Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Heritage memiliki nilai sejarah yang tinggi dan dapat dinikmati hingga

saat ini. Nilai sejarah yang terkandung merupakan sebuah keunikan dan karakter

khas pada kawasan heritage. Keunikan dan karakter kawasan heritage tersebut

berkaitan dengan sejarah perkembangan fisik sebuah kota. Heritage adalah

warisan atau kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dan

memiliki nilai penting bagi suatu masyarakat atau bangsa. Heritage dapat berupa

objek maupun praktik budaya, seperti situs bersejarah, bangunan tua, tradisi adat,

tarian, musik, dan seni rupa. Objek-objek heritage dapat menjadi daya tarik wisata

yang menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional, karena mampu

memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang sejarah, budaya, dan tradisi

suatu tempat. Selain itu, pengelolaan dan pemeliharaan heritage juga sangat

penting untuk menjaga identitas dan keberlanjutan budaya suatu masyarakat.

Proses penentuan heritage atau warisan budaya dapat berbeda-beda di

setiap negara atau daerah, tergantung pada kebijakan dan regulasi yang berlaku.

Namun, pada umumnya, proses penentuan heritage dilakukan dengan beberapa

langkah penting. Pertama, dilakukan identifikasi untuk mengumpulkan informasi

dan data mengenai objek atau praktik budaya yang dianggap memiliki nilai

1
penting bagi suatu masyarakat atau bangsa. Langkah kedua adalah evaluasi, di

mana dilakukan penilaian terhadap objek atau praktik budaya yang telah

diidentifikasi dengan mengacu pada kriteria tertentu, seperti usia, keunikan,

keaslian, dan signifikansi dalam sejarah atau kebudayaan suatu masyarakat.

Setelah itu, dilakukan seleksi terhadap objek atau praktik budaya yang memenuhi

kriteria dan dianggap memiliki nilai penting yang tinggi untuk menjadi heritage

yang diwariskan kepada generasi selanjutnya. Heritage yang telah ditentukan

perlu dipelihara dengan baik agar tetap terjaga keaslian dan kualitasnya, dengan

berbagai kegiatan seperti restorasi, konservasi, dan dokumentasi. Terakhir,

heritage perlu dipromosikan kepada masyarakat dan wisatawan sehingga dapat

memberikan manfaat bagi pariwisata dan meningkatkan apresiasi terhadap

kebudayaan suatu daerah atau bangsa. Proses penentuan heritage perlu dilakukan

secara hati-hati dan terus-menerus, agar heritage dapat tetap terjaga dan

memberikan manfaat bagi masyarakat dan pariwisata.

Di Indonesia, heritage dilindungi oleh undang-undang No. 11 Tahun 2010

tentang Cagar Budaya. Undang-undang ini memberikan pengakuan terhadap

keberadaan cagar budaya dan memuat ketentuan tentang identifikasi, registrasi,

perlindungan, pengawasan, dan penataan cagar budaya. Selanjutnya pada BAB IV

Pasal 23 Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 1 Tahun 2020 tentang Cagar

Budaya menyebutkan bahwa pengelolaan Cagar Budaya dilakukan berdasarkan

tahapan sebagai berikut a. Pelestarian; b. Pelindungan; c. Pengembangan; d.

Pemanfaatan. Dan pada pasal 26 menyebutkan bahwa Penyelamatan Cagar

Budaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dilakukan untuk mencegah: a.


kerusakan karena faktor manusia dan/atau alam yang mengakibatkan berubahnya

keaslian dan nilai-nilai yang menyertainya; dan b. pemindahan dan beralihnya

pemilikan dan/atau penguasaan Cagar Budaya yang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Heritage memiliki manfaat yang sangat penting bagi masyarakat dan

bangsa. Pertama-tama, heritage merupakan bagian penting dari identitas suatu

masyarakat atau bangsa. Heritage mencerminkan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai

yang dipegang oleh masyarakat. Dengan menjaga dan melestarikan heritage,

masyarakat dapat mempertahankan identitas budayanya. Selain itu, heritage juga

dapat menjadi daya tarik pariwisata yang dapat membawa manfaat ekonomi bagi

masyarakat dan bangsa. Warisan budaya seperti bangunan bersejarah, situs

arkeologi, atau tradisi seni dapat menarik wisatawan dari berbagai negara dan

meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata. Heritage juga dapat dijadikan

sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran bagi masyarakat, terutama bagi

generasi muda. Melalui warisan budaya, masyarakat dapat belajar tentang sejarah

dan nilai-nilai budaya yang dipegang oleh nenek moyang mereka. Selain itu,

heritage dapat memperkuat ikatan sosial dan mempererat hubungan antar

masyarakat. Masyarakat dapat merayakan tradisi dan budaya bersama-sama, yang

dapat membawa manfaat bagi kesejahteraan sosial. Selain itu, heritage juga dapat

menjadi sumber penelitian dan pengembangan dalam berbagai bidang seperti

sejarah, arkeologi, seni, dan arsitektur. Melalui penelitian, masyarakat dapat

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan budaya mereka,

serta memanfaatkan warisan budaya untuk pengembangan di berbagai bidang.


Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan warisan

budaya agar tetap hidup dan berkembang, serta memberikan manfaat bagi

masyarakat. Dengan begitu, heritage dapat menjadi aset yang sangat berharga

bagi masyarakat dan bangsa.

Di Kota Sukabumi, terdapat beberapa tempat-tempat peninggalan Belanda

saat masa kolonial yang keberadaannya sangat terekspos, berada dititik yang

banyak dilalui oleh masyarakat kota Sukabumi. Namun kurangnya informasi dan

pengelolaannya membuat peninggalan-peninggalan tersebut kurang terkenal dan

terbengkalai, bahkan tidak banyak pula masyarakat yang mengetahuinya. Padahal,

seharusnya peninggalan-peninggalan tersebut dapat menjadi objek wisat yang

juga memberikan pengetahuan sejarah kepada masyarakat, khususnya generasi

mendatang. Adapun objek wisata heritage tersebut, yakni sebagai berikut:

Tabel 1.1
Objek Wisata Heritage Di Kota Sukabumi
Lokasi
No. Objek Wisata
(Kecamatan)
1. Rumah Bekas Tahanan Bung Hatta dan Syahrir Kecamatan Gunung Puyuh
2. Masjid Agung Kota Sukabumi Kecamatan Cikole
3. Gereja Sidang Kristus Kecamatan Cikole
4. Vihara Widhi Sakti Kecamatan Warudoyong
5. Stasiun Kereta Api Kecamatan Cikole
6. Makam Eyang Dalem Suryadiningrat Kecamatan Lembur Situ
7. Gedung Juang 45 Kecamatan Cikole
8. Kantor Pos Sukabumi Kecamatan Warudoyong
9. Kotak Surat Kecamatan Gunung Puyuh,
Kecamatan Lembursitu, dam
Kecamatan Warudoyong
10. Terowongan bawah tanah Kecamatan Warudoyong
Sumber: Kamajaya, 2019
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa lokasi peninggalan sejarah tersebut

berada di Kecamatan yang sering dilalui oleh masyarakat. Namun, ironisnya

banyak terjadi proses pelemahan nilai sejarah dalam tubuh masyarakat kota
Sukabumi, yang disebabkan karena pengaruh cepatnya perkembangan zaman

yang beralih pada dunia digita. Sehingga peninggalan tersebut hanya menjadi

pajangan semata yang seakan tidak memiliki nilai sejarah apapun. Hal ini menjadi

tugas utama pemerintah, khususnya Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kota Sukabumi, dan dibantu oleh seluruh masyarakat Kota

Sukabumi untuk dapat menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah ini, agar

selain dapat menjadi ikon Kota Sukabumi, dapat juga memberikan manfaat secara

ekonomi bagi masyarakat sekitar. Sesuai dengan tugas Peraturan Wali Kota

Sukabumi Nomor 59 Tahun 2020 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,

Tugas Pokok, Fungsi, Dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan yang

menyebutkan bahwa bidang kebudayaan membawahi seksi cagar budaya,

museum, sejarah dan tradisi yang memiliki tugas menyusun bahan perumusan

kebijakan teknis dan koordinasi pelaksanaan kebijakan, menyusun bahan

pembinaan, menyusun bahan fasilitasi di bidang pengelolaan museum,

pengelolaan cagar budaya, pembinaan sejarah, pelestarian tradisi, pembinaan seni

dan kelembagaan, serta sarana prasarana kebudayaan dan kesenian, serta

menyelenggarakan kegiatan lingkup museum, cagar budaya, sejarah dan nilai-

nilai tradisional, pembinaan seni dan kelembagaan, serta sarana prasarana

kebudayaan dan kesenian.

Hasil observasi yang peneliti lakukan pada bidang kebudayaan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, faktor-faktor yang menghambat

pembangunan wisata heritage di Kota Sukabumi diantaranya yaitu :


1. Belum adanya penetapan bangunan heritage di Kota Sukabumi, karena untuk

menetapkan bangunan heritage memiliki proses yang panjang dan harus di

kaji terlebih dahulu oleh tim ahli Cagar Budaya yang bersertifikasi. Sedangkan

di daerah Sukabumi dan sekitarnya belum memiliki tim ahli cagar budaya yang

terdiri dari ahli antropolog, ahli hukum, ahli sosiolog, ahli arsitek, dan ahli

sejarah yang lulus sertifikasi Cagar Budaya.

2. Belum ada peraturan daerah yang mengatur lebih spesifik mengenai heritage.

Dalam hal ini heritage masih mengacu pada Peraturan Daerah Kota Sukabumi

Nomor 1 Tahun 2020 tentang Cagar Budaya.

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk

meneliti bagaimana kapabilitas pemerintah, dalam hal ini Bidang Kebudayaan

pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengelola hal ini, dengan judul

penelitian “Kapabilitas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam

Pengelolaan Wisata Heritage di Kota Sukabumi”

1.2 Fokus Masalah dan Pertanyaan Pokok Penelitian

Bagaimanakah kapabilitas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam

pengelolaan wisata heritage di Kota Sukabumi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kapabilitas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam

pengelolaan wisata heritage di Kota Sukabumi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis
Untuk menambah wawasan bagi peneliti tentang teori dan praktek

tentang pengelolaan objek wisata, khususnya wisata heritage.

2. Secara Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi

Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah

Kota Sukabumi untuk mempertahankan dan mengembangkan

kapabilitas pengelolaan obyek wisata heritage di Kota Sukabumi.

b. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapakan dapat menjadi sebuah pijakan awal dalam

mengembangkan penelitian selanjutnya dan memberikan informasi

sebagai referensi yang terkait dengan kapabilitas pengelolaan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP PENELITIAN DAN PREMIS

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Pengertian Kapabilitas

Semua organisasi baik organisasi lembaga publik maupun organisasi

perusahaan, memiliki ciri-ciri organisasi yang sama yaitu suatu bentuk kerja sama

manusia untuk mencapai tujuan tertentu atas unsur-unsur individu, kelompok dan

struktur organisasi. Sedangkan yang menjadi perbedaan hanya pada tujuan

organisasi yang ingin dicapai. Dari unsur manusianya baik pimpinan, staf,

pegawai maupun aparatusnya semuanya diperlukan persyaratan adanya

kemampuan kerja (abilities, capabilities, skills) untuk kinerja (performance)

bidang-bidang tugas yang dipercayakan.

Menurut Amir (2011:86) menjelaskan bahwa “kapabilitas ialah

kemampuan mengeksploitasi secara baik sumber daya yang dimiliki dalam diri

maupun di dalam organisasi, serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas

tertentu ataupun serangkaian aktivitas. Ibarat individu, belum tentu seorang yang

memiliki bakat, misalnya pemain piano bisa bermain piano dengan baik. Ini

sangat ditentukan dengan bagaimana ia mengembangkannya dengan latihan, dan

belajar.” Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin (2008:56) yang

mengartikan bahwa “kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh

tap-tiap individu untuk melakasanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil

8
9

kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa

yang dilakukan oleh orang tersebut.”

Menurut Moenir (1998:116), “kapabilitas atau kemampuan adalah berasal

dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas dan pekerjaan berarti

dapatmelakukan tugas, pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai

dengan yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata sifat dan

keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat melaksanakan

tugas atau pekerjaan atas dasar ketentuan yang ada. Kemajuan suatu organisasi

sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia.”

Menurut Sampurno (2011:40) “kapabilitas merepresentasikan seperangkat

sumber terintegrasi yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas – aktivitas

penting. Kapabilitas atau kemampuan menyatu dalam pengetahuan dan

keterampilan pekerja atau individu yang ada dalam perusahaan ataupun

organisasi. Kapabilitas diartikan sebagai potensi untuk menjalankan aktivitas

tertentu atau serangkaian aktivitas.” “Terkadang istilah ‘kecakapan’ digunakan

untuk merujuk pada kemampuan kita menjalankan aktvitas fungsional, sementara

‘kapabilitas’ dianggap bagaimana mengkombinasikan berbagai kecakapan”

(Amir, 2011:88).

2.1.1.1. Definisi Kapabilitas Organisasi

Kapasitas sebuah organisasi untuk memanfaatkan sumber dayanya, baik

yang berwujud maupun tidak berwujud, untuk menciptakan barang atau jasa,

itulah yang disebut sebagai kapabilitas. Kapasitas ini hanya ada ketika sumber
10

daya dapat dikombinasikan dengan cara yang memungkinkan mereka untuk

melakukan tugas-tugas tertentu atau serangkaian tugas yang diantisipasi. Sebagai

hasilnya, kapabilitas organisasi mencerminkan kapasitasnya untuk memanfaatkan

dan meningkatkan sumber dayanya secara efektif.

Menurut Hubeis dan Najib (2014:47) “kapabilitas organisasi adalah

kumpulan sumber daya yang menampilkan tugas atau aktivitas secara integratif.

Biasanya, kapabilitas organisasi ditentukan berdasarkan dua pendekatan, yaitu (1)

pendekatan fungsional dan (2) pendekatan rantai nilai (Value Chain). Kedua

pendekatan tersebut banyak digunakan oleh organisasi untuk membentuk

kapabilitas organisasi. akan tetapi, yang perlu digaris bawahi kapabilitas hanya

dapat dibentuk jika ada kerjasama yang terjalin diantara berbagai sumber daya

dalam orgaisasi. Pada organisasi yang kompleks, kapabilitas mempengaruhi

struktur hierarki organisasi tersebut. Semakin tinggi tingkat kapabilitas, semakin

banyak pula integrasi antar kapabilitas yang tingkatnya lebih rendah. Oleh karena

itu dalam hal ini sangat diperlukan perpaduan diantara kapabilitas fungsional yang

ada dalam organisasi.”

Sampurno (2011:52) menjelaskan “kapabilitas organisasi yaitu kapasitas

organisasi dalam menempatkan dan memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi

keinginan dan hasil yang dikehendaki oleh organisasi. kapabilitas organisasi

memerlukan berbagai keahlian individual yang diintegrasikan dengan tekhnologi,

peralatan dan berbagai sumber daya lainnya.” “Kapabilitas organisasi

menekankan pada peran kunci manajemen stratejik dalam adaptasi yang tepat,

integrasi dan rekonfigurasi internal dan skill organisasional, sumber daya dan
11

kompetensi fungsional sehingga terjadi kesesuaian dengan perubahan lingkungan”

(Teece, Et al dalam Sampurno, 2011:37).

Sampurno (2011:52) menjelaskan “Kapabilitas organisasi yaitu kapasitas

organisasi dalam menempatkan dan memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi

keinginan dan hasil yang dikehendaki oleh organisasi. kapabilitas organisasi

memerlukan berbagai keahlian individu yang diintegrasikan dengan teknologi,

peralatan dan berbagai sumber daya lainnya. Kapabilitas organisasi adalah salah

satu sumber daya yang relatif sangat sulit dialihkan karena berbasis pada sumber

daya yang bersifat team bukan individual.”

Menurut Barney (dalam Kusumasari, 2014:43)” Kemampuan organisasi

diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama bagi pembangkitan dan

pengembangan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.” Mengamati

kemampuan (kapabilitas) mungkin merupakan masalah struktural yang palik

signifikan dalam pengelolaan organisasi yang kompleks saat ini, Leonard Barton

dalam Kusumasari (2014:44) mengasumsikan bahwa “pendeskripsian

kemampuan, seperti unik, khas, sulit untuk ditiru, atau unggul dalam kompetisi,

telah cukup jelas, terutama jika referensi juga dibuat untuk penempatan sumber

daya atau keterampilan.” Menurut Makadok dalam Kusumasari (2014:43)

mendefinisikan bahwa “kapabilitas sebagai jenis khusus dari sumber daya yang

tidak dapat diganti dan melekat pada organisasi yang tujuannya untuk

meningkatkan produktivitas sumber daya lainnya.”

Menurut Schreyogg (dalam Kusumasari, 2014:45) “Kapabilitas tidak

merepresentasi salah satu sumber daya saja, tanpa penunjukan pada sumber daya
12

lain, seperti aset keuangan, teknologi atau tenaga kerja, tetapi lebih merupakan

cara yang khas dan unggul dalam mengalokasikan sumber daya. Kapabalitas atau

kemampuan sangat penting dimiliki oleh organisasi, karena kemampuan

diidentifikasi sebagai salah satu sumber utama bagi pembangkitan dan

pengembangan kompetitif, ketidak pastian dan perubahan lingkungan menjadi

alasan kapabilitas harus dimiliki oleh organisasi untuk berubah dan

mengembangkan prasyarat penting dengan cepat untuk mempertahan keunggulan

kompetitif.”

Sampurno (2011:55) mengatakan, “sangat penting untuk membedakan

antara sumber daya dan kapabilitas perusahaan. Sumber daya adalah aset

produktif yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan kapabilitas adalah apa yang

dapat dilakukan oleh perusahaan. Sumber daya tunggal tidak memiliki banyak

makna dalam keunggulankompetitif, harus bekerjasama untuk menciptakan

kapabilitas organisasi. dalam membangun dan mempertahankan sumberdaya dan

kapabilitas organisasi memerlukan dua kondisi yaitu : scarcity dan relevance. Jika

sumber daya atau kapabilitas tersedia secara luas dalam industri, hal ini mungkin

esensial untuk bersaing tetapi tidak mencukupi sebagai basis keunggulan

kompetitif.”

2.1.1.2. Dimensi Kapabilitas

Menurut Thomson dan Strickland (2003) dalam Sampurno (2011)

menjelaskan, “utnuk menganalisis kekuatan dan kapabilitas sumber daya

perusahaan, aspek – aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah

sebagai berikut:
13

1. Keterampilan atau keahlian mencakup kekuatan dalam keahlian,

layanan prima, iklan yang unik. Ketrampilan dan keahlian ini perlu

diproteksi oleh perusahaan sehingga tidak mudah ditiru oleh

kompetitor.

2. Aset fisik yang bernilai mencakup fasilitas produksi dengan peralatan

yang baik, fasilitas distribusi yang luas, network dan sistem

informasi).

3. Aset sumber daya manusia mencakup pekerja yang berpengalaman

dan capable, pekerja yang berbakat di area kunci, pekerja yang enerjik

dan bermotivasi tinggi. Dalam konteks ini perlu diperhatikan apakah

perusahaan memberikan peluang yang memadai bagi karyawan untuk

meningkatkan kapabilitasnya.

4. Aset organisasi yang bernilai system control yang berkualitas sistem

tekhnologi yang mumpuni, aset organisasi ini sangat penting karena

berkaitan dengan kecepatan perusahaan dalam menengarai

permasalahan yang telah dan yang akan dihadapi untuk kemudian

mengambil keputusan yang tepat dan cepat.

5. Kapabilitas bersaing mencakup kemampuan perusahaan dalam waktu

relative pendek meluncurkan produk baru, kemitraan yang kuat

dengan pemasok kunci, dan yang terpenting ialah merespons

perubahan yang terjadi pada kondisi pasar dan kemampuan yang

terlatih baik dalam melayani pelanggan.


14

6. Aliansi dan kerjasama kolaborasi kemitraan dengan pemasok dan

pemasar dapat memperkuat daya saing perusahaan. Hubungan

perusahaan dengan pemasok dan pemasar sangat strategis karena

dengan kemitraan yang baik dan saling menguntungkan akan dapat

menciptakan keunggulan bersaing.”

Amir (2011:98) “dalam menentukan keberhasilan kapabilitas organisasi,

perlu di perhatikan adalah fungsi keuangan, pemasaran, operasi, dan sumber daya

manusia. Adapun penjelasannyaa sebagai berikut:

1. Fungsi keuangan Sumber dana, cara pengelolaan nya, sehingga

menciptakan keuangan yang sehat dalam penjalanan aktivitas dari

organisasi tersebut.

2. Operasi Memiliki sistem operasi yang baik apakah mau continus

(dimana produk diproses secara berkelanjutan sehingga perlu

perangkat otomatis) atau bisa juga yang berkaitan dengan operating

leverage, terkait dengan bagaimana dampak aktivitas penjualan

berdampak pada pendapatan.

3. Sumber Daya Manusia memiliki tim kerja yang solid, hubungan

industrial, mutu suasana kerja yang baik, serta perhatian perusahaan

dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.”

Sedangkan menurut Kusumasari (2014:48) “sumber daya dan faktor

penting yang harus dimiliki pemerintah untuk menciptakan organisasi yang

berkemampuan baik, yang harus dimiliki yakni sebagai berikut:


15

1. Kelembagaan Penganturan kelembagaan yang efektif seperti

memiliki struktur organisai, peran, tugas, tanggung jawab yang jelas

serta mampu menjalin networking dengan semua level pemerintah.

2. Sumber Daya Manusia memiliki sumber daya yang cukup disertai

dengan pembagian pekerjaan dan delegasi yang jelas, serta memiliki

personel dengan pengetahuan yang baik tentang manajemen bencana.

3. Keuangan memiliki dukungan keuangan yang memadai untuk

mendukung semua aktivitas dalam manajemen bencana.

4. Teknis memiliki sistem logistik manajemen dan, informasi yang

efektif kepada seluruh masyarakat.”

Berdasarkan penjelasan mengenai dimensi kapabilitas menurut para ahli,

dalam penelitian ini peneliti akan mengacu pada teori menurut Kusumasari (2014)

dengan menggunakan 4 indikator, yaitu kelembagaan, sumber daya manusia,

keuangan dan teknis.

1.5.2 Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan menurut bahasa dari kata kelola yaitu penyelenggaraan

(Poerwadarminta, 1976:469). Sedangkan menurut Siswanto (2005:21)

pengelolaan adalah suatu aktifitas yang sistematis dan saling bersusulan agar

tercapai suatu tujuan. Andrew (1985), pengelolaan adalah aktivitas perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian

komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan setiap organisasi yang

bertujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi sehingga menghasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.


16

1.5.3 Pengertian Objek Wisata

Upaya-upaya perlindungan anak harus telah dimulai sedini mungkin, agar

kelak dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan Negara.

Dalam Pasal 2 ayat (3) dan (4) undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, ditentukan bahwa: “Anak berhak atas

pemeliharaandan perlindungan baik semasa kandungan maupun sesudah

dilahirkan.

Menurut Yoeti, (1985) “ objek wisata atau disebut juga dengan istilah

‘tourist attractions’ artinya segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi

pengunjung ke suatu daerah tertentu. Secara umum, wisata adalah perjalanan

seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tujuan, yaitu menikmati objek

wisata atau daya tarik wisata.” Dalam hal ini, daya tarik wisata adalah sasaran

wisatawan untuk melakukan kegiatan kepariwisatanya. Daya tarik wisata menurut

Maryani (1991) pada umumnya berdasarkan atas:

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, indah

dan bersih.

b. Adanya aksebilitas yang tinggi.

c. Adanya ciri khusus yang bersifat langka.

d. Objek wisata alam memiliki daya tarik yang tinggi karena keindahan alam

hutan, pantai, pegunungan, sungai, pasir, dan sebagainya.


17

Objek wisata budaya memiliki daya tarik yang tinggi karena memiliki nilai

khusus seperti upacara-upacara adat, aktraksi kesenian, nilai luhur yang

terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.

1.5.4 Heritage

Heritage seringkali dipahami terlalu spesifik, yaitu semata-mata berwisata

mengunjungi gedung atau bangunan kuno. Demikian pula, dengan berdirinya

klub-klub pemerhati dan pecinta kota tua yang menggunakan heritage sebagai

sebutannya, seperti : Jakarta Heritage Society, Bandung Heritage Society, hingga

Magelang Heritage Society.

Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di

Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage)

Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka

Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta,

rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air

Indonesia, secara sendirisendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam

interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka

Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud

(intangible). Pusaka Saujana adalah gabungan. Selanjutnya, Howard

mengingatkan bahwa peninggalan atau warisan orang per orang pun masuk dalam

katagori heritage. Terserah pada keluarga mereka apakah akan menyimpan dan

memelihara kenangan atas, katakan, kakek atau nenek mereka. Baik itu dalam

bentuk petuah, buku harian, koleksi buku, etos kerja, mobil tua, album foto, dan

lain-lain. Khusus untuk gedung atau bangunan tua, yang bisa dikategorikan
18

sebagai pusaka kota, kita bisa mengacu pada UU No 5 Tahun 1992, tentang Cagar

Budaya. Dalam UU itu, kategori gedung atau bangunan yang berusia di atas 50

tahun bisa dimasukkan sebagai cagar budaya yang keberadaannya harus

dilindungi dan dilestarikan.

1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan peneliti dalam melakukan

penelitian, sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul yang sedang diteliti.

Namun peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian ini. Berikut merupakan penelitian

terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan

peneliti.

Penelitian pertama yang dijadikan rujukan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawati, Purnomo, dan Idris (2021) dengan judul penelitian “Kapabilitas

Masyarakat dalam Mengelola Kampoeng Heritage Kajoetangan Kota Malang”.

Penelitiannya ini yaitu untuk menganalisis kapabilitas masyarakat dalam

mengelolanya. Hasil penelitian ini mengisi kekosongan dalam kajian kapabilitas

masyarakat dalam mengelola daerah tujuan wisata. Data penelitian dikumpulkan

menggunakan teknik wawancara pada pengurus Kelompok Sadar Wisata dan

warga setempat. Hasil pengumpulan data dianalisis menggunakan model interaktif

dengan mengacu pada teori Inskeep tentang kapabilitas masyarakat. Hasil dari

penelitian tentang kapabilitas digambarkan dalam bentuk kemampuan pengelolaan


19

dan penyediaan fasilitas pariwisata. Namun temuan lapangan menunjukkan bahwa

tingkat kapabilitas mereka masih relatif rendah karena belum seluruh masyarakat

mau terlibat secara aktif. Oleh karena itu riset berikutnya disarankan untuk

mengkaji terkait dampak sosial-ekonomi masyarakat dalam kegiatan pariwisata.

Penelitian kedua yang dijadikan rujukan penelitian adalah penelitian yang

dilakukan oleh Githa, dkk. (2020) dengan judul penelitian “Pengembangan

Indigenous Tourism dengan Perspektif Dynamic Governance (Studi pada

Kampung Heritage Kayutangan Kota Malang)”. Program ini bertujuan untuk

meningkatkan daya tarik wisata Kota Malang serta meningkatkan perekonomian

dan mengoptimalkan indigenous tourism Kampung Kayutangan. Kampung

Kayutangan memiliki banyak produk wisata yang potensial untuk dikembangkan.

Namun, semenjak diresmikan sebagai desa wisata masih belum terlihat dampak

yang signifikan terhadap perekonomian. Belum banyak masyarakat yang terlibat

langsung dalam pengelolaan dan pengembangan desa wisata ini. Banyaknya

jumlah pengunjung tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai. Ini

disebabkan kurang terkonsepnya model kampung wisata yang sesuai dengan

potensi dan indigenous tourims yangdimiliki. Tujuan penelitian ini untuk: a).

Menganalisis Implementasi Dynamic Governance dalam Pengembangan

Indigenous Tourism dan menemukembangkan yang relevan dalam Pengembangan

Indigenous Tourism di Kampung Wisata Heritage Kayutangan Kota Malang.

Penelitian ini menemukan perbedaan model Dynamic Governance yang

diterapkan saat ini di Kampung Heritage Kayutangan dengan model Dynamic

Governance yang ideal. Berdasarkan perbedaan tersebut maka dikembangkan


20

sebuah Model Dynamic Governance yang relevan dalam Pengembangan

Indigenous Tourism dengan mengadopsi model Quadruple Helix di Kampung

Heritage Kayutangan.

Dari paparan 2 penelitian terdahulu diatas, yang membedakan penelitian

terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah mereka

berfokus pada strategi pengelolaan objek wisata heritage. Sedangkan penelitian

skripsi ini memfokuskan pada kapabilitas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

dalam pengelolaan wisata heritage di Kota Sukabumi. Selain itu perbedaannya

terletak pada alat analisis yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan

analisis SWOT. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan teori menurut

Kusumasari (2014) dengan indikator kelembagaan, sumber daya manusia,

keuangan dan teknis.

1.7 Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti akan mengacu pada teori menurut

Kusumasari (2014) dengan menggunakan 4 indikator, yaitu kelembagaan, sumber

daya manusia, keuangan dan teknis. Penggunaan teori Kusumasari (2014)

disebabkan karena pendapat dan dimensinya ini tergolong mudah untuk dipahami

oleh peneliti. Selain itu, pendapat dari Kusumasari (2014) ini pun dinilai relevan

dengan fokus pembahasan tentang Kapabilitas Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan

Dalam Pengelolaan Wisata Heritage Di Kota Sukabumi. Hasil dari analisis

tersebut peneliti berharap supaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota

Sukabumi dapat mempertahankan dan mengembangkan pengelolaan obyek wisata

heritage. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
21
22

Fenomena Masalah :
1. Belum adanya penetapan bangunan cagar budaya di Kota Sukabumi
karena belum adanya Tim Ahli Cagar Budaya
2. Belum ada peraturan daerah yang mengatur lebih spesifik mengenai
heritage.

Kusumasari (2014)
 Kelembagaan
Peraturan Daerah Kota
 Sumber daya manusia
Sukabumi Nomor 1 Tahun 2020
tentang Cagar Budaya  Keuangan
 Teknis

Pembentukan tim ahli cagar budaya dan penetapan heritage di Kota Sukabumi berdampak
positif bagi pemgembangan pariwisata di Kota Sukabumi

Sumber: Penelitian, 2023


Gambar 2.1
Konsep Penelitian

1.8 Premis

Premis (pangkal pemikiran) pada dasarnya digunakan untuk

mengargumentasikan jawaban sementara terhadap pernyataan pokok peneliti

sehingga dapat mengarah pada penelitian selajutnya. Premis pada penelitian ini

adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi akan memiliki

kapabilitas dalam pengelolaan pariwisata heritage jika didukung dengan

kelembagaan yang kuat, sumber daya manusia yang mumpuni, keuangan


23

(anggaran) yang cukup, dan teknik pelaksanaan yang berkekuatan hukum berupa

Peraturan Walikota melalui pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya.


BAB III

METODE PENELITIAN

1.9 Metode Penelitian

Satori dan Komariah (2017:2-3) dalam bukunya Metode Penelitian

Kualitatif mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu usaha menemukan

pengetahuan ilmiah. Penelitian merupakan aktivitas yang menggunakan kekuatan

pikir dan aktifitas observasi dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu untuk

menghasilkan ilmu pengetahuan guna memecahkan suatu persoalan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode ini digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Metode ini menggunakan

metode penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Denzim dan Lincon dalam

Satori dan Komariah (2017: 23).

“Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang merupakan latar alamiah


dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik
khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan
tersendirimsehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif”.

Adapun jenis dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan

situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk

oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan

yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Satori dan Komariah (2017:25). Jenis

24
25

penelitian kualitatif yang peneliti gunakan ini bermaksud agar lebih mengetahui

tentang Kapabilitas Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan

Wisata Heritage Di Kota Sukabumi.

1.10 Indikator Penelitian

Indikator pada penelitian ini berfokus kepada bagaimana kapabilitas Dinas

Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan Wisata Heritage Di Kota

Sukabumi. Dalam mengkaji kapabilitas dinas dalam mengelola Wisata Heritage

Di Kota Sukabumi maka harus adanya beberapa faktor dan variabel yang nantinya

dapat mendukung pengelolaan Wisata Heritage Di Kota Sukabumi tersebut.

Terdapat faktor-faktor yang saling mempengaruhi sesuai dengan faktor-faktor

variabel yang dikemukakan Kusumasari (2015) dengan 4 indikator, yaitu

kelembagaan, sumber daya manusia, keuangan dan teknis.

1.11 Unit Analisis dan Setting Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi unit penelitian adalah Dinas Pendidikan

Dan Kebudayaan Kota Sukabumi. Menurut Satori dan Komariah (2017:48)

menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah

populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada

situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi,

tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan

dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi

narasumber, pastisipan, narasumber, teman, guru atau konsulat dalam penelitian.


26

Sampel dalam penelitian kualitatif juga bukan disebut sampel statistik tetapi

sampel teoritis karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan

teori. Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber

data pada situasi sosial (social situation) tertentu yang menjadi subjek

penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang

objek penelitian. Satori dan Komariah (2017:48-49).

Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui tentang suatu

persoalan atau permasalahan tertentu mengenai suatu informasi, informan juga

merupakan orang yang terlibat langsung dengan peneliti sehingga dapat

memberikan manfaat bagi peneliti berupa informasi dan data yang dapat diperoleh

dengan jelas kebenarannya. Penentuan informan dalam penelitian menggunakan

Purposive Sampling, yaitu teknik yang menentukann subjek/objek sesuai tujuan

penelitian. Dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik

peneliti, peneliti memilih subjek/objek sebagai unil analisis. Peneliti memilih unit

analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis

tersebut representatif. Satori dan Komariah (2017:47-48).


27

Tabel 3.1
Data Informan
No Informan Jabatan Alasan
Karena bagian ini merupakan
bagian terpenting yang
Kepala Dinas
bertanggungjawab langsung
1 Informan 1 Pendidikan dan
terhadap permasalahan yang
Kebudayaan
menyangkut pengelolaan
wisata.
Sebagai pihak yang
Kepala Bidang
2 Informan 2 mengetahui keadaan Wisata
Kebudayaan
Heritage Di Kota Sukabumi
Sebagai pihak yang
3 Informan 3 Staf Bidang Kebudayaan mengetahui keadaan Wisata
Heritage Di Kota Sukabumi
Sebagai pengamat Wisata
4 Informan 4 Budayawan/Sejarawan
Heritage Di Kota Sukabumi.
Sumber : Penelitian, 2023

1.12 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data merupakan fase terpenting dalam sebuah

penelitian. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mendapatkan informasi dan data

yang sesuai. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data

tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana Kapabilitas Dinas Pendidikan

Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan Wisata Heritage Di Kota Sukabumi.

Dengan penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

adalah sebagai berikut :


28

Observasi

Teknik
Wawancara
Pengumpulan Data

Dokumentasi

Sumber : Penelitian, 2022


Gambar 3.1
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi

Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti

pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi penelitian kualitatif adalah

pengamatan langsung terhadap objek, situasi, konteks dasn maknanya dalam

upaya mengumpulkan data penelitian. Satori dan Komariah (2017:105).

Dalam penelitian ini teknik observasi dilakukan agar dapat menggali

informasi-informasi yang peneliti butuhkan kemudian teknik observasi ini juga

dapat digunakan untuk menggali kenyataan-kenyataan yang terjadi serta untuk

mengamati fenomena-fenomena masalah yang terjadi di Dinas Pendidikan Dan

Kebudayaan Dalam Pengelolaan Wisata Di Kota Sukabumi. Sehingga, dengan

menggunakan teknik observasi ini peneliti menemukan fenomena masalah yang

terjadi di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan Wisata Di Kota

Sukabumi. Dalam observasi ini peneliti mulai dating langsung ke tempat tujuan

yang akan menjadi lokus penelitian, akan tetapi peneliti belum terlibat langsung
29

pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung dilapangan. Namun dalam hal ini

peneliti berterus terang kepada kepada sumber data bahwa peneliti memiliki

maksud dan tujuan untuk melakukan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan

dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui

percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya

mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari

informasi. Satori dan Komariah (2017:130).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara semistruktur.

Dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta

pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Satori dan Komariah (2017:135). Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu

kepada Kepala Bidang Kebudayaan Dalam Pengelolaan Wisata Heritage Di Kota

Sukabumi.

3. Dokumentasi

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti tidak hanya mendapatkan

informasi dari orang yang sebagai narasumber saja. Akan tetapi peneliti
30

memperoleh informasi lainnya dari berbagai macam sumber tertulis atau dari

dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni

dan karya pikir. Satori dan Komariah (2017:148).

1.13 Validasi Data

Dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Tentunya data

menjadi faktor utama dalam penentuan benar tidaknya dari suatu penelitian.

Temuan atau data akan dinyatakan valid atau benar apabila tidak terjadi perbedaan

antara yang dilaporkan peneliti atau apa yang terjadi sebenarnya pada objek yang

diteliti dilapangan.

Teknik pengembangan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

triangulasi. Triangulasi menurut Satori dan Komariah (2017:170) yaitu

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Sehingga

ada triangulasi sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data dan

triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara melakukan eksplorasi untuk

mengecek kebenaran data dari berbagai sumber. Kemudian data tersebut

dideskripsikan, dikategorikan mana pandangan yang sama dari sumber data

tersebut. Kemudian dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chek) dengan sumber data tersebut

(Satori dan Komariah, 2017:170).


31

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data

yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi

teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda, yakni wawancara, observasi dan dokumentasi. Apabila data yang

dipeoleh tidak sesuai maka peneliti perlu melakukan diskusi lebih lanjut dengan

sumber data untuk memastikan data yang dianggap benar (Satori dan Komariah,

2017:171).

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dilakukan dengan mengecek konsistensi, kedalaman

dan ketepatan/kebenaran suatu data dengan melakukan triangulasi waktu. Menguji

kredibilas data dengan triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan

data pada waktu yang berbeda (Satori dan Komariah, 2017:171).

Penelitian ini menggunakan Triangulasi sumber. Jenis triangulasi ini

dilakukan dengan dua cara. Pertama, data yang sejenis dikumpulkan dengan

berbagai sumber data yang tersedia dengan teknik pengambilan data sama. Kedua,

data yang sejenis dikumpulkan dari sumber data yang memanfaatkan jenis sumber

data yang berbeda-berbeda untuk menggali data yang sejenis disisni tekanannya

pada perbeda sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain.

Validitas merupakan salah satu kekuatan penelitian kualitatif dan

didasarkan pada penentuan apakah temuan yang didapat akurat dari sudut

pandang peneliti partisipan atau pembaca (Creswell, 2016:269).


32

1.14 Analisis Data

Analisis data menurut Satori dan Komariah (2017:201-202) analisis data

kualitatif dapat dipandang sebagai sebuah proses dan juga dipandang sebagai

penjelasan tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis

data. Maka dalam konteks keduanya analisis data adalah proses mencari dan

menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam pola,

memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun oranglain.

Analisis data yang dikemukakan oleh Nasution dalam Satori dan

Komariah (2017: 216). “Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada

dasarnya dilakukan secara kesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki

lapangan, memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan.”

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan observasi,

wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi Data
33

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan pada

penyederhanaan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan

membuat ringkasan, menelusur tema, menulis tema dan sebagainya dengan

maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

Proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkab,

mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap

penting oleh peneliti. Sumber data yang diperlukan diklasifikasikan menjadi data

primer dan data sekunder. Data primer diambil dari informan penelitian yaitu tim

yang mengelola pariwisata. Sedangkan data sekunder diambil dari berbagai

dokumentasi foto, rekaman suara atau literasi yang berhubungan dengan materi

penelitian.

3. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data (Display Data) dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Selain dari itu

penyajian data dapatdilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang

sering digunakan yaitu dengan menggunakan teks naratif. Sekumpulan informasi

tersusun akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata

lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola

hubungan dari pertanyaan wawancara penelitian dan deskripsi hasil wawancara

yang telah dilakukan di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan

Wisata Heritage Di Kota Sukabumi.


34

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan

Merupakan kegiatan terakhir dalam analisis data. Penarikan kesimpulan

berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang

ada. Dalam penelitian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut,

berulang dan terus-menerus.

1.15 Lokasi dan Jadwal Penelitian

1.15.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Dalam

Pengelolaan Wisata Kota Sukabumi yang beralamat di Jalan Pelabuhan II KM. 5,

Cipanengah, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43134.

1.15.2 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian merupakan waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti

sebelum melakukan penelitian. Jadwal penelitian merupaka pedoman atau acuan

bagi peneliti dalam melakukan penelitian agar penelitian yang dilakukan selesai

tepat pada waktu yang telah ditentukannya. Adapun jadwal penelitian yang

dilakukan peneliti sebagai berikut :


Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Tahun dan Bulan
September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No Agenda Kegiatan
2022 2022 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Pe rsiapan
1 Bimbingan Awal
2 Pengajuan Judul
3 Pengurusan Izin
Tahap Pe laksanaan
4 Observasi Awal
5 Bimbingan Penyusunan UP
6 Seminar UP
7 Revisi UP
Tahap Pe nye le saian
8 Wawancara
9 Pengumpulan Data
10 Bimbingan Penyusunan Skripsi
11 Sidang Skripsi

Sumber : Diolah peneliti, 2023

35

Anda mungkin juga menyukai