PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya merupakan bagian yang tak terpisahkan oleh manusia sehingga cenderung
dianggap bahwa budaya itu diwariskan secara turun temurun sejak dulu, akan semakin
hal-hal yang berhubungan dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan.
Budaya dibentuk dari berbagai unsur rumit yang terdiri unsur adat istiadat, bahasa,
agama, politik, perkakas, pakain, bangunan, dan karya seni. Terbentuknya unsur-unsur
sendiri sebagai wujud nyata budaya yang berkembang pada zamannya. Unsur kebendaan
itulah yang merupakan artefaktual yang perlu dijaga dan dilestarikan dalam bentuk Cagar
Budaya.
Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan
perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahamam dan pengembangan
dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelolah secara tepat melalui upaya
kemakmuran rakyat. Hal ini Berdasarkan terdapat dalam Peraturan Daerah Provinsi
Budaya pada Bab 1 Pasal 1 (Ayat 22) mengatakan bahwa” Pelestarian adalah upaya
dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya peran aparatur dalam melestarikan
1
segala sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan turun temuran baik itu bersumber
Nilai-nilai kearifan lokal yang masih ada biasanya masih dipertahankan oleh
masyarakat yang masih memiliki tingkat kepercayaan yang kuat. Kepercayaan yang
masih mentradisi dalam masyarakat juga disebabkan karena kebudayaan yang ada
biasanya bersifat universal sehingga kebudayaan tersebut telah melekat pada masyarakat
dan sudah mejadi hal yang pokok dalam kehidupannya. kebudayaan merupakan sesuatu
yang bersifat superorganic, karena kebudayaan bersifat turun temurun dari generasi ke
generasi berikutnya, walaupun manusia yang ada di dalam masyarakat senantiasa silih
diwariskan secara turun temurun tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya
kaitan yang begitu besar antara kebudayaan dan masyarakat menjadikan kebudayaan
sebagai suatu hal yang sangat penting bagi manusia dimana masyarakat tidak dapat
B. Rumusan Masalah
Soppeng?
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Soppeng
2
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dan wawasan sejarah mengenai salah satu warisan budaya
lokal yang tidak lain Situs Kebudayaan Bola Ridi,e di Kabupaten Soppeng.
2. Dapat menambah refrensi ilmu pengetahuan dalam bidang kesejarah dan strategi
3
BAB II
A. Tinjau Pustaka
1. Pengertian Budaya
Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit
(agama, politik, adat istiadat, bahasa, seni, dll) dan berkembang pada sebuah kelompok
orang atau masyarakat. Budaya sering kali dianggap warisan dari generasi ke generasi
dan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
jamak dari buddhi berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian hakikat budaya diartikan
Ada pendapat yang membahas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata
majemuk budidaya yang berarti budi yang diperdayakan. Budi yang merupakan paduan
akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, sedangkan daya adalah
telah banyak diteliti oleh peneliti asing dan peneliti lokal. Pelestarian dan penelitian
juga sering dilakukan oleh instansi pemerintah dibidang kepurbakalaan yaitu balai
pelestarian cagar budaya (BPCB) Makassar dan Balai Arkeologi (BALAR) Makassar.
Watansoppeng.
4
Sistem kepercayaan masyarakat Sulawesi selatan adalah Sure’ Lagaligo yang
mengandung kepercayaan pada dewa tunggal. Pemujaan terhadap roh nenek moyang
juga pernah berkembang. Hal ini ditandai dengan adanya pemeliharaan tempat-tempat
keramat yang telah dikenal oleh masyarakat Makassar sejak lama. Dalam buku
islam, orang Makassar mempercayai tokoh-tokoh dewa, roh nenek moyang serta
makhluk gaib lainnya. Pada Suku Bugis Makassar dikenal adanya Batara Guru (Dewa
pencipta jagad), Patoto’E (Dewa yang menemukan nasib manusia), dewa SemuE (Dewa
tunggal) dan makhluk-makhluk halus lainnya yang menempati tempat tempat angker.
Sedangkan tokoh dewa tertinggi dalam keyakinan mereka disebut Patoto’E atau dewa
Pengertian Cagar Budaya dalam UURI No. 11 Tahun 2010 adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
warisan budaya yang masuk ke dalam kategori Cagar Budaya adalah warisan budaya
yang berwujud konkrit, dapat dilihat dan diraba oleh indra, mempunyai massa dan
dimensi yang nyata. Contohnya batu prasasti, candi, nisan makan, dll. Warisan budaya
a. Budaya Material
Budaya material dapat berupa objek, seperti makanan, pakaian, seni, benda-benda
kepercayaan.
a) Budaya adalah pengalaman bersifat univerbal sehingga tidak ada dua budaya yang
sama persis.
b) Budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada
c) Budaya di isi dan ditentukan oleh kehidupan manusia sendiri tanpa di sadari.
a. Sistem religi
kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta system nilai dan pandangan hidup.
6
Terdiri dari system kekerabatan, system kesatuan hidup, setempat, asosiasi, dan
c. Sistem pengetahuan
Terdiri dari pengetahuan tentang sekitar alam, pengetahuan tentang alam flora,
pengetahuan tentang zat-zat bahan mentah, pengetahuan tentang tubuh manusia, dan
d. Bahasa
e. Kesenian
Terdiri dari seni patung, seni relief, seni lukis/gambar, seni rias, seni vocal, seni
f. Mata pencaharian
Terdiri dari berburu dan meramu, perikanan, bercocok tanam di lading, bercocok
Terdiri dari alat-alat produktif, alat-alat distribusi dan transport, wadah-wadah atau
tempat untuk menaruh makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat
B. Kerangka Pikir
8
BAB III
METODE PENELITIAN
terletak pada 4006o lintang selatan dan 4032o lintang utara, 119042’80° bujur timur dan
120006’13o bujur barat . luas wilayah Kabupaten Soppeng 1.500 Km2. Waktu penelitian
B. Definisi Penelitian
Situs adalah lokasi suatu kejadian, struktur, objek, atau hal lain, baik aktual, virtual,
etimologi berasal dari kata Latin Colere, yang artinya mengolah atau mengerjakan. Kata
'culture' juga kadang diterjemahkan sebagai 'kultur' dalam bahasa Indonesia, yang memiliki
arti sama dengan kebudayaan. Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta
dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat,
perkakas, bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni. Budaya memengaruhi banyak aspek
dalam kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak,
9
Pengertian budaya menurut para ahli:
Koentjaraningrat
Budaya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
Linton
Budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang
merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat tertentu.
Parsudi Suparian
pada masa lalu. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
10
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar
Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
kerajaan soppeng yang telah ada sejak Kerajaan itu berdiri. Beberapa benda peninggalan
kerajaan dan bangunan yang seluruhnya berwarna kuning tersebut merupakan saksi bisu
rumahnya berwarna kuning Bola Ridi’E juga ada kaitannya dengan kepercayaan Budha
Teknik pengumpulan data adalah proses pengumpulan data yang paling strategis
dalam suatu proses penelitian, untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan
dalam suatu penelitian ini, Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dilakukan dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik, yang merupakan kegiatan
yang berlangsung secara terus menerus aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan
suatu fakta yang terjadi di lapangan. Di dalam penelitian ini peneliti melakukan
2. Interview (wawancara); Teknik wawancara atau yang sering disebut dengan teknik
kepada beberapa informan yang diambil antara lain, penjaga Bola ridi’e, dan
Masyarakat sekita Bola ridi’e. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara
mendalam untuk memperoleh keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab secara
11
serta smarphone untuk merekam hasil wawancara. Agar mempermudah proses
wawancara
narasumber, data yang diperoleh yaitu melalui rekaman dan dokumen. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil beberapa jepretan foto serta video keadaan Bola
D. Analisis Data
1. Interpretasi
tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap sumber yang telah melalui tahap kritik
yang bertujuan untuk memperoleh gambaran akan pristiwa yang dibahas atas sejumlah
fakta yang diperoleh dan dipadukan dengan teori maka disusunlah fakta-fakta tersebut
dalam satu interpretasi menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut maka Langkah awal yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengolah, menyususn, dan menafsirkan data yang telah
teruji kebenarannya.
Hal ini dilakukan untuk memberikan tafsiran terhadap fakta-fakta yang telah
dikumpulkan dan telah dikritik sehingga dapat dihubungkan antara fakta yang satu
dengan fakta yang lainnya. Agar fakta itu mempunyai makna, maka mereka harus
itu dapat diterapkan kepada orang-orang lain, pada waktu dan tempat yang lain (Helius,
2012:22).
Dalam analisis data, fakta-fakta disusun sesuai dengan pokok permasalahan yang
dikaji. setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang
12
diperoleh, maka fakta tersebut disusun dan ditafsirkan. suatu fakta dihubungkan dengan
fakta lainnya sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan terhadap
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Kompleks istana yang dibangun pada tahun 1261 M ini berlokasi du jantung Kota
Soppeng, berhadapan dengan Villa Yuliana. Kota Soppeng pada masa lalu merupakan
bekas kota kerajaan yang memiliki kekuasaan cukup luas. Komplek ini dahulu dibangun
oleh I Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae. Di dalam komplek ini terdapat beberapa
penyimpana benda-benda atribut kerajaan soppeng yang telah ada sejak Kerajaan itu
berdiri. Beberapa benda peninggalan kerajaan dan bangunan yang seluruhnya berwarna
kuning tersebut merupakan saksi bisu akan perkembangan bangsa dari zaman penjajahan
sampai kemerdekaan. Disamping rumahnya berwarna kuning Bola Ridi’E juga ada
kaitannya dengan kepercayaan Budha. Komplek makam Jera Lompoe yang merupakan
pemakaman raja-raja Soppeng dan Kalokoe Watu yang di dalamnya terdapat makam We
Tenri Sui, Ibunda Arung Palakka. SalassaE yang dimana yaitu bekas istana datu soppeng,
dan Menhir Latammapole yang merupakan tempat melaksanakan hukumam bagi pelanggar
adat.
Upaya pelestarian Bola Ridi’E dengan dijadikan sebagai salah-satu tempat bersejarah
yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyakarat, bahkan tak sedikit pengunjung dari
Soppeng juga melakukan upacara massele boco’ (mengganti kelambu) datang dan berdoa
Kata Bissu secara tertulis ditemukan pertama kali dalam lontrak (naskah galigo). Pada
tambahan nama We Tenri Abeng saudara kembar emas Saweregading. We Tenri Abeng
Bissu Rilangi merupakan seorang wanita yang dapat menikah dan memiliki anak.
Kehadiran bissu ke bumi sebagai penyempurna dari kehadiran leluhur orang Bugis. Bissu
diciptakan sebagai penyeimbang kehadiran Batara guru sebagai manusia pertama yang
turun ke bumi yang lantas bertemu dengan Nyili Timo. Bissu pertama datang dari pulau
Lae-Lae bissu generasi pertama ini dianggap mampu memberikan keseimbangan dalam
kehidupan manusia. Kehadiran bisu memang sangat berguna bagi masyarakat sebagai
pendeta kuno masyarakat Bugis bisa telah memerankan diri sebagai sosok setengah dewa
Dalam buku La Galigo, menelusuri jejak warisan sastra dunia (Nurhayati dkk,
2003:486), Doktor Gilbert Albert Harmonic seorang pakar naskah Bugis kuno dari Prancis
menyimpulkan bahwa bissu adalah komunitas kecil dalam masyarakat Bugis tapi posisinya
cukup penting untuk menjadi patokan dalam suatu wilayah yang cukup luas. Ia menyebut
tradisi bissu adalah tradisi agama dari masyarakat Bugis kuno. Menurut beliau,
kepercayaan bissu itu mula-mula lahir dari pada upacara dan kepercayaan rakyat yang
sangat kuno. Dalam perjalanan masa kepercayaan orang biasa itu diubah dalam beberapa
pengaruh upacara tradisi lainnya termasuk tradisi Hindu Budha lalu diterima oleh kalangan
bangsawan.
Terkait dengan kedatangan bissu pada masyarakat atau kerajaan di Sulawesi Selatan,
terdapat beberapa versi terhadap kejadian tersebut. Salah satunya yang digambarkan
15
sebagai berikut ketika tengah hari cuci gelap gulita, topan dan badai turun. “puang matoa
bissu dari lae-lae, We Salerang dan We Apanglangi, kepada bissu dari Were dan Luwu
turun ke bawah bersama perlengkapannya, topan dan badai pun reda” (Kren; R.A La
Bissu adalah pendeta agama Bugis kuno pra Islam. Bissu memiliki ketua yang diberi
gelar Puang Matoa atau Puang Towa. Dia adalah figure feminism dengan wajah yang licin
seperti seorang kasim. Mereka dalam penasehat, pengabdi, dan penjaga Arajang yang
merupakan benda pusaka keramat. Bissu memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi
antar sesama mereka. Bahasa tersebut disebut bahasa suci, Bahasa Torilangi, bahasa bissu
atau bahasa Dewata para bissu menganggap bahasa tersebut diturunkan dari surga melalui
Dewata kata-kata dalam bahasa Dewata ini banyak persamaannya dengan bahasa yang
Di tahun 1609 Soppeng telah memeluk agama Islam namun ajaran Islam yang dianut
masih sangat minim masyarakat masih mempercayai kepercayaan terhadap leluhur dan
memegang teguh adat istiadat masyarakat Soppeng masih mempercayai ritual yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun seperti Massompo Wanua ritual-ritual ini dipimpin oleh
bissu di tahun-tahun awal masuknya Islam di Soppeng masih dihormati sebagai perantara
manusia dan dewa di tahu pengangkatan datu celanai di soppen tahun 1878 tidak lepas dari
Gani Baso Batu Puteh sebagai Datu Soppeng ke-34 yang seorang calabai. Di tahun inilah
puncak Kejayaan para calabai di Soppeng. Para calabai tidak segan-segan memasuki istana
16
Sejak terbentuknya kabupaten Soppeng di tahun 1957 di mana Bupati pertama yang
menjabat adalah H. Andi Wana (Datu Wana) kabupaten Soppeng masih dalam masa
transisi dari kerajaan ke kabupaten beberapa masyarakat masih melakukan upacara adat
atau ritual-ritual yang diadakan oleh pemangku adat atau bissu itu sendiri dan masih
masa peralihan inilah yang berperan penting terhadap kelangsungan adat dan tradisi di
jazirah Sulawesi Selatan khususnya pada daerah-daerah yang bermukim jauh dari kerajaan
terbentuknya pada tahun 1957 merupakan fase dibentuknya daerah otonom berdasarkan
Agama dan kepercayaan bissu dapat dikatakan sangat eksklusif kepercayaan bissu
sangat tertutup mereka tidak menyebarkan kepercayaan mereka mereka hanya akan datang
ketika mereka dibutuhkan dalam upacara atau sebuah ritual keagamaan bisu yang tidak
dibutuhkan tidak akan mendatangi ritual atau upacara modern dalam kehidupan modern
masyarakat Bugis. Menjadi bissu merupakan aib dan celah budaya bisu merupakan
dianggap sebagai jalan menaikkan status sosial akan tetapi jalan menuju kenistaan.
Menjadi bissu sama halnya mencari jalan keterasingan dalam masyarakat Islam Bugis
modern doktrin ini memaksa bissu harus menyingkir dan dipaksa tersingkir dari kehidupan
sosial juga berkaitan dengan kepercayaan bissu terhadap benda pusaka. Bissu dianggap
menyimpan dari agama karena menganggap arajang dan benda pusaka memiliki kekuatan
17
gaib dan mistik. Kepercayaan ini dianggap sebagai dinamisme yang mempercayai atau
Dalam wawancara bissu Acce yang menjaga Bola Ridi’E mengatakan bahwa bisu
awalnya ada di Bone lalu pergi mencari rakkala di sigeri tapi raja sigeri tidak mau
memberikan rakkala itu jadi para bissu tinggallah disegeri dan sewaktu datang gorila sudah
banyak dibunuh ada yang dibakar rumahnya ada juga dipaksa menjadi laki-laki, yang tidak
mau mengikuti perintah dibunuh sisanya melarikan diri dan masuk ke Soppeng sisanya itu
yang disebut puang matoa di Soppeng. Tapi tidak lama pengaruh gorila masuk di Soppeng
jadi sudah banyak upacara-upacara tidak dilaksanakan sewaktu ia menanam padi dipanggil
Pada tahun 1965 merupakan masa kelam bagi para bissu bukan hanya di kabupaten
Soppeng tapi di daerah-daerah jazirah Sulawesi Selatan bisu yang mulai terpojokkan
karena adanya pertentangan terhadap kepercayaan yang dianutnya sejak masa kelam ini
upacara ritual tidak dilaksanakan karena para bissu dituduh sebagai komunis dan anggota
partai komunis Indonesia PKI ormas Islam menuduh bissu tidak beragama berbuat syirik
dan dianggap menganut ajaran animisme (penyembah berhala) orang yang mempercayai
Setelah tahun 1970 di kabupaten Soppeng para calabai yang akan menjadi bissu tidak
lagi melakukan ritual-ritual pengangkatan bissu sebagaimana yang telah diakui oleh bissu
Acce. Setelah tahun 1970-an di Soppeng itu sudah tidak ada bissu yang direbbah kalau di
Soppeng itu disebut bissu mamata tidak direbbah. Bissu itu massimpolong. Dia harus
berproses kalau di rebah dia harus berpuasa jadi dia harus menjaga dirinya, kelakuannya,
18
karena kalau dia melakukan perbuatan tercela habis kekuatannya karena dia tidak mujarab
lagi kalau dia mau ada kekuatannya suhesti atau apa dia tidak boleh jual diri
Para pemimpin bissu yang karismatik satu persatu wafat mendahului mereka saat ini
bissu hanya dapat ditemui sebagai suatu komunitas kecil yang tersebar di beberapa tempat
di Sulawesi Selatan seperti di Bone Wajo Pangkep dan Soppeng demikian nasib para bissu
dan ritualnya yang mulai memudar sejak tahun 1966 mereka masih dapat bertahan hingga
kini karena masih terdapat sebagian masyarakat yang peduli dan fanatik terhadap mereka.
Pengaruh modernisasi pada dasarnya berdampak pada kelestarian sesuatu budaya dan
tradisi termasuk bissu yang ada di kabupaten Soppeng hal yang paling mencolok ialah
persepsi masyarakat ketika bissu menjadi sesuatu yang memiliki makna yang negatif
sebagai perilaku yang menyimpang serta menghilangkan makna sebenarnya bissu yang ada
di kabupaten Soppeng.
mengaitkan bahwa bissu memiliki makna yang menyimpang menurut ajaran agama dan
mempersepsikan bahwa bissu adalah bagian dari LGBT secara biologis. Pada dasarnya
bissu jika dilihat dari sisi gender tergolong dalam transgender di mana seorang laki-laki
yang memiliki penampilan seperti perilaku layaknya perempuan, maka akan benar jika
bissu dimasukkan pada bagian dari LGBT. Akan tetapi secara budaya dan adat istiadat
justru memiliki peran dan nilai yang berbeda dari transgender yang dimaksud dalam
LGBT, dengan makna spiritual yang dianggap oleh sebagian masyarakat Bugis sebagai
manusia yang memiliki hubungan dengan dewa. Bissu merupakan warisan budaya yang
dimiliki Sulawesi Selatan dan terlepas dari perilaku bissu yang dianggap menyimpan dari
ajaran islam tetapi justru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan hukum
di negara ini.
19
Kehidupan bissu di masa ini mengalami pergeseran peran karena berbagai ritual yang
menempatkan bissu jadi penting setelah terdeduksi oleh zaman. Hubungan antara generasi
di kalangan bissu pun semakin memperhatikan. Saat ini berbagai ritual yang dahulu
melibatkan bissu sudah berbeda dengan tujuan sesungguhnya misalnya tarian penyambutan
tamu istimewa sure leluso yang sarat makna dan hanya dilakukan oleh bissu. Selain
pergeseran peran bissu dalam hari ritual, pergeseran peranannya yang lain saat ini adalah
mengenai profesi atau pekerja yang mereka tekuni, saat ini bisu yang ada di kabupaten
20
BAB V
A. Kesimpulan
Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk dari banyak unsur yang rumit
(agama, politik, adat istiadat, bahasa, seni, dll) dan berkembang pada sebuah kelompok
orang atau masyarakat. Budaya sering kali dianggap warisan dari generasi ke generasi dan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
telah banyak diteliti oleh peneliti asing dan peneliti lokal. Pelestarian dan penelitian juga
sering dilakukan oleh instansi pemerintah dibidang kepurbakalaan yaitu balai pelestarian
cagar budaya (BPCB) Makassar dan Balai Arkeologi (BALAR) Makassar. Selain itu,
kerajaan soppeng yang telah ada sejak Kerajaan itu berdiri. Beberapa benda peninggalan
kerajaan dan bangunan yang seluruhnya berwarna kuning tersebut merupakan saksi bisu
Upaya pelestarian Bola Ridi’E dengan dijadikan sebagai salah-satu tempat bersejarah
yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyakarat dan memberikan penjagaan, yaitu
21
B. Saran
Memberikan fasilias yang memadai terkait pelestarian tradisi yang ada di Kabupaten
Soppeng serta keterbukaan sumber data yang diberikan oleh informan sekitarnya dapat
lebih terbuka dalam memberikan informasi jika masih dalam batasan dan tidak menyentuh
rana pribadi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Budaya”, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/pengertian-cagar-
Tysara, Laudia. 2021. “Pengertian Kebudayaan Secara Umum, Unsur, dan Wujudnya
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/cagar-budaya-di-indonesia-
Annisa, Tsalis. 2021. “6 Macam-Macam Metode Analisis Data yang Penting & Perlu
Diketahui”, https://www.ekrut.com/media/macam-macam-metode-analisis-data,
Azizah, Laeli. 2021. “Pengertian Budaya: Ciri-ciri, Fungsi, Unsur, dan Contohnya”,
20.37.
Kurniasih, Wida 2021. “Pengertian Kebudayaan: Ciri, Fungsi, Jenis, dan Unsur”,
pukul 21.15
23
Kern, R.A, 1993. I La Galigo Cerita Bugis Kuno. Terjemahan La Side & Sigamun
Purnamasari, Andi Sri Rahayu. 2018. Tradisi Bissu di Kabupaten Soppeng 1957-2016.
Nurhayati Rahman, dkk, 2003. La Galigo Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia.
Makassar
24
LAMPIRAN
A. Informan
B. Dokumentasi
25
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis 1
Haridah.
Pendidikan di SD Negeri 81 Belo pada tahun 2011-2017, peringkat tertinggi yang pernah
diraih adalah peringkat 1 sewaktu kelas 3,4,5, dan 6. Setelah tamat dari Sekolah Dasar penulis
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Lilirilau dari tahun 2017-2020. Tergabung dalam
kelas 7.1, peringkat tertinggi yang pernah di raih adalah peringkat umum 1 sewaktu kelas 7,
setelah tamat dari Sekolah Manengah Pertama, penulis melanjutkan pendidikaannya di SMA
Negeri 1 Soppeng pada tahun 2021-2023. Ia bergabung dalam kelas X MIA 6 dan
Ekstrakurikuler Volly dan sanggar seni Latobaja. Insyaallah pada tahun 2023 penulis akan
menjadi alumni SMA Negeri 1 Soppeng. Penulis akan bercita-cita menjadi Bissnis Woman.
Motto:
“jika kamu gagal dalam suatu hal jangan takut untuk mencobanya kembali dan jika masih
27
Penulis 2
melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah dasar di SDN 8 Maccope pada tahun 2011-2017.
Tahun 2017 penulis mendaftar ke sekolah manengah pertama di SMP Negeri 3 Watansoppeng
bergabung pada kelas 7.3 dan ekstrakurikuler Badminton. Tahun 2020 penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang sekolah manengah atas di SMA Negeri 1 Soppeng, bergabung pada
Wakil Pimpinan Sangga Perintis pada masa bakti 2020/2021 dan sebagai Bendahara pada
masa bakti 2021/2022 serta Ekstrakurikuler PKS (Patroli Keamanan Sekolah) sebagai anggota
Bidang Hubungan Masyarakat. dan insya allah pada tahun 2023 akan menjadi alumni SMA
Motto:
kemudian”
28
Penulis 3
FIRDA AYU RAHMASARI, kerap disapa Iin lahir di Kendari 15 oktober 2004, merupakan
anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Mustamin dan Nurhayati.
tamat dari sekolah dasar, penulis melanjutkan Pendidikan sekolah manengah pertama di SMP
Negeri 3 Watansoppeng dari tahun 2017-2020 tergabung dalam kelas 7.3 setelah tamat dari
pada tahun 2021-2023. Penulis bergabung dalam kelas X MIA 6 dan ekstrakurikuler Paskibra.
Inysaallah pada tahun 2023 penulis akan menjadi alumni SMA Negeri 1 Soppeng. Penulis
Motto:
“Hidup pasti banyak rintangan, kalau banyak rantangan berarti itu catering”
29
Penulis 4
Nurwana.
Pangempange Desa Umpungeng pada tahun 2011-2013. Setelah tamat sekolah dasar penulis
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 4 Lalabata Watansoppeng di Jolle pada tahun 2017-
2020. Setelah tamat sekolah manengah penulis melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1
Soppeng pada tahun 2020 hingga saat ini. Penulis bergabung di kelas X MIA 6 dan bergabung
di ekstrakurikuler PMR, sebagai anggota sub sekbid 3 keagamaan pada periode 2021/2021
dan sebagai coordinator sub sekbid 1 kewirausahaan pada periode 2021/2022. Dan insyaallah
pada tahun 2023 akan menjadi alumni SMA Negeri 1 Soppeng, Penulis bercita-cita menjadi
Polwan.
Motto:
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalua kamu berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau
“Memangnya kenapa jika hidup tak sempurna? Toh ini bukan surga”
30
Penulis 5
TOFAN QEFA DEWANA, kerap disapa Tofan lahir di Pare-Pare, 2 Februari 2005,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Sofiyan dan Nurhidayah.
Kec. Liliriaja pada tahun 2010-2011. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SDN 71
Maccini pada tahun 2011-2017 setelah tamat dari sekolah dasar, penulis melanjutkan
pendidikan di SMPN 1 Watansoppeng dari tahun 2017-2022. Setelah tamat dari sekolah
manengah pertama penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Soppeng pada tahun
2021-2023. Penulis bergabung dalam kelas X MIA 6 dan ekstrakurikuler Pramuka. Insya
allah pada tahun 2023 penulis akan menjadi alumni SMA Negeri 1 Soppeng. Penulis bercita-
Motto:
31
Penulis 6
Akkajeng pada tahun 2011-2017, peringkat tertinggi yang pernah di raih adalah peringkat 2
sewaktu kelas 1,2,3. Setelah tamat dari sekolah dasar, penulis melanjutkan Pendidikan di
SMP Negeri Sajoanging dari tahun 2017-2022. Tergabung dalam kelas VII.B peringkat
tertinggi yang pernah diraih adalah peringkat umum 4 sewaktu kelas VII. Setelah tamat dari
pada tahun 2021-2023. Penulis bergabung dalam kelas X MIA 6 dan ekstrakurikuler ECC dan
Sanggar Seni Latobaja. Insyaallah pada tahun 2023 akan menjadi alumni SMA Negeri 1
Motto:
32
Penulis 7
Hernawati.
tertinggi yang pernah diraih adalah peringkat 1 sewaktu kelas 1-6 SD. Setelah tamat dari
sekolah dasar, penulis melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 1 Donri-Donri dari tahun
2017-2020. Peringkat tertinggi yang pernah diraih adalah peringkat umum 17 sewaktu kelas
VIII. Setelah tamat dari sekolah manengah pertama penulis melanjutkan Pendidikan di SMA
Negeri 1 Soppeng pada tahun 2021. Penulis bergabung dalam kelas X MIA 6 dan
ekstrakurikulwe Smansa Art. Insyaallah pada tahun 2023 ia akan menjadi alumni SMA
Motto:
“Setiap detik dalam hidup adalah perjalanan, setiap perjalanan adalah pelajaran, setap
33