Anda di halaman 1dari 5

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

MENDESKRIPSIKAN WHAT, WHEN, WHY, DAN HOW PADA


PROPOSAL TUGAS AKHIR

DOSEN:

Medis Sejahtera Surbakti, ST., MT., Ph.D

NIP : 197109142000121001

DIKERJAKAN OLEH:

DESI ADRIANI

NIM : 17 0404 028

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA
PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (STUDI KASUS PEMBANGUNAN
APARTEMEN GRAND JATI JUNCTION)

1. What

Pada studi ini yang akan dibahas yaitu manajemen risiko keselamatan dan kesehatan
kerja (k3) pada proyek konstruksi gedung (studi kasus pembangunan apartemen grand jati
junction).

2. When
Studi ini dilaksanakan pada awal tahun 2016 dan selesai pada bulan April 2017

3. Why
Studi ini dibahas karena manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
proyek konstruksi gedung harus dibuat untuk memperkecil kerugian dan meningkatkan
kesempatan atau peluang. Pada dasarnya manajeman risiko bersifat pencegahan terhadap
terjadinya kerugian maupun kecelakaan kerja. Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya
mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komphrehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu sistem yang baik. Adanya
kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu
penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada
saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan
kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek.
4. How
Studi ini akan dilakukan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pada proyek konstruksi gedung. Konsep manajemen risiko mulai dikenal di bidang
kesehatan dan kesehatan kerja pada tahun 1980-an setelah berkembangnya model teori
accident yang dikeluarkan oleh ILCI. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk
memperkecil kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang. Pada dasarnya
manajeman risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun kecelakaan
kerja. Menurut AS/NZS 4360, “Risk management is an iterative process consisting of
well-defined steps which, taken in sequence, support better decision-making by
contributing a greater insight into risks and their impacts.” Manajemen risiko adalah suatu
proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai
urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
dengan melihat risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan. Manajemen risiko merupakan
metoda yang sistematis yang terdiri dari menetepkan konteks, mengidentifikasi, meneliti,
mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan
dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian
perusahaan. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu
bentuk manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan. Proses ini dapat
diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk, maupun asset.
Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan sejak awal
kegiatan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi perusahaan. Proses manajemen risiko harus dilakukan
secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen
proses. Proses manajemen risiko sebagaimana yang terdapat dalam RiskManagement
Standard AS/NZS 4360, yang meliputi menetapkan konteks, identifikasi risiko, analisis
risiko, evaluasi risiko, dan pengendalian risiko.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/67651
PEMANFAATAN KALSINASI KAOLIN ( METAKAOLIN ) SEBAGAI SUBSTITUSI
SEBAGIAN SEMEN DENGAN BAHAN TAMBAH SUPERPLASTICIZER
TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON

1. What
Pada studi ini yang akan dibahas yaitu pemanfaatan kalsinasi kaolin (metakaolin)
sebagai substitusi sebagian semen dengan bahan tambah superplasticizer terhadap sifat
mekanik beton.

2. When
Studi ini dilaksanakan pada awal tahun 2016 dan selesai pada bulan Mei 2017

3. Why
Studi ini dibahas karena pemanfaatan kalsinasi kaolin (metakaolin) sebagai substitusi
sebagian semen dengan bahan tambah superplasticizer terhadap sifat mekanik beton dibuat
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggantian semen dengan metakaolin terhadap
nilai slump, mutu kuat tekan beton, absorpsi beton dan kuat lentur beton. Komposisi
penggantian semen dengan metakaolin sebanyak 7,5%, 12,5%, dan 17,5% dari berat
semen. Sampel yang digunakan adalah berbentuk silinder (Φ = 15 ; h = 30) dengan mutu
beton yang direncanakan 30 MPa. Jumlah sampel sebanyak 44 sampel, setiap variasi
sebanyak 3 sampel untuk silinder dan 2 sample untuk balok dan sampel diuji pada umur 7,
21, dan 28 hari untuk silinder dan 28 hari untuk balok. Dari hasil penelitian diperoleh kuat
tekan tertinggi pada penambahan metakaolin yaitu pada variasi 12,5%untuk umur 28 hari
sebesar 42,275 MPa. Kuat tekan terendah yaitu pada variasi normaluntuk umur 28 hari
sebesar 32,083 MPa. Untuk pengujian absorpsi tertinggi yaitu variasi normal untuk umur
28 hari sebesar 0,333% dan absorpsi terendah pada variasi 7,5% untuk umur 28 hari
sebesar 0,287%. Sedangkan pada pengujian modulus fraktur tertinggi yaitu pada variasi
12,5%untuk umur 28 hari sebesar 100,338 kg/cm2 dan modulus fraktur terendah pada
variasi normal untuk umur 28 hari sebesar 73,509 kg/cm2 . Momen lentur tertinggi pada
variasi 12,5% metakaolin adalah 34708,8 kgcm, sedangkan momen lentur yang terendah
pada variasi normal adalah 25453,8 kgcm. Pada pengujian slump test terjadi penurunan
nilai slump terhadap beton subsitusi metakaolin.
4. How
Studi ini akan dilakukan pemanfaatan kalsinasi kaolin (metakaolin) sebagai substitusi
sebagian semen dengan bahan tambah superplasticizer terhadap sifat mekanik beton.
Metakaolin mengandung banyak SiO2 dan Al2O3 yang merupakan unsur utama semen.
Bahan tambah metakaolin diharapkan dapat menambah mutu beton, karena metakaolin
bersifat seperti pozzolan. Bahan tambahan ini memiliki fungsi, yaitu menambah kekuatan
beton seperti kuat tekan beton, kuat lentur. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik
Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap
penelitian meliputi penyediaan bahan penyusun beton, pemeriksaan bahan, perencanaan
campuran beton (Mix Design), pembuatan benda uji, pemeriksaan nilai slump, pengujian
kuat tekan beton umur 7 hari, 21 hari, 28 hari, serta pengujian kuat lentur beton umur 28
hari.
Dari hasil uji nilai slump, beton yang mengandung metakaolin memiliki workability
yang lebih rendah dibanding beton tanpa metakaolin. Penggunaan metakaolin pada
campuran beton dengan menggantikan 7,5%, 12,5% dan 17,5% semen dari volume beton
meningkatkan nilai kuat tekan beton sebesar 8,23%, 33,16%, dan 22,94% pada umur 28
hari menjadi 34,725 MPa, 42,724 MPa dan 39,444 MPa dari nilai beton normal. Dari hasil
uji absorpsi, beton yang mengandung metakaolin memiliki absorpsi yang lebih tinggi
dibanding beton dengan tanpa metakaolin pada umur 7 hari. Pada umur 21 dan 28 hari
beton yang mengandung metakaolin memilki absoprsi yang lebih rendah dibanding beton
tanpa metakaolin, absorpsi terendah pada variasi 12,5% , 17,5% dan 7,5%. Penggunaan
metakaolin pada campuran beton dengan menggantikan 7,5%, 12,5% dan 17,5% semen
dari volume beton meningkatkan nilai kuat lentur beton sebesar 22,19%, 36,49%, dan
28,48% pada umur 28 hari menjadi 89,824 kg/cm2 , 100,338 kg/cm2 , dan 94,447 kg/cm2
dari nilai beton normal. Momen Lentur tertinggi didapat dari variasi 12,5% metakaolin
yaitu 34708,8 kgcm. Sedangkan yang terendah pada variasi 0% metakaolin yaitu 25453,8
kgcm. Sehingga dapat disimpulkan momen lentur dengan metakaolin lebih tinggi
dibanding dengan tanpa metakaolin.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/67652

Anda mungkin juga menyukai