Anda di halaman 1dari 6

Bab 5

USAHA USAHA MENJAGA PELESTARIAN SOSIAL

BUDAYA DI LINGKUNGAN SEKITAR

1. Usaha-usaha menjaga kelestarian sosial budaya


Kebudayaan adalah cara khas manusia untuk menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kebudayaan ada 2 macam, yaitu kebudayaan
material dan kebudayaan non material. Kebudayaan material terdiri dari
peninggalan fisik buatan manusia. Sedangkan kebudayaan non material
terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Pengetahuan dan kepercayaan (komponen kognitif)
Pengetahuan merupakan koleksi ide dan fakta tentang dunia fisik dan
sosial yang objektif dapat diandalkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kepercayaan merupakan keyakinan dan serangkaian ide yang lebih
subjektif dan tidak dapat di refisi.
b. Norma dan nilai (komponen normatif).
Norma adalah aturan tidak tertulis yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat. Norma meliputi banyak hal, seperti norma adat, norma
hukum, serta norma agama.
Nilai berfungsi sebagai pemberi arah dan tujuan hidup.
c. Tanda dan bahasa (komponen simbolik), yaitu simbol yang sering kita
kenal seperti bahasa, gerak, isyarat, bunyi, dsb.

Kebudayaan memiliki beberapa unsur, yaitu bahasa, sistem


pengetahuan, organisasi sosial, sistem perawatan hidup dan teknologi,
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Ke 7 unsur
kebudayaan tersebut dapat di perinci lagi menjadi beberapa bagian,
menjadi kompleks budaya, kompleks sosial dan benda kebudayaan.
Contohnya:
a. Organisasi sosial meliputi adat, aktivitas sosial, dan peralatan fisik.
b. Sistem mata pencaharian dibedakan menjadi perburuan, peladang,
peternakan, perdagangan, perkebunan, industri perdagangan
industri jasa, dan industri munafaktur.
c. Kesenian meliputi seni rupa, seni suara, seni gerak, seni sastra, seni
drama, dsb.
Kebudayaan dapat terwujud dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Ide yang kompleks, meliputi ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan, dsb.
b. Aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Benda-benda hasil karya manusia.

Kebudayaan juga mengalami perubahan, karena beberapa faktor,


antara lain:
a. Perubahan lingkungan alam,
b. Adanya kontrak dengan suatu kelompok masyarakat yang memiliki
norma,
c. Nilai dan teknologi berbeda,
d. Penemuan atau discovery untuk membuka pengetahuan baru,
e. Investasi untuk penciptaan pengetahuan baru atau mengkombinasikan
pengetahuan yang sudah ada,
f. Adopsi budaya dari elemen lain yang dikembangkan di tempat lain,
serta
g. Modifikasi gaya hidup karena adanya perubahan pandangan hidup dan
konsepsinya.

Cara yang mudah untuk mengenal dan mempelajari kebudayaan


adalah dengan mengelompokan (klasifikasi) sesuai daerah masing-
masing. Daerah yang memiliki kebudayaan sama atau memeiliki banyak
kemiripan budaya dikelompokan ke dalam 1 daerah kebudayaan.
Indonesia termasuk daerah kebudayaan Malanesia.
Di Indonesia terdapat banyak suku bangsa, seperti Aceh,
Minangkabau, Melayu, Toraja, Ternate, Ambon Maluku, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Surakatra, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Kebudayaan
nasional tersebut dapat terancam dengan hadirnya kebudayaan asing.
Ancaman kebudayaan asing bagi kebudayaan nasional antara lain,
sebagai berikut.
a. Komersialisme kebudayaan,
b. Konsumerisme dan materialisme,
c. Ketahanan budaya dan konflik nilai,
d. Pendidikan dan proses alih nilai,
e. Adaptasi hukum dan pengembangan peristiwa,
f. Seks dan kesehatan,
g. Sekularisme kehidupan beragama,
h. Pengembangan potensi masyarakat dalam mengambil manfaat
optimal dari peristiwa dan interaksi antar bangsa,
i. Pengembangan kemampuan kritis nasional dalam menghadapi
pengaruh kebudayaan asing.

2. Usaha-usaha pelestarian peninggalan sosial budaya di lingkungan sekitar.


Sejarah berupa bangunan tua menunjukan gambaran bahwa
kegiatan pelestarian peninggalan sosial budaya di daerahtersebut belum
mendapatkan penanganan yang serius. Khususnya di Indonesia dalam
usaha pembentukan identitas bangsa, hakikat pemugaran dalam
perencanaan dan perancangan kota.
Sejak tahun 1931 (zaman Hindia-Belanda), indonesia telah
memiliki Monumen Ordonantie Nr. 238, yaitu peraturan perlindungan
terhadap bangunan lama (bersejarah). Pada tahun 1992, perangkat hukum
tersebut direfisi menjadi UU Cagar Budaya Nomor. 5/1992.
Menurut Widjaja Martokusumo, keberadaan UU ini belum
menjamin bahwa kegiatan pelestarian dan pemugaran di kota-kota di
Indonesia akan lebih baik. Karena petunjuk pelaksanaan teknis maupun
dukungan kebijaksanaan masih dalam proses pembuatan. Akibat dari
lemahnya penerapan aspek legal dan kurangnya pemahaman adalah
berkurangnya bangunan tua bersejarah untuk pembangunan, meskipun
ada pro dan kontra tentang kegiatan ini. Kurangnya partisipasi dan
motifasi masyarakat dalam proses pembentukan lingkungan turut
mendukung hilangnya sebagian peninggalan sosial budaya.
Pada era sekarang ini, tuntutan perekonomian cukup tinggi
terutama pada tempat-tempat strategis yang memiliki nilai jual lebih.
Akibatnya dapat berbenturan kepentingan jika di tempat tersebut terdapat
peninggalan sosial budaya. Kebijakan pemerintah dan masyarakat
setempat dapat menentukan peninggalan sosial budaya tetap lestari atau
berubah fungsi.
Peninggalan sosial budaya misalnya monumen dan warisan
sejarah. Monumen secara terbatas diartikan hanya pada bangunan
monumental seperti candi, tugu, ataupun prasasti. Kecuali keraton, istana,
dan bangunan religius, peninggalan sejarah lainnya yang tidak tergolong
dalam kategori grand architecture sebenarnya juga produk budaya
belum dapat diterima. Sedangkan sedangkan kategori warisan sejarah
masih dalam bentuk kesenian tradisional, kaligrafi, seni lukis tradisional,
dan bahasa daerah. Seni bangunan di Indonesia pada saat ini berada
dalam konteks pembangunan masyarakat industrial baru (era informasi).
Hal ini ditandai dengan adanya perubahan mencolok dari masyarakat
feodal-agraris menuju masyarakat demokratis-industrial. Seni bangunan
dan seni binakota diharapkan dapat membentuk lingkungan hidup yang
bercirikan nuansa regiona secara kultural.perlu usaha yang kreatif dalam
melestarikan warisan budaya tersebut.
Semangat untuk melestarikan (semangat konservasi) memerlukan
pendidikan. Pendidikan diperlukan dalam pemberian apresiasi atau
penghargaan terhadap konsep lama dan melakukan inovasi untuk
mengembangkan konsep baru. Kegiatan konservasi tidak sekedar
mengenang dan membekukan peninggalan masa lalu, tetapi harus mampu
juga dalam menjawab permasalahan lingkungan.
Peninggalan sosial budaya dapat dijadikan pertimbangan bagi
konsep pengembangan lingkungan hidup. Tujuan penting dari konservasi
bangunan dan kawasan bersejarah adalah untuk proses belajar dan
pengembangan sosial budaya. Kegiatan penafsiran sejarah dan apresiasi
kritis terhadap peninggalan sosial budaya. Misalnya dengan menerbitkan
buku-buku sejarah tentang bangunan dan kawasan lama.
Usaha pelestarian budaya perlu memerhatikan hal-hal berikut ini :

a. Lokasi lingkungan alam dan demografi (kependudukan)


Lokasi atau daerah hunian suatu warga beserta lingkungan sekitarnya
sangat mempengaruhi kebiasaan penduduk yang mendiami daerah
tersebut. Sifat dan kebiasaan penduduk juga perlu diperhatikan dalam
usaha pelestarian sosial budayanya
b. Asal mula dan sejarah suku bangsa
Asal mula (sejarah) suatu suku bangsa dapat di perhatikan dari cerita
atau dongeng yang berkembang di daerah tersebut. Sebagian dari isi
dongeng tersebut merupakan sejarah suku bangsa asli daerah.
c. Bahasa
Suatu suku bangsa ada ada yang memiliki bahasa dengan beberapa
tingkatan (social levels of speech). Tingkatan bahasa ini
menggambarkan kegiatan penduduk dan sastra sosialnya.
d. Sistem teknologi
Teknologi tradisional berkembang dalam masyarakat tertentu.
Teknologi ini menunjukan kemampuan dan peradaban masyarakat
tersebut. Teknologi tradisional meliputi 8 macam sistem peralatan dan
unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh masyarakat kecil atau
masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian. Contoh dari teknologi
tradisional seperti alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat
menyalakan api, makanan dan minuman, jamu-jamuan, pakaian dan
perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi.
e. Sistem mata pencaharian
Mata pencaharian penduduk berhubungan dengan produksi, konsumsi,
distribusi dan pemasaran
f. Organisani sosial
Beberapa masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berpengaruh
dalam kehidupan bermasyarakat
g. Kesenian
Kesenian merupakan ekspresi hasrat manusia akan keindahan,
meliputi benda-benda hasil seni musik, seni tari, seni drama.
h. Sistem religi
Keagamaan dan kepercayaan
Provinsi Jawa Barat berbatasan wilayah dengan Provinsi Jawa Tengah,
DKI Jakarta dan Banten. Sosial budaya di provinsi Jawa Barat mencakup
budaya Sunda. Usaha untuk melestarikan sosial budayanya di Jawa Barat,
seperti:

a. Promosi pariwisata, karnaval budaya, event budaya;


b. Pusat study sosial dan budaya;
c. Penerapan dalam ekstrakurikuler dan muatan lokal;
d. Lomba kebudayaan untuk pelajar dan masyarakat umum;
e. Bangga menggunakan produk budaya sendiri, seperti berbusana batik;
f. Terdapat pusat pelatihan (training centre) untuk seni dan budaya;
g. Study banding tentang kebudayaan dan penyelenggaraan duta budaya.

Anda mungkin juga menyukai