ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
IPB International Convention Center
Bogor, 28 Agustus 2018
Prosiding
Penerbit
P4W LPPM IPB
Editor
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Copy Editor
Alfin Murtadho, S.P.
Reviewer
Dr. Ernan Rustiadi
Dr. Andrea Emma Pravitasari
Dr. Janthy Trilusianty Hidayat
Dr. Didit Okta Pribadi
Dr. Candraningratri Ekaputri Widodo
Arief Rahman, S.Si, M.Si
Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
E-ISBN : 978-602-72009-3-7
Organizing Committee
Ketua Panitia : Dr. Andrea Emma Pravitasari
Wakil Ketua : Dr. Didit Okta Pribadi
Bendahara : Mia Ermyanyla, S.P., M.Si
Nusrat Nadhwatunnaja, S.P.
Erlin Herlina, S.E.
Kesekretariatan : Nur Etika Karyati, S.P.
Alfin Murtadho, S.P.
Muhammad Nurdin, S.Kom.
Yanti Jayanti, S.P.
Yurta Farida, S.E.
Hardini Nikamasari, S.P.
Tiffany Ramadianti, A.Md.
Prosiding & Program Book : Afan Ray Mahardika, S.T.
Siti Wulandari, S.P.
Kreshna Yudichandra, S.P.
Acara : Setyardi Pratika Mulya, S.P., M.Si.
Arief Rahman, M.Si.
Ulul Hidayah, S.T.
Dinda Luthfiani Tjahjanto, S.E.
Agus Ramadhan, S.P.
Logistik & Akomodasi : Khairul Anam, S.P.
Ridha M. Ichsan, S.T., M.Si.
Pubdekdok : Khalid Saifullah, M.Si.
LO : Zahra Kartika, S.P.
Rista Ardy Priatama, S.P.
Luthfia Nursetya Fuadina, S.P.
Yuni Prihayati, M.Si.
Dr. Mujio Sukirman
Field Excursion : F. S. Putri Cantika, S.P.
Thomas Oni Veriasa, S.E.
Penerbit
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Institut Pertanian Bogor (IPB)
Sekretariat
Kampus IPB Baranangsiang
Jalan Raya Pajajaran Bogor 16127, Jawa Barat, Indonesia
Tlp/Fax: +62-251-8359072
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 iii
Daftar Isi
Kredit.............................................................................................................................................................. ii
Sambutan dari Ketua ASPI ......................................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ v
1. Keterkaitan Desa-Kota 1
Potensi Alpukat sebagai Alternatif Olahan Kuliner dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata
Sakerta............................................................................................................................................................ 3
Fransiska Dessy Putri H.1*, Aggy Lestari Dwi P.1, & B. S. Rahayu Purwanti2
Analisis Daya Saing Perekonomian Antar Wilayah di Kecamatan Prambanan berdasarkan
Aspek Sosial, Pendidikan, dan Kesehatan Tahun 2018 ........................................................................... 14
Hayatun Nupus1*, Candra Andi Wardoyo1, Ismi Latifah1, Soni Setiawan 1, Araa Reda Astara1,
Fatin Naufal M1, & Dahroni1
Infrastruktur dan Keterhubungan Desa-Kota (Studi Kasus: Desa Bokor dan Desa Sendaur di
Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti) .................................................................................. 23
Wulansari1*, Arief Budiman1, Maria Febriana Bewu Mbele1 & Sonny Yuliar1
Pola Perjalanan Berangkat Bekerja Menggunakan Layanan Transjakarta ........................................ 32
Yudi Susandi1*, Danang Priatmodjo1 & Eduard Tjahjadi1
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 vii
Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Perencanaan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di
Perkotaan dan Sekitarnya ........................................................................................................................ 457
Siti Badriyah Rushayati1*, Rachmad Hermawan1
Analisa Valuasi Ekonomi terhadap Pengelolaan Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung
Melayu dan Bukit Duri ............................................................................................................................. 466
Catur Dyah Novita1*, Budi Kamulyan2, Yori Herwangi2
viii Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
10. Pengelolaan Sektor Informal Perkotaan 603
Analisa Tingkat Kesiapan Pengembangan Kampung Tematik di Kota Malang ................................ 605
Deni Agus Setyono1
Pola Distribusi Spasial Minimarket di Wilayah Peri Urban (Studi Kasus Kawasan Sukaraden
Kecamatan Cibinong Kab. Bogor) ........................................................................................................... 612
Janthy Trilusianthy Hidayat1* dan Noordin Fadholie1
Pemilihan Alternatif Pengelolaan Kawasan Wisata “Payung” Kota Batu Berdasarkan
Stakeholder ................................................................................................................................................. 620
Nindya Sari1*, Ayu Puspa Kartika1, Dian Dinanti1
Interaksi Sektor Formal dan Informal pada Kawasan Perdagangan dan Jasa di Kota
Pekanbaru (Studi Kasus: Jalan Kaharuddin Nasution) ........................................................................ 633
Puji Astuti1*, Wika Susmita1
Dinamika Pengembangan Kawasan Perdagangan Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara ....... 645
Setyardi Pratika Mulya1,2*, Mujio Sukir2, Abdul Jamaludin2
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 537
Penggunaan Lahan di Wilayah Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP) Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kaim
II Pekanbaru
Apriyan Dinata1, Annisa Rachmi1
1
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Jalan Kaharuddin Nasution No. 113,
Pekanbaru, 28284 Indonesia.
*
Penulis korespondensi. e-mail: apriyandinata@gmail.com
ABSTRAK
Keluasan lahan perkotaan yang semakin terbatas menyebabkan sebahagian masyarakat kurang
mempedulikan kesesuaian lahan untuk aktivitas yang dijalankan, seperti membangun rumah,
gedunbg dan toko pada Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang memiliki
ancaman bahaya tinggi karena merupakan jalur take off dan landing pesawat. Ruang lingkup
penelitian ini adalah KKOP Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru yang aberada
di Kelurahan Maharatu, Sidomulyo Timur, Tangkerang tengah dan Simpang Tiga. Penelitian ini
bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi penggunaan lahan di wilayah KKOP, 2) Mengetahui kesesuaian
penggunaan lahan berdasarkan Kemenhub No. KM 60 Tahun 2004 di wilayah KKOP, dan 3).
Mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di di wilayah KKOP. Penelitian ini menggunakan
metode analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam mengolah penggunaan
lahan dan kesesuaian lahan yaitu analisis spasial dengan menggunakan sistem informasi google earth
tahun 2007 sebagai dasar sumber peta dengan menggunakan sistem informasi geografi (SIG).
Sebanyak 99 responden telah diwawancara untuk mengethaui persepsi masyarakat yang tinggal di
wilayah KKOP Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru. Hasil penelitian
menemukan bahwa kesesuaian penggunaan lahan di kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan pada
landas pacu 18 sebesar 69% sedangkan pada landas pacu 36 hanya 50%. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa alasan utama masyarakat memilih tempat tinggal di wilayah KKOP adalah
karena dekat dengan tempat kerja dan sekolah anak-anak, walaupun ada risiko bahaya dan suara
bising dari pesawat terbang.
Kata Kunci: KKOP, Penggunaan lahan, Kesesuaian Lahan, Persepsi Masyarakat, Pekanbaru
PENDAHULUAN
Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dikatakan
sebagai sumber daya alam yang penting karena lahan tersebut merupakan tempat manusia melakukan
segala aktivitasnya. Menurut Jaydinata (1999) dalam Jumeneng (2009), lahan yaitu tanah yang sudah
ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya (perorangan atau lembaga). Menurut Arsyad
(1989) dalam Kartika (2016), penggunaan lahan adalah suatu bentuk intervensi manusia terhadap
lahan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan kehidupan, baik kebutuhan material maupun
kebutuhan spiritual. Sedangkan Sugandhy (1989) dalam Wiratawan (2017) berpendapat bahwa
penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-
maksud pembangunan secara optimal dan efisien.
Lahan termasuk jenis sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui karena keberadaannya
sebagai keadaan yang berharga (Ritohardoyo, 2013). Lahan berbeda dengan tanah, istilah tanah lebih
550 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
mengarah pada tubuh tanah (soil) dan materi tanah (materials) yang menekankan pada sifat fisik
tanah secara kimiawi dan organik (Sadyohutomo, 2016. Lahan lebih dikaitkan pada unsur
pemanfaatan/ peruntukan/ penggunaan dari bentang tanah yang dipahami sebagai ruang.
Sedangkan penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan
lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989 dalam
Wiratawan, 2017). Penggunaan lahan dapat diartikan juga sebagai wujud atau bentuk usaha kegiatan,
pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu (Jayadinata, 1992 dalam Wiratawan, 2017).
Semakin banyaknya keragaman aktivitas perkotaan telah menarik banyak masyarakat untuk
mengadu nasib di perkotaan sehingga meningkatkan arus urbanisasi. Hal ini mengakibatkan
banyaknya permintaan akan penyediaan lahan untuk menampung penduduk kota yang jumlahnya
terus meningkat. Akibat dari kebutuhan lahan ini, bahkan kawasan di sekitar bandara yang tadinya
adalah kawasan yang tidak terbangun seperti semak belukar, tanah kosong atau perkebunan diubah
menjadi kawasan permukiman dan pusat-pusat aktivitas masyarakat. Hal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap keselamatan dan keamanan operasi penerbangan.
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota dengan perkembangan yang pesat dan menjadi
kota bisnis sehingga banyak dilirik oleh para investor lokal dan pengusaha properti nasional. Karena
didukung dengan perekonomian masyarakatnya yang relatif baik telah memicu peningkatan
kebutuhan infrastruktur perumahan, perkantoran, perhotelan, pusat bisnis, dan prasarana
telekomunikasi (Alfian, 2014).
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) adalah Bandar Udara Internasional yang berada
di Kota Pekanbaru. Bandar udara yang memiliki luas 165,882 ha, berjarak lebih kurang 10 km dari
pusat Kota Pekanbaru. Lokasi bandar udara yang berada di tengah kota dimana penggunaan lahan di
sekitarnya didominasi untuk perumahan, perdagangan dan jasa perlu lebih diperhatikan persebaran
spasial objeknya apakah masih dalam batas yang diperbolehkan atau tidak.
Bandar udara (bandara) adalah kawasan di daratan dan/atauperairan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang,dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilita spokok dan
fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang
ditetapkan sebagai bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan
dari dan ke luar negeri.
Penetapan batas-batas kebutuhan lahan suatau bandar udara dinyatakan dalam sistem
koordinat udara (Aedrome Coordinate System, ACS), yaitu posisi bandar udara (pada permukaan
bumi) yang dinyatakan dengan besaran lintan (L) dan bujur (B) dalam satuan derajat (0) menit (‘)
dan detik (“). Penentuan koordinat geografis tersebut mengacu pada kepada bidang referensi World
Geodetic System 1984 (WGS ’84). Berdasarkan acuan referensi WGS ’84 telah ditetapkan titik
referensi bandar udara (Aedrome Reference Point, ARP) Bandar Udara Internasional Sultan Syarif
kasim II dinyatakan dalam sistem koordinat bandar udara dan dijadikan sebagai titik referensi bandar
udara ((Aedrome Reference Point, ARP).
Titik referensi koordinat geografis dan koordinat kartesius (perpotongan sumbu X dan sumbu
Y) Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II terletak pada koordinat geografis 00 o 27’
27,33” LU dan 101o 26’ 36,550” BT, atau pada koordinat (kartesius) bandar udara X = 20.000 meter
dan Y = 20.000 meter, dimana sumbu X berhimpit dengan sumbu landasan pacu yang mempunyai
azimuth 178o 20’ 53,30” dan sumbu Y melalui ujung landasan 18 Existing dan pengembangan dan
tegak lurus sumbu X (Ranperda, 2012).
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 551
Batas-batas kebutuhan lahan Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II sebagaimanan
dinyatakan dalam sistem koordiant geografis dan koordinat kartesius di atas adalah batas-batas
kawasan yang dijadikan landasan dalam penentuan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan
(KKOP) dan Batas-batas Kawasan Kebisingan (BKK) di Bandar Udara Internasional Sultan Syarif
kasim II.
Pengertian KKOP dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 44 Tahun 2005, adalah
wilayah daratan dan/atau perairan dan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk
kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan. KKOP mencakup
wilayah yang sangat luas dimana pada wilayah yang dimaksud tidak diizinkan adanya bangunan atau
benda tumbuh baik tetap maupun dapat berpindah yang lebih tinggi dari persyaratan batas ketinggian
yang diperkenankan sesuai dengan Kode Referensi Landas Pacu (Aerodrome Reference Code) dan
Klasifikasi Landas Pacu (Runway Classification) dari suatu bandar udara.
Bagi masyarakat kota Pekanbaru khususnya, lokasi bandar udara di tengah kota dapat
memberikan keuntungan berupa kemudahan dalam mencapai bandar udara, namun di sisi lainjuga
dapat menimbulkan kerugian berupa ketidaknyamanan karena adanya kebisingan, terutama pada
kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan yang memiliki ancaman bahaya yang tinggi karena
kawasan tersebut merupakan jalur landing dan take-off pesawat. Belum lagi dengan adanya
perpanjangan landasan pacu (runway), yang akan mengubah batas-batas ketinggian pada kawasan
keselamatan operasi penerbangan.
Disisi lain keberadaan bangunan secara horizontal maupun vertikal dapat menyulitkan
pengembangan dan mengganggu keselamatan penerbangan. Melihat kondisi yang demikian maka
perlu dilakukan penataan penggunaan lahan dan kesesuaian ketinggian bangunan/gedung di sekitar
bandar udara terhadap standar KKOP.
Munculnya bangunan tinggi di Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan(KKOP)
khususnya di sekitar kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II akan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan penerbangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan
KM 60 Tahun 2004 tentang KKOP mensyaratkan bahwa kawasan udara di sekitar bandar udara harus
bebas dari segala bentuk hambatan yang akan mengganggu pergerakan pesawat udara dengan
menetapkan batasan ketinggian tertentu terhadap objek-objek di sekitar bandar udara. Namun tetap
saja ada pembangunan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Permasalahan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang berada pada jarak 1,5 kilometer dari landas pacu
pesawat yang memiliki ketinggian lebih dari ketentuan yang diperbolehkan yang berada di Jalan
Alamanda Kecamatan Marpoyan Damai (Data Riau, 2016)
Sehingga dengan kondisi yang ada saat ini, perlu dilakukaan perencanaan dan pengawasan tata
guna lahan yang matang berdasarkan peraturan yang ada guna mencegah bahaya akibat
pembangunannya. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi penggunaan lahan di wilayah KKOP Bandar Udara Internasional Sultan Syarif
Kasim II.
b. Mengidentifikasi kesesuaian penggunaan lahanberdasarkan Kemenhub Nomor KM 60 Tahun
2004 di wilayah KKOPBandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II.
c. Mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di wilayah KKOP Bandar UdaraInternasional
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
552 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
METODOLOGI
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 553
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan titik koordinat geografis pada Tabel 1di atas, diketahui kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan di Kota Pekanbaru yaitu terdiri dari Kelurahan Sidomulyo Timur, Kelurahan
Maharatu, Kelurahan Tangkerang Tengahyang berada di Kecamatan Marpoyan Damai, dan
Kelurahan Simpang Tiga yang berada di Kecamatan Bukit Raya.
Untuk lebih jelasnya mengenai peta kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut.
554 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Penggunaa Lahan
Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi
maksud-maksud pembangunan secara optimal dan efisien (Sugandhy, 1989 dalam Wiratawan,
2017).
Berdasarkan hasil analisis penggunaaan lahan di kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan
kecelakaan yang berada di Kecamatan Marpoyan Damai dan Kecamatan Bukit Raya, maka
penggunaan lahannya terdiri dari; perumahan, perdagangan, industri, jasa, tegalan, perkebunan,
tanah kosong dan semak belukar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan (ha)
Landas Pacu 18 Landas Pacu 36
No. Penggunaan Lahan
Zona A Zona B Jumlah (ha) Zona A Zona B Jumlah (ha)
1 Perumahan 13 145 158 36 51 87
2 Perdagangan 7 3 10 3 10 13
3 Industri 0 0 0 0 1 1
4 Jasa 2 4 6 0.1 20 20
5 Tidak Ada bangunan
6 ● Tegalan 13 47 60 28 29 57
7 ● Perkebunan 2 0 2 1 15 15
8 ● Tanah Kosong 6 5 11 3 1.2 4
9 ● Semak Belukar 29 6 35 8 0.4 8
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 555
Berdasarkan Tabel 2 di atas diketahui bahwa pada landas pacu 18 penggunaan lahannya
didominasi oleh perumahan seluas 158 ha, kemudian tegalan seluas 60 ha, semak belukar 35 ha,
tanah kosong seluas 11 ha, perdagangan seluas 10 ha, jasa seluas 6 ha, dan perkebunan seluas 2 ha.
Sedangkan pada landas pacu 36 penggunaan lahannya terdiri dari perumahan seluas 87 ha, tegalan
seluas 57 ha, jasa seluas 20 ha, perkebunan seluas 15 ha, perdagangan seluas 13 ha, dan semak
belukar seluas 8 ha, tanah kosong seluas 4 ha, dan industri seluas 1 ha. Untuk lebih jelasnya peta
penggunaan lahan di kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan di KKOP Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
556 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Lahan terbangun terdiri dari perumahan, perdagangan, dan jasa. Sedangkan lahan yang tidak
terbangun terdiri dari tegalan, perkebunan, tanah kosong dan semak belukar. Berdasarkan Tabel 3 di
atas, bahwa kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan sampai jarak mendatar 1.100 meter dari
ujung-ujung permukaan utama (Zona A) pada landas pacu 18 terdapat lahan terbangun dengan
persentase sebesar 31% sedangkan lahan tidak terbangun dengan persentase sebesar 69%. Sedangkan
pada lancas pacu 36 lahan terbangun dengan persentase sebesar 50% sedangkan lahan tidak
terbangunnya dengan persentase sebesar 50%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesesuaian penggunaan lahan pada landas pacu 18 yaitu
sebesar 69% dan pada landas pacu 36 yaitu sebesar 50%.
Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Berdasarkan draf Rencana Tata Ruang Wlayah (RTRW) Kota Pekanbaru tahun 2012, zona A
dalam kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan ditetapkan sebagai kawasan perlindungan
setempat, yaitu pengaman jalur penerbangan. Kawasan yang paling penting diperhatikan dan
dibebaskan dari aktivitas sosial yang tinggi adalah ujung landasan dan sekitar bandara, dengan
pertimbangan adanya risiko kegagalan operasional penerbangan. Karena itu kawasan di ujung
landasan ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau, dengan pemanfaatan bukan tanaman keras/tahunan.
Berdasarkan peraturan baik dari Kemenhub No KM 60 Tahun 2004 dan draf RTRW Kota
Pekanbaru tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan harus
bebas dari lahan terbangun dan seharusnya hanya dijadikan ruang terbuka hijau. Sehingga kesesuaian
peraturan tersebut dengan kondisi eksistingnya yaitu, untuk landas pacu 18 sebesar (69%) sedangkan
untuk landas pacu 36 sebesar (50%).
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 557
Persepsi Masyarakat yang Tinggal di Wilayah KKOP
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini sebanyak 99 responden yang terdiri dari masyarakat yang tinggal di
kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan yaitu di Kelurahan Maharatu, Sidomulyo Timur,
Tangkerang Tengah dan Kelurahan Simpang Tiga telah dilakukan wawancara berdasarkan kuesioner
yang telah disusun.. Dari seluruh jawaban yang diberikan oleh responden diharapkan dapat
memperoleh gambaran sesungguhnya tentang persepsi masyarakat yang tinggal di Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Secara keseluruhannya, responden berumur di antara
20 hingga 65 tahun yang terdiri dari 58 responden (59%) lelaki dan 41 responden (41%) perempuan
dengan beraneka sukubangsa yaitu; Melayu (37%), Minang (40%, Jawa (18%) dan Batak (5%).
Mayoritas dari resppondend adalah berpendidikan tinggi, dimana tamatan sekolah menengah atas
sebanyak 31% dan diploma serta sarjana sebanyak 35%. Selain itu, mayoritas dari responden (85%)
sudah tinggal lebih dari empat tahun di kawasan KKOP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Karakteristik Responden di Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
No Identitas Responden Responden (N) Persentase (%)
1 Umur 20-29 Tahun 19 19
30-39 Tahun 27 27
40-49 Tahun 32 32
>50 Tahun 21 21
Jumlah 99 100
2 Jenis Kelamin Laki-Laki 58 59
Perempuan 41 41
Jumlah 99 100
3 Agama Islam 97 98
Katolik 2 2
Jumlah 99 100
4 Pendidikan Terakhir Tidak Tamat SD 5 5
SD 9 9
SMP 19 19
SMA 31 31
Akademi/D3 12 12
Sarjana 23 23
Jumlah 99 100
5 Pekerjaan Karyawan 37 37
Wiraswasta 21 20
Pedagang 26 27
Berkebun 8 8
Pensiunan 7 7
Jumlah 99 100
6 Pendapatan < 1 Juta 10 10
1,1 - 3 Juta 45 46
3,1 - 5 Juta 35 35
5,1 - 10 Juta 9 9
Jumlah 99 100
558 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Tabel 4.Lanjutan
No Identitas Responden Responden (N) Persentase (%)
7 Status Perkawinan Belum Menikah 4 4
Menikah 89 90
Janda 6 6
Jumlah 99 100
8 Jumlah Keluarga 2 Orang 8 8
3 Orang 14 14
4 Orang 26 26
5 Orang 23 23
6 Orang 18 18
>6 Orang 10 10
Jumlah 99 100
9 Suku Bangsa Melayu 36 37
Minang 40 40
Jawa 18 18
Batak 5 5
Jumlah 99 100
10 Lama Tinggal < 1 Tahun 0 0
1 - 3 Tahun 15 16
4- 7 Tahun 29 29
8- 11 Tahun 23 23
>11 Tahun 32 32
Jumlah 99 100
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 559
Tabel 5. Lanjutan
Alasan Memilih Tempat Tinggal
No 5= Sangat Setuju 4= Setuju 3= Netral Pilihan Jawaban Jumlah Responden (N) Mean
2= Tidak Setuju 1= Sangat Tidak Setuju
6 Tidak Punya Tempat Tinggal Lain 25 32 27 15 0 99 3.64
Persentase (%) 25 32 27 15 0 100
7 Sarana Prasarana Yang Memadai 17 35 37 10 0 99 3.56
Persentase (%) 17 35 37 10 0 100
8 Dekat Dengan Pusat Kota 20 40 31 8 0 99 3.69
Persentase (%) 20 40 31 8 0 100
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa alasan masyarakat dalam memilih tempat
tinggal di sekitar bandar udara adalah dekat dengan tempat kerja atau sekolah dengan nilai mean
tertinggi sebesar 3,95 sedangkan pilihan masyarakat yang terendah adalah warisan orang
tua/keluarga dengan nilai mean sebesar 2,64.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penggunaan lahan yang ada di kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan, maka diketahui bahwa pada landasan pacu 18 penggunaan lahan berupa kawasan
perumahan 158 ha, tegalan 60 ha, semak belukar 35 ha, jasa 6Ha, perdagangan 10 ha,dan tanah
kosong 11 ha. Sedangkan pada landasan pacu 36 penggunaan lahan berupa kawasan perumahan87
ha, tegalan 57 ha, semak belukar 8 ha, tanah kosong 4 ha, perdagangan 13 ha, jasa 20 ha dan industri
1 ha.
Kesesuaian kondisi eksisting penggunaan lahan dengan Keputusan Menteri Perhubungan dan
draf rencana tata ruang wilayah, maka diketahui bahwa penggunaan lahan di kawasan kemungkinan
bahaya kecelakaan zona A pada landas pacu 18, kesesuaiannya sebesar 69%. Sedangkan penggunaan
lahan di kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan zona A pada landas pacu 36, kesesuaiannya hanya
50%.
Persepsi masyarakat disekitar bandar udara dalam memilih tempat tinggal, dalam memilih
suatu lingkungan untuk tempat tinggal masyarakat dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu harga
lahan yang murah, dekat dengan tempat kerja/sekolah, warisan orang tua/keluarga, tidak rawan
bencana, aman dari tindak kejahatan, sarana prasarana yang memadai, tidak mempunyai tempat
tinggal lain dan dekat dengan pusat kota. Alasan utama masyarakat dalam memilih tempat tinggal di
sekitar bandar udara adalah dekat dengan tempat kerja atau sekolah dengan nilai mean tertinggi
sebesar 3,95 sedangkan pilihan masyarakat yang terendah adalah warisan orang tua/keluarga dengan
nilai mean sebesar 2,64.
Rekomendasi
1. Pemerintah diharapkan agar terus melakukan pengamatan dan pengaturan penggunaan lahan
yang berada padaKawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) terutama pada kawasan
kemungkinan bahaya kecelakaan, agar tidak ada lagi masyarakat maupun pihak swasta yang
melakukan pembangunan.
2. Pemerintah hendaknya melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap berbagai pihak yang
melanggar aturan mengenai KKOP, agar kawasan keselamatan bandar udara ini sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan sehingga menciptakan kenyamanan dan keamanan.
560 Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018
3. Masyarakat harus mengetahui status tanah, kondisi lingkungan yang akan ditinggali dan
menanyakan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) kepada pemerintah setempat. Karena izin
mendirikan bangunan tidak hanya diberlakukan untuk pihak-pihak tertentu saja, melainkan
seluruh masyarakat yang melakukan pembangunan di sekitar bandar udara.
4. Memindahkan lokasi bandar udara ke lahan baru yang lebih luas, sehingga diperlukan kajian
yang lebih mendalam tentang lokasi bandar udara yang baru agar dapat berkembang dan
digunakan dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. (2014). Analisisk Batas Ketinggian Maksimum Bangunan Pada Kawasan Pendekatan Pendaratan dan
Lepas Landas Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Jurnal Teknobiologi, V (1), 1 - 6.
Data Riau. (2016). Ganggu Penerbangan Bandarassk II Pekanbaru, Tower di KKOP Harus Dipangkas.
Draf Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru 2012
Jumeneng, K. W. (2009). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dari Pertanian Ke Non Pertanian di
Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten Tahun 1996 dan 2005. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kartika, Z. (2016). Penggunaan Lahan Perkotaan, Keteraturan Permukiman, Konsistensi Penghuni Terhadap
Keberadaan Pekarangan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Keputusan Menteri Perhubungan No KM 60 Tahun 2004, Tentang Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan di Sekitar Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Peraturan Menteri Perhubungan No KM 44 Tahun 2005 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 03-7112-2005 Mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Sebagai Standar Wajib
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda). 2012. Pengendalian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
Di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Dinas Perhubungan Provinsi Riau.
Ritohardoyo, S. (2013). Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Penerbit Ombak.
Sadyohutomo, M. (2016). Tata Guna Tanah dan Penyerasian Tata Ruang. Pustaka Pelajar
Wiratawan, G. Y. A. (2017). Prediksi Harga Lahan di Kawasan Rungkut Madya Pasca Beroperasinya MERR
Surabaya. Institut Negeri Sepuluh Nopember.
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI) 2018 561
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
ASPI 2018
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)
Diselenggarakan Oleh:
ASPI
Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia P4W - LPPM IPB Universitas Pakuan
Disponsori Oleh: