Anda di halaman 1dari 10

KERTAS KERJA CULTURE STUDY

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGKADERAN JABATAN ADMINISTRATOR

DISUSUN OLEH :
NAMA : KUSUMASTUTI SRI WINAHYU, ST
NO PRESENSI : 13
INSTANSI : DINAS PUPESDM DIY

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN

I.1. Resume Materi Culture Study


1. Undang-undang Keistimewaan
Diatur dalam Undang-undang no. 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta yang disahkan pada tanggal 31 Agustus 2012.
Kewenangan dalam urusan keistimewaan melkaniputi :
a. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan
Wakil Gubernur;
b. Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY;
c. Kebudayaan;
d. Pertanahan; dan
e. Tata ruang

2. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta


 Berawal pada akhir abad ke-16 terdapat kerajaan Islam di Jawa bagian tengah
selatan Bernama Mataram. Awalnya kerajaan ini berpusat di daerah Kota Gede,
kemudain pindah ke Kerta, Plered, Kartasura, dan Surakarta. Lambat laun
kewibawaannya surut akibat intervensi Belanda. Akibatnya timbul gerakan
perlawanan dibawah pimpinan Pangeran Mangkubumi. Untuk mengakhiri
perselisihan dibuat Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari yang ditandatangani
pada tanggal 13 Februari 1755 yang menyatakan bahwa Kerajaan Mataram dibagi
menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh
Susuhunan Paku Buwono IIIdan Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat yang
dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I.
 Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono
IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII mengeluarkan amanat pada tanggal 5
September 1945 yang menyatakan bahwa wilayahnya yang bersifat kerajaan
adalah bagian dari Negara Republik Indonesia, meskipun sebelumnya telah
mempunyai wilayah, pemerintahan, dan penduduk sendiri.
3. Hajad Dalem dan Pranoto Mongso
a. Hajad Dalem
Adalah upacara, perayaan atau selamatan yang diselenggarakan oleh pihak kraton.
Seperti :
1) Garebeg, yaitu : garebeg Mulud (sekaten), garebeg Sawal (Idul Fitri), Garebeg
Besar (Idul Adha)
2) Labuhan, yaitu upacara nglarung atau membuang, meletakkan atau
menghanyutkan benda-benda tertentu yang disebut ubo rampe laabuhan yang
diletakkan di tempat-tempat tertentu yang disebut petilasan.
3) Siraman Pusaka, dilaksanakan setiap selasa kliwon, rabu legi/jumat kliwon,
sabtu legi setiap bulan suro. Dilaksanakan di : Cepuri kraton, museum kereta
kraton, dan astana pajimatan imogiri.
b. Pranoto Mongso
Adalah kalender tradisional tentang aturan musim yang telah lama dikenal
terutama oleh masyarakat petani di Pulau Jawa. Kalender ini merupakan kalender
berbasis peredaran semu matahari, yang pada jamannya merupakan pedoman
yang andal bagi para petani untuk jadual bercocok tanam di sawah.

4. Hubungan antara Agama dan Budaya


Agama tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena agama dapat tersampaikan
pada manusia atas dasar kebudayaan. Misalnya upacara sekaten yang merupakan
uypacara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Wali Songo dalam
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa menggunakan seni dan budaya. Misalnya
tembang lir – ilir, jamuran, lepetan, cublak-cublak sueng.

I.2. Tugas Pokok dan Fungsi Instansi


a. Tugas
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral mempunyai
tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum, urusan pemerintahan bidang perumahan dan Kawasan permukiman serta
urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral.
b. Fungsi
Dinas mempunyai fungsi :
1) Penyusunan program kerja Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi
Sumber Daya Mineral;
2) Perumusan kebijakan teknis urusan pekerjaan umum, perumahan dan Kawasan
permukiman, serta energi sumber daya mineral;
3) Penyiapan bahan dan pembinaan urusan pekerjaan umum, perumahan dan
Kawasan permukiman, serta energi sumber daya mineral;
4) Pengembangan dan pengelolaan urusan pekerjaan umum, perumahan dan
Kawasan permukiman, serta energi sumber daya mineral;
5) Pengawasan dan pengendalian urusan pekerjaan umum, perumahan dan Kawasan
permukiman, serta energi sumber daya mineral;
6) Pengembangan jasa konstruksi;
7) Pengelolaan infrastruktur air limbah dan air minum perkotaan;
8) Pengawasan dan pengendalian perizinan energi sumber daya mineral;
9) Fasilitasi pembinaan urusan di bidang pekerjaan umum dan perumahan serta
Kawasan permukiman kabupaten/kota;
10) Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja urusan di bidang pekerjaan umum,
perumahan dan Kawasan permukiman, serta energi sumber daya mineral;
11) Pelaksanaan pelayanan umum urusan pekerjaan umum, perumahan dan Kawasan
permukiman, serta energi sumber daya mineral;
12) Pelaksanaan kegiatan kesekretariatan;
13) Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan;
14) Pemantauan, pengevaluasian, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan bidang
pekerjaan umum, perumahan dan Kawasan permukiman serta energi sumber daya
mineral;
15) Pelaksanaan koordinasi, pemantauan, evaluasi, pembinaan dan pengawasan
urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum, perumahan dan Kawasan
permukiman yang menjadi kewenangan Pemerintah kabupaten/kota;
16) Penyusunan laporan pelaksanaan tugas dinas; dan
17) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan
tugas dinas.

I.3. Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan


a. Tugas
Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman
mempunyai tugas melaksanakan pengembangan air minum dan penyehatan
lingkungan.
b. Fungsi
Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman
mempunyai fungsi :
1) Penyusunan program kerja Seksi Pengembangan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman;
2) Pengembangan sarana dan prasarana system penyediaan air minum regional,
system pengelolaan air limbah domestic regional, dan sampah regional;
3) Fasilitasi pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan sarana
dan prasarana system penyediaan air minum regional, system pengelolaan air
limbah domestic regional;
4) Pengendalian pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarna system penyediaan
air minum regional, system pengelolaan air limbah domestic regional, dan sampah
regional;
5) Fasilitasi pelaksanaan pengembangan system penyediaan air minum perdesaan;
6) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan Seksi Pengembangan
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman;
7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsi
Dinas.
II. PEMBAHASAN

II.1. Keterkaitan Seni Budaya dengan Tupoksi Instansi


Nilai dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu
Hayuning Bawana, yang artinya kewajiban untuk melindungi, memelihara, serta
membina keselamatan dunia dan lebih memprioritaskan kepentingnan masyarakat
daripada kepentingan pribadi. Dunia yang dimaksud pun mencakup seluruh peri
kehidupan dalam skala kecil, yaitu keluarga ataupun masyarakat dan lingkungan
hidupnya.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 tahun 2011
tentang Tata Nilai Budaya Yogyakarta, terdapat sekitar 14 tata nilai budaya Yogyakarta,
dimana salah satunya adalah tata nilai penataan ruang dan arsitektur. Secara historis dan
filosofis, nilai-nilai dasar penataan ruang Yogyakarta telah diletakkan dan disusun oleh
Sultan Hamengku Buwono I. Pemilihan lokasi topografis kraton, penamaan bangunan,
penamaan ruang terbuka, pembuatan dan penamaan jalan, penentuan jenis dan nama
tanaman, kesemuanya melambangkan nilai-nilai perjalanan hidup manusia dan
keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan
manusia dengan alam. Nilai-nilai simbolik dari tata ruang kraton yaitu mengingatkan
manusia agar senantiasa sadar diri (eling) tentang asal muasal kehidupannya dan tempat
kembalinya kelak.

Perjalanan hidup manusia dilambangkan dalam tata ruang bangunan dan tanaman dalam
alur garis simbolis-filosofis dari Panggung Krapyak ke utara hingga Kompleks Kraton
sector selatan. Lambang itu menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir dari
rahim ibunya, kemudian memasuki masa remaja, kemudian akil baligh. Setelah melewati
masa remaja dan memasuki kedewasaan, tahap selanjutnya adalah saling menyukai lawan
jenis yang dilanjutkan ke jenjang perkawinan dengan melahirkan anak, dimana bayi ini
kelak akan lahir sebagaia calon (magang; dilambangkan dengan Kemagangan) manusia
dewasa.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pada akhirnya manusia juga akan kembali kepada
penciptaNya. Garis simbolis-filosofis dari Tugu Golong-Gilig atau Tugu Pal Putih hingga
Kraton melambangkan perjalanan manusia menghadap Sang Pencipta.

Bertitik tolak pada tata nilai budaya Yogyakarta, maka pengelolaan dan pemanfaatan
ruang DIY harus mengacu pada filosofi :

1) Harmoni, kelestarian lingkungan, social ekonomi (hamemayu hayuning bawana);


2) Spiritual-transeden (sangkan paraning dumadi);
3) Humanism, asas kempemimpinan demokratis (manunggaling kawula lan Gusti);
4) Kebersamaan (tahta untuk rakyat);
5) Harmonisasi lingkungan (sumbu imajiner Laut Selatan-Kraton-Gunung Merapi);
6) Ketaatan historis (sumbu filosofis Panggung Krapyak-Kraton-Tugu);
7) Filosofi inti kota (catur gatra tunggal); dan
8) Delineasi spasial perkotaan Yogyakarta ditandai dengan keberadaan masjid pathok
negara.

Keterkaitan tata nilai penataan ruang dan arsitektur ini dengan tugas dan fungsi Dinas
PUPESDM DIY adalah :
1) Dalam penataan ruang suatu kawasan atau kota harus disediakan ruang publik dan
bangunan yang mencukupi bagi intensitas dan perkembangan komunikasi manusia
dengan Tuhan;
2) Menyediakan ruang public sebagai tempat interaksi antara manusia sebagai tempat
pengembangan diri manusia di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun kebudayaan.
3) Menjaga nilai-nilai ekologis, yang menjamin terlaksananya transformasi dan sinergi
energi antara unsur alam, baik yang berupa benda-benda tak hidup (aiar, tanah,
bebatuan, udara, air, dll), tumbuh-tumbuhan, maupun hewan.

II.2. Peran Seni Budaya dalam Menunjang Tupoksi Jabatan


Sejalan dengan perkembangan penduduk dan perpindahan penduduk ke arah perkotaan,
perlu dirancang penataan kota yang baik, agar suatu kota dapat mendukung kehidupan
masyarakat yang ada di kota tersebut. Dengan melihat sejarah tumbuh dan
berkembangnya Kota Yogyakarta, yang dimulai oleh Sultan Hamengku Buwono I,
dimana penataan bangunan, jalan, dan lain-lain selalu memperhatikan keharmonisan
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia
dengan alam. Sudah seyogyanya, kita selaku stake holder pelaksana pembangunan
infrastruktur memperhatikan dan mempedomani tata nilai tersebut. Dan terbukti penataan
ruang pada masa Sultan HB I sudah menggunakan pola zoning sebagaimana yang saat ini
diterapkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, sebagai berikut :
1) Guna lahan : Kawasan Kraton Yogyakarta mewadahi berbagai macam fungsi, yaitu
permukiman, Pendidikan, pariwisata, perdagangan, dan jasa;
2) Peran budaya dan lingkungan :di dalam Kawasan Kraton Yogyakarta masih sarat
dengan
3) peninggalan asset budaya, sejarah, dan wisata;
4) Peran sosial: area permukiman dalam bentuk perkampungan tradisional yang masih
5) merupakan asset yang menyimpan dan menampiilkan sosok asli kehidupan Kota
Yogyakarta;
6) Peran ekonomi: Kawasan kraton Yogyakarta merupakan kawasan wisata yang
menunjang perekonomian Yogyakarta.

Berdasarkan tata nilai penataan ruang dan arsitektur tersebut diharapkan pemanfaatan
ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya disesuaikan dengan daya
tamping dan daya dukung lingkungan Daerah Aliran Sungai;
2) Perlu lebih diperketat terkait perijinan perkembangan wilayah terbangun di sekitar
kawasan perkotaan Kota Yogyakarta;
3) Mempertahankan dan melindungi guna lahan khas yang telah menjadi ikon DIY;
4) Mempertahankan luas lahan sawah dalam bentuk lahan pertanian guna menjaga
stabilitas dan ketahanan pangan nasional;
5) Keterpaduan penataan ruang kabupaten/kota;
6) Pengelolaan wilayah pesisir laut secara terpadu;
7) Pengelolaan potensi ekosistem langka dan spesifik yang perlu dikelola dalam taraf
nasional seperti Cagar Akam Karst;
8) Pemanfaatana ruang di kawasan perkotaan diarahkan untuk berkembang secara
intensifikasi yang akan meminimalisasi penambahan luas kawasan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas tentang tata nilai penataan ruang dan arsitektur, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1) Penataan ruang suatu daerah diperlukan agar pemanfaatan sumber daya alam dapat
terkendali guna mencapai keserasian dan keseimbangan, serta tidak melampaui daya
dukung lingkungan;
2) Jika ingin mempertahankan ciri khas Kota Yogyakarta yang tidak dimiliki oleh kota-
kota lain, maka pembangunan dan penataan ruang harus disesuaikan dengan prinsip
pembangunan kota berbasis budaya;
3) Kebijakan pemanfaatan ruang didasari filosofi Hamemayu Hayuning Bawono,
dimana dalam konteks perwilayahan, artinya rahayuning bawono kapurbo
waskithaning manungso, artinya selaras menjaga kelestarian dan keselarasan
hubungan Tuhan, alam, dan manusia.

b. Saran
1) Tata nilai budaya yang menjadi ciri khas keistimeraan Yogyakarta perlu lebih
disosialisasikan lagi kepada masyarakat luas terutama kepada para pemangku
kepentingan yang terlibat dalam perencanaan dan pembangunan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
2) Perencanaan tata ruang dan pemanfaatana ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta tetap
menjunjung tinggi filosofi inti kota (catur gatra tunggal), yaitu penataan ruang
keistimewaan DIY harus berlandaskan konsep inti kota Yogyakarta yang memiliki
sejarah tinggi (historical), mampu mengarahkan perkembangan keruangan (spatial)
karena eksistensi dan kelestarian inti kota;
3) Selain itu tetap memperhatikan delineasi spasial (pathok negara), yaitu penataan
ruang harus menjadi dasar untuk melestarikan tata ruang pada aspek karakter
kawasan, baik pada kawasan terbangun maupun pada kawasan alamiah.

Anda mungkin juga menyukai