tembesi

hingga ke Muaro Kumpeh. "Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher

adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi

lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personel, obat
48
Adrianus Chatib, Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara, (Jambi:
Kementrian Agama RI, 2013), hlm. 48.
43

medis dan amunisinya".49 Berkat kecerdasannya itu, Raden Mattaher menjadi

panglima perang yang paling ditakuti Belanda pada masa itu. Pada tahun 1858

Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang

Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi.50

Raden mattaher lahir pada tahun 1871 di desa Sekamis Kasau Melintang

Aek Itam Pauh. Ayah beliau Bernama Pangeran Kusen, kakek beliau bernama

Pangeran Adi Tuo. Dalam perjuangan beliau semasa hidup berjuang melawan

penjajah belanda. Perjuangan beliau dalam mengusir para penjajah dari Muara

tembesi Sampai Muara Kumpeh. Beliau gugur di medan perang, saat rumah

beliau dikepung oleh Belanda tepatnya di Muara Jambi desa Kemingking dalam,

di sekitar candi Muaro Jambi. Raden Mattaher wafat pada tahun 1907, beliau di

makamkan di Tepian Danau Sipin yang dulu bernama Jajaran dan sekarang

bernama Kampung Baru Kelurahan Legok Kecamatan Danau Sipin Jambi.

Kondisi makam Raden mattaher kurang diperhatikan oleh Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi dan kondisinya kurang terawat, sehingga pada tahun 2021

ini makam Raden Mattaher diambil alih dan di kelola oleh Yayasan Raden

Mattaher dengan seorang Juru Kunci Makam yang bernama Raden Irwan Bin

Muhtar.51

3. Sejarah Makam Belanda

Makam Belanda/Kerkhof (1900 – 1950), terletak di RT 13 Kelurahan

Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Kerkhof ini merupakan bagian dari saksi

sejarah ketika Belanda berkuasa di Jambi sejak tahun 1833-1945. Di samping

49
Irhas Fansuri, Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi,
kepada Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.
50
Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.
51
Hasil Wawancara dengan Ratumas Siti Amina cucu Raden Mattaher , 20 April 2021.
44

makam orang Belanda dan keturunannya juga terdapat makam tentara Jepang

yang pada masa penjajahan juga pernah menduduki Jambi.52

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur :.

52
https://tribunjambitravel.tribunnews.com/2021/01/18/9-cagar-budaya-yang-terdapat-di-
kota-jambi-makam-belanda-hingga-bunker-jepang.
45

Adrianus Chatib. 2013. Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara,


Jambi: Kementrian Agama RI.

A. Mukti Nashruddin, Jambi Dalam Sejarah, hal. 169.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Tahun 2005.

Dokumentasi : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi,(6 April 2021).

A. Mukti Nasruddin. Jambi Dalam Sejarah Nusantara. Jambi: Museum


Perjuangan Rakyat. Jambi

Arsip/Dokumen Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jamb.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek


Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala 1982.

Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi tahun 2005.

Elsbeth Locher-Scholten. 2008. Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial


Hubungans Jambi-Batavia (1831-1907) dan Bangkitnya Imperalisme
Belanda, Jakarta: Banana, KITVL.

Endarmoko, E., 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia . Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

Hafar Zaitun, dkk. 1983. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan


Kolonialisme.

Hartono Margono. 2018. Kesultanan Jambi Dalam genggaman VOC.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba


Humanika.

Irhas Fansuri. Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi,
kepada Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.

Imam, Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. (Jakarta:
Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.

Riyanto Adi. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit.

Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar/ Soerjono Soekanto, Jakarta:


Raja Persada.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods), Bandung:


Alfabeta.
46

Suharsimi Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VII. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta


: PT. Rineka Cipta.

Thoha, Miftah, 1997. Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi),


Jakarta : PT. Raja Gafindo Persada.

2. Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Dan
Pengenbangan Budaya Melayu Jambi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar


Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah dan Kebudayaan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 pasal 1 tentang Benda Cagar Budaya.

3. Internet dan Majalah :

http://Repository.radenintan.ac.id

https://www Tepenr06.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 April 2021 pukul


08.30.

https://www.kompasiana .com. diakses pada tanggal 22 April 2021 pukul 10.20

https://www Kebudayaan.Kemendikbud.go.id, diakses pada tanggal 25 April


2021 pukul 08.00

https://www.artikelsiana.com /2014/10/Pengertian.Peran-Definisi-Fungsi.Apa-
Itu,hlm,Diakses Tanggal 17 April 2021, 12:21.

http://demokrasipancasilaindonesia.blogspot.com/2014/12/pengertian-pemerintah-
dan pemerintahan.html.

http//,kebudayaan,kemdikbud,go.id/bpnbtanjungpinang/2015/04/29/peninggalan-
peninggalan-cagar budaya Jambi,Diakses tanggal 23/04/2021.
http//.liputan 6.com.
https//peninggalan-peningagalan-cagar budaya Jambi, Diakses tanggal 23/03
/2021.
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/cagar_budaya/.
47

4. Skripsi dan Jurnal :

Dhani, Oga Umar. 2016. “Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)
Aceh dalam Pelestarian Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh” Tesis
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Jumanda Anan. 2019. “Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Cagar Budaya


Melayu Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Studi:
Pada Rumah Batu Sebrangn Kota Jambi”. Skripsi Universitas Islam Negeri
Shultan Thaha Saifuddin Jambi.

Laila Anjil Hasanah, 2016. Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Dalam
Pelestarian Cagar Budaya Rumah Batu Olak Kemang, Kecamatan Danau
Teluk, Kota Jambi. Skripsi Universitas Islam Negeri Jambi.

M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi, Yang berjudul “Peran Masyarakat


Dan Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan
Kesawan Atau Kota Lama Bersejarah Di Kota Medan”

Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu. 1992. Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku)
Jepang Terhadap Nasionalisme Bangsa Jepang : Studi Tentang Politik
Jepang dari Zaman Edo (Feodal) Sampai Perang Dunia II. Al-Azhar
Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol . 1, No. 1.
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Irwan
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Tani
Jabatan : Penjaga Makam Raden Mattaher

2. Nama : Siti Amina Ningrat


Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Swasta
Jabatan : Cucu Raden Mattaher

61

Anda mungkin juga menyukai