Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

SUKOHARJO TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010

Wisnu Adji Sudewo (2018010041)


Email : wisnuadjis01@gmail.com
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Batik Surakarta

Abstrak

Jurnal ini mempelajari mengenai pengimplementasian kebijakan Pemkab


Sukoharjo pada pelestarian cagar budaya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2010 perihal cagar budaya serta mengetahui hambatan yang berdampak
pada pengimplementasi kebijakan Pemkab Sukoharjo pada pelestarian cagar
budaya sesuai dengan prinsip, mekanisme serta panduan yang sudah ada.
Penelitian ini berdasarkan konsep hukum sebagai perwujudan makna simbolik
terhadap perilaku sosial sebagai dampak interaksi antara mereka. Jenis penelitian
hukum ini merupakan Yuridis Empiris dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif-kualitatif yang memiliki tujuan untuk mendeskripsikan Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam Pelestarian Situs Keraton Kartasura serta
Situs Pabrik Gula Gembongan Sebagai Cagar Budaya. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan adanya kendala dalam pengimplementasian kebijakan pelestarian
cagar budaya di kawasan Sukoharjo sebagai berikut: kepentingan pelaku yang
belum sejalan, yakni kepatuhan dari para pelaku yang masih melakukan
pelanggaran, serta sumber daya manusia dan dana yang belum optimal, sehingga
mengakibatkan kurangnya optimalisasi dalam pelaksanaan kebijakan.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Pemerintah, Cagar Budaya

1
Abstract

This journal studies the implementation of the Sukoharjo Regency Government's


policies on the preservation of cultural heritage based on Law No. 11 of 2010
concerning cultural heritage and finds out the obstacles that have an impact on the
implementation of the Sukoharjo Regency Government's policies on the
preservation of cultural heritage in accordance with existing principles,
mechanisms and guidelines. This research is based on the concept of law as the
embodiment of the symbolic meaning of social behavior as a result of the
interaction between them. This type of legal research is Juridical Empirical using
descriptive-qualitative research methods which have the aim of describing the
Sukoharjo Regency Government's Policy in Preserving the Kartasura Palace Site
and the Gembongan Sugar Factory Site as a Cultural Heritage. The results of this
study also show that there are obstacles in implementing the cultural heritage
conservation policy in the Sukoharjo area as follows: the interests of the actors are
not in line, namely the compliance of the perpetrators who are still committing
violations, as well as human resources and funds that are not optimal, resulting in
a lack of optimization in policy implementation.
Keywords : Policy Implementation, Government, Cultural Heritage

2
A. Pendahuluan
Perjalanan pemerintahan daerah sendiri di Indonesia menerangkan
persoalan yang menarik untuk dikaji. Sebab persoalan-persoalan tentang
pemerintahan daerah dimasukan ke dalam Pasal 18 Undang-Undang Dasar
1945 beserta penjabarannya setelah format negara dirumuskan oleh
pendirinya. Walaupun Negara Indonesia menganut prinsip negara kesatuan
dengan pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan, tetapi karena
heterogenitas masyarakat Indonesia dalam kondisi sosial, ekonomi dan budaya
serta tingkat pendidikan masyarakat, oleh sebab itu desentralisasi atau
distribusi kekuasaan/kewenangan dari pemerintah pusat hendaklah diterapkan
pada masing-masing daerah.1 Kebijakan pemerintahan daerah diawali dari
kebijakan desentralisasi yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Bangsa Indonesia merupakan negara yang terletak di bagian tenggara
benua Asia. Negara yang memiliki ribuan pulau yang dipisahkan oleh lautan.
Maka Oleh sebab itu Negara Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka
ragam. Kebudayaan yang beraneka ragam tadi menghasilkan produk-produk
kebudayaan yang wujudnya juga berbeda-beda baik sebagai bagian dari cara
hidup sehari-hari ataupun bagian dari kepercayaan keagamaan yang mereka
anut. Kebudayaan merupakan total pikiran dan ciptaan manusia pada reaksi
naluriah, oleh karena itu hanya bisa dipaparkan manusia setelah melalui suatu
proses pembelajaran.2
Benda Cagar Budaya merupakan benda yang masih mengandung nilai
budaya dan tradisi leluhur yang sangat penting dan bertahan sampai dengan
sekarang. Benda cagar budaya adalah aset suatu Negara yang sangat penting
karena dapat membantu dalam memahami dan mengembangkan Ilmu sejarah,
pengetahuan, serta kebudayaan dari masa ke masa. Oleh karena itu pentingnya
cagar budaya dilindungi dan dilestarikan guna menumbuhkan identitas suatu
negara dan kepentingan nasional. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya,
situs cagar budaya dapat dimanfaatkan guna keagamaan, pariwisata, Ilmu

1
Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
2
Kaplan, David dan A Manners,2000. Albert Pengantar Budaya, Teori Budaya, Penerbit Pustaka
Pelajar

3
pengetahuan serta pendidikan. Yang dikategorikan sebagai Situs Cagar
Budaya yaitu3:
1. Benda-benda buatan yang bergerak ataupun tidak bergerak dalam bentuk
kesatuan, kelompok, maupun bagian dari sisa-sisanya, yang sudah
memiliki umur minimal lima puluh tahun, atau menggambarkan sebuah
gaya pada masa tertentu yang unik dan melambangkan periode tahun
tersebut, serta dianggap memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan
budaya.
2. Benda-benda alam yang memiliki nilai-nilai sejarah dan ilmu pengetahuan,
atau budaya yang signifikan.
Terdapat kriteria bangunan yang harus dilestarikan diantara yaitu;
1. Nilai dari obyek itu sendiri
a. Obyek tersebut memiliki gaya arsitektur yang khas sehingga menjadi
contoh yang bailk ataupun merupakan hasil karya dari arsitek yang
sudah terkenal.
b. Obyek memiliki nilai estetik, berdasarakan detail baik exterior maupun
interiornya.
c. Obyek tersebut mempunyai gaya khas dan keunikan tersendiri yang
mengambarkan periode tertentu.
2. Fungsi Obyek di Lingkungan
a. Hubungan antara obyek seperti jalan, taman, dan ruang terbuka hijau
kota dengan bangunan atau ruang kota lainnya yang mempunyai kaitan
dengan kualitas arsitektur secara menyeluruh.
b. Obyek tersebut adalah segmen dari kompleks yang bersejarah dan jelas
mempunyai nilai yang penting guna dilestarikan di urutannya.
c. Obyek memiliki landasan yang berkarakteristik serta terkenal di kota
atau memiliki nilai emosional bagi penduduknya.

3. Fungsi Obyek pada lingkup lingkungan sosial budaya


3
Undang-Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

4
a. Obyek berkaitan terhadap peristiwa historis
b. Obyek menandakan tahapan dari sejarah dan perkembangan suatu
kota.
c. Obyek memiliki fungsi yang penting kaitkannya terhadap aspek fisik,
emosional, serta keagamaan, contonya adalah Candi maupun masjid.
Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu daerah yang mempunyai banyak
peninggalan masa lalu dalam bentuk cagar budaya yang dikarenakan letak
geografisnya yang berdekatan dengan Kota Surakarta yang mempunyai
banyak peningalan sejarah dan kebudayaan.
Adapun beberapa contoh bangunan cagar budaya yang ada di Kabupaten
Sukoharjo di antaranya adalah:
1. Situs Keraton Kartasura
Keraton kartasura didirikan oleh Amangkurat II pada tahun 1680,
sebab Keraton Plered saat itu diduduki oleh Pangeran Puger yang
bertanggung jawab atas pertahanan Plered oleh Amangkurat I, selama
pemborontakan Trunajaya terjadi.4
2. Situs Pabrik Gula Gembongan
Pabrik Gula Kartasura berlokasi di Jalan Permata Raya Dukuh
Tegalmulya RT 02 RW 08 Pabelan, Kec-Kartasura, Kab-Sukoharjo, Jawa
Tengah. Tempat situs ini ±300m di sebelah utara perempatan lampu merah
atau disebrang Apartemen menara one5
B. Permasalahan
Berdasarkan gambaran diatas perlu dikaji Bagaimana Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah tantang Pelestarian Cagar Budaya di Kabupaten
Sukaharjo berdasarkan UU No 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya serta
Apa saja kendala dihadapi di pelaksanaan Implementasi kebijakan Pelestarian
Cagar Budaya berdasarkan UU No 11 Tahun 2010.

C. Metode Penulisan

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kartasura
5
https://kekunaan.blogspot.com/2020/04/pabrik-gula-kartasura.html

5
Dalam sebuah kajian yang baik serta sistematis dan sesuai dengan harapan
dari tujuannya, maka penulisan ini dilandaskan dari hasil penelitian maupun
kajian hukum yang dilakukan sebagai berikut:
1. Pendekatan Masalah Penelitian
Pendekatan di dalam penelitian ini ialah penelitian Yuridis
Empiris, yaitu suatu metode penelitian hukum yang menyelidiki apa yang
sedang terjadi di masyarakat saat ini, atau keaadaan sebenarnya yang ada
dalam masyarakat serta fakta-fakta yang di jadikan sebagai data sebuah
penelitian kemudian dianalisis guna mengidentifikasi masalah yang pada
akhirnya mengarah di penyelesaian masalah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan pertimbangan berbeda-
beda, berdasarkan konsep teknik yang digunakan, Karakteristik empiris,
rasa keingintahuan Individu dan lai-lain. Guna mendapatkan sebuah
gambaran tentang kebijakan pemerintah Kabupaten Sukoharjo dalam
pelestarian Situs Keraton Kartasura dan Situs Pabrik Gula Gembongan
sebagai Cagar Budaya, maka penulis menggunakan teknik:
a. Wawancara
Wawancara adalah metode verbal untuk mendapatkan informasi
guna mencapai sebuah tujuan tertentu. Di sebuah wawancara ada dua
pihak yang menempati posisis yang berbeda yaitu pencari informasi
yang biasa disebut dengan interviewer, dan pemberi informasi yang
disebut sebagai narasumber/responden. Wawancara disini
menggunakan wawancara yang mendalam, baik dengan teknik
wawancara bebas maupun wawancara bebas terpimpin.
b. Studi Kepustakaan
Studi Pustaka di pembuataan skripsi ini, Penulis meneliti data
sekunder dari kepustakaan, undang- undang dan dokumen lainnya.

c. Observasi

6
Observasi ialah proses memperoleh data informasi langsung
melaliui pengamtan yang dilakukan secara langsung ataupun tidak
langsung.
D. Pembahasan
1. Implementasi Kebijakan Pemerintah di wilayah Kabupaten
Sukoharjo
Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa Cagar Budaya di kawasan
Sukoharjo terkait pelestariaan cagar budaya terlindungi cukup baik.
Pemerintah daerah dan pusat berperan aktif sebagai pelindung hukum
dalam menjamin perlindungan keberadaaan benda cagar budaya di
wilayah Sukoharjo.
Namun, proses implementasinya tidak berjalan seperti yang
diharapkan. Kepentingan individu pemangku kepentingan atau aktor
dengan kepentingan yang berbeda sehingga menyebabkan implementasi
berjalan kurang baik. Hambatannya adalah sumber daya manusia dan
keuangan ditambah kendala ketiadaan peraturan pelaksanaan yang
sekarang belum ada merupakan hambatan yang sangat dirasakan.
Peraturan Daerah (Perda) mengatur tentang cagar budaya masih proses
dalam pembuatannya. Sehingga yang digunakan ialah UU No 11 Tahun
2010, sementara itu peraturan tersebut merupakan peraturan pemerintah
pusat yang masih belum bisa mengkhususkan dari setiap daerah yang
mempunyai ciri khas masing-masing.
Kurangnya standart peraturan pelaksanaan sehingga menjadikan
sebuah pematik kurang kerhasilannya di implementasi kebijakan tersebut.
Ketaatan terhadap aturan pelaksnaan oleh pelaksna merupakan salah satu
tolak ukur keberhasilan proses pelaksanaannya. Tetapi, dalam hal daya
tanggap, pelaksana lebih responsif dapat meningkatkan harapan bahwa
kebijakan tersebut akan diimplementasikan dengan baik.
a. Hukum atau peraturan yang Sistematis dan Sinkron
Kebijakannya disini menyereahkan pengambilan sebuah keputusan
di pemerintah daerah dengan dukungan dari pemerintah pusat,
Sekalipun masih mempunyai sifat sentralistik dan belum ada Perda
yang mengatur, hal itu bukanlah sebuah alasan bagi Hukum yang

7
lemah . Ketika ada sebuah pelanggaran pada peraturan perundang-
undangan yaitu UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya maka
hukuman akan tetap bisa dijalankan.
Sebagai contoh Benteng Keraton Kartasura, terdapat sebuah
bangunan keraton yang menjadi bangunan cagar budaya. Tujuannya
sama dengan Pemerintah di wilayah Sukoharjo yaitu untuk
melestarikan situs atau bangunan cagar budaya sehingga bisa
dimanfaatkan untuk ilmu pengetahuan dan budaya bagi masyarakat
luas. Namun dari sudut pandang lain, tetapi dalam pandangan lain
masing-masing kepentingan aktor yang tidak selaras dan belum
menyatu. Karena berasal dari keturunan ahli waris kurang dalam
perawatan dikarenakan tidak mampu dalam biaya untuk pembaharuan
atau perbaikan dari Benteng keraton tersebut.6
b. Penegak Hukum atau Pegawai berwibawa dan handal
DISDIBUD atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah
Kabupaten Sukoharjo berhubungan dengan adanya UU No 11/2010
bertujuan untuk melindungi serta melestarikan cagar budaya supaya
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan UU No 11/2010 yang
masih belum lengkap dari segi keuangan serta SDM (sumber daya
manusia) yang belum optimal.
Tidak adanya Peraturan daerah yang mengatur hal tersebut tidak
menjadi halangan untuk dilaksanakannya kebijakan pelestarian cagar
budaya tersebut. Karakteristik kelembagaan memiliki dampak besar
pada implementasi kebijakan, dan siapa yang duduk dan memjadi
pemimimpin memiliki dampak besar pada keberhasilan. Implementasi
dan situasi di Benteng Keraton Kartasura dan Pabrik Gula Gembongan
menunjukkan bahwa dirasakan kurang aktif dan responsif.
c. Tingkat Kepatuhan Masyarakat Tinggi
Implementasi Kebijakan ini memberikan kebermanfaatan bagi
masyarakat setempat, khususnya dalam kaitannya ilmu pengetahuan
serta perlindungan cagar budaya pada umumnya. Hal ini juga

6
Wawancara dengan mba Leni, keluarga keraton kartasura

8
mempengaruhi terhadap kehidupan sosial, ekonomi masyarakat yang
menetap di sekitar lokasi cagar budaya tersebut. Sebab, adanya situs
cagar budaya dapat menarik perhatian wisatawan asing ataupun lokal
sehingga membuat masyarakat semakin kreatif, misalnya pembutan
oleh-oleh khas wilayah tersebut. Wisatawan biasanya akan membeli
bermacam-macan cindramata saat mengunjungi kawasan wisata cagar
budaya. Selain itu, peningkatan pendapatan untuk pengusaha di bidang
perhotelan karena wisatawan lokal dan asing pasti membutuhkan
penginapan sementara.
2. Faktor-Faktor Penghambat Implementasi
a. Berdasarkan Isi dari kebijakan
1) Kepentingan Yang Dipengaruhi
Kemendikbud telah berupaya semaksimal mungkin untuk
melestarikan dan melindungi cagar budaya, namun kembali lagi
pada kepentingan Keraton Kartasura dan Pabrik Gula Gembongan
dalam mengimplementasikan kebijakannya. Masing-masing
mempunyai sebuah kepentingan yang bertujuan hampir sama
namun karena adanya faktor tertentu yang mengakibatkan tujuan
dari masing-masing kepentingan belum seirama.7
2) Tipe Keuntungan
Sedangkan manfaat dari kebijakan tersebut sudah baik,
namun ada beberapa kendalayang membuat kebijakan tersebut
belum optimal. Karena kesadaran diri dari masing-masing
pelaksana bahwa cagar budaya memiliki nilai-nilai sejarah dan
dapat dimanfaatkan oleh gebnerasi mendatang untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.
3) Tempat Pembuatan Keputusan
Kurang adanya komitmen dari pelaksana kebijakan, dan
kurangnya komunikasi antar pelaksana, dapat berdampak terhadap
rendahnya keterampilan dan kompetensi, karena setiap pelaksnan
memiliki presfektif yang berbeda dan tidak konsisten. Dengan

7
Wawancara dengan Atik Ardiati, Bagian Pamong Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

9
demikian, Pengambilan keputusan dalam suatu pelanggaran atau
masalah terkait pelestarian cagar budaya masih bersifat terpusat.
4) Program Implementator
Pengambilan keputusan masih di tangan pemerintah pusat,
karena UU No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya masih
terpusat. Pemerintah pusat masih ikut campur dalam kebijakan ini,
karena peraturan daerah belum terbentuk. Dalam hal ini tidak ada
keseragaman yang dapat menyamakan pandangan pemerintah di
Sukoharjo ataupun para pemilik bangunan cagar budaya, meskipun
memiliki tujuan yang sama. Hal ini dibutuhkan komunikasi yang
baik antara para pihak untuk menghindari miskomunikasi dan
perbedaan pendapat mengenai interpretasi.
5) Komitmen Terhadap Sumberdaya
Belum tercukupinya Sumber Daya yang baik bagi seluruh
cagar budaya terkait SDM (Sumber Daya Manusia) dan keuangan
yang cakap dan kompeten untuk memberdayakan masyarakat,
keuangan untuk memenuhi kebutuhan kelestarian sebagai
penunjang penerapan kebijakan. Karena banyaknya situs cagar
budaya tersebut, Pemkab Sukoharjo mulai memprioritaskan
mereka yang memperoleh subsidi atau dukungan anggaran dari
Pemkab Sukoharjo. Tidak seluruhnya bangunan mendapatkan hal
tersebut, tergantung dari jumlah kerusakan dan juga
kepentingannya. Sebab ada beberapa bangunan cagar budaya yang
masih menggunakan biaya sendiri dikarenakan milik pribadi.
b. Berdasarkan Konteks Kebijakan
Wewenang, kepentingan dan Strategi para pihak yang terlibat
dengan segala sesuatu belum ada arahan konkrit, sehingga masih
bersifat sentralisasi terpusat pada UU No 11 Tahun 2010 tentang cagar
budaya, dan tidak ada peraturan daerah (perda).

E. Penutup
1. Kesimpulan

10
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, secara umum
bisa ditarik kesimpulkan bahwa:
a. Pengimplementasian kebijakan pelestarian cagar budaya Pemkab
Sukoharjo dalam UU No 11 Tahun 2010 belum berjalan secara efektif.
Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor, diantaranya:
1) Dari sisi Hukum atau peraturan itu sendiri masih menggunakan UU
No 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya yang bersifat sentralistik
dan belum adanya Peraturan daerah yang mengaturnya.
2) Kepentingan masih belum bisa seirama dimana masing- masing
kepentingan mempunyai keinginan yang berbeda, pelaksanaannya
terkesan dipaksakan karena sudah terdapat UU No 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya. Kelembagaan dan Karakteristik Rezim
belum bisa berjalan dengan efektif karena pimpinan baik ditingkat
kabupaten maupun ditingkat daerah pusat karena kurang aktif dan
responsif.
3) Derajat Kepatuhan Warga Masyarakat Tinggi
Tipe Keuntungan yang didapat adalah ilmu pengetahuan
masa lampau masih bisa dipelajari sampai sekarang dan bisa
berguna untuk generasi yang akan datang, selain itu bangunan atau
benda cagar budaya lebih diperhatikan dan dilindungi
keberadaannya agar nilai sejarahnya tidak hilang.
b. Hambatan yang dirasakan dalam implementasi kebijakan pelestarian
cagar budaya dikawasan Surakarta ini dapat dikelompokkan menjadi
beberapa hal, diantaranya yaitu :
1) Hambatan yang berkaitan dengan sumber daya manusia karena
komitmen dan kurangnya pemahaman pengurus tentang pelestarian
situs cagar budaya terhadap masalah utama yaitu kurangnya
kepepedulian terhadap situs bersejaah.
2) Hambatan yang berkaitan dengan dana dalam pelestarian cagar
budaya, bahwa tidak semua bangunan atau benda cagar budaya
yang dianggarkan dalam APBD Pemerintah Kabupaten Sukoharjo,
akan tetapi terdapat prioritas kegunaan dan fungsinya yang

11
menyangkut masalah mendesaknya bangunan tersebut untuk
diperbaiki.
2. Saran
a. DISDIKBUD Kabupaten Sukoharjo
Sebaiknya DISDIKBUD Kabupaten Sukoharjo segera
memprakasai adanya Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten
Sukoharjo agar Kebijakan dari pemerintah bisa menjadi lebih khusus
dan kongkrit, sehingga tidak terpusat lagi atau desentralisasi.
Selanjutnya, Anggaran Dana harus ada untuk pelestarian cagar budaya
dan inovasi baru terhadap pelestarian cagar budaya yang nantinya
masyarakat pun mau untuk menjaga cagar budaya tersebut dikarenakan
mendapatkan sebuah keuntungan baginya dan kesadaran masyarakat
akan sangat tinggi.
b. Pemilik cagar budaya atau pengurus cagar budaya
1) Situs Keraton Kartasura
Sebaiknya pemilik/keluarga keraton bekerjasama dengan
masyarakat dan pemerintah untuk menjaga, melestarikan cagar
budaya tersebut dengan baik dan perusakan Benteng Keraton
Kartasura tidak terulang kembali, Sehingga masa yang akan datang
akan tetap terjaga.
2) Situs Pabrik Gula Gembongan
Sebaiknya para pengelola Pabrik Gula Gembongan/The
Herritage Kartasura saling menjaga dan bekerjasama agar benda-
benda yang berada di tempat tersebut bisa terus dilestarikan,
tanggung jawab dan pengendalian diri untuk menjaga benda-benda
cagar budaya tersebut itu berasal dari kesadaran diri para
pengurusnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sedyawati, Edi, 2006. Budaya Indonesia Dalam Kajian Arkeologi, Seni Dan
Sejarah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kaplan, David dan A Manners,2000. Albert Pengantar Budaya, Teori Budaya,


Penerbit Pustaka Pelajar

Islamy, Irfan M, 2007. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta:.


Bumi Aksara.

Sahrir, 1988. Mencari Bentuk Otonomi Daerah,Suatu Solusi Dalam Menjawab


Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Agustino, Leo 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Edi Wibowo, Edi, 2004. Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Penerbit
YPAPI.

Rahardjo, Satjipto, 1996. Negara dan Deregulasi Moral, Jakarta: Kompas.

Abdul Wahab, Solichin, 2022. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Meter, Van dan Horn, Van, 1978. The Policy implementation Proces : A
Conceptual Framework Administration & Society. Sage Publication.

James E, Andersonm, 1979. Public Policy Making, New York : Helt


Rinehart and Wiston.

Randall B, Repley, 1986. Policy Implementasi and Bureaucracy. Chicago:The


Dorsey.

Wibawa, Samodra, 1994. Kebijakan Publik Proses dan Analisis, Jakarta Intermasa.

S, Grindle, Gmerillee, 1980. Politics and Policy Implementasi In The Third


World, New Jersey : Princetown University Press

Saepudin, Otonomi Daerah: Landasan, Asas, Pemda.2010

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kartasura

https://kekunaan.blogspot.com/2020/04/pabrik-gula-kartasura.html

13

Anda mungkin juga menyukai