Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Ahmad Khoirul Mahfudi


Nim : 105170379
Program studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Syariah
Semester : VII (Tujuh)
Judul : Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Dalam Pelestarian
Cagar Budaya Pemakaman Bersejarah (Studi Kasus
Pada MakamAbdul Kahar, Makam Raden Mattaher dan
Makam Belanda/ Kerkhof) Di Kota Jambi.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat

beraneka ragam jumlahnya, baik yang bersifat tangible (warisan budaya

bendawi) maupun intangible (yang bersifat nilai-nilai merupakan bagian integral

dari kebudayaan secara menyeluruh), karena beragam tersebutlah Indonesia

mempunyai daya tarik oleh bangsa lain dari manca negaraa untuk mengetahuinya,

dan sekaligus mereka juga mempelajarinya karena kebudayaan Indonesia selain

beranekaragam juga dikenal sangat unik dan baik.

UU No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Dijelaskan bahwa

benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya

bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,

sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan untuk menumbuhkan kesadaran jati diri

bangsa dan kepentingan nasional.1

1
Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi tahun 2005, hlm.3.

1
2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang

cagar budaya dijelaskan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bagi

bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting

artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan

kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sehingga

perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pada pasal 1 urutan 8 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 menyatakan penguasaan

adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada pemerintah, pemerintah daerah,

atau setiap orang umtuk mengelola cagar budaya dengan tetap memperhatikan

fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.2

Melestarikan cagar budaya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, yaitu

rasa saling memelihara atau menjaga, saling menghargai, sehingga tercipta

persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Tetapi hal tersebut dapat diwujudkan

apabila kita dapat menjaga, mempelajarinya, serta melestarikan sehingga

kebudayaan daerah di Indinesia tetap terjaga dan terpelihara dengan baik serta

tidak punah bahkan sampai diakui oleh negara lain karena kebudayaan ini

merupakan indentitas suatu bangsa dan negara.3

Balai pelesarian Cagar Budaya (BPCB) sangat berperan dalam pelestarian

makam-makam bersejarah, terutama dalam pemugaran, menjaga kebersihan dan

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,hlm.5
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek
Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala 1982.
3

pemeliharaan. Makam-makam tersebut diantaranya : Makam Abdul Khahar,

Makam Raden Mattaher, dan Makam Belanda/ Kerkhof.

Kenyataan di lapangan ketiga makam tersebut kondisinya sangat

memprihatinkan, makam tersebut belum sesuai dengan standar pemeliharaan

taman makam nasional. Sehingga Makan Raden Mattaher tersebut diambil alih

oleh Yayasan Raden Mattaher yang di pimpim oleh cucu Raden Mattaher yang

bernama Ratu Mas Siti Aminah binti Raden Hamzah bin Raden Mattaher bin

Pangeran Kusen Bin Pangeran Adi (Adituo) Bin Sulthan Mahmud Fahrudin.

Sementara Makam Sultan Abdul Kohar dan makam Belanda dalam

pemeliharaannya masih dibawah naungan BPCB (Balai Pelestarian Cagar

Budaya) Jambi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam tentang ‘Peran Balai Pelestarian Cagar

Budaya Dalam Pelestarian Cagar Budaya Pemakaman Bersejarah (Studi Kasus

Pada Makam Sultan Abdul Kohar, Makam Raden Mattaher dan Makam Belanda/

Kerkhof) Di Kota Jambi.

B. Rumusan Masalah

Adapunn yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana kondisi cagar budaya pemakaman bersejarah makam Abdul

Kohar, makam Raden Mattaher dan makam Belanda/ Kerkhof) di Kota

Jambi.

2. Bagaimana peran dan kendala yang dihadapi Balai Pelastarian Cagar Budaya

Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah


4

makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan makam Belanda/ Kerkhof)

di Kota Jambi.

C. Batasan Masalah

Karena masalah kebudayaan adalah sangat luas cakupannya maka penulis

hanya membatasi, pada masalah Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam Abdul

Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di Kota Jambi.

Dengan demikian pembahasan ini fokus dan tidak mengambang sehingga apa

yang terjadi tujuan penelitian skripsi ini dapat dicapai dengan baik.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas dan masalah pokok yang

menjadi objek pembahasan dalam skripsi ini, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di

Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui peran dan kendala yang dihadapi Balai Pelestarian Cagar

Budaya dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda/ Kerkhof) di

Kota Jambi.

E. Kegunaan penelitian

1. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh

gelar sarjana ( S1 ) di Fakultas Syariah UIN STS Jambi


5

2. Untuk menambah referensi perpustakaan agar dapat di gunakan untuk

penelitian selanjutnya.

F. Kerangka Teori

1. Peran Pemerintah

Definisi peran dalam sosiologi dipergunakan untuk mengetahui tingkah laku

yang teratur dan bebas dari orang-orang tertentu yang menduduki berbagai posisi

serta menunjukkan tingkah dan laku yang sesuai dengan tuntutan peranan yang

dilakukannya.4 Sedangkan peran dalam konteks pemerintah daerah merupakan

hak dan kewajiban yang diimplementasikan dalam tindakan yang dilakukan atas

perintah amanat otonomi daerah melalui tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Mengacu pada keterangan tersebut, apabila dikaitkan dengan tindakan

pemerintah maka bisa disebutkan bahwa peran adalah tindakan yang dilakukan

pemerintah berkaitan dengan kedudukannya dalam pemerintahan. Peran

pemerintah terbagi atas peran lemah dan peran kuat. Menurut Leach, Stewart dan

Walsh dalam Muluk (2005) mengemukanan bahwa :

Peran pemerintah yang lemah ditandai dengan 1) Rentang tanggungjawab,


fungsi atau kewenangan yang sempit. 2) Cara penyelenggaraan Pemerintah
yang bersifat reaktif. 3) Derajat otonomi yang rendah terhadap fungsi-fungsi
yang diemban dan tingginya derajat kontrol eksternal. Sementara itu, untuk
peran pemerintah yang kuat yaitu : 1) Rentang tanggung jawab, fungsi atau
kewenangan yang luas. 2) Cara penyelenggraraan pemerintah yang bersifat
positif. 3) Derajat otonomi yang tinggi atas fungsi-fungsi yang diemban dan
derajat kontrol eksternal yang terbatas.5

4
4. Muhammad Amba (1998), Fakor-fakor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat.
Pasca Sarjana IPB. Bogor. Hlm 23.
5
Khoirul Muluk. 2005. Desentralisasi dan Pemerintah Daerah Malang. Bayumedia
Publishing. Hlm 62-63.
6

Berdasarkan Undang-Undang N0mor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

daerah, yang dimaksud dengan pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemeintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

(DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan denga prinsip otonomi

seluasluasnya dalam sitem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

Peran pemerintah seperti dalam pengembangan potensi pariwisata

pemerintah memiliki tugas atau peran, dimana peran tersebut merupakan

motivator, fasilitator, dan dinamisator, untuk motivator yang harus dilakukan

pemerintah untuk memberikan motivasi pada masyarakat dan stakeholder lainnya

supaya dapat berkiprah dalam pengembangan, kemajuan dan penglolaan

pariwisata tersebut. Dapat kita ketahui bahwa motivasi yang diberikan

pemerintah sangat penting dalam berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata

yang lebih maju.

Pemerintah sebagai fasilitator adalah dimana pemerintah h memberikan

fasilitas dalam kemajuan dan pengembangan pariwsiata, dimana fasilitas itu

digunakan untuk menunjang pelaksanaan program yang telah direncanakan oleh

Instansi pemerintah. Kenyataan di lapangan pemerintah dapat mengadakan

kerjasama dengan para pihak, baik itu swasta ataupun masyarakat.

Peran pemerintah sebagai Dinamisator merupakan wujud pelaksanaan good

governance, agar dapat tercapai pembangunan yang baik dan ideal, maka pemerintah,

swasta serta masyarakat harus bisa bekerjasama dengan baik. Pemerintah sebagai salah
7

satu rekan atau stakeholder dalam pembangunan pariwisata mempunyai peran untuk

mensinergiskan pihak-pihak tersebut, agar tercipta simbiosis mutualisme untk

perkembangan pariwisata.6

Istilah peran di dalam konteks pemerintah erat hubungannya dengan

kewenangan suatu institusi atau organisasi public, sebab sama-sama bertindak

berdasarkan pada aturan perundang-undangan yang diberlakukan. Definisi

kewenangan merupakan hak dalam penggunaan wewenang yang dipunyai seorang

pejabat ataupun institusi sesuai ketentuan yang diberlakukan, dengan katalain

kewenangan juga berkaitan dengan kompetensi tindak hukum yang bisa dilakukan

menurut ketentuan formal, sehingga kewenangan adalah kekuasaan resmi yang

dimiliki pejabat atau institusi. Kewenangan mempunyai kedudukan yang sangat

penting dalam hukum tata negara serta hukum administrasi negara. Betapa penting

kedudukan kewenangan tersebut, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek

mengatakan sebagai konsep yang inti didalam hukum tata negara serta hukum

administrasi negara.78

Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentan pengertian kewenangan sebagai

berikut :

“Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan


yangberasal dari Kekuasaan Legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau
dari Kekuasaan Eksekutif/Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan
terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu
bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan
wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam

6
5 I Gede Pitana dan Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Yogyakarta. Hal 95
7
Rdiwan HR. 2013. Hukum Administrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hal,17.
8
8

kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan


untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik”.9
Secara konsep kewenagan serta wewenang adalah istilah yang mempunyai

arti yang sama. Wewenang adalah bagian yang paling penting di dalam Hukum

Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi), sebab pemerintahan baru bisa

menjalankan fungsinya berdasarkan wewenang yang diperoleh. Keabsahan

tindakan pemerintah dapat diukur berdasarkan atas wewenang yang diatur di

dalam peraturan undang-undang. Perihal kewenangan bisa dilihat dari

campurtangan negara dalam memberikan legitimasi kepada Badan Publik serta

Lembaga Negara di dalam menjalankan fungsinya.

Kewenangan bukan hanya ditafsirkan sebagai hak agar dapat melakukan

praktik kekuasaan. Tetapi kewenangan bisa ditafsirkan kemampuan bertindak oleh

undang-undang yang diberlakukan untuk melaksanakan hubungan dan perbuatan

hukum.10 Selanjutnya Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa sumber

kewenangan ada 3 (tiga), yaitu :

“Setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas


kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu
atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan
melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan
kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari
pelimpahan”11
Melihat berbagai definisi Peran yang dipaparkan dapat ditari kesimpulan

yaitu Peran Pemerintah merupakan sebuah tindakan yang dijalankan melalui

otoritas serta kewenangan dalam sebuah organisasi atau instansi publik, dimana
9
Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta. Hal.
29.
1010.
SF. Marbun, 1997. Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta. Hlm 154.
1111
Philipus M. Hadjon (1987). Perlindungan Hukum Bagi rakyat Indonesia. Hlm. 7.
9

yang dimaksud dalam hal ini adalah Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Jambi dalam melaksanakan peranan sesuai norma-norma yang berlaku dengan

tugas dan fungsinya tekait pelestarian serta pengembangan Cagar Budaya Makam-

makam bersejarah Di Kota Jambi.

2. Pelesarian Cagar Budaya

Konsep pelestraian bisa disebut sebagai kerangka tindakan, dalam arti sempit

suatu tindakan melindungi, pengamanan, perawatan serta pemeliharaan, sedangkan

pelestarian dalam pengertian secara luas pelestarian meliputi tindakan pengelolaan

organisme dalam kehidupan baik lingkungan alami misalkan cagar alam, lingkungan

yang mempunyai nilai kebudayaan misalkan cagar budaya, ataupun lingkungan binaan

misalkan wilayah perkotaan dan pedesaaan. Pendapat A.W. Widjaja di dalam Jacobus

Ranjabar, menjelaskan pelestarian sebagai :

“Kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna
mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan
abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif”12

12
Jacobus, Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, Galia
Indonesia, Bogor. Hlm 115.
10

Sifat yang dinamis, luwes, serta selektif dari pelestarian adalah suatu sproses

melindungi dan mengembangkan sekaligus memanfaatkan potensi sumber daya setempat

dengan adaptasi pada fungsi baru, tanpa menghilangkan arti kehidupan budaya. Sehingga

pengertian pelestarian dilihat dari perspektif Undang-undang cagar budaya nomor 11

tahun 2010 tentang cagar budaya, proses adaptasi adalah cakupan dari pengembangan.

Hal ini yang menyebabkan kelestarian sulit berdiri sendiri, oleh sebab itu senantiasa

berbarengan dengan perkembangan, yakni kelangsungan hidup. Kelestarian adalah aspek

stabilisasi dalam kehidupan manusia, namun kelangsungan hidup adalah percerminan

dinamika.13

Cagar tidak hanya menjadi sebuah saksi bisu dalam sejarah ataupun peradaban.

Cagar budaya dapat dikatakan suatu benda artefak yang mempunyai nilai historis dan

sebagai perwujudan dari informasi untuk kawasan atau lingkungan yang berhubungan

dengan ilmu pengetahuan serta kebudayaan. cagar budaya dilestarikan artinya

melestarikan kebudayaan dari suatu daerah dengan dasar budaya lokal. Melestarikan

budaya lokal menurut pendapat Jacobus Ranjabar (2006) adalah sebagai berikut :

“Pelestarian norma lama bangsa (budaya lokal) adalah mempertahankan nilainilai


seni budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat
dinamis, serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan
berkembang.”14
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelestraian

merupakan suatu upaya agar dapat melindungi serta menjaga bangunan, monument, serta

lingkungan dari kepunahan sehingga mencegah dari proses kerusakan. Upaya-upaya itu

dapat diperoleh melalui kebijakan kongkret yang didukung oleh implementasi kebijakan

yang tepat sasaran. Pelestarian benda berupa apapaun sejatinya tanggung jawab bukan

13
Soerjono, Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Hal 423.
14
Ibid, Hlm 114.
11

hanya pada pemerintah, melainkan perlunya sikap peduli dari masyarakat Indonesia

terhadap kekayaan yang dipunyai bangsanya.

Cagar budaya mempunyai arti sebagai kekayaan budaya yang dipunyai oleh suatu

bangsa atas dasar tindakan yang telah dilakukan oleh manusia zaman dulu, dan semua itu

mempunyai berbagai pengetahuan, kebudayaan, sert ilmu sejarah yang mana hal itu

sangat pernting serta sangat perlu dilestarikan dalam suatu negara, karena setiap negara

memiliki nilai-nilai sejarah masing-masing. Penjelmaan dari pemeliharaan tentang cagar

budaya, dapat berupaa perlindungan, pengembangan, serta pemanfaataan tempat, dimana

tujuannya adalah untuk memajukan kebudayaan nasional serta dapat dikenal masyarkat

luar.

Penjabaran tentang ketiga pilar pelestarian Cagar Budaya dalam Undang-undang

Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah sebagai berikut :

“(1) Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,


kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,
Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya. (2) Pengembangan adalah
peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta
pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan
serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian. (3) Pemanfaatan adalah
pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan
rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.”
Pelestarian Cagar Budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi

melibatkan banyak pihak. Hal ini sesuai dengan paradigma tentang pengelolaan cagar

budaya untuk diarahkan yang melibatkan masyarakat secara aktif di dalam setiap

pengelolaannya.Walaupun belum sepenuhnya benda cagar budaya bisa dilindungi serta

dilestarikan, perlu adanya sikap positif dari masyarakat, untuk berperan serta dengan

pemerintah melestarikan benda cagar budaya, secara preventif, represif maupun

partisipatif.15

15
Ihlas Yudin. 2004. Cagar Budaya di Gorontalo sebagai Laboratorium Pembelajaran
Sejarah dan Kearifan lokal. Other Thesis, universitas Negeri Gorontalo. Hal 9.
12

Dari pernyataan tersebut maka dapat rangkum bahwa dalam pelestarian adalah

tantangan yang besar oleh banyak pihak yang terlibat, walaupun demikian tetap harus

dilakasnakan pemerintah sebab cagar budaya apabila dimanfaatkan secara benar-benar

maka dapat berkontribusi bagi masyarkaat sekitar secara langsung ataupun tidak lansung,

disamping itu juga dapat memberikan kesejahteraan sebab apabila cagar budaya bisa

dikunjungi banyak wisatawan maka bisa berdampak positif terhadap perekonomian

masyarkaat disekitar.

a. Cagar Budaya

Cagar budaya adalah peninggalan budaya yang bersifat kebendaan berupa

bangunan cagar budaya, benda cagar budaya, struktur cagar buaya, situs cagar

budaya dan kawasan cagar budaya yang ada di darat maupun di air yang perlu di

lestarikan keberadaanya dengan alasan memiliki nilai penting sejarah, ilmu

pengetahuan, agama, pendidikan, dan atau kebudayaan melalui peroses penetapan

benda, bangunan, struktur lokasi maupun satuan ruang geografis yang tidak

memenuhi krikteria cagar budaya, tetapi mempunyai arti khusus bagi masyarakat

atau bangsa Indonesia, dapat di usulkan sebagai cagar budaya melalui peroses

penelitian arti khusus tersebut dapat merupakan simbol pemersatu kebanggaan

dan jati diri bangsa.16

Cagar budaya diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber daya budaya

yang menjamin pemanfatannya secara bijaksana serta menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan

keragamannya.17

16
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/cagar_budaya/.
17
https://www.kompasiana .com. diaksen pada tanggal 22 April 2021 pukul 10.20
13

Tujuan pelestarian cagar budaya antara lain:

1. Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia.

2. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya.

3. Memperkuat kepribadian bangsa.

4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan

5. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Aspek pelestarian cagar budaya meliputi :

1. Pelindungan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi,

pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.

2. Pengembangan melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi.

3. Pemanfaatan untuk kepentingan sosial, pendidikan, pengembangan ilmu

pengetahuan, agamam kebudayaan, dan/atau

Cagar budaya merupakan warisan budaya yang bersifat kebendaan yang

berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar budaya,

Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang

perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses

penetapan.18

Klasifikasi Cagar Budaya :

a. Benda cagar budaya

b. Bangunan cagar budaya

c. Stuktur cagar budaya

18
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 , Pasal 1, tentang Pelestarian Cagar Budaya.
14

d. Situs cagar budaya

e. Kawasan cagar budaya didarat dan/atau di ari.

‘Maintenance’ bertujuan memberi perlindungan dan pemeliharaan yang

terus menerus terhadap semua material fisik dari ‘place’, untuk mempertahankan

kondisi bangunan yang diinginkan. Jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bisa

berupa perbaikan. Perbaikan mencakup ‘restoration’ dan ‘reconstruction’, dan

harus diperlakukan semestinya. Kerusakan-kerusakan yang harus diperbaiki bisa

diakibatkan oleh proses alami, seperti kerapuhan, lapuk, kusam atau proses

pemakaian, seperti goresan, pecah dsb. Misalnya tentang talang :

1. Pemeliharaan, inspeksi dan pembersihan talang secara rutin

2. Perbaikan, restorasi; perbaikan talang yang bergeser ketempat semula.

3. Perbaikan, rekonstruksi, yaitu mengganti talang yang lapuk.

Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus

pemeliharaan dan hal ini bisa ditentukan berdasarkan data fisik gedung dan

equipment yang cukup dalam bentuk dokumentasi .

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar

budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan

memafaatkannya19 dengan lingkup pelestarian sebagai berikut :

1. Perlindungan didalamnya berupa : Pendaftaran, Penetapan, Surat keterangan

objek, Surat keterangan kepemilikan, Penyelamatan, Pengamanan,

Pemeliharaan , Pemugaran, Zonasi.

2. Pengembangan didalamnya berupa : Penelitian , Revitalisasi, Adaptasi.

19
Undang-Undang Cagar Budaya Pasal 1 angka 22
15

3. Pemanfaatan didalamnya berupa : Agama, Sosial, Pendidikan, Ilmu

pengetahun, Teknologi, Kebudayaan.

b. Tujuan dan Manfaat Cagar Budaya

Pelestarian cagar budaya bertujuan untuk :

1) Melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia.

2) Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya.

3) Memperkuat kepribadian bangsa.

4) Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5) Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Manfaat yang diperoleh dari budaya tersebut :

1. Wahana untuk menelusuri kekayaan budaya bangsa.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang budaya negeri sendiri.

3. Sebagai sumber belajar.

4. Mewariskan nilai sejarah sampai pada generasi yang akan datang.

c. Jenis-jenis Cagar Budaya

1) Benda-Benda Cagar Budaya

Benda cagar budaya adalah benda alam dan/ atau benda buatan manusia,

baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau

bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun

(lima puluh ) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya

sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 20 Dengan kriteria :

20
Penjelasan Undang-Undang No. 5/1992 pasal 1.
16

1. Berusian 50 tahun atau lebih. Penentuan umur 50 tahun berdasarkan angaka

tahun yang tertera pada benda yang bersangkutan atau keterangan sejarah

yang berasal dari sumber tertulis atau lisan.

2. Memiliki masa gaya paling singkat berusia 50 tahun. Contoh : kapak batu,

candrasa, gaya seni arca yang mewakili masa tertentu (Gaya Singasari, Gaya

Majapahit, Gaya Mataram Kuno, Gaya Bali Kuno), sepeda onthel, alat

komunikasi radio, perabot rumah tangga (lemari es dari kaleng, setrika

arang).

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan..

a. Benda yang mimiliki arti khusus bagi sejarah, misalnya tandu panglima

besar Soedirman, bendera merah putih yang dikibarkan saat proklamasi,

benda yang digunakan oleh tokoh adat/daerah.

b. Benda yang memiliki arti khusus bagi ilmu pengetahuan, misalnya kincir

air sebagai penggerak alat penumbuk padi, penumbuk kopi, baling-baling

tradisional pengusir unngas, pintu air/tembuku untuk pembagian air

dalam sistem subak.

c. Benda yang memiliki arti khusus bagi pendidikan, misalnya batu sabak

sebagai alat tulis, alat hitung tradisional.

d. Benda yang memiliki arti khusus bagi agama, misalnya lontar berisi

mantra-mantra suci, kitab suci yang digunakan pertama kali dalam

penyebaran agama tertentu di daerah tertentu, nisah tokoh penyebar

agama teretentu, arca, dan pratima di bali.


17

e. Benda yang memiliki arti khusus bagi kebudayaan, misalnya perangkat

musik, pusaka (pakaian, senjata, kereta) dikeraton/pura/istana.

4. Memiliki nilai budaya bagi pengetahuan kepribadian bangsa. Misalnya

naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, wayang, kain

tradisional, dan keris.

5. Berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yng dimanfaatkan oleh

manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kagiatan

manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah kegiatan manusia.

Contoh : sisa-sisa manusia dan binatang, tumbuh-tumbuhan, kapak batu,

archa, menhir , peti kubur batu, tulang belulang di pemakaman, cangkang

kerang yang digunakan sebagai perhiasan, dan cangkang kerang sisa

makanan.

6. Bersifat bergerak atau tidak bergerak. Benda yang bersifat bergerak atau tidak

bergerak, misalnya mata uang, perhiasan, keris, kapak batu, guci, wadah

tembikar, nekara perunggu, arca, menhir, dan sarkofagus.

7. Merupakan kesatuan atau kelompok. Contoh : lingga yoni, menhir, dan

kelompok menhir, umpak batu, arca dalam sistem pendewaan tertentu, nisan,

dan jirat.

2) Bangunan Cagar Budaya

Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau

tidak berdinding dan beratap. 21 Kriteria :

21
Penjelasan Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
18

1. Berusia 50 tahun atau lebih.

2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun. Contohnya : Gaya

bangunan candi Mataram Kuno di Jawa Tengah, Gaya bangunan kolonial

yang mewakili masa tertentu, dan rumah tradisional.

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan.

3) Struktur Cagar Budaya

Struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang

menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan

manusia.22

4) Situs Cagar Budaya

Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang

mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya. 23

5) Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua

Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan

ciri tata ruang yang khas.24 Kriteria cagar budaya adalah satuan ruang geografis

dapat ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya apabila :

22
Penjelasan Undang-Undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
23
Ibid.
24
Ibid .
19

1. Mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya

berdekatan, berupa lanskep budaya hasil bentukan manusia berusia

paling sedikir 50 tahun.

2. Memiliki pola yang memperlihatkan fungi ruang pada masa lalu berusia

paling sedikit 50 tahun.

3. Memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu pada proses pemanfaatan

ruang berskala luas.

4. Memperlihatkan bukti pembentukan lanskep budaya.

5. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan

manusia atau endapan fosil.

G. Tinjauan Pustaka

Pada studi ini, penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskuan. Diantaranya:

1. Skripsi M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi. 2014, Yang berjudul

“Peran Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar

Budaya Di Kawasan Kesawan Atau Kota Lama Bersejarah Di Kota Medan”

dengan hasil Perkembangan pesat Kawasan Kesawan semakin

mengkhawatirkan. Karena tidak ada perencanaan dan pengendalian yang

baik, maka kompleks pertokoan, perdagangan dan jasa ini cenderung

berkembang secara sporadis dan mengancam keberadaan bangunan tua di

dalamnya. Hal ini banyak mengakibatkan beralihnya fungsi dari bangunan

tersebut dan mempengaruhi perubahan dan pengembangan Kawasan

Kesawan, maka perlu adanya upaya presvasi dan konservasi pada kawasan
20

tersebut. Upaya pelestarian sendiri telah dilakukan oleh pemerintah dan

masyarakat selama ini, namun belum pernah dilaporkan secara rinci peran

dari masing-masing dan faktor-faktor yang mempengaruhi peran tersebut.

Penelitian ini berfokus pada pengamatan/kajian pelestarian bangunan-

bangunan cagar budaya di Kawasan Kesawan yang merupakan salah satu

kawasan bersejarah dan cikal bakal dari Pusat Kota Medan. dan juga

menggali faktor-faktor yang mempengaruhi peran-peran yang dilakukan baik

pemerintah maupun masyarakat dalam mempertahankan dan mengendalikan

perubahan kawasan. Jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode

yang digunakan adalah metode studi kasus eksploratif. Studi kasus ekploratif

adalah metode yang menekankan pada eksplorasi dari sebuah kasus guna

menggali dasar-dasar dari sebuah permasalahan penelitian dan mempermudah

peneliti untuk menemukan berbagai faktor yang signifikan yang saling

berinteraksi untuk menentukan suatu karakteristik dari fenomena yang

berkaitan dengan individu, komunitas, atau bahkan institusi. Hasil penelitian

yang didapatkan antara lain: (1). Dekripsi peran pemerintah dan masyarkat

Kota Medan dalam upaya pelestarian bangunan cagar budaya serta berisikan

proses pelestarian dari masing-masing peran; (2). Faktor-faktor yang

dianggap mempengaruhi dari masing-masing peran.25

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dhani, Oga Umar. 2016, yang berjudul

Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam Pelestarian

Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh (1990-2015). Hasil penelitian


25
M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi. 2014. Yang berjudul “Peran Masyarakat Dan
Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan Kesawan Atau Kota Lama
Bersejarah Di Kota Medan”
21

menunjukkan Pelestarian Penelitian ini mengangkat masalah tentang

bagaimana peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam

pelestarian situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh dari tahun 1990-2015.

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana peran dan kebijakan,

perkembangan dan kendala yang dihadapi BPCB Aceh dalam melestarikan

situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh. Pengumpulan data dilakukan

dengan tiga cara, yakni wawancara dengan informan meliputi staf BPCB

Aceh dan juru kunci situs dan warga di sekitar situs bersejarah, dokumentasi

pada arsip BPCB Aceh dan surat kabar, dan observasi langsung ke situs-situs

bersejarah di Kota Banda Aceh. Metode yang digunakan adalah metode

sejarah dengan pendekatan kualitatif dan arkeologi. Hasil analisis data

menunjukkah bahwa BPCB Aceh sudah mulai melestarikan situs-situs

bersejarah di Kota Banda Aceh sejak pertama berdiri tahun 1990.

Perkembangan pelestarian situs-situs bersejarah di Banda Aceh mengalami

beberapa kendala seperti kurangnya tenaga ahli, sarana pendukung dan

pendanaan serta kendala masa konflik dan tsunami yang telah menghacurkan

sebagian situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh. BPCB Aceh mengelola

10 situs bersejarah sebagai cagar budaya di Kota Banda Aceh beserta

menempatkan juru pelihara yang bertugas merawat dan melestarikan.

Disarankan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan Pemerintah

Aceh untuk lebih memperhatikan peninggalan situs-situs bersejarah di Kota

Banda Aceh. Kepada BPCB Aceh untuk lebih meningkatkan kinerjanya

dalam pelestarian dan civitas akademika untuk dapat melakukan studi serupa
22

yang berkaitan dengan situs-situs bersejarah di Kota Banda Aceh agar

pemeritah dan BPCB Aceh mempunyai acuan jelas dalam melestarikan situs-

situs tersebut.26

3. Skripsi Jumanda Anan (2019) yang berjudul Peran Pemerintah Dalam

Melestarikan Cagar Budaya Melayu Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2013 Studi: Pada Rumah Batu Seberang Kota Jambi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali meninggalkan arsitektur

bangunan-bangunan bersejarah yang harus dilindungi keberadaanya, dalam

hal ini bangunan yang sangat tua dan terletak di seberang kota Jambi yaitu

rumah penyebar agama islam pertama kali di seberang ialah Syyaid Idrus

Hasan Al-Jufri. Rumah batu ini sangat tidak terawat keberadaanya sayang

sekali, banyak yang kita harus ketahui dari sisi sejarah dan peninggala

peninggalannya, untuk saat ini kondisi rumah batu sangatlah memperhatinkan

dan keaslianyapun semakin hari semakin pudar dan menghilang akan terbawa

suasana alam ataupun perbuatan manusia sendiri untuk itu bagaimana peran

pemerintah khususnya BPCB ini dalam meningkatkan dan menjaga keaslian

peninggalan peninggalan bersejarah di Jambi khususnya Rumah Batu Yang di

Seberang Kota Jambi. 27

Perbedaan dengan penelitian terdahulu

26
Dhani, Oga Umar. 2016. “Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh dalam
Pelestarian Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh” Tesis Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.
27
Jumanda Anan, (2019) “Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Cagar Budaya Melayu
Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Studi: Pada Rumah Batu Sebrangn
Kota Jambi”. Skripsi Universitas Islam Negeri Shultan Thaha Saifuddin Jambi.
23

No Nama Tahun Judul Perbedaan

1 M. 2014 “Peran Masyarakat Dan Kajian pada


Fakhrizanul Pemerintah Dalam pelestarian
Akbar,. Pelestarian Bangunan bangunan-bangunan
Achmand Cagar Budaya Di cagar budaya
Djunaedi, Kawasan Kesawan Atau Medan. Metode yang
Kota Lama Bersejarah Di digunakan adalah
Kota Medan metode studi kasus
eksploratif.

2 Dhani, Oga 2016 Peranan Balai Pelestarian Penelitian tentang


Umar. Cagar Budaya (BPCB) situs-situs bersejarah
Aceh dalam Pelestarian di Banda Aceh.
Situs-situs Bersejarah di Menggunakan
Kota Banda Aceh (1990- metode sejarah
2015). dengan pendekatan
kualitatif dan
arkeologi.

3 Jumanda 2019 Peran Pemerintah Dalam Objek penelitian


Anan Melestarikan Cagar pada Rumah Batu
Budaya Melayu Jambi Sebrang Kota
Jambi. pendekatan
dalam penelitian ini
adalah trigulasi,yaitu
teori,data dan analisa

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis mencantumkan sistematika penelitian guna

mempermudah bagi pembaca diantaranya sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan

pustaka.
24

BAB II: Metode Penelitian, berisi tempat dan waktu penelitian yang di

dalamnya membahas mengenai, pendekatan penelitian, jenis data, unit analisis

data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan dan

jadwal penelitian.

BAB III: Gambaran umum lokasi penelitian, berisi : Tempat dan waktu

Penelitian, sejarah kawasan rumah tuo, letak geografis, pendekatan penelitian,

jenis data, sumber data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data..

BAB IV: Hasil penelitian dan Pembahasan, berisi : gambaran umum BPCB

Jambi, peran BPCB Jambi dan Kendala BPCB Jambi dalam pelestarian Cagar

Budaya Pemakaman Bersejarah Makam Raden Mattaher, Makam Abdul kahar,

dan Makam Belanda /korkhoff.

BAB V: Kesimpulan dan Saran.


BAB II

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif yaitu pendekatan

lapangan secara langsung. Metode penelitiaan yang digunakan pada

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif metode pendekatan

kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada aspek

pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah dari yang melihat

sebuah permasalahan. Metode Kualitatif adalah sebuah penelitian ilmiah

yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam kontak sosial

secara alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.28

Penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif yang dilihat melalui sudut

pandang ilmu pemerintahan dengan mengkaji tentang Peran Balai Pelestarian

Cagar Budaya dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda yang berada di Kota

Jambi. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara

kualitatif bukan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan alat ukur tertentu.

Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai

kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh

28
Herdiansyah Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Salemba Humanika,
2010).

26
26

pengukuran formal. Studi kualitatif dengan pendekatan naturalistik menurut

pengumpulan data pada setting yang almiah.29

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Menurut Lofland dalam buku Moleong “Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.30 Untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian, maka

diperlukan dua jenis data yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama,

biasanya dapat melalui wawancara, jejak dan lain-lain.31. Data primer

diperoleh sendiri dari masyarakat dan masih memerlukan analisa lebih

lanjut. Data primer dari penelitian ini adalah Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi yang terdiri dari Kasi Perlindungan, Dinas

Kebudayaan Pariwisata Kota Jambi, Juru kunci makam dan Masyarakat.

Data primer bersumber dari informan yang berasal dari hasil wawancara

dan observasi mengenai Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya

pemakaman bersejarah, makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan

makam Belanda di Kota Jambi.

29
Imam, Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara. 2013), hlm. 42.
30
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2013), hal. 157.
31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2013), hlm. 172.
27

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data atau keterangan yang didapat secara

tidak langsung atau mamakai sumber perantara. 32 Data diperoleh dengan

mengutip dari sumber yang lain, sehingga memiliki sifat autentik, karena

diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Data sekunder

mencakup dokemen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berupa

laporan, dan berbagai bentuk lainnya. Data sekunder yang dimaksud

merupakan data yang sudah terdokumentasi berkaitan dengan tujuan

penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen- dan studi

literatur untuk mencari dan mengumpulkan data yang digunakan terkait

gambaran umum Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya dalam pelestarian

cagar budaya pemakaman bersejarah makam Makam Abdul Kohar,

makam Raden Mattaher dan makam Belanda di Kota Jambi.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek tempat asal data diperoleh,33 dapat

berupa bahan atau orang yaitu informan atau responden. Penetuan sumber

data didasarkan atas jenis data yang sudah ditentukan seperti sumber data

yang berasal dari sumber dokumen, sumber keputusan, dan sumber

lapangan. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini meliputi:

1. Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Jambi.

32
Repository.radenintan.ac.id
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VII,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hlm. 129.
28

2. Kepala Bidang Sejarah Purbakala Dinas Kebudayaan Pariwisata

Provinsi Jambi.

3. Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi.

4. Kepala Desa Legok Danau Sipin.

5. Arsip/ dokumen-dokumen.

6. Peristiwa/kejadian.

C. Unit Analisis Data

Penelitian ini menggunakan unit analisis data supaya sampai kepada

objek penelitian. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah Peran Balai

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya

pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher dan

makam Belanda di Kota Jambi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai peneliti untuk

mendapatkan sekaligus mengumpulkan data yang dibutuhkan guna

menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam penelitan kualitatif data

yang diperoleh harus jelas, mendalam serta spesifik. Dalam penelitian ini

peneliti mengumpulkan data dengan teknik:

1. Wawancara

Wawancara merupakan perihal bercakap-cakap dengan maksud

tertentu dengan adanya hal yang ditulis.34 Wawancara digunakan untuk

teknik pengumpulan data guna mengetahui apa yang dilakukan oleh Balai

34
Moleong, Op.cit., hal. 186.
29

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dan Dinas Terkait di Kota

Jambi.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

menggunakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. 35

Observasi di lakukan di Pemakaman Abdul Kohar, Pemakaman Raden

Mattaher, dan Pemakaman Belanda.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian.36

E. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan menggunakan metode

berfikir induktif ( pengambilan kesimpulan mulai dari fakta yang khusus

menuju kesimpulan yang bersifat umum), 37


adapun jenis-jenis analisis

data yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Analisis Domain

35
Riyanto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta : Granit, 2010), hal. 96.
36
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods), (Bandung: Alfabeta , 2015),
hal. 329.
37
www.kompasina .com
30

Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran

atau pengertian yang bersifat umum atau relatif menyeluruh tentang apa

yang tercakup pada pokok permasalahan yang diteliti. 38


Analisis domain

ini juga digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan

secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum tentang Peran Balai

Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya

pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher,

dan Makam Belanda di Kota Jambi.

2. Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi merupakan analisis lebih rinci pada fokus

penelitian yang ditetapkan namun terbatas pada domain tertentu yang

sangat berguna dalam upaya mendeskripsikan dan menjelaskan fokus yang

menjadi sasaran semula penelitian. 39 Analisis taksonomi ini juga

digunakan untuk menganalisis data tentang Peran Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman

bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam

Belanda di Kota Jambi.

3. Analisis Kompensional

Analisis kompensional akan dilakukan sesudah penelitian cukup

banyak bukti dan informasi dari hasil wawancara serta observasi oleh

peneliti yang dicarikan dimensi yang dapat mewadahinya. Analisis

kompensional diperoleh sesudah adanya analisis domain dan analisis

38
Tepenr06.wordpress.com
39
www.kompasiana. com
31

taksonomi yang menunjukkan jawaban yang paling domain yaitu alternatif

terakhir yang dapat digunakan sebagai landasan untuk menjawab

permasalahan tentang Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi

Jambi dalam pelestarian cagar budaya pemakaman bersejarah makam

Abdul Kohar, makam Raden Mattaher, dan makam Belanda di Kota

Jambi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pemahaman secara berurutan, dalam penulisan

skripsi memiliki sistematika sebagai berikut:

Diawali dengan Bab I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan

bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan

tinjauan pustaka.

Kemudian pada Bab II, membahas tentang metode penelitian

dalam pembuatan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian,

pendekatan penelitian, jenis penelitian, Sumber data, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, sistematika penulisan.

Dalam Bab III berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian,

sejarah pemakaman bersejarah makam Abdul Kohar, makam Raden

Mattaher dan makam Belanda di Kota Jambi.

Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil

penelitian. Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang
32

terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar

pustaka, lampiran dan curriculum vitae.

G. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Tahun 2020- 2021
Juni Juli Agust Sept Okt Nop
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan proposal √ √
3 Perbaikan dan seminar √
4 Surat izin riset √
5 Pengumpulan data √
6 Pengolahan data √
7 Pembuatan laporan √
8 Bimbingan dan √
perbaikan
9 Agenda dan ujian sidang √
10 Penjilidan √
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dinas Balai Pelestrian Cagar Budaya (BPCB) Jambi

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi merupakan wujud dari bentuk

kepedulian bangsa indonesi ini untuk melestrikan pengembangan dan

peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Jambi, peninggalan purbakala

yang bergerak maupun tidak bergerak, sebelum berdirinya Balai Pelestarian Cagar

Budaya di Provinsi Jambi, yang mengelolah situs benda-benda Cagar Budaya

yang sangat bersejarah ini, awalnya sudah dikelolah langsung dari pihak pusat

penelitian Arkeologi Nasional (Pusat Arkena). 40

Jadi semua urusan dikelolah oleh Pusat, peneliti datang dari Jakarta

langsung, lalu oleh orang pusat dibangun lah Balai Pelestarin Cagar Budaya Jambi

yang dimana didalamnya terdapat benda-benda yang memiliki nilai peninggalan

sejarah yang sangat penting, dan sejarah lainnya yang bernama suaka Peninggalan

Sejarah dan Purbakala Jambi, yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan

Direktorat Jendral Kebudayaan, Depatermen Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor

07/67/0/1989, tepatnya pada tanggal 07 Desember 1998.41

Sejarah balai pelestarian cagar budaya jambi pada awalnya bernama suaka

peningalan sejarah dan purbakala jambi yang ditetapkan berdasarkan surat

keputsan direktorat jendral kebudayaan, depatermen pendidikan dan kebudayaan,

0767/0/1989 tanggal 7 Desember 1989. Selanjutnya, sesuai dengan keputusan

mentri kebudayaan dan pariwisata, nomor KM. 51/OT.001/MKP/2003 tentang

organisasi da tata kerja balai pelestarian peninggalan purbakala , BP3 Jambi

40
Arsip/Dokumen Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, hlm.1.
41
Ibid.

34
35

merupakan salah satu dari unit pelaksanaan teknik Depatermen Kebudayaan dan

Pariwisata, dibawah direktur peninggalan Purbakala, direktoret jendral sejarah dan

purbakala.Sesuai dengan peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 92 tahun

2011 tentang perubahan atas keduanya peraturan Presiden nomor 24 tahun 2010

tentang kedudukan, tugas, dan fungsi kementrian negara serta susunan organisasi,

tugas dan fungsi Eselon kementrian negara, direktorat bidang kebudayaan pada

kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dibawah satu Direktorat jendral di

kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yakni Direktorat jendral Kebudayaan.

Sejak diberlakukannya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 52

tahun 2012 tanggal 20 Juli 2012 tentang organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian

Cagar Budaya, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi berubah menjadi

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Dengan wilayah kerja Provinsi Jambi,

sumatra selatan, Bengkulu dan kepulauan bangka belitung dibawah Direktur

jendral kebudayaan. Awal mula berdirinya Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

menempati ruang di hotel Pinang Jalan Dr. Sutomo No 9 Kota Jambi dari tanggal

22 Juni- 3 Juli tahun 1990. Pada tanggl 3 Juni – 3 Oktober 1990 pindah dari hotel

Pinang ke Museum Negeri Provinsi Jambi ( Museum Siginjai Jambi ). 42

Pada tanggal 3 Oktober 1990, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

menempati sebuah rumah kontrakan dijalan Empuh Sendok Kota Jambi, baru

pada tahun 1992, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi memiliki gedung di jalan

samarinda, Kotabaru, Kota Jambi yang hingga kini, Sejak berdirinya hingga saat

ini berturut-turut Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dipimpin oleh Drs. Junus

Satrio Atmodjo ( 1990 – 1997 ), Drs. Gatot Ghautama, M.A. ( 1998 – 2002 ), Drs.

Made Suantra ( 2002 – 2005 ), Drs. Wiston S.D. Mambo ( 2005 – 2016 ), Drs.

42
Ibid. 3
36

Muhammad Rmli ( 2016 – 2018 ), Iskandar Mulia Siregar S. Si ( 2018 – Hingga

Sekarang ).43

B. Letak Geografis

Letak geografis Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, terletak di I o37’

46,9” LS dan 103o 36’ 36” BT4. Dengan luas wilayah seluas kurang lebih 12.500

m2 atau 1,25 hektar. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi beralamat di JL.

Samarinda, Kecamatan Kota Baru Jambi 36137, dengan nomor teleopon (0741)

40126. Jarak tempuh untuk menuju ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dari

arah pasar sekiranya 15 menit, dan untuk jarak tempuh dari pusat pekantoran

Provinsi Jambi kurang lebih 15 menit, sedangkan untuk transportasi menuju

gedung Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi ini Bisa Menggunakan alat

transportasi angkuan berupa mobil angkot dan juga bisa menggunakan ojek

online.44

Setiap bangunan-bangunan pasti memiliki batasan-batasan tertentu, hal ini

merupakan salah satu syrat wajib yang harus dipenuhi untuk berdirinya suatu

lembaga ataupun istansi-istansi termasuk Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

baik itu didalam lingkup Derah, Provinsi maupun Pusat. Adapun batasan-batasan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi penulis dapat dari dokumentasi dengan

letak sebagai berikut:

1. Sebelum timur berbatasan dengan jalan samarinda


2. Sebelah utara berbatasan dengan sungai dan pemukiman penduduk
3. Sebelah barat berbatasan dengan gedung peramuka
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Balai Pemeriksaan Teknologi
Pertanian (BPTP).45

43
Ibid. 5
44
Kebudayaan.Kemendikbud.go.id
45
Dokumentasi : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi,(6 April 2021).
37

C. Visi dan Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

1. Visi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi


Terwujudnya pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya yang optimal

didukung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional dan peran serta

masyarakat”.

2. Misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi


Adapun misi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan upaya pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya di

Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Bangka-Belitung.

b. Meningkatkan profesionallitas SDM di bidang pelestarian dan

pemanfataan cagar budaya dan situs.

c. Meningkatkan kerja sama antar instansi dan lintas sektoral

d. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian cagar budaya

dan situs.

e. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dalam menangani pelestarian

benda cagar budaya. 46

D. Tugas Dan Fungsi Dinas (BPCB) Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi

Berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Organisasi dan tata kerja Balai Pelestarian Cagar Budaya, pada pasal 2 dan pasal 3

yaitu sebagai berikut:

Pasal 2 : Balai Pelestarian Cagar Budaya mempunyai tugas dalam

melaksanakan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan Cagar Budaya di

wilayah kerjanya.

Pasal 3 dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,

Balai Pelestarian Cgar Budaya menyelenggaraka fungsi:

46
Ibid.
38

a. Pelaksanaan penyelamatan dan pengamanan cagar budaya.

b. Pelaksanaan zonasi cagar budaya .

c. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemugarab Cagar Budaya.

d. Pelaksaaan pengembangan Cagar Budaya.

e. Pelaksanaan pemanfaatan cagar budaya .

f. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi Cagar Budaya.

g. Pelaksanaan kemitraan dibidang Pelestarian Cagar Budaya .

h. Fasilitas pelaksanaan pelestarian dan pengembangan tenaga teknis.

dibidang Pelestarian Cagar Budaya.

i. Pelaksanaan urusan ketatausahan BPCB47

E. Aspek Pemerintahan

Keberhasilan suatu Pemerintah dapat dilihat dari beberapa hal yang

mempengaruhi yaitu: faktor manusia, faktor keuangan, faktor peralatan serta

faktor organisasi dan manajerial, Faktor yang sangat bepengaruh dalam

pelaksanaan suatu pemerintahan yaitu faktor dari manusia. Manusia adalah faktor

yang paling esensial dalam penyelenggaran pemerintah/ pemerintahan daerah,

sebagai pelaku dan penggerak peroses mekanisme dalam pemerintahan, agar

mekanisme pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan, maka manusia harus baik pula. Struktur organisasi pemerintahan

harus menampung segala aktifitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan

tanggung jawabnya, jumblah dan dalam unit cukup mencerminkan kebutuhan,

pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab yang cukup jelas.48

Struktur organisasi Balai Pelestaria Cagar Budaya Provinsi Jambi dapat

dilihat dari gambar dibawah ini:


47
Ibid.
48
Ibid.
39

Bagan 1. Struktur Organisasi BPCB Jambi

Dalam struktur organisasi yang penulis buat di atas antara lain mempunyai

nama dan jabatan masing-masing sebagai berikut :

1. Kepala : Iskandar Mulio Siregar S.SI

Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya ini bertugas sebagai, pengelolah

administrasi kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya semua tugas, kegiatan

dan fungsi kepala lah yang bertanggung jawab dengan tugas dan fungsi yang

kepala berikan kepada bawah-bawahannya.

2. Kasubag Tata Usaha : Keristanto Januardi, SS.

Memiliku Tugas Melakukan Perencanaan Pngelolaan keuangan,

peerencanaan, mempersiapkan kearsipan.

3. Kasih perlindungan Pengemangan dan pemanfaatan : Drs. Ignarius Suharto

Bertanggung jawab dlam melakukan kegiatan perlindungan bangunan

bangunan cagar budaya, pengemangan, pemanfaatan, melakukan peyelamatan

banguan bangunan cagar budaya , sekaligus memberikan peliharaan dan

pemugaran bangunan bangunan cagar budaya jambi.

4. Unit Pemeliharaan : Novi Hari Putranto, SS


40

Melakukan perlindungan cagar budaya, sekaligus memberikan zonasi, dan

juga melakukan perawatan perawatan untuk bangunan cagar budaya yang ada

di jambi.

5. Unit Pemugaran : Agus Sudariyadi, SS

Melakukan repitalisasi pemugaran, sekaligus juga melakukan pemetaan dan

menggambar bentuk hasil dari bangunan bangunan situs cagar budaya.

6. Unit Dokumentasi dan Publikasi : Sri Mulyati, SS 35

Melakukan dokumentsi dan sekaligus mempublikasikan kegiatan yang

dilakukan seperti melakukan pameran pameran dan sosialisasi.

7. Unit penyelamatan dan Pengamanan : Vanida Riani S.Hum, Melakuna

zonasi ekskafasi.

8. Unit Pengembangan dan Pemanfaatan : Riri Fahten S.Sos

Melakukan perencanaan-perencanaan berupa kajian tapi lebih tepatnya bagian

ini melakukan kajian perencanaan.

9. Unit Umum : Yuhendri S.E

Melakukan kegiatan Bmn Menjaga Dan Mengumpulkan Aset Aset Yang

Adadi Kantor Balai Pelestarian Jambi.

10. Unit Kepegawaian : Kartika Siska Sari S.H

Unit kegiatan kepegawaian sendiri melakukan kenaikan kenaikan pangkat

untuk kariawan kaiawan yang adadi kantor balai pelestarian jambi tersebut,

SDM.

11. Unit Keuanga : Dram Iswanto S.E


41

Unit Keuangan unit yang mengarur keuangan keuangan perjalanan dinas yang

dimana ia lah yang mengaturtinggi rendahnya anggaran yang akan

dikeluarkan untuk perjalanan dinas.

12. Unit Humas dan Seketariat : Sopiah, S.PD

Mempublikasikan kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya memberikan infor

masi kepada masyarakat tentang keadaan kantor balai pelestarian cagar

budaya jambi dan juga bagian humas ini mmelakukan persuratan dan

keseketariatan.49

F. Sejarah Makam Abdul Kohar, Makam Raden Mattaher dan Makam


Belanda di Kota Jambi.
1. Sejarah Makam Abdul Qahar

Setelah masa Raja dan Panembahan berlalu kerajaan Jambi pun Bertukar

menjadi Kesultanan Jambi dengan Sultan pertamanya ialah Parengan Kedak

bergelar Sultan Abdul Al-Qahar. Pada awal kedatangan Belanda tahun 1615,

struktur pemerintahan kesultanan Jambi tetap sebelumnya. Namun pada beberapa

puluh tahun kemudian pemerintahan kerajaan Jambi mengalami pereseran-

pergeseran. Hal ini disebabkan adanya usaha pemerintahan Belanda yang secara

bertahap mempengaruhi dan mencampuri urusan kesultanan Jambi. Silsilah

sultan-sultan Jambi :

1) Pangeran kedak bergelar Sultan Abdul Al-Qahar anak dari Panembahan

Kota Baru (tahun 1615-1643).

2) Pangeran Depati Anom bergelar Sultan Abdul Jalil (tahun 1643-1665)

pada masa inilah dibuat kontrak dagang pertama antara kesultanan Jambi

dengan VOC.

49
Data BPCB Provinsi Jambi Tahun 2020
42

3) Pangeran penulis, Sultan Abdul Muhyi bergelar Sultan Sri Ingologo

(tahun 1665-1690).

4) Raden Cakra Negara bergelar Sultan Kyai Gede (tahun 1690- 1696)

5) Sultan Muhammad Sah (tahun 1696-1740)

6) Sultan Sri Isterah Ingologo (tahun 1740-1770)

7) Sultan Agung Dilogo, Sultan Ahmad Zainuddin (tahun 1770- 1790)

8) Sri Ingologo bergelar Sultan Mas‟ud Badaruddin (tahun 1790-1812)

9) Raden Dabting bergelar Sultan Mahmud Mahyuddin (tahun 1812-1833)

10) Sultan Muhammad Fakhruddin bergelar Sultan Keramat (tahun1833-

1841)

11) Raden Abdurrahman bergelar Sultan Abdurrahman

12) Nazaruddin (tahun 1841-1855)

13) Jayadiningrat bergelar Sultan Thaha Saifuddin (tahun 1855- 1904 sebagai

sultan terakhir kesultanan Jambi diambil alih menjadi Keresidenan).50

2. Sejarah Makam Raden Mattaher

Raden Mattaher adalah seorang panglima perang Jambi yang sangat

terkenal dan ditakuti Belanda. Setelah wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada

tahun 1904, komando perlawanan terhadap Belanda di Jambi dilanjutkan oleh

Raden Mattaher. Saat melawan penjajahan Belanda, ia telah memperlihatkan

sebagai seorang ksatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi. Kantong-

kantong perlawanan yang ia bentuk, bergerak di teritorial dari Muaro Tembesi

hingga ke Muaro Kumpeh. "Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher

adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi

lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personel, obat
50
Adrianus Chatib, Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara, (Jambi:
Kementrian Agama RI, 2013), hlm. 48.
43

medis dan amunisinya".51 Berkat kecerdasannya itu, Raden Mattaher menjadi

panglima perang yang paling ditakuti Belanda pada masa itu. Pada tahun 1858

Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang

Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi.52

Raden mattaher lahir pada tahun 1871 di desa Sekamis Kasau Melintang

Aek Itam Pauh. Ayah beliau Bernama Pangeran Kusen, kakek beliau bernama

Pangeran Adi Tuo. Dalam perjuangan beliau semasa hidup berjuang melawan

penjajah belanda. Perjuangan beliau dalam mengusir para penjajah dari Muara

tembesi Sampai Muara Kumpeh. Beliau gugur di medan perang, saat rumah

beliau dikepung oleh Belanda tepatnya di Muara Jambi desa Kemingking dalam,

di sekitar candi Muaro Jambi. Raden Mattaher wafat pada tahun 1907, beliau di

makamkan di Tepian Danau Sipin yang dulu bernama Jajaran dan sekarang

bernama Kampung Baru Kelurahan Legok Kecamatan Danau Sipin Jambi.

Kondisi makam Raden mattaher kurang diperhatikan oleh Balai Pelestarian Cagar

Budaya Provinsi Jambi dan kondisinya kurang terawat, sehingga pada tahun 2021

ini makam Raden Mattaher diambil alih dan di kelola oleh Yayasan Raden

Mattaher dengan seorang Juru Kunci Makam yang bernama Raden Irwan Bin

Muhtar.53

3. Sejarah Makam Belanda

Makam Belanda/Kerkhof (1900 – 1950), terletak di RT 13 Kelurahan

Beringin, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Kerkhof ini merupakan bagian dari saksi

sejarah ketika Belanda berkuasa di Jambi sejak tahun 1833-1945. Di samping

51
Irhas Fansuri, Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi,
kepada Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.
52
Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.
53
Hasil Wawancara dengan Ratumas Siti Amina cucu Raden Mattaher , 20 April 2021.
44

makam orang Belanda dan keturunannya juga terdapat makam tentara Jepang

yang pada masa penjajahan juga pernah menduduki Jambi.54

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur :.

54
https://tribunjambitravel.tribunnews.com/2021/01/18/9-cagar-budaya-yang-terdapat-di-
kota-jambi-makam-belanda-hingga-bunker-jepang.
45

Adrianus Chatib. 2013. Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah Nusantara,


Jambi: Kementrian Agama RI.

A. Mukti Nashruddin, Jambi Dalam Sejarah, hal. 169.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Tahun 2005.

Dokumentasi : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi,(6 April 2021).

A. Mukti Nasruddin. Jambi Dalam Sejarah Nusantara. Jambi: Museum


Perjuangan Rakyat. Jambi

Arsip/Dokumen Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jamb.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek


Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala 1982.

Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi tahun 2005.

Elsbeth Locher-Scholten. 2008. Kesultanan Sumatera dan Negara Kolonial


Hubungans Jambi-Batavia (1831-1907) dan Bangkitnya Imperalisme
Belanda, Jakarta: Banana, KITVL.

Endarmoko, E., 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia . Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama.

Hafar Zaitun, dkk. 1983. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan


Kolonialisme.

Hartono Margono. 2018. Kesultanan Jambi Dalam genggaman VOC.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba


Humanika.

Irhas Fansuri. Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi,
kepada Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019.

Imam, Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. (Jakarta:
Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya.

Riyanto Adi. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit.

Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar/ Soerjono Soekanto, Jakarta:


Raja Persada.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian kombinasi (Mix Methods), Bandung:


Alfabeta.
46

Suharsimi Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VII. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta


: PT. Rineka Cipta.

Thoha, Miftah, 1997. Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi),


Jakarta : PT. Raja Gafindo Persada.

2. Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Dan
Pengenbangan Budaya Melayu Jambi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar


Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah dan Kebudayaan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 pasal 1 tentang Benda Cagar Budaya.

3. Internet dan Majalah :

http://Repository.radenintan.ac.id

https://www Tepenr06.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 April 2021 pukul


08.30.

https://www.kompasiana .com. diakses pada tanggal 22 April 2021 pukul 10.20

https://www Kebudayaan.Kemendikbud.go.id, diakses pada tanggal 25 April


2021 pukul 08.00

https://www.artikelsiana.com /2014/10/Pengertian.Peran-Definisi-Fungsi.Apa-
Itu,hlm,Diakses Tanggal 17 April 2021, 12:21.

http://demokrasipancasilaindonesia.blogspot.com/2014/12/pengertian-pemerintah-
dan pemerintahan.html.

http//,kebudayaan,kemdikbud,go.id/bpnbtanjungpinang/2015/04/29/peninggalan-
peninggalan-cagar budaya Jambi,Diakses tanggal 23/04/2021.
http//.liputan 6.com.
https//peninggalan-peningagalan-cagar budaya Jambi, Diakses tanggal 23/03
/2021.
https://belajar.kemdikbud.go.id/PetaBudaya/Repositorys/cagar_budaya/.
47

4. Skripsi dan Jurnal :

Dhani, Oga Umar. 2016. “Peranan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)
Aceh dalam Pelestarian Situs-situs Bersejarah di Kota Banda Aceh” Tesis
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Jumanda Anan. 2019. “Peran Pemerintah Dalam Melestarikan Cagar Budaya


Melayu Jambi Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Studi:
Pada Rumah Batu Sebrangn Kota Jambi”. Skripsi Universitas Islam Negeri
Shultan Thaha Saifuddin Jambi.

Laila Anjil Hasanah, 2016. Peran Balai Pelestarian Cagar Budaya Dalam
Pelestarian Cagar Budaya Rumah Batu Olak Kemang, Kecamatan Danau
Teluk, Kota Jambi. Skripsi Universitas Islam Negeri Jambi.

M. Fakhrizanul Akbar,. Achmand Djunaedi, Yang berjudul “Peran Masyarakat


Dan Pemerintah Dalam Pelestarian Bangunan Cagar Budaya Di Kawasan
Kesawan Atau Kota Lama Bersejarah Di Kota Medan”

Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu. 1992. Pengaruh Politik Isolasi (Sakoku)
Jepang Terhadap Nasionalisme Bangsa Jepang : Studi Tentang Politik
Jepang dari Zaman Edo (Feodal) Sampai Perang Dunia II. Al-Azhar
Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol . 1, No. 1.
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Irwan
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Tani
Jabatan : Penjaga Makam Raden Mattaher

2. Nama : Siti Amina Ningrat


Umur : 55 tahun
Pekerjaan : Swasta
Jabatan : Cucu Raden Mattaher

61

Anda mungkin juga menyukai