ANTROPOLOGI BUDAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Maksud. Naskah Sekolah ini disusun sebagai pedoman bagi Gadik dan
Pasis dalam proses belajar mengajar Pendidikan Perwira TNI AD.
2. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Materi Antropologi Budaya ini meliputi arti dan
tujuan, dinamika masyarakat dan kebudayaan, kebudayaan nasional Indonesia,
RAHASIA
2
kebudayaan sebagai sasaran studi antropologi budaya, yang disusun dengan tata urut
sebagai berikut:
a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Arti dan tujuan antropologi budaya.
c. Bab III Dinamika masyarakat dan kebudayaan.
d. Bab IV Kebudayaan nasional Indonesia.
e. Bab V Penutup.
4. Referensi.
5. Pengertian.
BAB II
ARTI DAN TUJUAN ANTROPOLOGI BUDAYA
b. Menurut asal usul kata. Istilah antropologi budaya terdiri dari dua kata,
yaitu antropologi dan budaya. Antropologi berasal dari kata bahasa Yunani,
yaitu anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu atau teori.
Jadi, antropologi berarti ilmu tentang manusia. Antropologi atau ilmu tentang
manusia dibagi lagi menjadi dua anak cabang yaitu antropologi ragawi (fisik) dan
antropologi budaya. Antropologi ragawi (fisik) mempelajari raga atau segi-segi
jasmani manusia, sedangkan antropologi budaya mempelajari segi-segi
kebudayaan manusia. Karena begitu luasnya lingkup antropologi budaya
tersebut, maka untuk memudahkan peneliti dalam penelaahan antropologi
budaya, dibagi menjadi tiga anak cabang ilmu, yaitu etnolinguistik, prehistori, dan
etnologi.
BAB III
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan
tindakan meniru telah diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali
meniru tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur
tindakannya “dibudayakan”
11. Proses Evolusi Sosial Budaya. Menurut konsep evolusi secara universal
mengatakan bahwa manusia berkembang secara lambat (berevolusi) dari tingkat-
tingkat rendah dan sederhana menuju ke tingkat yang lebih tinggi dan kompleks. Di
mana kecepatan perkembangannya atau proses evolusinya berbeda-beda setiap
wilayah yang ada di muka bumi ini. Itu sebabnya sampai saat ini masih ada juga
kelompok-kelompok manusia yang hidup dalam masyarakat yang bentuknya belum
banyak berubah dari dahulu hingga saat ini kebudayaannya. Ada beberapa konsep
evolusi sosial budaya menurut para ahli, antara lain:
Ada beberapa macam proses suatu unsur kebudayaan masuk dalam suatu
kebudayaan masyarakat penerima, sebagai berikut:
3) Masalah unsur apa yang mudah diganti dan tidak mudah diganti
atau diubah.
BAB IV
KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA.
keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum yang diacu untuk menata, menilai, dan
menginterpretasikan benda dan peristiwa dalam berbagai aspek kehidupannya. Nilai-
nilai yang menjadi salah satu unsur sistem budaya, merupakan konsepsi abstrak yang
dianggap baik dan amat bernilai dalam hidup, yang kemudian menjadi pedoman
tertinggi bagi kelakuan dalam suatu masyarakat. Berdasarkan dari pemahaman
tersebut, konsep kebudayaan Indonesia dibangun oleh para pendahulu kita yang
mengacu kepada nilai-nilai yang dipahami, dianut, dan dipedomani bersama oleh
bangsa Indonesia sendiri. Akhirnya, nilai-nilai ini dianggap sebagai nilai luhur, sebagai
acuan pembangunan Indonesia. Adapun nilai-nilai itu antara lain adalah taqwa, iman,
kebenaran, tertib, setia kawan, harmoni, rukun, disiplin, harga diri, tenggang rasa,
ramah tamah, ikhtiar, kompetitif, kebersamaan, dan kreatif. Nilai-nilai itu ada dalam
sistem budaya etnik yang ada di Indonesia. Nilai-nilai tersebut dianggap sebagai
puncak-puncak kebudayaan daerah, sebagaimana sifat/ciri khas kebudayaan suatu
bangsa Indonesia (Junus Melalatoa dalam Adi Prasetijo: 2008). Konsep kebudayaan
Indonesia ini kemudian diikat dalam satu konsep persatuan dan kesatuan bangsa yaitu
konsep Bhineka Tunggal Ika (berbeda tetapi satu).
menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak bahan-
bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia.
a. Substansi. Dalam hal ini kebudayaan nasional dilihat dari segi isi
kebudayaan itu sendiri. Dalam kaitan budaya seperti ini Poerbatjaraka,
menganjurkan agar orang Indonesia banyak mempelajari sejarah
kebudayaannya, agar dapat membangun kebudayaan yang baru. Kebudayaan
Indonesia baru itu harus berakar kepada kebudayaan Indonesia sendiri atau
kebudayaan pra-Indonesia. Ki Hajar Dewantara, menyatakan bahwa
kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan daerah.
(1) Harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia, atau hasil
karya orang-orang zaman dahulu yang berasal dari daerah-daerah yang
sekarang merupakan wilayah negara Indonesia;
(2) Unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia
yang tema pikirannya atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia;
dan
(3) Harus sebagai hasil karya warga negara Indonesia lainnya yang
dapat menjadi kebanggaan mereka semua, sehingga mereka mau
mengidentitaskan diri dengan kebudayaan itu.
Dalam fungsi kedua, harus ada tiga syarat yaitu dua di antaranya sama
dengan syarat nomor satu dan dua fungsi pertama, syarat nomor tiga yaitu harus
sebagai hasil karya dan tingkah laku warga negara Indonesia yang dapat
dipahami oleh sebahagian besar orang Indonesia yang berasal dari kebudayaan
suku-suku bangsa, umat agama, dan ciri keturunan ras yang aneka warna,
sehingga menjadi gagasan kolektif dan unsur-unsurnya dapat berfungsi sebagai
wahana komunikasi dan sarana untuk menumbuhkan saling pengertian di antara
aneka warna orang Indonesia, dan mempertinggi solidaritas bangsa.
Berdasarkan wujud ide definisi kebudayaan adalah semua pola atau cara
berpikir/merasa bangsa dalam suatu ruangan dan waktu. Pengertian ini
dikembangkan ke dalam kebudayaan Indonesia menjadi Kebudayaan Nasional
Indonesia semua pola atau cara berpikir/merasa bangsa Indonesia yang sama
terhadap kelangsungan hidupnya di dalam sebuah negara. Berdasarkan definisi
di atas, definisi Kebudayaan Nasional Indonesia berdasarkan sisi ide dapat
dijelaskan semua pola atau cara berpikir/merasa bangsa Indonesia dalam suatu
ruangan dan waktu. Pola atau cara berpikir/merasa ini dapat dimulai sesudah
adanya Sumpah Pemuda (1928) atau sesudah Indonesia Merdeka (1945) hingga
15
saat ini. Pilihan angka tahun ini (1928) karena, pada masa ini sudah tumbuh
keinginan untuk bersatu (cara berpikir/merasa yang seragam untuk mencapai
cita-cita atau tujuan bersama) ke dalam sebuah negara. Keinginan ini kemudian
diwujudkan pada tahun 1945 (kemerdekaan Indonesia).
Dalam sistem ini nilai budaya orang Indonesia mengandung konsep, yaitu:
19. Sapta Marga sebagai produk budaya TNI. Organisasi TNI sejak didirikan
tahun 1945 hingga sekarang diisi oleh prajurit-prajurit yang berasal dari seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki keanekaragaman baik suku,
agama, ras, golongan, dan budaya, sehingga tidak dapat dipungkiri dalam
pergaulannya sehari-hari bahkan dalam pelaksanaan tugas pun unsur-unsur perbedaan
itu, bisa saja muncul ke permukaan, manakala tidak segera di antisipasi.
Untuk itu, maka para pemimpin TNI menetapkan Sapta Marga sebagai pedoman
hidup dan pedoman prajurit TNI, yang secara formal Sapta Marga disahkan oleh
Panglima Tertinggi APRI pada tanggal 5 Oktober 1951. Walaupun penetapannya baru
tahun 1951, akan tetapi pada hakekatnya norma-norma yang tercantum di dalamnya
secara idiil telah merupakan norma perjuangan sejak tahun 1945.
Sapta Marga sebagai produk budaya TNI didasarkan pada pendekatan budaya
kehormatan prajurit, disiplin prajurit, dan semangat juang prajurit.
Dalam budaya Sapta Marga terdapat tujuan antara lain mempersatukan jiwa
keprajuritan, memusatkan semangat keprajuritan pada kesatuan hidup, mempersatukan
perjuangan TNI pada satu dasar keyakinan akan tujuan perjuangan dan membentuk
tradisi prajurit sebagai bhayangkari negara. Produk budaya Sapta Marga ini dijabarkan
lagi dalam 8 wajib TNI, sebagai pedoman prajurit dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Namun, banyak sekali kita lihat kasus-kasus yang menyangkut etnis di mana hal
itu tentu akibat kurang terbukanya hati kita akan perbedaan. Masih ada saja orang-
orang atau golongan yang begitu sinis dengan budaya di luar budaya sendiri. Sikap-
sikap inilah yang nantinya dapat menimbulkan perpecahan serta dapat pula berakibat
fatal terhadap hancurnya sebuah negara, termasuk Indonesia. Jika masing-masing
daerah tidak mengindahkan arti kesadaran budaya, tidak mustahil keseragaman
budaya yang kita miliki yang seharusnya menjadi kebanggaan kita malah menjadi
bumerang bagi negara kita sendiri.
Ada empat cara untuk menumbuhkan jiwa yang sadar akan suatu budaya, yaitu:
d) Mencintai dan menjaga budaya yang dimiliki. Rasa cinta untuk menjaga
budaya sendiri haruslah muncul sesuai dengan keinginan dan kesadaran dari
dalam diri kita masing-masing. Tanpa rasa cinta dan peduli terhadap
kebudayaan kita mustahil dapat menjaga eksistensi budaya yang dimiliki.
BAB V
PENUTUP
20. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi tenaga pendidik dan Pasis dalam proses belajar mengajar materi
pelajaran Antropologi Budaya pada Pendidikan Perwira TNI AD.
RAHASIA