Anda di halaman 1dari 19

2014

1

KAJIAN
KAWASAN CAGAR BUDAYA TUK UMBUL WARUNGBOTO

Tim Peneliti
Bappeda Kota Yogyakarta dan PT. Kirana Adhirajasa Indonesia

Abstrak
Sebagai Kawasan Cagar Budaya, pemanfaatan Kawasan Tuk Umbul Warungboto selama
ini belum optimal. Kondisi saat ini sangat memprihatinkan karena sebagai situs peninggalan
bersejarah perawatan dilakukan terkesan seadanya dan tanpa melibatkan ahli yang melakukan
pengawasan secara khusus. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi potensi agar menjadi daya
tarik wisata tanpa meninggalkan unsur konservasi dan pelestarian warisan budaya. Daya tarik
pesanggrahan ini berupa situs reruntuhan bangunan serta kolam mata air tawar, yang diharapkan
dapat meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal yang harus dilakukan dalam pengembangan
Kawasan Tuk Umbul Warungboto yaitu dengan meningkatkan peran serta masyarakat yang dapat
dilakukan dengan pola perencanaan dan pengelolaan pariwisata yang tepat, komprehensif, strategis,
efektif dan efisien yang menguntungkan semua pemangku kepentingan dengan tetap berkoordinasi
dengan sektor-sektor terkait dalam sistem kepariwisataan.

I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai ibukota pemerintahan DIY
sejak masa kasultanan. Kota Yogyakarta
juga merupakan salah satu Daerah
Tujuan Wisata dengan keragaman atraksi
dan daya tarik wisata yang tersebar
sehingga dijuluki sebagai Kota wisata.
Budaya merupakan salah satu daya tarik
utama Kota Yogyakarta. Hal itu tidak
lepas dari keberadaan Kraton Yogyakarta
sebagai salah satu pusat Budaya Jawa
Kraton Yogyakarta sekaligus tempat
tinggal Sri Sultan Hamengku Buwana
sebagai Raja Yogyakarta beserta
keluarganya.
Daya tarik wisata budaya yang
dapat dinikmati wisatawan di sekitar atau









yang berhubungan dengan Kraton
Yogyakarta selain kratonnya itu sendiri
adalah Tamansari, Alun-alun selatan, dan
beberapa peninggalan bekas
pesanggrahan kraton atau keluarga kraton
di masa lalu. Salah satu pesanggrahan
yang terletak di luar area Kraton
Yogyakarta adalah Pesanggrahan
Warungboto atau Pesanggrahan
Rejowinangun dengan Tuk Umbul di
dalamnya. Pesanggrahan ini terletak di
Jalan Veteran Kelurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Daya tarik dari pesanggrahan ini selain
berupa situs reruntuhan bangunan
serta kolam mata air tawar yang oleh
masyarakat sekitar dijuluki dengan Tuk
Umbul.
2014
2

Karena situs ini berupa reruntuhan
dan kondisinya memprihatinkan, maka
sebagai upaya pengembangan daya tarik
ini perlu perencanaan yang matang dan
memperhatikan faktor fisik, sosial,
budaya, ekonomi dan lingkungan yang
mempengaruhinya.

1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
1. Mengidentifikasi dan menganalis
potensi Kawasan Cagar Budaya Tuk
Umbul Warungboto untuk dapat
lestari dan mampu menjadi daya tarik
wisata.
2. Merumuskan strategi pelestarian dan
pengembangan Kawasan Cagar
Budaya Tuk Umbul Warungboto yang
tepat sehingga dapat lestari dan
berkembang sebagai daya tarik
wisata.

1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1. Teridentifikasinya komponen potensi
Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto sebagai daya tarik
wisata
2. Tersedianya perencanaan dan
pengembangan potensi di Kawasan
Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto .
3. Tersedianya analisis strategi,
kebijakan dan rencana
pengembangan Kawasan Cagar
Budaya Tuk Umbul Warungboto

1.4. Pendekatan Yang Digunakan
Kegiatan ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan
pertimbangan bahwa data yang
dikumpulkan lebih banyak bersifat
deskriptif dan perlu interpretasi
mendalam. Namun demikian pendekatan
kuantitatif juga digunakan karena
beberapa pertanyaan juga akan mudah
dijawab melalui pendekatan deskriptif
kuantitatif.
Adapun penelitian dalam kegiatan
ini merupakan penelitian terapan yaitu
dengan keinginan untuk menjawab atau
mencari solusi pemecahan masalah-
masalah terkait dengan kebijakan
sehingga solusi yang dihasilkan dapat
diimplementasikan sebagai dasar dalam
pengambilan kebijakan dan keputusan
pengembangan Kawasan Cagar Budaya
Tuk Umbul Warungboto.

1.5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif sesuai dengan pendekatannya.
Analisis kualitatif dilakukan dengan
melakukan interpretasi terhadap hasil-
hasil analisa data untuk mendapatkan
gambaran yang muncul dibalik data
tersebut. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan statistik distribusi
frekuensi.

II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengelolaan Cagar Budaya
2014
3

Pengelolaan warisan budaya
dilakukan dengan memperhatikan prinsip
kemanfaatan, keamanan, keterawatan,
keaslian, keberlanjutan dan nilai-nilai yang
melekat padanya dan diarahkan untuk
memacu pengembangan ekonomi yang
hasilnya digunakan untuk pemeliharaan
warisan dan peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Keterlibatan masyarakat mulai
mendapat perhatian, dengan diberi
kesempatan untuk terlibat dalam
pengembangan dan pengelolaan seperti
tercantum dalam UU No 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya pasal 78 ayat 2
yaitu bahwa Setiap Orang dapat
melakukan Pengembangan setelah
memperoleh : (1). izin dari pemerintah
atau pemerintah daerah; dan (2). Izin
pemilik dan/atau yang menguasai cagar
budaya.
Peran serta masyarakat jelas
tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi
DIY No 6 tahun 2012 pada bab IX Pasal
67 yang menyebutkan:
1) Masyarakat dapat berperan serta
dalam Pelestarian Warisan Budaya
dan Cagar Budaya.
2) Peran serta masyarakat dalam
Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Membantu upaya Pelindungan,
Pengembangan dan
Pemanfaatan Warisan Budaya
dan Cagar Budaya;
b. Memberikan bantuan pendanaan
yang sah dan tidak mengikat bagi
Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya;
c. Melakukan Pengamanan
sementara Warisan Budaya dan
Cagar Budaya dalam keadaan
darurat dan kondisi tertentu;
d. Melakukan advokasi, publikasi
serta sosialisasi upaya
Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya bersama
Pemerintah Daerah dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota;
e. Memberikan masukan dalam
penetapan batas situs dan
kawasan Cagar Budaya kepada
Pemerintah Daerah dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota;
f. Melaporkan kepada instansi yang
berwenang di bidang Cagar
Budaya apabila terjadi indikasi
kemusnahan, kerusakan dan
kehilangan Warisan Budaya dan
Cagar Budaya;
g. Melaporkan temuan objek yang
diduga Cagar Budaya kepada
instansi yang berwenang di
bidang Cagar Budaya;
h. Mendaftarkan objek yang diduga
Cagar Budaya; dan
i. Melakukan pengawasan
Pelestarian Cagar Budaya.

2.2. Pemanfaatan Benda Cagar
Budaya
2014
4

Dalam Undang-undang RI Nomor 11
tahun 2010 pada pasal 85 disebutkan
bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan setiap orang dapat memanfaatkan
Cagar Budaya untuk kepentingan agama,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi, kebudayaan dan pariwisata.
Pemerintah dan pemerintah daerah
memfasilitasi pemanfaatan dan promosi
Cagar budaya yang dilakukan oleh setiap
orang berupa ijin pemanfaatan, dukungan
tenaga ahli pelestarian, dukungan dana /
pelatihan
a. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan agama yaitu untuk
tempat ibadah harus memenuhi
kriteria memiliki fungsi awal sebagai
bangunan tempat ibadah, masih
dimanfaatkan untuk tempat ibadah,
dan cagar budaya Dead Monument
dapat dimanfaatkan untuk tempat
ibadah dengan izin.
b. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan sosial didasarkan pada
kriteria memiliki kapasitas ruang yang
memungkinkan untuk kegiatan sosial,
memiliki fungsi pemersatu kehidupan
sosial masyarakat, dan tidak
bertentangan dengan karakter dan
sifat cagar budaya itu sendiri.
c. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan pendidikan didasarkan
pada kriteria memiliki nilai-nilai yang
dapat meningkatkan kualitas karakter
dan jatidiri masyarakat, memiliki nilai-
nilai yang dapat meningkatkan
intelektualitas masyarakat,
mengandung unsur-unsur yang dapat
menginspirasi dan menumbuhkan
kreativitas masyarakat.
d. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan ilmu pengetahuan
didasarkan pada kriteria memiliki
nilai-nilai yang dapat meningkatkan
kualitas pengetahuan, dan
mengandung potensi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan teknologi didasarkan
pada kriteria memiliki keunggulan
teknologi pengerjaan pada masanya,
menjadi dasar penerapan tehnologi
pada masa kini dan layak
dipertahankan untuk masa yang akan
datang.
f. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan kebudayaan didasarkan
pada kriteria memiliki kandungan nilai
seni dan estetika, menjadi contoh
tradisi budaya masyarakat tertentu,
dan menjadi bagian jati diri dari
masyarakat, dan
g. Pemanfaatan cagar budaya untuk
kepentingan pariwisata didasarkan
pada kriteria memiliki nilai ekonomi
yang layak jual, memiliki kapasitas
ruang yang memungkinkan untuk
pengunjung, tidak membahayakan
pengunjung, dan memiliki daya tarik
yang dapat membangkitkan minat
kunjung wisatawan.

Pemanfaatan warisan budaya
sebagai daya tarik wisata dapat
2014
5

membantu penyadaran terhadap perilaku
masyarakat, yaitu perilaku yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip
upaya pelestarian warisan budaya. Hal itu
karena pariwisata menuntut keunikan dan
kekhasan obyek wisata sebagai daya
tarik, sehingga menyadarkan masyarakat
untuk turut serta menjaganya

2.3. Pengembangan Pariwisata
Sebagian besar pemanfaatan cagar
budaya di Indonesia adalah digunakan
untuk kegiatan pariwisata, dan kegiatan
pariwisata perlu pengembangan yang
terus menerus agar memberikan manfaat
bagi masyarakat. Wisatawan memegang
peranan penting dalam mengembangkan
potensi kepariwisataan di suatu daerah,
karena pengembang harus berpedoman
kepada apa yang dicari oleh wisatawan.
Pengembangan pariwisata
memerlukan pengelolaan yang dapat
mengintegrasikan berbagai kepentingan.
Dalam pengelolaan objek dan daya tarik
wisata perlu diperhatikan hal-hal antara
lain:
1. Kemampuan mendorong peningkatan
dan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya,
2. Nilai-nilai agama, adat-istiadat, serta
pandangan dan nilai-nilai yang hidup
di masyarakat,
3. Kelestarian budaya dan mutu
lingkungan hidup,
4. Kelangsungan usaha itu sendiri
Pengembangan pariwisata harus
memperhatikan peningkatan peran serta
masyarakat yang dapat dilakukan dengan
pola perencanaan dan pengelolaan
pariwisata yang tepat, komprehensif,
strategis, efisien, dan efektif yang
menguntungkan semua pemangku
kepentingan dengan mengkoordinasikan
sektor-sektor terkait dalam sistem
kepariwisataan melalui pemberdayaan
masyarakat
Pengembangan pariwisata
memerlukan strategi yang tepat agar
keberhasilannya bisa maksimal, beberapa
strategi pengembangan pariwisata yaitu
1. Strategi Pengembangan Produk,
2. Strategi Pengembangan Pasar,
3. Strategi Pengembangan SDM dan
Kelembagaan,
4. Strategi Tema Pengembangan, dan
5. Strategi Pengembangan promosi

2.4. Dampak Pariwisata
Dampak pariwisata terutama
berkaitan dengan perekonomian di daerah
tujuan, seperti banyak menyediakan
lapangan kerja bagi masyarakat.
a. Dampak positif pariwisata yaitu :
Perekonomian di daerah tujuan,
Gunn (1988:3)
Sosial dan budaya, Ahimsa
2004:17) munculnya pola perilaku,
pola interaksi sosial, relasi-relasi
sosial yang memperkuat integrasi
sosial masyarakat itu sendiri,
sehingga mampu mencegah
konflik-konflik, memudahkan
masyarakat mencapai tujuan, dan
2014
6

mewujudkan berbagai macam cita-
cita



b. Dampak negative pariwisata yaitu
menurut Foster (1994:23) dampak
pariwisata terhadap karakter bangsa,
karena secara mencolok pariwisata
menempatkan wisatawan yang
makmur di tengah-tengah penduduk
lokal yang miskin sehingga
menimbulkan kegelisahan sosial

III. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Fisik
Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto secara administratif berada di
Kelurahan Warungboto, Kecamatan
Umbulharjo, berada di pinggir jalan
Veteran, Warungboto. Saat ini kondisi
situs ini sangat memprihatinkan, meskipun
setiap hari ada empat orang petugas dari
Balai Peninggalan Pelestarian Purbakala
melakukan pembersihan di sekitar lokasi
pesanggrahan. Kondisi ini diperparah
dengan hujan abu dari Gunung Kelud
yang menerpa Kota Jogja beberapa waktu
lalu, sehingga mayoritas bangunan
dipenuhi abu melekat di dinding bangunan
yang tersisa.
Masalah lain yang mengancam
keberadaan situs ini adalah makin
menyempitnya area pesanggrahan,
meskipun sudah dipasang pagar
pengaman. Lokasi yang sudah menjadi
wewenang Balai Pelestarian Cagar
Budaya DIY hanya yang berada di dalam
pagar. Padahal, kalau dilihat dari
konstruksi bangunan, masih ada bagian
dari pesanggrahan tetapi berada di area
luar pagar yang tanahnya sudah menjadi
milik warga lengkap dengan sertifikatnya.
Situs ini belum mendapat prioritas untuk
renovasi, sedangkan renovasi terakhir
dilakukan pada tahun 2009 itu pun hanya
di bagian utama bangunan. Sayangnya, di
lokasi renovasi itu, sekarang ini oleh
warga digunakan untuk berolahraga
dengan mendirikan lapangan bulu tangkis.
















2014
7

Gambar 1: Peta Pesanggrahan Tuk Umbul Warungboto tahun 1936



Gambar 2: Peta Pesanggrahan Tuk Umbul Warungboto tahun 1982


2014
8

Gambar 3: Peta Pesanggrahan Tuk Umbul Warungboto tahun 2007


Gambar 4: Siteplan Pesanggrahan Tuk Umbul Warungboto tahun 2014

2014
9

3.2. Aspek-aspek pariwisata di Cagar
Budaya Tuk Umbul Warungboto
Dengan memanfaatkan cagar
budaya untuk kegiatan pariwisata
diharapkan bisa menghasilkan dana untuk
upaya perlindungan dan pelestarian itu
sendiri, dan lebih luas masyarakat sekitar
juga langsung bisa memperoleh
manfaatnya.
Dalam pengembangan cagar
budaya untuk pariwisata dibutuhkan
aspek-aspek yang akan dikembangkan
yaitu Attraction (daya tarik wisata),
Accesibilities (kemudahan pencapaian),
Amenities (fasilitas dan penunjang
pariwisata), dan Ancillary service (layanan
pendukung pariwisata), dan Institutions
(kelembagaan). Apabila ingin
mengembangkan Pesanggrahan
Warungboto dan Tuk Umbul perlu
dilakukan identifikasi potensi yang dimiliki

3.2.1. Attraction (daya tarik wisata)
Pesanggrahan Warungboto pada
saat ini berupa reruntuhan yang masih
menyisakan keindahan masa lalu. Namun
selain reruntuhan bangunan tersebut, di
dalam lokasi situs tidak terdapat daya tarik
lain yang bisa ditawarkan. Hal itu karena
lokasi pesanggrahan hanya memiliki luas
sangat terbatas di dalam pagar saja.
Namun demikian, lokasi pesanggrahan
tidak begitu jauh dari Kebun Raya dan
Kebun Binatang Gembiraloka maupun
kota tua Kota Gede, tetapi tidak dalam
satu kawasan



Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto, selain memiliki daya tarik
berupa bangunan fisik juga memiliki daya
tarik nilai penting yang terkandung di
dalamnya, antara lain:
1. Nilai Sejarah
Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto merupakan sisa dari
Pesanggrahan Rejowinangun yang
dibangun atas perintah oleh Sultan
HB II sebelum menjadi Raja
Kasultanan Yogyakarta. Keberadaan
Pesanggrahan ini sudah disebutkan
dalam catatan Belanda maupun
babad dan serat.
2. Nilai Kebudayaan
Adanya refleksi keharmonisan antara
alam kehidupan manusia
(mikrokosmos) dengan alam raya
(makrokosmos) yang
dimanifestasikan dalam bangunan
yang mengandung dan
memanfaatkan unsur alam (sungai
2014
10

dan mata air) yang dilengkapi dengan
sarana peribadatan. Keharmonisan
juga nampak dari penataan ruang
yang simetris berporos Timur-Barat
3. Nilai Estetika
Penataan bangunan yang
memanfaatkan undaan tebing sungai
dan disusun secara simetris
memberikan makna keindahan, dan
reruntuhan bangunan yang ada
menampakkan bentuk-bentuk megah
dengan pintu berbentuk arcade
4. Nilai Asosiatif
Keberadaan Cagar Budaya Tuk
Umbul Warungboto memiliki
keterkaitan yang erat dengan
Pesanggrahan-psanggrahan lain
yang dibangun pada masa Sultan HB
II khususnya dan berkaitan dengan
keberadaan Kraton Yogyakarta.
5. Nilai Informasi
Keberadaan Cagar Budaya tuk umbul
Warungboto memberikan informasi
mengenai hasil karya monumentaldari
masa Sultan HB II dan juga informasi
tentang teknik rancang bangun yang
digunakan pada masa
pembangunannya.
6. Nilai Ekonomi
Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto akan memiliki nilai
ekonomi apabila dijadikan objek
wisata, meskipun diperlukan
penataan lingkungan agar lebih
memberikan nilai jual.

3.2.2. Accesibilities (kemudahan
pencapaian)
Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto berada tepat di pinggir Jalan
Veteran, Kalurahan Warungboto,
Kecamatan Umbulharjo, berjarak sekitar 6
Km dari titik 0 pusat Kota Yogyakarta.
Jalan Veteran yang melewati
pesanggrahan ini sudah beraspal halus
dan merupakan salah satu jalan
penghubung antara Jalan Kusumanegara
dengan Kawasan Kotagede dan XT
Square yaitu pasar seni dan Kerajinan
Kota Yogyakarta.
Meskipun berada di pinggir jalan,
namun sayangnya, rambu-rambu
penunjuk arah menuju situs ini sangat
jarang, sehingga apabila calon wisatawan
yang belum tahu keadaan dan lokasi
persisnya situs ini akan mengalami
kesulitan. Jalan di depan Tuk Umbul
sebenarnya dilewati angkutan umum,
namun sangat disayangkan bahwa kondisi
bus kota dan Kobutri yang beroperasi di
wilayah Kota Yogyakarta bisa dikatakan
kurang baik.
Dengan kemudahan pencapaian,
maupun lokasinya yang berada tidak jauh
dari Objek Wisata Unggulan Kebun Raya
dan Kebun Binatang Gembiraloka serta
Kotagede ternyata tidak membuat Cagar
Budaya Tuk Umbul Warungboto ini
banyak dikunjungi wisatawan.



2014
11

3.2.3. Amenities (fasilitas dan
penunjang pariwisata)
Sampai saat ini di lingkungan
Pesanggrahan Warungboto sama sekali
tidak memiliki fasilitas penunjang
kepariwisataan, misalnya tidak tersedia
toilet, toko cindera mata, pusat informasi,
pemandu wisata, maupun fasilitas-fasilitas
yang dibutuhkan wisatawan. Lokasi parkir
juga tidak tersedia, namun di sisi selatan
di luar pagar situs terdapat lahan kosong
bekas urugan milik penduduk, yang bisa
digunakan untuk lahan parkir. Tetapi
disekitar Pesanggrahan Warungboto
terdapat banyak tempat penginapan dan
restoran.

3.2.4. Ancillary service (Fasilitas
Pendukung Kepariwisataan)
Ketersediaan fasilitas pendukung
kepariwisataan Pesanggrahan
Warungboto cukup lengkap. Lokasi ini
tidak begitu jauh dengan RS Happy Land
dan RSI Hidayatullah yang berada di
Jalan Veteran masih dalam jalur jalan
yang sama. Selain Rumah sakit, di
wilayah kecamatan Umbulharjo juga
terdapat 2 buah Puskesmas, yaitu
Puskesmas Umbulharjo I dan Puskesmas
Umbulharjo II.
Disamping itu ada beberapa fasilitas
pendukung wisata yang lain seperti
Terminal Bus, Pasar Seni XT Square,
Pasar Induk Giwangan, Pabrik susu SGM,
banyaknya gedung-gedung perkantoran
pemerintah, Perbankan, Pusat-pusat
Perbelanjaan, Kantong-kantong
Asrama/Kost Mahasiswa, dan ratusan
atau mungkin ribuan
pedagang/pengusaha kecil

3.2.5. Institutions (Kelembagaan)
Dari sisi kelembagaan, sebagai
sebuah Bangunan Cagar budaya
1
Tuk
Umbul Warungboto berada di bawah
wewenang Balai Pelestarian Cagar
Budaya (BPCB) DIY. Di Yogyakarta
terdapat berbagai asosiasi pariwisata aktif
yang bisa mendukung pengembangan
Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto
sebagai daya tarik wisata. Asosiasi
tersebut meliputi Asita, PHRI, HPI, APTA,
Paguyuban Dimas Diajeng, Asosiasi Duta
Wisata Indonesia, Java Promo, dan
sebagainya. Peran terbesar mereka
terutama untuk mempromosikan
keberadaan Cagar Budaya tuk Umbul
Warungboto, meskipun selama ini
keberadaannya belum masuk dalam
agenda promosi kepariwisataan
Yogyakarta.

3.3. Pembahasan
3.3.1. Penilaian dan Pembobotan
Dalam penilaian terhadap potensi
pengembangan daya tarik wisata ini,
komponen-komponen yang menjadi dasar
penilaian meliputi 5 parameter yang
memiliki unsur penilaian yang berbeda-
beda, yakni:

1
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan
yang terbuat dari benda alam atau benda buatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang
berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap
(UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya)
2014
12

a. Parameter Kualitas dan Keunikan
ODTW meliputi: (1) keunikan atraksi
wisata yang berupa penilaian tingkat
keunikan objek/daya tarik dinilai dari
kelangkaannya yakni apakah objek
mudah ditemukan di tempat lain atau
tidak dan; (2) keragaman daya tarik
(kuantitas) yaitu objek/daya tarik
wisata suatu propinsi dinilai
keragaman muatan isi atau daya tarik
wisata yang dimilikinya.
b. Parameter Skala Pemasaran Objek
yaitu penilaian terhadap objek/daya
tarik yang dinilai dari kemungkinan
luas jangkauan pemanfaatan
wisatawan terhadap suatu objek.
c. Tingkat kunjungan wisatawan yaitu
penilaian terhadap tinggi rendahnya
angka kunjungan ke masing-masing
objek wisata.
d. Parameter Tingkat Dukungan dan
Aksessibilitas Pencapaian yaitu
penilaian terhadap kemudahan
keterjangkauan menuju objek seperti
link dengan pintu masuk utama kota,
letaknya pada jalur kunjungan, jarak
tempuh yang relatif mudah, waktu
tempuh relatif pendek, dukungan
moda transportasi menuju objek.
e. Parameter Tingkat Dukungan Sarana
Prasarana Penunjang yaitu penilaian
terhadap ketersediaan fasilitas
akomodasi, agen/biro perjalanan,
dukungan sarana transportasi
maupun fasilitas umum penunjang
wisata lainnya seperti telepon
maupun tourist information centre.
3.3.2. Keunikan/kelangkaan
Dari sisi keunikan/kelangkaan Cagar
Budaya Tuk Umbul Warungboto berada
pada skala 4 yaitu bila objek jarang
ditemukan di tempat lain dan memiliki
keunikan tersendiri. Meskipun tinggal
reruntuhan, namun masih bisa
diidentifikasi tentang bentuk
bangunannya, karena reruntuhan yang
ada masih menyisakan beberapa bagian
yang utuh.


3.3.3. Keragaman Daya Tarik
Dari sisi ragam daya tarik,
keberadaan Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto hanya mendapatkan skor 1
karena hanya terdiri satu daya tarik, yaitu
berupa reruntuhan bangunan saja. Tidak
ada daya tarik lain yang tersedia di tempat
tersebut.

3.3.4. Kondisi Fisik Lingkungan/
Spasial
Kondisi fisik dan spasial juga hanya
mendapatkan skor 1 saja karena di Cagar
Budaya tuk Umbul Warungboto belum
ada penataan ruang dalam objek, dan
2014
13

tidak memiliki lahan untuk
pengembangan. Pesanggrahan ini berada
di dalam pagar yang dibuat oleh BPCB
untuk menandai luas lahan yang dimiliki
pemerintah. Lahan di luar pagar adalah
pemukiman padat milik warga.

3.3.5. Skala Pemasaran Objek
Dari sisi pemasaran memperoleh
skor 1, karena selama ini promosi
terhadap Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto belum tergarap dengan baik.
Pemerintah belum mengagendakan
promosi terhadap situs ini sebagai tujuan
wisata. Hal itu tentu saja berpengaruh
terhadap kepopuleran situs ini.

3.3.6. Tingkat Kunjungan
Tingkat kunjungan ke Cagar Budaya
Tuk Umbul Warungboto mendapatkan
skor 2, yaitu jarang dikunjungi. Meskipun
lokasinya di pinggir jalan yang cukup
ramai, namun belum tentu dalam satu
Minggu penuh ada pengunjung yang
datang.

3.3.7. Ketersediaan Moda Transportasi
Ketersedian moda transportasi
menuju objek dan daya tarik atau
kawasan wisata mendapatkan skor 3,
karena ketersediaan moda transportasi
menuju /melewati Pesanggrahan
Warungboto cukup banyak dengan
kondisi yang cukup.



3.3.8. Kemudahan Pencapaian
Lokasi Cagar Budaya tuk Umbul
Warungboto yang persis di pinggir jalan
Veteran membuat lokasi ini sangat mudah
dicapai. Kondisi jalan beraspal halus,
namun sayangnya rambu-rambu penunjuk
jalan menuju ke situs ini sangat jarang.
Hal ini membuat variabel kemudahan
pencapaian hanya mendapatkan skor 3
yaitu bila rambu-rambu penunjuk arah
kurang, namun medan jalan cukup baik.

3.3.9. Kondisi dan Kelengkapan
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di
di dalam lingkungan Cagar Budaya tuk
Umbul Warungboto sama sekali tidak
tersedia. Bila ditinjau dari kondisi dan
kelengkapan sarana prasarana Cagar
Budaya tuk Umbul Warungboto masing-
masing memperoleh skor 1, yaitu bila
kondisi sarana prasarana tidak berfungsi
atau bahkan tidak ada sama sekali.














2014
14

3.4. Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Merupakan salah satu Cagar Budaya
yang berkaitan dengan Kraton Yogyakarta
Mempunyai ciri khas Taman
air/Pesanggrahan
Mempunyai ciri khas sungai yang
mengalir di tengah situs
Lokasi mudah dijangkau
Jalan sudah beraspal halus dan tersedia
kendaraan umum
Masyarakat Masih kuat memegang tradisi
budaya
Atraksi menampilkan potensi budaya yang
jarang terdapat di daerah lain
Masyarakat sudah membentuk kampung
Wisata
Berdekatan dengan objek wisata
unggulan seperti Gembiraloka Zoo dan
Kota tua Kotagede

Kondisi bangunan yang relatif
membahayakan karena banyak
retakan di dinding yang masih berdiri
(hampir runtuh)
Lahan untuk pengembangan sangat
terbatas
Tidak tersedia fasilitas pendukung
seperti kamar mandi, lahan parkir,
pusat informasi, dll
Tidak terdapat pemandu wisata
Masyarakat sebagian besar masih
awam dengan kegiatan pariwisata
Masyarakat belum dilibatkan dalam
pengelolaan
Sebagian situs berada di luar lahan
BPCB
Informasi tentang situs yang masih
terbatas
Promosi belum dilakukan terhadap
situs ini
Pengembangan harus
mengedepankan pelesatarian dan
harus berkoordinasi dengan BPCB
Rambu-rambu penunjuk arah yang
masih minim
Peluang (O) Ancaman (T)
Keistimewaan DIY
Pengembangan wisata budaya di Kota
Yogyakarta menjadi daya tarik wisata
Pemanfaatan BCB untuk pariwisata
Dapat memberikan PAD bagi Kota
Yogyakarta
Kelestarian BCB semakin diperhatikan
Bila dipugar dan lingkungan ditata
Kerusakan lingkungan oleh kegiatan
pariwisata
Bencana alam (Merapi, Gempa Bumi)
Global warming yang menimbulkan
dampak pada fisik bangunan
Adanya tren aksi vandalisme di
kalangan anak muda
aturan penggunaan tanah oleh
2014
15

menarik, dimungkinkan akan
mengundang wisatawan dari luar daerah
Dapat melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi
Berkembangnya komunitas minat khusus
(fotografi, sketsa, lukis, olah raga)
masyarakat sekitar..


Strategi Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto
Penyelamatan situs Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto dengan melindungi
bangunan menggunakan atap pelindung.
Pemugaran menyeluruh terhadap bangunan yang relatif membahayakan karena
banyak retakan di dinding yang masih berdiri sehingga nantinya tidak membahayakan
jika dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata
Perluasan lahan yang dikuasai BPCB DIY sehingga memungkinkan seluruh bagian
pesanggrahan terintegrasi dan memungkinkan pembangunan fasilitas pendukung
kepariwisataan seperti kamar mandi, lahan parkir, pusat informasi, dan toko oleh-
oleh/souvenir
Penyediaan pemandu wisata yang terlatih
Sosialisi tentang kepariwisataan kepada masyarakat sekitar sehingga mereka siap
dan mampu berperan serta dalam pengelolaan pariwisata
Memasukkan Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto dalam brosur maupun
leaflet kepariwisataan Kota Yogyakarta dan dilibatkan dalam fam trip, travel dialog,
pameran,dan sebagainya
Di dirikan lembaga khusus pengelola pariwisata Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul
Warungboto atau memberdayakan Kampung Wisata Warungboto yang personalnya
dari masyarakat dengan pengawasan dari BPCB serta difasilitasi oleh Dinas
Pariwisata sebagai pengelola
Pengembangan aktivitas dan paket wisata bersama dengan Kraton Yogyakarta dan
Kota Tua Kotagede.
Mengoptimalkan peran serta Kampung Wisata Warungboto dalam pengelolaan
kepariwisataan di Kawasan Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto


2014
16

IV. Rekomendasi
Berdasarkan strategi yang telah di tentukan di atas, maka dikemukakan rekomendasi
untuk pengembangan Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto sebagai berikut:

Tabel 5.1 Rekomendasi Pelestarian dan Pengembangan Cagar Budaya
Tuk Umbul Warungboto
No Rekomendasi Penanggung jawab
1. Dilakukan pengamanan terhadap situs
BPCB DIY/Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta
2.
Pemugaran menyeluruh terhadap bangunan di
Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto, mengingat
kondisinya sangat membahayakan pengunjung
BPCB DIY/ Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota
Yogyakarta
3. Perlu dibuat kajian penataan kawasan Kimpraswil Kota Yogyakarta
4.
Pembangunan fasilitas penunjang pariwisata yang
dibutuhkan wisatawan selama di Cagar Budaya
Tuk Umbul Warungboto, meliputi pusat informasi,
toilet, area parkir, toko oleh-oleh/souvenir
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta/
Dinas Pekerjaan Umum/
Instansi terkait
5.
Dilakukan promosi dengan cara memasukkan
Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto sebagai
materi promosi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
dan DIY, Diikutkan dalam pameran, fam trip,
Travel Dialog, serta pembuatan brosur, leaflet
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta
6.
Melibatkan komunitas minat khusus (fotografi,
lukis, sketsa) dalam promosi
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta
7.
Dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai
asal-usul Cagar Budaya Tuk Umbul Warungboto
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta/
Bappeda Kota Yogyakarta
8.
Pembuatan story line terkait Cagar Budaya Tuk
Umbul Warungboto
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Yogyakarta
9. Penertiban hak atas tanah dan penggunaannya
BPN Kota Yogyakarta/ Dinas
Perizinan Kota






2014
17

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Novida. 1986. Beberapa Motif
Hias Pada Pesanggrahan Dari Masa
Sultan HB II dalam PIA IV. Jakarta:
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Ahimsa Putra, Heddy Shri. 2004.
Mengembangkan Wisata Budaya dan
Budaya Wisata. Sebuah Refleksi
Antropologis. Draft tulisan dalam
rangka seminar Refleksi Puspar
UGM Terhadap Pariwisata Indonesia.
28 Agustus 2004. Tidak diterbitkan.
Ardika, I.W., 2007. Pusaka Budaya dan
Pariwisata. Pustaka Larasan.
Denpasar. Bali.
Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Sleman. 2010.
Penyusunan Masterplan
Pengembangan Pariwisata Kawasan
Ratu Boko, Candi Ijo, dan Rumah
Dome.
Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Yogyakarta. 2007. Laporan Studi
Teknis Arkeologis Situs Warung Boto.
Yogyakarta.
BPS Kota Yogyakarta Dalam Angka 2013
Buku Statistik Kepariwisataan Daerah
Istimewa Yogyakarta 2013
Coccossis, H, 2005. Operational
Managementof Cultural and Heritage
Sites. Dalam Sigala, M. and Lesllie,
D. Ed. International Cultural Tourism.
Management, Implications, and
Cases. Elsevier Ltd. Oxford. UK
Damanik, Janianton. Kusworo, Hendrie
Adji. Raharjana, Destha T. 2005.


Penanggulangan Kemiskinan Melalui
Pariwisata. Puspar UGM. Yogyakarta
Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan
Kepariwisataan Alam. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah mada.
Yogyakarta.
Foster, Denis L. 1994. First Class: An
Introduction to Travel & Tourism.
Glencoe Macmillan/ McGraw-Hill.
Singapore
Gunn, C.A., 1988, Tourism Planning,
Second edition, New York: Tylor &
Francis
Imam Sunaryo. 1984. Kekunoan Warung
Boto. Skripsi Sarjana Arkeologi UGM.
Yogyakarta.
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning
An Integrated and Sustainable
Development Approach. Van
Nostrand Reinhold. New york
McIntosh, Robert W. Goeldner , CharlesR.
1990. Tourism, Principles, Practices,
Philosophies. John Wiley & Sons, Inc.
New York
Miles, M.B. dan Huberman, M.A., 1992,
Qualitative Data Analysis,
(Terjemahan Tjetjep Rohandi Rohidi,
Buku Asli diterbitkan oleh Sage
Publication tahun 1982) Jakarta: UI
Press.
Mill, R.C. dan Morrison, A.M., 1985, The
Tourism System, New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
2014
18

Musanef, 1996, Manajemen Usaha
Pariwisata di Indonesia, Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung.
Pearce, Douglas. 1988. Tourism
Development. Second Edition.
Longman Scientific & Technical. New
Zeland
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata
Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya
Paramita. Jakarta
Peraturan Daerah Provinsi DIY No 6
tahun 2012
Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun
2013
Prasodjo, Tj., 2004, Arkeologi Publik,
Makalah Dalam Rangka Pelatihan
Pengelolaan Sumber Daya Arkeologi
Tingkat Dasar di Trowulan.
Rahardjo, Supratikno & Muluk, Handi.
2011. Pengelolaan Warisan Budaya
di Indonesia. Penerbit Lubuk Agung.
Bandung.
Sammeng, Andi Mappi.2000. Cakrawala
Pariwisata. Jakarta
Sedyawati, Edi. 1992/1993. Arkeologi dan
Jati Diri Bangsa. Makalah pada
Pertemuan Ilmiah Arkeologi VI. Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional. Jakarta
Sonjaya, Jajang A., 2005, Pengelolaan
Warisan Budaya di Dataran Tinggi
Dieng, Tesis: Universitas Gadjah
Mada.
Subejo dan Supriyanto
.http://www.pemberdayaan.com )
Sunaryo, B. 2013. Kebijakan
Pembangunan Destinasi Pariwisata.
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Penerbit Gava Media Yogyakarta
Swarbrooke, J., 2004, Sustainable
Tourism Management, London: CABI
Publishing.
Tanudirdjo, Daud A., 2003, Warisan
Budaya Untuk Semua: Arah
Kebijakan Pengelola Warisan Budaya
Indonesia Di Masa Mendatang,
Makalah Disampaikan Pada Kongres
Kebudayaan V, Bukittinggi.
Timothy, D.J. dan Boyd, S.W., 2003,
Heritage Tourism, London: Prentice
Hall.
Triharyantoro, E., 2011, Pengelolaan
Cagar Budaya dalam Aspek Politik,
Makalah dalam Pertemuan Ilmiah
Arkeologi ke XII 1 - 3 November,
Surabaya.
Undang - Undang RI no 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan
Undang-undang RI nomor 11 tahun 2010
tentang Cagar Budaya
Wahyudi, W.R., 2006, Pengemasan
Benda Cagar Budaya Sebagai Aset
Pariwisata, Dalam Yoeti, Oka A.
Pariwisata Budaya Masalah dan
Solusinya, Jakarta: Pradnya
Paramita, hal. 315-321.
Widodo, Sambung. 2005a. Aspek-Aspek
Religius pada Bangunan
Pesanggrahan, dalam Jurnal
Penelitian Arkeologi nomor 5 Bungai
Rampai Religi dari Masa ke Masa.
Yogyakarta: Balai Arkeologi.

2014
19

-------2005. Pesanggrahan-Pesanggrahan
Pada MasaMataram Islam, Arsitektur,
Fungsi, dan Persebarannya. Berita
Penelitian Arkeologi. Yogyakarta:
Balai Arkeologi.
World Tourism Organization. 2004.
Indicators of Sustainable
Development for Tourism
Destinations. A Guide Book. World
Tourism Organization. Madrid.
Spanyol.
Yoeti, Oka A., 2006, Pariwisata Budaya.
Masalah dan Solusinya. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita.

Daftar Website:
http://www.harianjogja.com/baca/2014/02/
21/situs-warungboto-butuh-
perhatian-491281) diakses pada 15
April 2014 pukul 19.11
https://www.facebook.com/notes/warto-
wisata-warungboto/kampung-wisata-
warungboto/1379528778984288
diakses pada 15 April 2014 pukul
19.11
http://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwa
na_II, diakses pada 18 April 2014
pukul 09.23
http://www.purbakalayogya.com/?page=b
erita-detail.html&judul=48, diakses
pada diakses pada 18 April 2014
pukul 10.11
http://www.harianjogja.com/baca/2014/02/
21/situs-warungboto-butuh-
perhatian-491281, diakses pada 18
April 2014 pukul 10.33
http://www.booking.com/searchresults.id.h
tml?aid=331508;label=yogyakarta%
2Fumbulharjo-
qyV7Tr41WJ05lmLvjzVRDwS29603
009, 9 Mei 2014 pukul 12.12
http://umbulharjo.muhammadiyah.or.id/co
ntent-19-sdet-potensi.html? Diakses
pada 9 Mei 2014 pukul 12.12

Anda mungkin juga menyukai