Anda di halaman 1dari 21

KOMPETENSI UMUM

1. AMANAH UUD 1945


Istilah “pemajuan kebudayaan” tidak muncul tiba-tiba. Istilah tersebut sudah
digunakan para pendiri bangsa pada UUD 1945
Pasal 32 UUD 45 Pra Amandemen ,
yaitu “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”,
amandemen, Pasal 32 UUD 1945
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

2. Pengertian Kebudayaan
UU No. 5 Pemajuan Kebudayaan
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa,
karsa, dan hasil karya masyarakat.
2. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil
interaksi antar-Kebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia.
3. Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan
kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui
Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan

3. Nilai Budaya (Tangible dan Intangible)


a. Budaya Tangible adalah kebudayaan yang nampak atau suatu hasil
pemikiran yang nampak seperti artefak, pekakas pertanian, senjata, alat
musik dan yang lainya,

b. Kebudayaan Intangible adalah suatu kebudayaan yang tidak nampak


dan tersimpan di dalam pikiran masyarakat contoh kebudayaan tak
nampak ini adalah tatacara dalam bertani, upacara, ritual dan lain-lain.
4. 10 Objek Pemajuan Kebudayaan
Berdasarkan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan No 5 Tahun 2017,
tindakan yang dilakukan terhadap objek pemajuan kebudayaan
yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan.

Berikut penjelasan singkat tentang ke-10 objek pemajuan kebudayaan tersebut.

1.Tradisi Lisan
Tradisi Lisan adalah tuturan yang diwariskan secara turun-temurun oleh
masyarakat, antara lain sejarah lisan, dongeng, rapalan, pantun, cerita rakyat,
atau ekspresi lisan lainnya.

2.Manuskrip
Manuskrip adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung di
dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, seperti serat, babad, kitab,
dan catatan lokal lainnya.

3.Adat Istiadat
Adat Istiadat adalah kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu dan
dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada
generasi berikutnya, antara lain, tata kelola lingkungan dan tata cara
penyelesaian sengketa.

4.Ritus
Ritus adalah tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada
nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terusmenerus dan
diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, berbagai perayaan, peringatan
kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan
beserta perlengkapannya.

5.Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan Tradisional adalah seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat
yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata dalam
berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus menerus dan
diwariskan lintas generasi berikutnya. Pengetahuan tradisional antara lain
kerajinan, busana, metode penyehatan, jamu, makanan dan minuman lokal, serta
pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta.

6.Teknologi Tradisional
Teknologi Tradisional adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau kenyamanan hidup
manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat sebagai
hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
dikembangkan secara terus menerus serta diwariskan kepada generasi
berikutnya. Teknologi tradisional antara lain arsitektur, perkakas pengolah
sawah, alat tranportasi, dan sistem irigasi.

7.Seni
Seni adalah ekspresi artistik individu, kolektif, atau komunal, yang berbasis
warisan budaya maupun berbasis kreativitas penciptaan baru yang terwujud
dalam berbagai bentuk kegiatan dan/atau medium. Seni terdiri atas seni
pertunjukan, seni rupa, seni sastra, film, dan seni media.

8.Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi antarmanusia, baik berbentuk lisan, tulisan,
maupun isyarat, misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

9.Permainan Rakyat
Permainan Rakyat adalah berbagai permainan yang didasarkan pada nilai
tertentu dan dilakukan kelompok masyarakat yang bertujuan untuk menghibur
diri. Contoh permainan rakyat antara lain permainan kelereng, congklak, gasing,
dan gobak sodor.

10.Olahraga Tradisional
Olahraga Tradisional adalah berbagai aktivitas fisik dan/atau mental yang
bertujuan untuk menyehatkan diri dan meningkatkan daya tahan tubuh,
didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara
terus menerus, dan diwariskan lintas generasi. Contoh olahraga tradisional
antara lain bela diri, pasola, lompat batu, dan debus.

5. 4 Pilar Pemajuan Kebudayaan?

1) Pelindungan adalah upaya menjaga keberlanjutan Kebudayaan yang


dilakukan dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan,
penyelamatan, dan publikasi.
2) Pengembangan adalah upaya menghidupkan ekosistem Kebudayaan serta
meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan Kebudayaan.
3) Pemanfaatan adalah upaya pendayagunaan Objek Pemajuan Kebudayaan
untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
4) Pembinaan adalah upaya pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kebudayaan, lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan dalam
meningkatkan dan memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat.
6. Asas Pemajuan Kebudayaan, Asas Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia
adalah:
• Toleransi" adalah bahwa dengan saling menghargai dan Menghormati
• Keberagaman" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan mengakui dan
memelihara perbedaan suku bangsa, ras, agama, dan kepercayaan
• Kelokalan" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan memperhatikan
karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya
masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
• Lintas Wilayah" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan memperhatikan
dinamika budaya local tanpa dibatasi oleh batas administratif.
• Partisipatif" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan dilakukan dengan
melibatkan peran aktif Setiap Orang baik secara langsung maupun
tidak Iangsung;
• Manfaat" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan berorientasi pada
investasi masa depan sehingga dapat niemberikan manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan rakyat.
• Keberlanjutan” adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan
secara sistematis, terencana, berkesinambungan, dan berlangsung
terus- menerus dengan memastikan terjadi regenerasi Sumber Daya
Manusia Kebudayaan dan memperhatikan kepentingan generasi yang
akan datang;
• Kebebasan Berekspresi" adalah bahwa upaya Pemajuan Kebudayaan
menjamin kebebasan individu atau kelompok dalam menyampaikan
ekspresi kebudayaannya sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
• Keterpaduan" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan
secara terhubung dan terkoordinasi lintas sektor, lintas wilayah, dan
lintas pemangku kepentingan.
• Kesederajatan" adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan menjamin
kedudukan yang sama dalam masyarakat yang memiliki Kebudayaan
yang beragam.
• Gotong royong' adalah bahwa Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan
dengan semangat kerja Bersama yang tulus.

Adapun tujuannya adalah untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya


bangsa, memperkaya keberagaman budaya, memperteguh jati diri,
memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan
bangsa, meningkatkan citra bangsa, mewujudkan Masyarakat madani,
meningkatkan kesejahteraan rakyrat, melestarikan warisan budaya bangsa,
dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia sehingga
Kebudayaan menjadi Haluan pembangunan nasional.
7. Kasus Penangan /Solusi yang nyata terjadi dilapangan
• Database
Pendataan dalam bidang kebudayaan tercatat dalam dua Amanah
Peraturan Perundangan
o Amanah Pembentukan Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu
(SPKT) Pasal 15 UU No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan
Kebudayaan
▪ Sitem Pendataan Kebudayaan Terpadu berisi data
mengenai:
1. Objek Pemajuan Kebudayaan;
2. Sumber Daya Manusia Kebudayaan,
3. Lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan;
4. Sarana dan prasarana Kebudayaan; dan
5. Data lain terkait Kebudayaan.
o Amanah Regristarsi Nasional Cagar Budaya Museum BAB IV UU
No 11 Tahun 2010 Cagar Budaya
▪ Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi
kekayaan budaya bangsa berupa Cagar Budaya yang
berada di dalam dan di luar negeri.
o Upaya Mengatasi Permasalah Dilapangan
▪ Melakukan upaya Pelindungan dengan mengupayakan
menjaga keberlanjutan Kebudayaan yang dilakukan
dengan cara :
• inventarisasi,
• pengamanan,
• pemeliharaan,
• penyelamatan, dan
• publikasi.
▪ Melakukan Repatriasi: Istilah repatriasi tak hanya sebatas
pada pemulangan kembali seseorang ke negara asal,
dalam Kasus Kebudayaan, dapat diartikan upaya
pengambilan atau usaha pengembalian benda cagar
budaya indobesia yang ada di luar negeri dengan upaya
diplomasi kebudayaan untuk dapat di kembalikan ke
Indonesia
▪ Restorasi, adalah istilah umum yang merujuk kepada dua
pengertian; pertama, pengembalian atau pemulihan
sesuatu kepada bentuk dan kondisi semula,
• Restorasi Benda Cagar Budaya
Benda-benda kuno yang masih dipertahankan
keberadaannya, memerlukan tindakan restorasi,
semisal lukisan, pita seluloid, barang antik,
artefak, buku-buku kuno, dan sebagainya.

▪ Konservasi Kebudayaan
konservasi adalah pelestarian; pemeliharaan dan
perlindungan sesuatu untuk mencegah kemusnahan
(kerusakan dan sebagainya) dengan cara pengawetan.

Dalam bidang cagar budaya juga digunakan istilah


konservasi. Secara umum, konservasi cagar budaya
sebenarnya memiliki cakupan yang luas dan bisa
diartikan sebagai pelestarian atau perlindungan itu
sendiri. Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya tidak disebutkan istilah
konservasi, tetapi lebih menggunakan istilah pelestarian
atau pelindungan. Menurut Undang-undang Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian adalah
upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar
budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya.

Sedangkan pelindungan adalah upaya mencegah dan


menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau
kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan,
zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya.
Dalam undang – undang tersebut dijelaskan bahwa
cagar budaya dapat berupa benda cagar budaya,
bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs
cagar budaya, dan kawasan cagar budaya. Mengacu
pada makna konservasi secara luas, lingkup konservasi
berarti tidak hanya terbatas pada konservasi benda atau
konservasi bangunan, tetapi bisa saja sampai konservasi
kawasan.

Konservasi Budaya bisa juga berupa:


1. Pelestarian Karya Seni Rupa
2. Pelaestrian Karya Seni Musik
3. Pelestarian Karya Seni Perfilman
4. Pelestarian Naskah Kuno
5. Dll.
8. Proses atau Metode Mewariskan Kebudayaan
Dalam buku Antropologi Budaya (2002) karya I Gede A. B. Wiranata, dijelaskan
tiga tahap proses pewarisan nilai-nilai kebudayaan, yaitu:

▪ Proses sosialisasi
Proses sosialisasi adalah proses di mana seorang individu
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai kebudayaan masyarakat
lingkungannya.
Dalam proses sosialisasi ini, seorang individu mulai menerima
pengaruh dari sosok terdekatnya, misalnya keluarga. Melalui proses
sosialisasi ini, seorang individu menjadi tahu dan memahami tentang
nilai-nilai kebudayaan yang ada di lingkungan masyarakatnya.

▪ Proses internalisasi
Proses internalisasi merupakan proses penerimaan sosialisasi. Dalam
proses internalisasi ini, seorang individu yang sedang menerima proses
sosialisasi melakukan interpretasi (pemahaman) dari nilai-nilai yang
diterima, terutama menyangkut makna yang dilihat dan didengarnya.
Individu tersebut kemudian menerima dan menginternalisasikan setiap
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu yang diyakininya hingga menjadi
bagian pandangan dari hidupnya.

▪ Proses enkulturasi
Enkulturasi adalah proses seorang individu untuk menghayati dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap sistem adat,
norma, bahasa, seni, agama, serta semua peraturan dan pendirian yang
hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses
enkulturasi ini, seorang individu secara sadar mempelajari dan
mengembangkan setiap kebudayaan yang ada di lingkungan
masyarakatnya dan mulai menerapkan kebudayaan tersebut dalam
perilaku sehari-hari. Proses enkulturasi juga mencakup proses tranmisi
budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Proses enkulturasi ini disebut juga sebagai pembudayaan. Diartikan


sebagai proses seseorang ketika mempelajari dan menyesuaikan
pikiran beserta sikapnya terhadap kebudayaan yang ada.

9. Kebudayaan pada Peringkat Lokal, Provinsi, dan Warisan Budaya Dunia (World
Culture Heritage /WCH)
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ataupun Warisan WCB diperingktakan
berdasarkan wilayah cakupan dalam Penetapanya.
1. Kabupaten/Kota ( Jika dimiliki atau keberadaannya berada di satu wilayah
Kabupaten atau Kota)
2. Provinsi (Jika dimiliki atau Keberadaan berada dilintas Kabupaten Kota
dalam Provinsi)
3. Menteri (jika dimiliki atau keberadaannya terdapat dalam dua provinsi atau
lebih)
a. Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat
nasional apabila memenuhi syarat sebagai:
1) wujud kesatuan dan persatuan bangsa;
2) karya adiluhung yang mencerminkan kekhasan kebudayaan
bangsa Indonesia;
3) Cagar Budaya yang sangat langka jenisnya, unik rancangannya,
dan sedikit jumlahnya di Indonesia;
4) bukti evolusi peradaban bangsa serta pertukaran
5) budaya lintas negara dan lintas daerah, baik yang telah punah
maupun yang masih hidup dan masyarakat; dan/atau
6) contoh penting kawasan permukiman tradisional, lanskap
budaya, dan/atau pemanfaatan ruang bersifat khas yang
terancam punah.
b. Cagar Budaya peringkat nasional yang telah ditetapkan sebagai
Cagar Budaya Nasional dapat diusulkan oleh Pemerintah menjadi
warisan budaya dunia.

10. Tambahan- Tambahan Sekitar Peraturan Kebudayaan


RESUME PERATURAN BIDANG KEBUDAYAAN
1. UUD 1945 Pasal 32
2. UU No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan
3. UU No. 10 Tahun 2011 Tentang Cagar Budaya
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 Tentang
Museum
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor I Tahun 2022 Tentang
Register Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2021 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Pemajuan Kebudayaan
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2022 Tentang
Strategi Kebudayaan
8. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2022 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Museum
dan Cagar Budaya
9. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 Tentang Museum
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 106 Tahun 2013 tentang
Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pelestarian Tradisi;
Istilah “pemajuan kebudayaan” tidak muncul tiba-tiba. Istilah tersebut sudah
digunakan para pendiri bangsa pada UUD 1945
Pasal 32 UUD 45 Pra Amandemen ,
yaitu “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”,
amandemen, Pasal 32 UUD 1945
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya.”

UU No. 5 Pemajuan Kebudayaan


Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa,
dan hasil karya masyarakat.
2. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi
antar-Kebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia. Pemajuan
Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi
budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan
3. Objek Pemajuan Kebudayaan adalah unsur Kebudayaan yang menjadi sasaran
utama Pemajuan Kebudayaan.
4. Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah adalah dokumen yang memuat kondisi
faktual dan permasalahan yang dihadapi daerah dalam upaya Pemajuan
Kebudayaan beserta usulan penyelesaiannya.
5. Strategi Kebudayaan adalah dokumen tentang arah Pemajuan Kebudayaan
yang berlandaskan pada potensi, situasi, dan kondisi Kebudayaan Indonesia
untuk mewujudkan tujuan nasional.
6. Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan adalah pedoman bagi Pemerintah Pusat
dalam melaksanakan Pemajuan Kebudayaan.
7. Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu adalah sistem data utama Kebudayaan
yang mengintegrasikan seluruh data Kebudayaan dari berbagai sumber.
8. Sumber Daya Manusia Kebudayaan adalah orang yang bergiat, bekerja,
dan/atau berkarya dalam bidang yang berkaitan dengan Objek Pemajuan
Kebudayaan.
9. Setiap Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, organisasi
masyarakat, dan/atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan
badan hukum.
Pasal 5
Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi:
a. tradisi lisan;
b. manuskrip;
c. adat istiadat;
d. ritus;
e. pengetahuan tradisional;
f. teknologi tradisional;
g. seni;
h. bahasa;
i. permainan rakyat; dan
k. olahraga tradisional.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 87 TAHUN 2021
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2OI7
TENTANG PEMAJUAN KEBUDAYAAN

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Sumber Daya Manusia Kebudayaan adalah orang yang bergiat, bekerja,
dan/atau berkarya dalam bidang yang berkaitan dengan Objek Pemajuan
Kebudayaan.
2. Lembaga Kebudayaan adalah organisasi yang bertujuan mengembangkan
dan membina Kebudayaan.
3. Pranata Kebudayaan adalah sistem yang menata terselenggaranya proses
dan kegiatan Kebudayaan secara resmi.
4. Sarana dan Prasarana Kebudayaan adalah fasilitas penunjang
terselenggaranya aktivitas Kebudayaan.
5. Pelindungan adalah upaya menjaga keberlanjutan Kebudayaan yang
dilakukan dengan cara inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan,
penyelamatan, dan publikasi.
6. Pengembangan adalah upaya menghidupkan ekosistem Kebudayaan serta
meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan Kebudayaan.
7. Pemanfaatan adalah upaya pendayagunaan Objek Pemajuan Kebudayaan
untuk menguatkan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.
8. Pembinaan adalah upaya pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kebudayaan,
lembaga Kebudayaan, dan pranata Kebudayaan dalam meningkatkan dan
memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat.
Cagar Budaya
UU No 11 tahun 2010
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan.
2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia,
baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan
kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan
yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung
kebutuhan manusia.
5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau
Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian
pada masa lalu.
6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua
Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
7. Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang
ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi
penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.
8. Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yang karena kompetensi keahlian
khususnya dan/atau memiliki sertifikat di bidang Pelindungan,
Pengembangan, atau Pemanfaatan Cagar Budaya.
9. Kurator adalah orang yang karena kompetensi keahliannya bertanggung
jawab dalam pengelolaan koleksi museum.
10. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi,
dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya
kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri
dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.
11. Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda,
bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar
Budaya.
12. Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa
berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.
13. Penghapusan adalah tindakan menghapus status cagar Budaya dari Register
Nasional Cagar Budaya.
14. Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang
ditetapkan Menteri sebagai prioritas nasional.
15. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat.
16. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar
Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya.
17. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,
kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan,
Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
18. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi Cagar
Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.
19. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari
ancaman dan/atau gangguan.
20. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.
21. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi langsung terhadap Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya, baik seluruh
maupun bagian-bagiannya.

Pasal 3
Pelestarian Cagar Budaya bertujuan:
a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia
b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya;
c. memperkuat kepribadian bangsa;
d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.
Pasal 4
Lingkup Pelestarian Cagar Budaya meliputi Pelindungan, Pengembangan, dan
Pemanfaatan Cagar Budaya di darat dan di air.
BAB III
KRITERIA CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu
Benda, Bangunan, dan Struktur
Pasal 5
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Situs dan Kawasan


Pasal 9
Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila:
a. mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau
Struktur Cagar Budaya; dan
b. menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lalu.
Pasal 10
Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila:
a. mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan;
b. berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima
puluh) tahun;
c. memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia
paling sedikit 50 (lima puluh) tahun;
d. memperlihatkan pengaruh manusia masa lalu padaproses pemanfaatan ruang
berskala luas;
e. memperlihatkan bukti pembentukan lanskap budaya; dan
f. memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia
atau endapan fosil.
Bagian Keempat
Pencatatan
Pasal 37
1. Pemerintah membentuk sistem Register Nasional Cagar Budaya untuk
mencatat data Cagar Budaya.
2. Benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya harus dicatat di dalam Register Nasional
Cagar Budaya.

Pasal 38
Koleksi museum yang memenuhi kriteria sebagai Cagar Budaya dicatat di dalam
Register Nasional Cagar Budaya.

Pasal 39
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan upaya aktif mencatat dan
menyebarluaskan informasi tentang Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan
keamanan dan kerahasiaan data yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 66 TAHUN 2015
TENTANG
MUSEUM

1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,


memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
2. Museum Kepresidenan adalah jenis Museum khusus yang menginformasikan
sejarah dan keberhasilan seorang Presiden dan/atau Wakil Presiden selama
menjalankan masa bakti jabatannya.
3. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya dan/atau Bukan
Cagar Budaya yang merupakan bukti material hasil budaya dan/atau material
alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.

Pasal 2
Museum mempunyai tugas pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2022
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG MUSEUM

1. Standardisasi Museum adalah proses penilaian penentuan klasifikasi Museum


sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Evaluasi Museum adalah proses penilaian kembal terhadap Museum yang
telah memperoleh penetapan tipe Museum berdasarkan hasil standardisasi.
3. Kepala Museum adalah orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh
proses Pengelolaan Museum sesuai dengan visi dan misi Museum.
4. Kurator adalah orang yang karena Kompetens keahliannya bertanggung jawab
dalam pengelolaan Koleksi.
5. Pengelola Museum adalah sejumlah orang yang menjalankan kegiatan
Museum.
6. Kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
7. Pengadaan Koleksi adalah kegiatan pengumpulan Bakal Koleksi yang dapat
dijadikan Koleksi.
8. Bakal Koleksi adalah benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau
struktur cagar budaya dan/atau

Pasal 23
1. Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) huruf a
berupa skor penilaian Standardisasi Museum.
2. Skor penilaian Standardisasi Museum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan ketentuan:
a. Tipe A dengan skor 86.66 sampai dengan 100;
b. Tipe B dengan skor 73.33 sampai dengan 86.65;
c. Tipe C dengan skor 60.00 sampai dengan 73.32; dan
d. tidak memenuhi standar dengan skor di bawah 60.00.
3. Skor penilaian dijadikan acuan untuk menentukan tipe Museum berupa
tipe A, tipe B, atau tipe C.

BAB V SUMBER DAYA MANUSIA


Bagian Kesatu Umum
Pasal 27
1. Pemilik Museum harus menyediakan Sumber Daya Manusia untuk
mengelola Museum.
2. Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas:
a. Kepala Museum;
b. tenaga teknis Museum; dan
c. tenaga administrasi Museum

Pasal 30
Tenaga teknis Museum diangkat dan diberhentikan oleh Pemilik Museum atas
rekomendasi Kepala Museum.
Pasal 31 Tenaga teknis Museum terdiri atas:
a. register;
merupakan petugas teknis yang bertanggung jawab terhadap seluruh proses
pencatatan dan pendokumentasian Koleksi.
b. Kurator;
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,kata ‘kurator’ memiliki pengertian
“pengurus atau pengawas museum (gedung pameran, seni lukis, perpustakaan
dan sebagainya). Sementara itu, pengertian ‘kurator’ menurut PP No. 66 Pasal
11 Ayat (2) adalah “petugas teknis yang karena kompetensi keahliannya
bertanggung jawab dalam pengelolaan koleksi” yang dalam hal ini berkaitan
dengan melakukan kajian terhadap koleksi museum.

Kurator mempunyai tugas, meliputi:


1. menyusun kebijakan pengelolaan Koleksi;
2. melaksanakan pengadaan dan Penyimpanan Koleksi;
3. melaksanakan Inventarisasi Koleksi;
4. melaksanakan penghapusan dan pengalihan kepemilikan Koleksi;
5. melaksanakan Peminjaman Koleksi;
6. melakukan kajian Koleksi untuk pameran; dan
7. menyusun materi publikasi berdasarkan hasil kajian

c. konservator;
Konservator mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan dan perawatan
Koleksi
d. penata pameran;
merupakan petugas teknis yang bertanggung jawab terhadap seluruh proses
perancangan dan penataan di Museum.

e. edukator; dan
merupakan petugas teknis yang bertanggung jawab terhadap seluruh proses
edukasi dan penyampaian informasi Koleksi.

f. hubungan masyarakat dan pemasaran.


merupakan petugas teknis yang bertanggung jawab terhadap seluruh proses
komunikasi dan pemasaran program Museum.

Anda mungkin juga menyukai