Anda di halaman 1dari 32

Revitalisasi Wisata Danau Perintis di Bone Bolango dengan

Pendekatan Arsitektur Ekowisata

OLEH

Milka Nurfadillah Igirisa


T11.17.074

USULAN PERENCANAAN

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danau merupakan sumber daya air tawar yang memberikan kontribusi besar
terhadap kehidupan baik dari segi ekologi, hidrolgi serta kegiatan sosial ekonomi
manusia. Hal ini berkaitan dengan fungsi danau yakni sebagai habitat berbagai
jenis organisme air, sumber air minum bagi masyarakat sekitar, sumber air untuk
kegiatan pertanian dan budidaya perikanan serta untuk menunjang berbagai jenis
insdustri (Purwanto dkk, 2013). Untuk memenuhi kepentingan manusia,
lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup manusia.

Ruang dan tanah di sekitar kawasan danau dirombak untuk menampung


berbagai bentuk kegiatan manusia seperti permukiman, prasarana jalan, saluran
limbah rumah tangga, tanah pertanian, rekreasi dan sebagainya. Sehingga
seringkali terjadi pemanfaatan danau dan konservasi danau yang tidak berimbang,
dimana terjadi pemanfaatan danau yang berlebih (over) yang tidak memperhatikan
daya dukung. (Auldry, 2009)

Pada dasarnya danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi dan
fungsi social ekonomi budaya. Fungsi ekologi danau adalah sebagai pengatur tata
air, pengendali banjir, habitat hidupan liar atau spesies yang dilindungi atau
endemik serta penambat sedimen, unsur hara dan bahan pencemar. Fungsi social
ekonomi budaya danau adalah memenuhi keperluan hidup manusia, antara lain
untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari, sarana transportasi, keperluan
pertanian, tempat sumber protein, industri, pembangkit tenaga listrik, estetika,
olahraga, rekreasi, industri pariwisata, heritage, religi, dan tradisi.
Selain itu, danau juga berfungsi untuk mengatur sistem hidrologi; yaitu
dengan menyeimbangkan aliran air antara hulu dan hilir sungai, serta memasok air
ke kantung- kantung air lain seperti akuifer (air tanah), sungai dan persawahan.
Dengan demikian danau dapat mengendalikan dan meredam banjir pada musim
hujan, serta menyimpannya sebagai cadangan pada musim kemarau (Fauzi dkk,
2014)

Pariwisata merupakan industri yang mendunia dan menjadi suatu bisnis yang
semakin berkembang. Di Indonesia pariwisata telah memperlihatkan perannya
dengan nyata dalam memberikan konstribusinya terhadap kehidupan ekonomi,
sosial dan budaya bangsa. Salah satu jenis wisata yang popular di Indonesia
adalah wisata alam. Jenis inilah yang paling utama bagi wisatawan mancanegara
yang ingin mengetahui kebudayaan, kesenian dan segala sesuatu yang
dihubungkan dengan adat-istiadat dan kehidupan seni budaya kita. Namun
perkembangan tersebut dewasa ini agak terganggu.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan


melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat
setempat.Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk
kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata
lingkungan.Wisata alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan
rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan
ekosistemnya, baik dalam bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan
manusia.Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih
alami dan dapat memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi
orang (wisatawan)

Banyak pihak yang berharap bahwa sektor pariwisata dapat menjadi salah
satu pemasok utama devisa negara. Dibalik harapan besar Indonesia memang
memiliki potensi alam dan budaya luar biasa melimpah dan benar-benar layak
dibanggakan sebagai “tambang” industri jasa pariwisata yang masih luas dan
belum banyak terjamah. Dengan keragaman kekayaan alam dan budaya ini
pariwisata diharapkan mampu melakukan pengemasan yang berkualitas.
Pendayagunaan itu secara maksimal harus direkayasa sedemikian rupa agar tidak
merusak penyangga kekayaan alam budaya. Disamping itu, harus mampu secara
optimal memberi nilai tamba ekonomis bagi setiap daerah pemilik potensi wisata.

Adanya potensi alam, flora dan fauna, keindahan alam, keunikan budaya,
bahasa, latar belakang sejarah, dan keramahan penduduk lokal merupakan daya
tarik dari obyek wisata untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik dan
mancanegara.Untuk pengembangan potensi alam yang belum dikelola sebagai
obyek wisata dan obyek wisata yang pengelolaannya belum intensif diperlukan
rencana pengembangannya. Disadari bahwa dengan adanya beberapa kendala
seperti keterbatasan dana, tenaga, sarana, dan prasarana menyebabkan
pengembangan kawasan pelestarian alam sebagai obyek wisata serta
pengembangan obyek wisata yang belum intensif tidak dapat dilaksanakan
sekaligus.

Salah satu kawasan wisata yang menarik adalah danau bandar khayangan yang
berada di kota Pekanbaru. Namun dinas kebudayaan dan pariwisata Pekanbaru
sebagai pengelola objek wisata danau bandar khayangan masih belum optimal
dalam mengelola kawasan wisata ini. Berdasarkan data dari dinas kebudayaan dan
pariwisata kota pekanbaru, jumlah kunjungan wisata danau bandar khayangan
pada tahun 2018 berjumah 8.709 orang. Hal ini jauh lebih sedikit dibanding
jumlah pengunjung objek wisata alam mayang yang mencapai 254.621 orang per
tahun. Salah satu faktor penyebab sedikitnya minat pengunjung yang datang
adalah karena minimnya fasilitas rekreasi yang ada di Danau Bandar Khayangan.

Kawasan wisata danau bandar khayangan berada di desa Limbungan


kecamatan Rumbai Pesisir. Danau ini dibuat oleh pemerintah daerah kota
Pekanbaru yang awal mulanya digunakan sebagai tempat untuk irigasi dan
bendungan. Kawasan ini masuk kedalam wilayah pengembangan III (WP-III)
yang tanahnya diperuntukan sebagai area rekreasi dan terdapat suatu potensi alam.
Kondisi kawasan wisata danau bandar khayangan saat ini pemanfaatannya
belum maksimal. Terutama dalam segi sarana dan prasarana. Penataan kawasan
wisata danau bandar khayangan dalam proses perancangan ini lebih memfokuskan
pada kegiatan rekreasi wisata air, wisata darat, kuliner keluarga, menginap,
hingga piknik menikmati keindahan alam. Untuk mewujudkan konsep tersebut,
maka perancangan ini menggunakan pendekatan tema arsitektur ekowisata.

Kawasan wisata ekowisata yaitu kawasan rekreasi yang menyediakan sarana


dan prasarana rekreasi dengan perancangan berorientasi menghadap perairan
dalam hal ini adalah danau bandar khayangan. Penataan ini nantinya akan
mengikuti kaidah-kaidah arsitektur ekowisata yang diterapkan pada perletakan
bangunan, struktur, material, dan tampilan bangunan sehingga potensi danau
sebagai rekreasi utama dapat dimaksimalkan dengan baik dan kawasan wisata
danau bandar khayangan memiliki karakternya sendiri.

Kawasan wisata bila dilihat dari segi struktur kata-nya terdiri dari dua kata
dasar, yaitu Kawasan dan juga Wisata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) edisi keempat (2008), masing- masing definisi dari kata-kata diatas adalah
sebagai berikut; Kawasan adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu,
seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, Sedangkan wisata yaitu bepergian
bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang). Sementara
danau merupakan suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air yang
sangat luas didaratan. (Nurhidayah, 2017).

Danau bandar kayangan secara geografis termasuk dalam kawasan wisata


bahari. Adapun beberapa aktivitas wisata yang dapat dilakukan di kawasan wisata
danau bandar khayangan saat ini yaitu menikmati pemandangan, bermain
wahana permainan air, menonton pertunjukan, kuliner, dan menginap.

Kawasan wisata danau bandar khayangan di Pekanbaru dengan pendekatan


arsitektur ekowisata ini diarahkan menjadi kawasan ekowisata yang berfungsi
untuk memfasilitasi kegiatan rekreasi publik seperti adanya dermaga, piknik dan
jogging. Adapun hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu ketersediaan area
parkir dekat dengan kawasan tepi air, kelengkapan fasilitas rekreasi, taman, dan
signage.

Sedangkan berdasarkan tipe pengembangannya mengambil prinip revitalisasi


yaitu upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi kawasan wisata dengan
membangun kembali fasilitas yang sudah ada untuk kepentingan masyarakat.
Strategi perancangan yang digunakan yaitu metode kualitatif terdiri dari dua jenis
metode pengambilan data yakni data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan secara langsung melalui pengamatan fakta di lapangan, dokumentasi
dan catatan-catatan penunjang. Data sekunder diperoleh dari literature dan studi
banding sejenis.

Provinsi Gorontalo, sebuah provinsi di kawasan Indonesia Timur yang


merupakan kota terbesar di wilayah Teluk Tomini. Dibalik julukannya yang
dikenal sebagai Serambi Madinah, provinsi ini juga mempunyai destinasi wisata
alam yang tidak kalah terkenal dari julukannya itu. Berbagai destinasi wisata alam
dapat ditemukan disini mulai dari pantai, sungai, pegunungan hingga destinasi
wisata danaunya yang memikat. Salah satu destinasi wisata danau yang terkenal
cantik dan asri ialah danau perintis yang berada di kabupaten Bone Bolango.

Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang memiliki banyak potensi
wisata baik alam maupun wisata budaya. Salah satunya adalah kawasan danau
perintis yang berada di desa Huluduotamo kec. Suwawa dengan luas mencapai
6Ha. Danau ini menyajikan pemandangan alam yang sangat indah. Dengan
kecantikan dan keasrian yang dimiliki menjadikan danau ini sebagai salah satu
daya tarik dari kota Gorontalo. Mempunyai banyak potensi yang bisa di
kembangkan, terutama pada sector pariwisata.

Namun pemerintahan kabupaten Bone Bolango belum maksimal dalam


mengembangkan kawasan ini, tempat wisata ini masih minim pengunjung. Salah
satu penyebab adalah karena minimnya fasilitas rekreasi oleh karena itu perlu di
revitalisasi untuk memperbaiki failitas-fasilitas yang ada dan menambahkan
fasilitas baru yang dapat mewadahi aktifitas kawasan sebagai objek wisata yang
berwawasan lingkungan.
Untuk menciptakan kawasan yang sesuai dengan wilayah danau perintis yang
merupakan tempat wisata yang dapat menyajikan nilai-nilai budaya daerah
setempat, maka konsep pendekatan arsitektur ekowisata yang akan diterapkan
untuk merancang agar sesuai dengan kondisi lingkungan sehingga dapat selaras
dengan kondisi danau perintis yang masi belum terjamah.
Terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Bone Bolango,
kawasan danau ini ternyata menyimpan cerita sejarah dimasa perjuangan
masyarakat setempat untuk melawan penjajah. Konon, kawasan danau ini
merupakan cekungan yang sengaja di bendung masyarakat terdahulu, untuk
mengairi sawah yang ada di kecamatan Suwawa.
Pada zaman penjajahan, tempat ini kemudian dijadikan lokasi perundingan
pejuang terahulu dalam menyusun strategi penyerangan, yang dipimpin langsung
pahlawan nasional Gorontalo bapak Nani Wartabone. Waktu berjalan, Danau ini
menjadi tempat yang indah yang kemudian banyak di kunjungi warga.
Potensi danau perintis sebagai icon wisata Bone Bolango sangat besar. Selain
karena memiliki pemandangan alam yang masih alami, danau perintis juga di
dukung dengan adanya festival tahunan yang biasa di selenggarakan ketika hari
jadi kabupaten Bone-Bolango. Dalam festival tersebut diadakan berbagai
perlombaan dan kegiatan seperti dayung perahu rakit, music dangdut danau
perintis, tarian geropak kopi pinogu yang menjadi cirri khas kabupaten Bone
Bolango.

Danau perintis merupakan tempat wisata air yang berada di kabupaten Bone
Bolango. Terjadinya penurunan ekosistem di danau perintis sehingga perlunya
revitalisasi yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan vitalitas suatu
kawasan. Perencanaan revitalisasi berbasis ekowisata terletak di danau perintis.
Tujuan utama dari perencanaan ini adalah memecahkan permasalahan yang
terjadi, yaitu menyediakan tempat rekreasi air dengan memiliki fasilitas
penunjang yang memadai dan sesuai bagi wisatawan dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanan. Metode yang digunakan dalam perancangan ini
adalah dengan melakukan studi lapangan, yaitu melihat lokasi yang sesuai untuk
perancangan, dan studi pustaka. Kemudian mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi, baik di lokasi dengan melihat peraturan setempat dan kriteria perancangan
yang harus dicapai. Dari permasalahan yang di dapatkan kemudian dianalisis dan
menghasilkan konsep perancangan dengan tema ekowisata yaitu dengan maksud
menyelaraskan bangunan terhadap konservasi, lingkungan, budaya, ekonomi,
wisata. Hasil laporan berupa konsep perancangan dan penerapannya pada
rancangan sebagai pedoman untuk melanjutkan perancangan revitalisasi wisata
danau perintis di Bone Bolango berbasis ekowisata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdsarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa saja fasilitas yang diperlukan untuk mendukung dan meningkatkan
kawasan wisata danau perintis di Bone Bolango ?
2. Bagaimana penataan tapak pada kawasan danau perintis di Bone Bolango?
3. Bagaimana menerapkan tema Arsitektur Ekowisata pada penataan
kawasan wisata danau perintis di Bone Bolango?

1.3 Tujuan dan sasaran Penelitian/Perancangan


1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan perancangan ini yaitu :
1. Untuk mendapatkan fasilitas yang dapat mendukung dan meningkatkan
kawasan wisata danau perintis di Bone Bolango.
2. Untuk mendapatkan tapak danau perintis yang dapat mendukung dan
meningkatkan kawasan wisata danau perintis di Bone Bolango.
3. Untuk menerapkan tema arsitektur ekowisata kawasan wisata danau
perintis di Bone Bolango
1.3.2 Sasaran Penelitian/Perancangan
Sasaran yang ingin dicapai dalam perancangan ini yaitu Menghidupkan
kembali suatu hal yang penting agar dapat memberikan hasil dan manfaat
yang optimal. Dan memberikan masukan bagi pemerintah daerah setempat
dan pihak swasta dalam rangka pembangunan dan pengelolaan kegiatan
wisata secara berkelanjutan di danau perintis ini, serta menentukan bentuk
rancangan fisik sebagai hasil dari studi yang telah dilakukan dalam konsep
perancangan, yaitu :
1. Lokasi dan tapak.
2. Tata massa dan sirkulasi dalam kawasan.
3. Penampilan fisik.
4. Penentuan sistem struktur.
5. Tata ruang luar dan tata ruang dalam
6. Sistem utilitas dan perlengkapan bangunan dalam kawasan wisata

1.4 Ruang Ligkup dan Batasan Pembahasan

1.4.1 Ruang Lingkup


Pembahasan perancangan kawasan wisata danau perintis ini difokuskan
pada revitalisasi wisata guna membangun dan mengembangakan destinasi
wisata berdasarkan terapan – terapan dan disiplin yang ada dalam ilmu
arsitektur, yaitu antara lain menyangkut proses perancangan, pemakai,
fungsi, kebutuhan, bentuk yang artistik, penataan elemen ruang luar,
pengadaan elemen ruang dalam, material, struktur, kontruksi, potensi
lingkungan dan lain sebagainya yang menyangkut tentang arsitektur.
Konsepsi objek pada perencangan fisik kawasan seperti : tata massa
bangunan, penataan site, tapak dan sirkulasi, serta perencanaan tampilan
massa bangunan
1.4.2 Batasan Pembahasan
Desain rancangan didasarkan pada tema rancangan yaitu dengan
menggunakan pendekatan arsitektur ekowisata :
1. Lokasi objek rancangan berada di desa Huluduotamo, Kecamatan
Suwawa, Kabupaten Bone-Bolango.
2. Perancangan ini tidak terikat pada keterbatasan dana.
3. Ditekankan pada pola perancangan tapak dan lingkungan yang
menyangkut pola penataan massa dan tata ruang luar dalam kawasan
wisata danau perintis.
4. Kepemilikan serta manajemen objek rancangan ditangani oleh pihak
pemerintah, dalam hal ini dinas pariwisata dan kebudayaan.
5. Mengaju pada studi komparasi.

1.5 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan ini mencakup :

BAB I : BAB I PENDAHULUAN


Memberikan gambaran umum mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran pembahasan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menentukan tinjauan umum Revitalisasi,serta tinjauan umum Arsitektur
Ekowisata.
BAB III : METODOLOGI PERANCANGAN

Penelusuran definisi objek yang akan direncanakan, pemahaman serta


pengertian dan kedalaman akan pemahaman objek yang dituangkan penulis
melalui pemikirannya dalam memberikan karakteristik pada rancangannya,
prospek dan fisibilitas, penentuan lokasi dan tapak yang cocok untuk objek,
metode pengumpulan data, proses dan strategi perancangan, hasil studi
komparasi dan studi pendukung serta kerangka berpikir beserta penjelasannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Objek Rancangan

Judul tugas akhir yang saya pilih adalah “Revitalisasi wisata danau
perintis di Bone Bolango dengan pendekatan arsitektur ekowisata” dengan
pengertian sebagai berikut:

1. Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau
bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro.
Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek
ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan
memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra
tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi
dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang
ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek
formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu
masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja,
tetapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002)

2. Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok orang , bersifat sementara, dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara objek wisata
merupakan tempat yang menjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan
kepuasan khusunta pengunjung. (Harahap, 2018 )

3. Danau
Danau adalah tanah atau daratan yang dikelilingi air dengan luas lebih
kecil dari benua dan lebih besar dari karang, yang dikelilingi air. Kumpulan
beberapa danau dinamakan danau – danau atau kedanauan dalam bahasa
Inggris: archipelago. Konversi PBB tentang hukum laut Internasional tahun
1982 (UNCLOS ’82) pasal 121, mendefinisikan danau sebagai “daratan yang
terbentuk secara alami dan dikelilingi oleh air, dan selalu di atas muka air pada
saat pasang naik tinggi”. Dengan kata lain, sebuah danau tidak boleh
tenggelam pada saat air pasang naik.

4. Bone Bolango
Kabupaten Bone-Bolango merupakan hasil pemekaran kabupaten
Gorontalo tahun 2003. Pada waktu dimekarkan kabupaten Bone-bolango.
Kabupaten Bone Bolango di bentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo. Luas Kabupaten Bone Bolango secara keseluruhan adalah
1.984,58 Km2. Jika dibandingkan dengan wilayah Provinsi Gorontalo. Luas
kabuoaten ini sebesar 16,24%. Kecamatan terluas di Kabupaten Bone Bolango
adalah Kecamatan Pinogu dan Kecamatan yang luas terkecil adalah kecamatan
Bulango Selatan.

5. Arsitektur Ekowisata
Ekowisata adalah perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang
alami ataupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan
partisipatif yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya.
Ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu, keberlangsungan alam
atau ekologi, memberi manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima
dalam kehidupan social masyarakat (Hakim, 2004). Pengertian tentang
ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada
hakekatnva pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area),
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi
masyarakat setempat.

Jadi Pengertian “Revitalisasi wisata danau perintis di Bone Bolango


dengan pendekatan arsitektur ekowisata” dari batasan diatas merupakan
suatu kawasan wisata yang diciptakan untuk menghidupkan kembali suatu hal
yang sebelumnya kurang terberdaya. Revitalisasi disini bukan hanya sekedar
mempercantik wisata danau, namun merupakan upaya memperbaiki kualitas
lingkungan dengan menggunakan pendekatan ekowisata, sehingga dapat lebih
menarik pengunjung yang dating serta menambahkan fasilitas yang baru untuk
memadai wisata tersebut.

2.1.2 Tinjauan Revitalisasi Kawasan Danau


Revitalisasi merupakan langkah meningkatkan kembali pemberdayaan
lingkungan kawasan yang telah mati. Terdapat dua jenis utama teori
perencanaan revitalisasi, yaitu pertama berusaha untuk menjelaskan bagaimana
sistem-sistem sosial berjalan dan yang berusaha untuk menyediakan peralatan
teknik-teknik untuk mengendalikan dan mengubah sistem-sistem sosial. Istilah
revitalisasi hanya bisa digunakan untuk masalah dan bidang tertentu, yaitu dalam
hal upaya untuk menghidupkan kembali kawasan mati, yang pada masa silam
pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk
menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya
dimiliki oleh sebuah kota baik dari segi sosio-kultural, sosioekonomi, segi fisik
alam lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas
lingkungan kota yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dari
penghuninya.
Dapat disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa revitalisasi kawasan adalah
suatu cara atau proses untuk menghidupkan dan memvitalkan kembali sumber
daya kawasan tertentu yang kurang terberdaya. Adanya revitalisasi kawasan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian, kebudayaan,
pendidikan, serta meningkatkan keislaman masyarakat pada kawasan tertentu.

Kawasan yang perlu untuk di revitalisasi meliputi :

1. Kawasan mati
Kawasan yang dimasud adalah kawasan yang tidak mampu untuk
mengatasi stabilitas kawasan tertentu baik disektor perekonomian,
pendidikan, dan kebudayaan yang dikarenakan lemahnya sumberdaya
masyarakat pada kawasan itu sendiri.

2. Kawasan hidup
Kawasan hidup yang kurang perhatian terhadap potensi atau sejarah
yang dimilki pada kawasan tertentu, sehingga terjadinya kurang kontrol
dan mengakibatkan pergeseran fungsi bahkan akan terjadi pergeseran
setting tradisionalnya. Revitalisasi kawasan wisata danau perintis,
revitalisasi perlu untuk direalisasikan apabila stabilitas pemberdayaan
pada kawasan tertentu pasif.

Ada beberapa prinsip dasar dalam revitalisasi suatu kawasan, yaitu :

1. Obyek yang akan direvitalisasi pernah memiliki peran vital dalam


kawasan atau pernah menjadi kawasan yang memiliki stabilitas
sumber daya manusia yang baik.

2. Objek yang akan direvitalisasi sedang dalam kondisi menurun atau


lemah dalam segala bidang, baik dalam sektor perekonomian,
pendidikan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
3. Target dalam revitalisasi yaitu minimal sedikit lebih baik
dibandingkan dengan sebelum direvitalisasi. Masalah-masalah yang
terdapat pada kawasan harusnya diatasi semaksimal mungkin demi
meningkatkan kualitas kawasan yang baik. Oleh karena itu perlu
adanya revitalisasi untuk mewujudkan suatu kawasan yang tertata.

2.1.3 Tinjauan Lokasi


a) Tinjauan Lokasi dan Tapak Site

Danau perintis yang terletak di desa Huluduotamo kecamatan Suwawa


merupakan salah satu aset sumber daya alam yang dimiliki oleh provinsi
Gorontalo yang mempunyai luas ± 6 Ha. Awalnya danau ini merupakan
cekungan yang menjadi penampung air yang lebih tinggi yang di
manfaatkan oleh warga sekitar untuk mengari air ke sawah. Lokasi danau
perintis berada di bagian Timur Provinsi Gorontalo, Danau perintis ini
terletak tidak jauh dari tanam bogani Nani Wartabone, Salah satu
Pahlawan provinsi Gorontalo. Sementara dari pusat kota Gorontalo pun
hanya berjarak sekitar 12 km dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 20-30
menit

Gambar 2.1 Gambar tapak danau perintis


Sumber : Google Earth, 2023
b) Tinjauan Umum Danau
1. View bagian Selatan

Gambar 2.2 Gambar Danau Perintis


Sumber : Milka nurfadillah, 2023
2. View bagian Timur

Gambar 2.3 Gambar Danau Perintis


Sumber : Milka nurfadillah, 2023
3. View bagian Utara

Gambar 2.4 Gambar Danau Perintis


Sumber : Milka nurfadillah, 2023
4. View bagian Barat

Gambar 2.5 Gambar Danau Perintis


Sumber : Milka nurfadillah, 2023
2.2 Tinjauan Pendekatan Arsitektur
Pada perancangan kawasan wisata danau perintis ini menggunakan konsep
arsitektur ekowisata yang bertujuan untuk memelihara dan melindungi sumber
daya alam yang tidak tergantikan (irreplaceable) agar dapat dimanfaatkan untuk
generasi sekarang dan akan dating.

2.2.1 Arsitektur Ekowisata

Berdasarkan dari elemen-elemen ekowisata, terdapat beberapa cangkupan


ekowisata yaitu untuk edukasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan ekonomi,
dan upaya dalam kegiatan konservasi. Pengembangan ekowisata harus mengacu
pada prinsip-prinsip ekowisata untuk mencapai keberhasilan ekowisata dalam
mempertahankan kelestarian dan pemanfaatan (Fandeli, 2000). Lebih lanjut
Danamik et al.,(2006) menyatakan bahwa terdapat tujuh prinsip-prinsip
ekowisata.

Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah:

a. Jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan


daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs
mass tourism).
b. Pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi).
c. Pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan
wisata).
d. Membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal
(nilai ekonomi).
e. Modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar
(nilai partisipasi masyarakat dan ekonomi).
f.
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan
konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang
menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya
menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa
mendatang.

2.2.2 Karakteristik Ekowisata


Karakteristik Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata
yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan yang berkelanjutan,
memadukan antara pelestarian dengan pembangunan ekonomi, membuka lahan
kerja baru bagi masyarakat setempat serta memberikan pendidikan lingkungan
terhadap wisatawan. Ekowisata juga harus memberikan dampak yang positif
terhadap masyarakat yaitu sebagai terbukanya lapangan pekerjaan melalui
pemberdayaan masyarakat.

Menurut Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam (2000), terdapat lima


karakteristik dasar dalam usaha kegiatan ekowisata, yaitu:

1. Nature based, yaitu ekowisata merupakan bagian atau keseluruhan dari alam itu
sendiri meliputi unsur-unsur sumber dayanya, dimana kekayaan keanekaragaman
hayati beserta ekosistemnya merupakan kekuatan utama dan memiliki nilai jual
paling utama terhadap pengembangan ekowisata.

2. Ecologically sustainable, yaitu ekowisata harus bersifat berkelanjutan ekologi,


artinya semua fungsi lingkungan yang meliputi biologi, fisik, dan sosial tetap
berjalan dengan baik, dimana perubahan-perubahan dari pembangunan tidak
mengganggu dan merusak fungsi-fungsi ekologis.

3. Environmentally educative, yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang positif


terhadap lingkungan diharapkan mampu mempengaruhi perilaku masyarakat dan
wisatawan untuk peduli terhadap konservasi sehingga dapat membantu kelestarian
jangka panjang.
4. Bermanfaat bagi masyarakat setempat, yaitu dengan melibatkannya masyarakat
dalam kegiatan ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
baik langsung maupun tidak langsung, seperti halnya masyarakat menyewakan
peralatan-peralatan yang dibutuhkan wisatawan, menjual kebutuhan wisatawan,
bertambahnya wawasan terhadap lingkungan dan sebagainya.

5. Kepuasan wisatawan, yaitu kepuasan terhadap fenomena-fenomena alam yang


didapatkan dari kegiatan ekowisata dapat meningkatkan kesadaran dan
penghargaan terhadap konservasi alam dan budaya setempat

2.2.3 Prinsip Ekowisata

Wisata alam didasarkan pada pemandangan dan keunikan alam,


karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat
sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Definisi-
definisi di atas menunjukkan bahwa para ahli, akademisi, maupun praktisi
ekowisata belum memiliki kesepakatan bulat tentang rumusan atau definisi
ekowisata.

Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip ekowisata yang terdiri dari 8


prinsip utama yang bisa dijadikan pegangan, antara lain :

a. Memiliki fokus area natural (Natura Area Focus) yang


memungkinkan wisatawan memiliki peluang untuk menikmati
alam secara personal serta langsung.
b. Menyediakan interpretasi atau jasa pendidikan yang memberikan
peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam sehingga mereka
menjadi lebih mengerti, lebih mampu mengapresiasi serta lebih
menikmati.
c. Kegiatan terbaik yang dapat dilakukan dalam rangka keberlanjutan
secara ekologis.
d. Memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan warisan
budaya.
e. Memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat lokal.
f. Menghargai serta peka terhadap nilai-nilai budaya yang ada di
wilayah tersebut.
g. Secara konsisten memenuhi harapan konsumen.
h. Dipasarkan serta dipromosikan dengan jujur serta akurat sehingga
kenyataanya sesuai dengan harapan.

2.2.4 Tujuan dan Manfaat Ekowisata

Kriteria pengembangan ekowisata disusun dengan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk menyamakan persepsi para pengembangan pariwisata di


taman nasional dan taman wisata alam.
b. Sebagai acuan dalam memanfaatkan potensi kawasan secara lestari.
Manfaat ekowisata berdampak dalam berbagai aspek.

Manfaat tersebut meliputi aspek konservasi, pemberdayaan dan pendidikan


lingkungan. Manfaat tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut:

a. Konservasi. Keterkaitan ekoturisme dan satwa terancam punah sangat


erat, bahkan harus bersifat positif, sebagaimana studi yang dilakukan oleh peneliti
Universitas Griffith. Wisata berkorelasi positif dengan konservasi berarti
memberikan insentif ekonomi yang efektif untuk melestarikan, meningkatkan
keanekaragaman hayati budaya, melindungi warisan alam serta budaya di planet
bumi.

b. Pemberdayaan ekonomi. Ekoturisme melibatkan masyarakat lokal


berarti meningkatkan kapasitas, kesempatan kerja masyarakat lokal. Konsep eko-
wisata adalah sebuah metode yang efektif untuk memberdayakan masyarakat
lokal di seluruh dunia guna melawan kemiskinan, mencapai pembangunan
berkelanjutan.
c. Pendidikan lingkungan. Melibatkan pendidikan lingkungan berarti
kegiatan wisata yang dilakukan harus memperkaya pengalaman, juga kesadaran
lingkungan melalui interpretasi. Kegiatan harus mempromosikan pemahaman,
penghargaan yang utuh terhadap alam, masyarakat, budaya setempat.

Oleh karena itu, berdasarkan tiga komponen penting tersebut, maka tidak
secara otomatis setiap perjalanan wisata alam merupakan aktifitas wisata berbasis
ekologi (ecotourism).

2.2.5 Sarana Pendukung Program Ekowisata

Beberapa hal di bawah ini perlu dipersiapkan untuk mendukung


terselenggarakannya program ekowisata, yaitu :

a. Akses ke lokasi wisata mudah dijangkau.

b. Keindahan alam yang mendukung, misalnya flora dan fauna yang khas.

c. Pemandu profesional tersedia.

d. Penginapan (home stay) yang layak dan nyaman.

e. Makanan.

f. Kerajinan atau cenderamata lain.

g. Paket program.
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Deskripsi Objektif


3.1.1 Kedalaman Makna Objek Rancangan

Danau Perintis merupakan salah satu Danau yang akan menjadi kawasan
wisata alam yang terletak di Kabupaten Bone-Bolango yang memiliki potensi
alam yang indah dan masih asri, memiliki pepohonanan yang sejuk dan alami.

Danau ini sangat potensial untuk dikembangkan mengingat pada zaman


sekarang banyak wisatawan lebih tertarik untuk melakukan wisata yang
berhubungan dengan alam.

3.1.2 Prospek dan Fisibilitas Proyek

1. Prospek Proyek
Danau Perintis akan dikembangkan menjadi suatu kawasan alam danau
dengan memperhatikan potensi alam yang ada dikawasan danau tersebut dengan
tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem yang ada didalamnya. Penataan dan
pengembangan danau perintis lebih kepada pengembangan dan penataan fasilitas
yang mmendukung kegiatan wisata danau seperti gazebo, cottage, tempat
istirahat, rumah makan, dan fasilitas lain yang mendukung kegiatan wisata di
danau tersebut.

Bagi pengunjung khususnya wisatawan yang datang ke tempat ini akan


mendapatkan berbagai fasilitas wisata danau dari menikmati pemandangan
alamnya yang indah, memancing, foto-foto, dan menggunakan fasilitas air yang
ada.
2. Prosfek Fisibilitas
Fisibilitas proyek perancangan ini adalah untuk menarik minat masyarakat
umum, khususnya wisatawan lokal, asing, maupun mancanegara untuk lebih
tertarik lagi dalam melakukan kunjungan wisata dengan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi pengunjung dengan fasilitas –
fasilitas yang ada di Danau Perintis, sehingga dapat membantu meningkatkan
pendapatan daerah di bidang pariwisata.

3.1.3 Program Dasar Fungsional

1. Identifikasi pelaku dan Aktifitas

Bertitik tolak dari fungsi objek pada konteks pelayanan menyangkut aktifias
dimana merupakan integritas dari berbagai fungsi pelayanan yang spesifik
sebagai objek wisata dan rekreasi, maka secara umum pelaku – pelaku yang
berhubungan dengan objek dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Pengunjung adalah wisatawan, baik wisatawan lokal, wisatawan dari


luar serta mancanegara.
b. Pengelola adalah pelaku objek yang bertugas mengelola, memelihara,
mengawasi, merawat serta mengamankan fasilitas – fasilitas yang ada
pada kawasan wisata Danau tersebut.

2. Fasilitas

Dari hasil analisis pelaku dan aktifitasnya maka dapat disimpulkan objek ini
memerlukan fasilitas yang dapat menunjang semua kegiatan yang ada
didalamnya seperti rumah makan, mushola, parkir, ruang informasi, gazebo,
cottage, dan sebagainya.
3.1.4 Lokasi Dan Tapak
Lokasi pengembangan Kawasan wisata Danau Perintis terletak di Provinsi
Gorontalo Kabupaten Bone-Bolango di Desa Huluduotamo Kecamatan Suwawa

Gambar 3.1 Peta Gorontalo


Sumber : chrome-2023

Gambar 3.2 Peta Kabupaten Bonebolango


Sumber :https://petatematikindo.wordpress.com

Gambar 3.3 Peta Kec. Suwawa


Sumber :Google Earth
Kabupaten Bone-Bolango merupakan salah satu kabupaten yang berada di
provinsi Gorontalo, yang memiliki daerah dengan daya dukung pariwisata yang
cukup baik, kabupaten Bone-Bolango juga ini memiliki keindahan alam yang
masih banyak terjaga dan belum dicemari. Selain itu kabupaten Bone-Bolango ini
juga sudah memiliki beberapa kawasan wisata seperti wisata pantai dan wisata
budaya, serta masih banyak potensi wisata yang sampai sekarang masih belum
dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah.

1.2 Metode Pengumpulan dan Pembahasan Data


1.2.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana cara
pengumpulan data, siapa sumbernya, dan juga apa alat yang digunakan. Dengan
cara memperoleh data dari sumber langsung (data primer) atau dari sumber tidak
langsung (data sekunder), metode pengumpulan didapatkan dengan cara melalui
angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi, dan sebagainya. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (Survey
Lokasi), dalam hal proses pengambilan data, peneliti melakukan beberapa
metode, yaitu :

a. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan terhadap kondisi eksternal dan inernal tapak, dengan
tujuan untuk menentukan masalah dan potensi yang dapat mempengaruhi
bangunan serta kawasan nantinya.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini merupakan metode yang melengkapi
proses observasi perancangan kawasan wisata Danau Perintis, yang
berupa foto– foto kondisi eksisting di tapak dan sekitarnya, serta sumber-
sumber data yang tertulis dalam jurnal, artikel, atau makalah yang
berhubungan dengan obyek.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
sudah ada. Berikut ini proses pengambilan data yang digunakan dalam penelitian
yaitu :

a. Penelitian kepustakaan
Metode ini diperoleh dengan cara studi kepustakaan yang
dilakukan dengan membaca dan mengumpulkan serta menganalisa semua
buku – buku yang berhubungan dengan objek penelitian untuk membantu
penyelesaian penelitian ini.
b. Studi Internet
Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dengan cara browsing, download, dan search
melalui internet

3.2.2 Metode Pembahasan Data

Metode pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu dengan

metode, yang mengadakan pengumpulan data yang ditempuh melalui studi

pustaka/studi literatur dan observasi lapangan, untuk memudahkan analisa dan

pendekatan yang dilakukan untuk dasar penyusunan konsep penelitian dengan

melalui beberapa hal yaitu studi literatur dan studi kasus.

1. Studi Literatur

Dengan mempelajari literatur baik dari buku – buku maupun browsing

internet mengenai teori, konsep dan standar perencanaan, untuk perancangan

Kawasan Wisata Danau Perintis


2. Studi Kasus

Melakukan perbandingan terhadap hasil – hasil observasi yang dilakukan

pada beberapa bangunan kawasan wisata Danau yang berfungsi sama untuk

analisa dan kriteria yang diterapkan pada kawasan pembangunan wisata

Danau Perintis di kabupaten Bone-Bolango.

1.3 Proses Perancangan dan Strategi Perancangan

1.3.1 Proses Perancangan


Proses berpikir yang dilakukan oleh perancangan mengambil jalur
spiralistik yang penuh dengan lompatan dari satu masalah ke masalah yang lain,
dari satu forward ke feedback

1.

2.

2.3

2.4

2.5

2.6 Kerangka Pikir


DAFTAR PUSTAKA

Artiningrum Primi, Danto Sukmajati. 2017. Adaptasi Arsitektur Ekowisata

Kampung Nelayan Bugis di Kamal Muara. Jurnal Arsitektur NALARs.

Universitas Mercu Buana. Volume 16 Nomor 1

Babo James P. 2016. Peranan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam

Mengelola Wisata Danau Kabupaten Bone-Bolango. Jurnal. Hal 1-2

Buku Putih Santasi. 2014. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bone-Bolango

Devy Helln Angga. 2017. Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam

Sebagai Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Karanganyar. Surakarta. Jurnal

Sosiologi DILEMA. Universitas Sebelas Maret. Vol. 32, No. 1

Faisal Gun, Nindiyo Suwarno, Dimas Wihardyanto. 2012. Tipologi Ventilasi

Bangunan Ekowisata Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Jurnal Arsitektur

Universitas Bandar Lampung

Fajri Khoirul. 2016. Straegi Pengembangan Destinasi Pariwisata Kota Bandung

dalam Meningkatkan tingkat Kunjungan Wisatawan Asal Malaysia. Bandung:

Tourism Scientific Journal. Volume 1


G-Traveler. 2017. Mengenal Danau Nihiwatu sebagai Danau terbaik di Asia,

http://katalogwisata.com/mengenal-Danau-nihiwatu-sebagai-Danau-terbaik-di-

asia#.W_Fuq8v7MoM. Diakses 15 Juli 2019

Kompas. 2017. Danau Ora serasa di Maladewa.

https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/2017/01/03/072100

427/Danau.ora.serasa.di.maladewa. Diakses 15 Juli 2019

Linda.2016. Danau Nihiwatu surge Indonesia yang paling sulit dijamah.

http://jadiberita.com/88236/Danau-nihiwatu-surga-indonesia-paling-sulit-

dijamah.html diakses 15 Juli 2019

Mahadi Khairul, Fitri Indrawati. 2010. Arahan Pengembangan Obyek Wisata

Danau Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang. Jakarta. Jurnal PLANESA TM.

Universitas Esa Unggul. Vol. 1, No. 1

Musanif. 2014. Penataan Kawasan Wisata Danau Putri Serayi di Kabupaten

Sambas. Jurnal Teknik Sipil Untan. Volume 14 Nomor 1

Danaunesia. 2017. Danau Ora. https:/www.Danaunesia.com/Danau-ora. Diakses

15 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai