Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK GEDUNG

CONVENTION HALL DAN MENARA PANDANG


PURWOKERTO

SKRIPSI

AGUS RAHMAT SUBEKTI


1803010168

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proyek konstruksi merupakan serangkaian kegiatan saling berkaitan yang
dilakukan untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan dan infrastuktur
dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Proyek konstruksi biasanya dikerjakan
oleh perusahaan kontraktor pelaksana yaitu sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri jasa konstruksi.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu industri yang memiliki
risiko tinggi dalam pekerjaanya. Proses penyeleseaian proyek konstruksi yang
dikerjakan oleh kontraktor harus memenuhi spesifikasi waktu, biaya dan mutu
yang telah direncanakan. Oleh karena itu, kontraktor pelaksana sebuah proyek
memegang peranan penting dalam tahapan proyek konstruksi agar proyek
konstruksi dapat mencapai tujuan utama yaitu keberhasilan proyek yang ditandai
dengan ketepatan spesifikasi waktu, biaya dan mutu yang telah direncanakan.
Risiko merupakan suatu hal yang sering muncul dan bahkan pasti terjadi
pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dimana pekerjaan konstruksi merupakan
pekerjaan yang bersifat fluktuatif dan cenderung mengandung risiko. Terjadinya
risiko ini merupakan suatu hal yang tidak terduga dan terjadinya risiko sangat
berdampak pada produktivitas, kinerja, kualitas, dan biaya pada suatu proyek
konstruksi.
Manajemen risiko merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi risiko,
penilaian risiko dominan dan merespon risiko yang bertujuan untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan dampak dari risiko yang terjadi yaitu dengan
menganalisa risiko yang dilakukan melalui wawancara dengan pihak terkait atau
observasi langsung.
Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto merupakan
fasilitas kota yang sedang dibangun di Kawasan Kota Baru Purwokerto. Gedung
Convention Hall ini nantinya akan digunakan sebagai sentra kuliner dan UMKM
yang berada di kota Purwokerto mempunyai tujuan untuk mengendalikan dan
menertibkan pedagang tiban atau Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berada di
kota Purwokerto. Selain itu juga untuk mengembangkan dan memajukan UMKM
di wilayah kabupaten Banyumas. Sedangakna Menara Pandang merupakan
sebuah Menara yang nantinya akan dijadikan sebagai ikon baru yang berada di
kota Purwokerto. Menara ini dirancang dengan ketinggian 99 meter yang terdiri
dari 2 bagian yaitu bagian bawah dan bagian atas dan dalamnya dilengkapi
dengan lift naik ke bagian atas yang terdapat pada ketinggian 65 meter.
Proyek Convention Hall dan Proyek Menara Pandang Purwokerto
merupakan proyek yang berisiko tinggi mengingat tingginya struktur yang akan
dibangun dan besarnya biaya yang dianggarkan. Sehingga kemungkinan
terjadinya risiko pada proyek tersebut juga besar. Terlebih lagi Proyek
Convention Hall dan Proyek Menara Pandang Purwokerto dibangun pada masa
Pandemi sehingga selama pelaksanaan konstruksi berlangsung sangat berpotensial
menimbulkan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut pada akhirnya akan
memunculkan berbagai macam risiko dan masalah dari berbagai sumber seperti
risiko yang disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu dan sumber risiko lainnya,
seperti yang dijelaskan oleh Flagnan dan Norman (1993) dalam Candra Yuliana
dan Gawit Hidayat (2017), yang mengatakan bahwa risiko-risiko yang terjadi
pada proyek konstruksi seperti kegagalan penyelesaian, kegagalan memperoleh
rencana dan izin, kondisi tanah yang tidak terduga, cuaca yang sangat buruk,
pemogokan tenaga kerja, kenaikan harga yang tidak terduga, dan kecelakaan kerja
yang terjadi pada suatu proyek.
Risiko-risiko itu sendiri sering terjadi saat proses pelaksanaan proyek
konstruksi berlangsung dan waktu terjadinya tidak terduga. Oleh karena itu pihak
yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi memiliki peran penting yaitu
dengan menerapkan manajemen risiko yaitu dengan mengidentifikasi risiko dan
merencanakan respon dari risiko yang terjadi agar selama proses kegiatan
konstruksi berjalan sesuai dengan perencanaan. Pernerapan respon risiko yang
tepat dapat mengurangi dan terhindar dari dampak buruk risiko yang ditemukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan pentingnya
penerapan manajemen risiko pada sebuah proyek konstruksi maka peneliti
bermaksud untuk menganalisis manajemen risiko pada Proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto dengan mengidentifikasi,
menentukan risiko dominan dan mengetahui respon dari risiko-risiko yang terjadi
pada Proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto
menggunakan metode Severity Index (SI) dan metode Matriks Probabilitas dan
Dampak (Probability Impact Matrix).

B. Rumusuan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang
berkaitan dengan penelitian meliputi:
1. Apa saja variabel risiko yang paling dominan terjadi pada Proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.
2. Apa saja risiko yang paling dominan terjadi pada pada Proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.
3. Bagaimana penanganan respon risiko untuk mengatasi risiko yang paling
dominan terjadi pada Proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang
Purwokerto.

C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini mempunyai batasan masalah yang mencangkup:
1. Penelitian hanya menganalisis manajemen risiko berupa mengidentifikasi,
penilaian risiko dominan, dan menanggapi respon risiko yang terkait dengan
dampaknya terhadap kinerja waktu proyek.
2. Penelitian hanya dilakukan terhadap risiko-risiko yang terjadi pada Proyek
Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.

3. Penilaian risiko hanya menggunakan metode Severty Index (SI) dan Matriks
Probabilitas dan Dampak (Probability Impact Matrix) sebagai metode
pengolahan data untuk mengetahui risiko dominan yang terjadi pada Proyek
Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.
4. Penelitian dilakukan hanya dari sudut pandang PT Krakatau Indah sebagai
kontraktor pelaksana Proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang
Purwokerto.

D. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini meliputi:
1. Menegtahui variabel risiko apa saja yang paling dominan terjadi pada
Proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.
2. Menegtahui risiko apa saja yang paling dominan terjadi pada pada Proyek
Gedung Convention Hall dan Menara Pandang Purwokerto.
3. Mengetahui tindakan penanganan respon risiko untuk mengatasi risiko yang
paling dominan terjadi pada Proyek Gedung Convention Hall dan Menara
Pandang Purwokerto.

E. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk:
1. Manfaat bagi penulis
Mengetahui faktor risiko, besar level risiko dan tindakan penanganan yang
tepat terhadap risiko yang terjadi pada proyek konstruksi.
2. Manfaat bagi institusi
Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu manajemen resiko pada sebuah
proyek konstruski
3. Manfaat bagi pihak ke tiga
Sebagai bahan rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di
bidang yang sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu


Penulisan dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menghubungkan
beberapa penelitian terdahulu atau jurnal-jurnal yang membahas tentang
bagaimana menentukan berbagai variable risiko dan cara respon risiko itu sendiri.
Berikut adalah beberapa ringkasan dari penelitian-penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan manajemen risiko.
Penelitian yang dilakukan oleh Candra Yuliana dan Gawit Hidayat (2017)
tentang Manajemen Risiko Proyek Gedung Bertingkat Di Banjarmasin hasil
penelitian dengan menggunakan metode penyebaran kuesioner, wawancara dan
observasi untuk pengumpulan data dan metode skala likert untuk mengukur
potensi risiko terhadap frekuensi dan dampak dan Severity Index (SI) dan Matriks
Probability x Dampak untuk penilaian risiko. Severity Index (SI) dapat
menggabungkan presepsi dari responden dimana semakin tinggi prosentase
variable maka semakin berpengaruh variable tersebut. dan Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tingginya variabel risiko dominan terjadi yang memiliki
dampak signifikan terhadap biaya yaitu kurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan,
produktivitas pekerja yang rendah, kelelahan akibat kerja lembur, perubahan
desain/spesifikasi, tidak dapat diterima oleh pemilik. Sedangkan tingginya
variabel risiko dominan terjadi yang memiliki dampak signifikan terhadap waktu
yaitu cuaca yang tidak menentu, kurangnya ketersediaan tenaga kerja,
produktivitas pekerja rendah, kelelahan karena banyak kerja lembur,
keterlambatan pembayaran oleh pemilik, dan perubahan desain / spesifikasi.
Tindakan/respon risiko yang perlu dilakukan untuk variabel-variabel tersebut
adalah upah tenaga kerja yang tinggi, pekerja lapangan yang terampil, kontrol
kualitas pekerjaan yang lebih ketat, penambahan atau pengurangan pekerjaan
dalam suatu pekerjaan, pemaksimalan waktu lembur dalam rencana kerja, dan
persiapan alat untuk terjadinya hujan. Permohonan perpanjangan jam kerja karena
hujan, rotasi tenaga kerja, penambahan jumlah pekerja, penambahan jam lembur,
pengajuan claim perpanjangan waktu akibat perubahan desain/spesifikasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ismiyati, Ranggi Sanggawuri, dan
Mudjiastuti Handajani (2019) tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam
Pembangunan Proyek Perpanjangan Dermaga Log (studi kasus: pelabuhan dalam
Tanjung Emas Semarang). Hasil dari penelitian menggunakan metode observasi
dilapangan, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pihak praktisi penyedia
jasa dan metode untuk analisis data menggunakan frequency index (FI) dan
severity index (SI) menunjukan hasil penelitian dari perspektif kontraktor
pelaksana bahwa ada lima risiko diantaranya adalah pasang surut air laut,
gangguan proses bungkar muat barang, perubahan desain, dan perbedaan metode
pelakasanaan konstruksi antara konsultan dan kontraktor serta adanya kerusakan
alat berat. Hasil respon risiko atau mitigasi dari lima risiko dominan ini adalah
menggunakan balok dan pelat pracetak untuk bagian dermaga, melakukan
koordinasi yang intensif atar pihak yang berkepentingan di lapangan selama
pelaksanaan konstruksi, dan melakukan perawatan alat berat secara berkala
dengan didukung adanya mekanik yang selalu siaga dilapangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hanafi Ashad, Lambang Basri Said, dan
Andi Herianto (2019) tentang Kajian Manajemen Risiko Pada Proyek
Pembangunan Gedung Perkantoran Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Kabupaten
Nunukan dengan metode yang digunakan yaitu penyebaran kuesioner dan
menggunakan Uji Cochran Q-Test kepada pelaku pelaksanaan proyek tersebut
yaitu dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada responden, dengan
pertanyaan yang pilihan jawabannya telah disediakan. Hasil perhitungan dengan
menggunakan Cochran Q Test menunjukkan bahwa risiko yang timbul pada
pekerjaan konstruksi Gedung Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Nunukan diperoleh 5 variabel atau 26 indikator, diperoleh 17 indikator yang
menjadi risiko proyek konstruksi. Gedung Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Nunukan. Ke-17 indikator tersebut adalah penggunaan tenaga kerja
yang tidak efisien/kurang produktif, pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja tidak sesuai dengan jadwal yang direncanakan, ketidakmampuan membuat
alternatif harga peralatan antara sewa, sewa, dan pembelian peralatan, jkurangnya
ketersediaan alat, perusahaan kehilangan peluang karena produk/jasa yang tidak
memenuhi persyarata, terjadi kecelakaan karena kelalaian pekerja tidak disiplin,
kerja tim yang kurang harmonis sehingga mempengaruhi kualitas pekerjaan,
pendekatan engineering tidak digunakan dalam metode pelaksanaa pekerjaan,
perubahan pelaksanaan dalam proses konstruksi, pemindahan peralatan atau
tenaga kerja secara tiba-tiba, kesalahan dalam menerapkan metode kerja yang
tidak sesuai dengan rencana dan prosedur, tidak menggunakan manajemen risiko
aktual untuk menganalisis metode kerja, penggunaan fasilitas peralatan tidak
sesuai dengan pedoman, kelebihan kapasitas dalam penggunaan alat, terbatasnya
waktu yang diberikan, dan terjadinya bencana alam (banjir, gempa bumi, huru
hara). Dan respon risiko yang dilakukan adalah diperlukannya suatu sistem agar
seluruh pekerja dapat mengetahui dan mengakses informasi yang dibuat,
diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan fasilitas manajemen risiko yang
memungkinkan pengguna untuk menangani risiko dan masalah tanpa gangguan
yang berarti, faktor eksternal yang menjadi masalah, perlu mengusulkan
perencanaan standar penanganan risiko dan prosedur kerja agar semua pekerja
mengetahui lebih detail tentang pekerjaan yang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Benhart E. Situmorang, Tisano Tj. Arsjad,
dan Jermias Tjakra (2018) tentang Analisis Risiko Pelaksanaan Pembangunan
Proyek Konstruksi Bangunan Gedung dengan metode yang digunakan dalam
penelitiannya yaitu penyebaran kuesioner dan wawancara kepada staff di proyek
dan analisis data menggunakan metode severity index (SI) untuk mendapatkan
data yang dapat mewakili jawaban responden dan Matriks Probability dan
Dampak untuk mengetahui probabilitas dan dampak risiko yang paling dominan
dan dari penelitiannya menunjukan bahwa terdapat 6 risiko yang cukup dominan
diantaranya yaitu kurangnya ketersediaan jumlah pekerja, rendahnya produtifitas
pekerja, kenaikan harga material, rusak dan hilangnya material, kerusakan
peralatan produksi, dan keterlambatan pekerjaan. dan respon risiko yang
dilakukan dari masing-masing risiko tersebut adalah mencari dan memastikan
ketersediaan pekerja yang dibutukan, mencari dan mempekerjakan tenaga kerja
ahli sesuai bidang, melakukan pemesanan material lebih awal dari jadwal
pelaksanaan atau memperbanyak supplier material yang menawarkan kesiapan
penyediaan material, meningkatkan kinerja yaitu dengan menambah jam lembur,
evaluasi pekerjaan dan perbaikan metode kerja, mengatur penyimpanan material
pada tempat penyimpanan yang efektif dan yang terakhir adalah melakukan
perawatan peralatan serta menyiapkan peralatan pengganti apabila dibutuhkan.
Penelitian yang dilakukan oleh I Nyoman Martha Jaya, Dewa Ketut
Sudarsana, dan Gusti Ayu Kade Intan Wiratni (2019) tentang Manajemen Risiko
Terhadap Pelaksanaan Proyek Konstruksi Hotel Di Kawasan Sarbagita dengan
metode yang digunakan adalah mix metode (kuantitatif dan kualitatif) dimana
dalam pengumpulan data dilakukan dari studi literature, wawancara,
brainstroming dan penyebaran kuesioner kepada responden dari pihak-pihak
berkompeten terkait risiko yang terjadi saat pengerjaan proyek konstruksi dan
dalam analisis data menggunakan Skala Penilaian Risiko (Risk Acceptability) .
Dan hasil dari penelitian risiko terdapat 37 risiko yang terdiri dari 8 kategori
sumber risiko yaitu alam terdapat 1 risiko, ekonomi terdapat 1 resiko, keselamatan
terdapat 2 risiko, kriminal terdapat 1 risiko, lingkungan terdapat 6 risiko, sumber
daya manusia terdapat 3 risiko, perencanaan terdapat 2 risiko dan teknis terdapat
21 risiko. Dari 37 risiko tersebut, 18 risiko diperoleh dari penelitian, 11 risiko
merupakan gabungan antara wawancara atau brainstorming dan 8 risiko berasal
dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis risiko yang tidak
diharapkan (Unwanted) adalah 19 risiko dan tidak dapat diterima (Unacceptable)
adalah 9 risiko. Risiko dominan yang paling sering terjadi pada risiko yang tidak
diharapkan adalah risiko teknis dengan total 8 risiko seperti keterlambatan
mobilisasi alat berat, perbedaan kondisi lapangan dan gambar rencana, kualitas
material tidak sesuai spesifikasi dan lain sebagainya. Pada risiko yang tidak dapat
diterima, risiko yang paling umum adalah risiko teknis dengan total 5 risiko teknis
seperti penjadwalan yang tidak tepat, desain gambar yang tidak sesuai, pemutusan
spesifikasi material yang lambat. Mitigasi risiko pada kategori risiko yang tidak
dapat diterima (unwanted) sebanyak 47 mitigasi dan kategori risiko yang tidak
diharapkan (unacceptable) sebanyak 20 mitigasi. Tindakan mitigasi pada kedua
risiko tersebut lebih ditekankan pada risiko teknis seperti peningkatan komunikasi
antar pihak terkait serta perbaikan struktur organisasi dan administrasi. Alokasi
kepemilikan terbesar ditanggung oleh kontraktor. Hal ini dikarenakan kontraktor
sebagai pihak yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan proyek baik
dari pihak pemilik maupun pihak lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Nerija Banaitiene dan Audrius Banaitis
(2012) tentang Risk Management in Construction Projects dengan metode yang
digunakan adalah kuantitatif dimana dalam pengumpulan data dengan melakukan
wawancara dan penyebaran kuesioner kepada kontraktor. Dan dalam menganalisis
data menggunakan metode Skala Liker dan Severity Index (SI). Dan hasil
penelitiannya adalah teridentifikasi sumber dan indikator risiko dimana terdapat
20 faktor risiko ditetapkan menjadi signifikan di bawah kategori risiko internal
yaitu bawah kategori risiko desain, kesalahan/kelalaian desain dan penundaan
proses desain adalah faktor risiko yang paling sering disebutkan yang dikaitkan
dengan kontraktor. Di bawah kategori risiko manajemen proyek, kesalahan
penjadwalan dan kegagalan untuk memenuhi persyaratan kualitas kontrak adalah
faktor risiko yang paling sering disebutkan. Di bawah kategori risiko konstruksi,
pembengkakan biaya konstruksi dan perubahan teknologi adalah faktor risiko
yang paling sering disebutkan yang dikaitkan dengan kontraktor. Responden
percaya bahwa peristiwa risiko ini bertanggung jawab atas kualitas pekerjaan
yang buruk, penundaan, dan kerugian terkait. Risiko dengan dampak tinggi dan
probabilitas tinggi, seperti kesalahan desain dan kelalaian, pembengkakan biaya
konstruksi, dan kesalahan penjadwalan, keterlambatan kontraktor, sehingga
memerlukan analisis lebih lanjut, termasuk kuantifikasi, dan manajemen risiko
yang agresif.
Penelitian yang dilakukan oleh B.A.K.S. Perera , Indika Dhanasinghe dan
Raufdeen Rameezdeen tentang Risk Management In Road Construction: The Case
Of Sri Lanka dengan metode dalam pengumpulan data yaitu wawancara dan untuk
mengalanisis data menggunakan aplikasi Perangkat lunak QSR NVivo1.0 yang
digunakan untuk mengolah transkrip hasil wawancara. Dan hasil penelitiannya
yaitu sebenarnya penelitian ini awalnya dimulai dengan dua puluh enam sumber
risiko. Namun, selama analisis ditemukan bahwa ada beberapa risiko yang tidak
relevan dengan dua kasus yang diteliti. Ketaatan terhadap kasus-kasus nyata,
seperti yang ditunjukkan pada penelitian terdahulu tentang subjek tersebut
mengungkapkan sejauh mana lingkungan menentukan pekerjaan konstruksi dan
banyak risiko yang mereka hadapi selama proses konstruksi. Bedasarkan
penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa mereka menyatakan lokasi
geografis proyek konstruksi adalah hal yang sangat penting, sehingga setiap pihak
dalam kontrak diharapkan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya risiko-
risko yang berkaitan dengan kondisi geografis. Demikian pula, efek
ketergantungan pada dana asing juga spesifik untuk setiap proyek karena
ketentuan pengaturan pendanaannya tidak sama. selain itu juga ditemukannya
risiko-risiko lain seperti desain yang cacat, persetujuan yang terlambat,
penyerahan lokasi yang terlambat, gambar tentatif dan kondisi tanah lokasi yang
tidak terduga telah menggagalkan Kontraktor dalam banyak kesempatan. Selain
itu, hubungan dengan lingkungan dan keamanan dan keselamatan publik juga
sangat penting dalam mengejar proyek pengembangan modal sosial ini. Inflasi
dan perubahan ruang lingkup juga dapat disebut sebagai faktor yang menentukan
kegagalan pihak-pihak terkait untuk membatasi diri pada batas biaya dan waktu
dari kedua kasus tersebut. Oleh karena itu, risiko-risiko ini diidentifikasi sebagai
risiko dominan. Aspek penting lainnya dalam identifikasi risiko adalah bahwa
pihak kontrak harus mengadopsi pendekatan pembelajaran berkelanjutan. Proyek
masa lalu dan peristiwa masa lalu adalah skenario kehidupan nyata untuk
mendapatkan pengalaman yang mungkin menguntungkan pihak-pihak di masa
depan sehingga kemungkinan risiko yang mungkin dihadapi dalam proyek baru
dapat diidentifikasi sebelumnya dan tindakan diambil untuk menghindari memicu
peristiwa risiko tersebut. Dengan demikian, dirasakan bahwa identifikasi awal
sumber risiko sangat penting untuk alokasi yang tepat. Adalah fakta bahwa
pemberi kerja mengalokasikan risiko konstruksi melalui klausul kontrak sebelum
kontrak diberikan. Hal ini harus mendorong Kontraktor untuk memperoleh
pemahaman yang jelas tentang risiko yang dialokasikan kepada mereka.
Ketidaksepakatan juga dapat terjadi karena tidak adanya klausul kontrak terkait,
ketentuan yang tidak jelas, dan pertanyaan tentang kewajaran alokasi risiko.
Dalam situasi seperti itu, meskipun risiko tertentu telah dialokasikan secara
khusus kepada suatu pihak melalui klausul kontrak, mungkin saja terjadi bahwa
pihak lain juga harus menanggung konsekuensi yang timbul karena risiko
tersebut. Pembagian risiko oleh tim kontrak terbukti lebih efektif dalam
menangani risiko tersebut.
B. Landasan Teori
1. Proyek Konstruksi
Menurut Norken, et.al, (2015) proyek merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan
sumber daya yang ada. Sedangakn konstruksi adalah semua kegiatan
membangun atau mendirikan sebuah bangunan.
Menurut Rani (2016) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Proyek Konstruki” bahwa proyek merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan waktu dan sumber daya yang terbatas untuk mencapai hasil akhir yang
ditentukan. Dalam mencapai hasil akhir, kegiatan proyek dibatasi oleh
anggaran, jadwal, dan kualitas, yang dikenal sebagai triple constraint.
Sedangan konstruksi diartikan sebagai tatanan/susunan dari sebuah elemen-
elemen pada suatu bangunan yang kedudukan setiap bagian-bagiannya sesuai
dengan fungsinya. Menurut Rani (2016) secara umum konstruksi terbagi
menjadi 2 macam yaitu:
a) Konstruksi Bangunan, terdiri dari: gedung, perumahan, hotel dan lain-
lain,
b) Konstruksi Bangunan Sipil, seperti jembatan, jalan raya, bandara, irigasi,
bendungan dan lain-lain.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek konstruksi
merupakan kegiatan bersifat dinamis yang dibatasi oleh waktu, mutu dan
biaya dan sumber daya dengan tujuan untuk membangun sebuah bangunan.
Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kerzner (2009) bahwa proyek konstruksi
merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan berupa bangunan
atau gedung dengan memperhatikan batasan-batasan yaitu biaya, mutu dan
waktu.
Dalam rangkaian kegiatan ini terjadi proses pengolahan sumber daya
proyek dengan mengutamakan waktu dan mutu sehingga menjadi hasil
kegiatan berupa bangunan. Proses-proses yang terjadi dalam rangkaian
kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Salah satu pihak yang erat kaitanya dengan
kegiatan proyek konstruksi adalah kontraktor pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana
Menurut Rani (2016) dalam bukunya menerangkan bahwa kontraktor
pelaksana merupakan orang perseorangan atau badan hukum, swasta atau
pemerintah yang melaksanakan suatu proyek yang diperoleh melalui lelang,
penunjukan langsung, atau pengadaan langsung. Yang memiliki tujuan dan
tanggung jawab sebagai berikut:
a) Memperkenalkan fasilitas pendukung untuk kelancaran pekerjaan;
b) Mempersiapkan dan memenuhi bahan yang berkualitas tinggi sesuai
dengan eraturan dan syarat-syarat pelaksanaan suatu pekerjaan bangunan
atau proyek (bestek);
c) Mendapatkan tenaga kerja yang berpengalaman dan juga peralatan yang
diperlukan;
d) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar perencanaan yang sesuai
dengan peraturan yang tercantum dalam RKS.
e) Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan dengan tepat waktu yang
sudah ditentukan dalam kontrak.
f) Mengadakan perawatan selama proyek masih berlangsung selama masih
dalam tanggung jawabnya;
g) Bertanggung jawab terhadap bangunan fisik selama dalam periode
pemeliharaan.
Perusahaan kontraktor merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
jasa khususnya industri jasa kosntruksi. Dimana Industri jasa konstruksi
merupakan salah satu sektor industri dengan risiko kecelakaan kerja yang
cukup tinggi. Penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi
banyak, dipengaruhi oleh keunikan karakteristik proyek konstruksi, lokasi
pekerjaan yang berbeda, cuaca, waktu, pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan
menuntut ketahanan fisik yang tinggi serta menggunakan banyak pekerja yang
tidak terlatih. (Lokobal, Arif. 2014). Sehingga bisa diartikan bahwa kontraktor
merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa dengan kemungkinan
mendapatkan risiko yang tinggi dalam setiap proyek konstruksi yang
dikerjakan.
3. Definisi Risiko
Risiko adalah suatu kejadian yang dihubungkan dengan kemungkinan
terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan dan tidak terduga,
dimana hal tersebut akibat adanya ketidakpastian yaitu kondisi penyebab
timbulnya risiko yang bersumber secara alami dari alam ataupun dari berbagai
aktivitas yang dikerjakan (Norken, et. al, 2015).
Menurut Lokobal, Arif. (2014) Risiko adalah ketidakpastian akan
terjadinya suatu peristiwa pada rentan waktu tertentu dimana peristiwa
tersebut menimbulkan kerugian, baik kerugian kecil yang tidak begitu penting
maupun kerugian besar yang mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan.
Sehingga bisa artikan bahwa risiko merupakan suatu hal yang
dipandang sebagai sesuatu yang negatif yang merugikan, seperti halnya
kehilangan suatu barang, adanya suatu bahaya ataupun sebuah konsekuensi
yang harus dihadapi. Kerugian itulah yang termasuk dalam bentuk
ketidakpastian yang seharusnya dipelajari dan dikelola secara seksama untuk
mencari sebuah solusi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak
dari terjadinya risiko atau ketidakpastian tersebut.
4. Sumber Penyebab Risiko
Menurut Godfrey et. al, (1996) dalam Norken, et.al, (2015)
menguraikan sumber risiko sebagai berikut:
a) Alami (Natural) yaitu seperti konsisi tanahdiluar dugaan, cuaca, gempa,
kebakaran dan ledakan, temuan situs arkeolog.
b) Lingkungan (Environmentral) yaitu seperti pencemaran, kebisingan,
perijinan, opini masyarakat, kebijakan perusahaan dan dampak
lingkungan.
c) Politik (Political) yaitu seperti adanya kebijakan pemerintah, opini publik,
kekacauan (perang, demo,terorisme dan kerusuhan).
d) Ekonomi (Economic) yaitu seperti kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi,
suku bunga dan nilai tukar.
e) Keuangan (Financial) yaitu seperti kebangkrutan, keuntungan dan
asuransi.
f) Pemasaran (Market) yaitu seperti permintaan, persaingan, keusangan dan
kepuasan pelanggan.
g) Proyek (Project) yaitu seperti strategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja,
standar, kepemimpinan, organisasi (komitmen, kompeten, kompetensi dan
pengalaman), perencanaan, pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga
kerja dan sumber daya, komunikasi dan budaya.
h) Perencanaan (Planning) yaitu seperti persyaratan perijinan, kebijakan dan
praktik, tata guna lahan, dampak social dan ekonomi dan opini public.
i) Teknik (Technical) yaitu seperti kelengkapan desain, efisiensi oprasional
dan kendala.
j) Manusia (Human) yaitu seperti kesalahan, tiak kompeten, kelalaian,
kelelahan, kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja dalam kondisi
gelap atau malam hari.
k) Criminal (Criminal) yaitu seperti kurang aman lokasi, perusakan,
pencurian, penipuan dan korupsi.
l) Keselamatan (Safety) yaitu seperti peraturan K3, zat berbahaya,
bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran, kebakaran dan ledakan.
Berdasarkan sumber risiko diatas kita bisa melakukan manajemen
risiko dengan melakukan identifikasi risiko, penilaian risiko paling dominan
dan mitigasi risiko dengan menentukan respon risiko berdasarkan sumber
risiko yang ada.
5. Manajemen Risiko
Menurut Norken, et.al, (2015) manajemen risiko merupakan
pengaplikasian manajemen umum yang berkaitan dengan berbagai macam
kegiatan yang dapat menimbulkan risiko sebagai prosedur untuk
mengendalikan tingkat risiko dan untuk mengurangi dampak dari risiko.
Menurut Cooper dan Chapman, (1993) dalam Nurlela dan Suprapto,
(2014), manajemen risiko merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengatasi risiko yang telah diketahui dan untuk meminimalkan risiko yang
mungkin terjadi dan selanjutnya dapat diketahui dampak buruk yang tidak
diharapkan dan dapat merencanakan respon yang sesuai dengan risiko-risiko
yang terjadi.
Menurut PMBOK (Project Management Institute Body of Knowledge)
(2008), mengidentifikasikan manajemen risiko sebagai proses formal di mana
faktor-faktor risiko diidentifikasi, dianalisis, ditanggapi, dan dikendalikan
secara sistematis.
Menurut Lokobal, arif, (2014) manajemen risiko merupakan proses
mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan
strategi untuk mengelola risiko tersebut.
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa manajemen risiko adalah
suatu cara yang digunakan oleh sebuah perusahaan atau proyek konstruksi
untuk mencegah atau menanggulangi berbagaimacam risiko yang dihadapi
dengan melakukan pengidentifikasian risiko, penganalisisan risiko serta
tanggapan dari respon risiko itu sendiri.
6. Tahapan dalam Manajemen Risiko
Menurut Falnagan dan Norman, (1993) dalam Norken, et.al, (2015)
menjelasakan bahwa dalam melakukan manajemen risiko yaitu menggunakan
kerangka dasar seperti pada gambar 2.1

Identifikasi Risiko

Klasifikasi Risiko

Analisis Risiko

Menyikapi Risiko

Mitigasi/Respon Risiko
Gambar 2.1. Kerangka Manajemen Risiko
Sumber: Falnagan dan Norman, 1993, dalam Norken, et.al, 2015

a) Identifikasi Risiko dan Klasifikasi Risiko


Menurut Norken, et.al, (2015). Identifikasi Risiko merupakan
tahapan awal dalam manajemen risiko yang beertujuan untuk dapat
menguraikan dan merinci jenis risiko yang mungkin terjadi dari kegiatan
yang dilakukan. Tahapan identifikasi risiko ini merupakan tahapan yang
paling menentukan dalam manajemen risiko.
Dalam melakukan pengidentifikasian risiko menurut Thomson dan
Perry, (1991), dalam Norken, et.al, (2015), dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1) Menyusun daftar risiko dari penelitian terdahulu (studi literature),
2) Wawancara dengan ahli yang terlibat,
3) Dilakukan sebuah diskusi yang membahas tentant topik tertentu
(brainstroming) atau
4) Dapat juga dilakukan pencatatan suatu peristiwa yang terjadi dengan
mengamati secara langsung di lapangan (Observasi).
Pada table 2.1 merupakan identifikasi risiko yang dilakukan
dengan studi literatur atau dari hasil penelitian terdahulu dan di
klasifikasikan sesuai dengan sumber munculnya risiko.
Tabel 2.1. Sumber dan Variabel Risiko Berdasarkan
Berbagai Penelitian Terdahulu

Sumber Sumber
Faktor Resiko
Resiko Referensi
1. Kondisi cuaca yang tidak menentu SR4, SR5,
saat pelaksanaan proyek SR6, SR8
Alami atau
SR3, SR4,
kondisi tidak 2. Bencana alam (banjir, gempa, dll)
SR5
terduga
SR3, SR4,
3. Kebakaran atau ledakan
SR5
1. Terjadinya inflasi yang SR2, SR4,
mengakibatkan terjadinya kenaikan SR5, SR6
harga bahan, material dll.
2. Kenaikan suku Bunga pinjaman dan SR4, SR5,
pajak SR9
SR1, SR2,
3. Kenaikan harga bahan dan material
Ekonomi dan SR6
Finansial 4. Permintaan, persaingan, SR4, SR5
ketidakpuasan dan komplain dari
pelanggan (owner)
5. Kebangkrutan SR4, SR5
6. Kesalahan estimasi biaya dan waktu SR3, SR6
7. Kondisi keuangan yang buruk SR8
8. Permintaan kenaikan upah lembur SR1
SR1, SR2,
1. Susah atau terlambatnya pengiriman
SR3, SR8,
bahan dan material
SR9
2. Terkendalanyanya Mobilisasi alat SR1, SR2,
berat dan peralatan kostruksi SR8, SR9
SR1, SR2,
3. Ketidaksesuaian volume, jumlah dan
SR3, SR6,
spesifikasi material
SR8
SR1, SR3,
Alat dan
4. Rusak dan hilangnya alat dan bahan SR4, SR5,
Bahan
SR8
(Material)
5. Tempat penyimpanan alat dan bahan SR1, SR3
yang tidak memadai
6. Pemutusan merk atau spesifikasi SR2
bahan dan material yang lambat oleh
owner
7. Spesifikasi bahan dan material yang SR2
sulit ditemukan di pasaran
8. Kesulitan dalam penggunaan alat atau SR3, SR8,
teknologi baru SR9
Sumber Daya SR1, SR2,
1. Kurang atau berlebihnya jumlah
Manusia SR3, SR6,
tenaga kerja
SR8
2. Kurangnya produktifitas tenaga kerja SR1, SR3,
SR8
SR1, SR2,
3. Konflik antar tenaga kerja
SR3, SR8
SR1, SR3,
4. Pemogokan tenaga kerja
SR8
SR1, SR2,
5. Adanya pekerja yang kurang
SR3, SR4,
kompeten dan kurang berpengalaman
SR5, SR6,
(ahli) atau tidak sesuai dengan
SR7, SR8,
kompetensi
SR9
6. Kinerja subkontraktor yang buruk SR3, SR8

1. Ketidaksesuaian hasil pekerjaan SR1, SR8


dengan perencanaan
SR1, SR2,
2. Kesalahan, perbedaan, perubahan dan
SR3, SR4,
kurang lengkapnya desain atau
SR5, SR6,
gambar rencana
SR7, SR8
3. Ketidaksesuaian penjadwalan waktu SR1, SR2,
pelaksanaan SR6, SR8
4. Kesalahan dalam perhitungan dan SR1, SR6
analisa pekerjaan
5. Kerusakan hasil pekerjaan sebelum SR1, SR3,
serah terima dengan owner SR8
6. Kurangnya pengawasan saat SR2, SR7
Perencanaan pelaksanaan pekerjaan
dan SR3, SR6,
7. Metode pelaksanaan yang tidak sesuai
Pelaksanaan SR7, SR8
Pekerjaan 8. Ketahanan uji pekerjaan yang tidak SR4, SR5
memenuhi syarat
9. Tidak efisiensi dalam oprasional SR4, SR5
(waktu, mutu dan biaya)
10. Kegagalan pekerjaan akibat metode SR7
yang tidak tepat guna
11. Pendekatan engeneering tidak SR7
digunkan dalam metode kerja
12. Kehilangan waktu untuk proses SR7
perbaikan akibat Kegagalan pekerjaan
13. Hal-hal teknis proyek yang mengalami SR8, SR9
perubahan dari owner
14. Proses perubahan desain memakan SR7, SR9
waktu lama
Politik, 1. Kebisingan yang diakibatkan oleh SR2, SR4,
Sosial dan aktivitas proyek SR5
Lingkungan 2. Pencemaran lingkungan akibat
SR2, SR4,
aktivitas proyek
SR5
3. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil SR2, SR3
4. Kebijakan pemerintah, perubahan SR4, SR5
ideologi, kekacauan, perang,
terorisme, kerusuhan
5. Sulit atau jauhnya akses menuju SR2, SR3,
lokasi proyek untuk masuknya alat SR6
dan material
6. Situasi dan kondisi lingkungan proyek SR2, SR3,
yang tidak aman (kerusuhan, perang, SR4, SR5
terorisme dll)
SR2, SR4,
7. Teguran dari masyarakat setempat
SR5, SR7,
atau opini masyarakat setempat
SR9
8. Timbul kemacetan di lokasi proyek SR3
1. Koordinasi antar pihak yang tidak SR1, SR3,
baik SR7, SR8
2. Pembatasan jam kerja SR2
3. Manajemen proyek kurang kompeten SR3, SR6
4. Tidak lengkapnya laporan harian, SR3
Manajemen mingguan ataupun bulanan
5. Kondisi owner yang tidak mendukung SR8
6. Kondisi perusahaan yang kurang baik SR8
7. Kegagalan untuk mematuhi SR8
persyaratan kualitas kontrak
8. Perubahan kebijakan perusahaan SR4, SR5
1. Lamanya atau susahnya pengurusan SR4, SR5,
persetujuan dan perijinan SR6
Kontrak dan
2. Izin mendirikan bangunan sudah SR9
Perizinan
kadaluwarsa
3. Ketidakcocokan dokumen kontrak SR9
1. Kurangnya Alat Pelindung Diri SR2, SR9
Keselamatan (APD)
dan SR1, SR2,
Kesehatan SR3, SR4,
2. Kecelakaan pekerja
Kerja (K3) SR5, SR6,
SR7, SR8
1.
Masukan 2.
3.
Ahli
4.
5.

Keterangan Sumber Reverensi


1. Situmorang, Benhart E, et al. (2018) (SR1)
2. Sudarsana, Dewa Ketut, et al. (2019) (SR2)
3. Fahmi Wati Iribaram dan Miftahul Huda, (2018) (SR3)
4. Candra Yuliana dan Gawit Hidayat, (2017) (SR4)
5. Ismiyati, et al. (2019) (SR5)
6. Zidir, et al. (2015) (SR6)
7. Asad, Hanafi, et al. (2019) (SR7)
8. Nurlela dan Heri Suprapto (2014) (SR8)
9. Nerija Banaitiene dan Audrius Banaitis, (2012) (SR9)

b) Analisis Risiko
Menurut Flanangan dan Norman, (1993), dikuitp dalam Norken,
et.al, (2015), yang harus dilakukan dalam melakukan analisis risiko adalah
mengidentifikasi berbagai jenis risiko yang mungkin terjadi, kemudian
memberi penilaian risiko untuk pengetahui pengaruhnya terhadap biaya,
waktu dan kualitas dari berbagai jenis aktivitas yang dilakukan.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut yang bisa
dilakukan dengan metode kualitatif ataupun kuantitatif.
Menurut Norken, et.al, (2015), analisis risiko kualitatif merupakan
metode yang dapat menentukan risiko dominan dengan mengalikan
kemungkinan (probability) dengan konsekuensi/ dampak dari risiko yang
telah teridentifikasi apabila frekuensi tinggi dan konsekuensi tinggi maka
akan meningkatkan tingkat deraja risiko yang tinggi pula. Sebaliknya
apabila frekuensi rendah dan konsekuensi rendah maka akan menghasilkan
derajat risiko yang rendah pula. Setelah itu dilanjutkan dengan merespon
risiko atau melakukan mitigasi risiko terhadap risiko dominan.
Menurut Priyono (2016, h45) penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang menggunakan asumsi pendekatan positivis.
MenurutuMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode campuran. Penelitian metode campuran adalah gabungan antara
metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan bersama-
sama dalam suatu kegiatan penelitian guna memperoleh data yang lebih
lengkap, valid, andal, dan objektif.
Norken, et.al, (2019), Penelitian metode campuran (mix methods)
merupakan gabungan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif
untuk digunakan bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian guna
memperoleh data yang lebih lengkap, valid, andal, dan objektif.

c) Mitigasi/Respon Terhadap Risiko


Mitigasi risiko merupakan tindakan atau respons terhadap risiko
yang terjadi selama siklus proyek atau merupakan suatu proses untuk
menentukan pilihan dan memutuskan tindakan berupa proses, metode,
ataupun strategi untuk mengurangi potensi dan dampak risiko.
Menurut Flanagan dan Norman, (1993) dalam Norken et. al (2015)
mitigasi risiko dilakukan dalam beberapa cara yaitu dengan menahan,
mengurangi, mengalihkan dan menghindari risiko.
1) Menahan Risiko (Risk Retention)
Suatu bentuk penanganan risiko yang ditahan atau diambil oleh para
pihak terkait. Cara ini biasanya digunakan bila risiko yang dihadapi
tidak mengakibatkan kerugian yang signifikan, kemungkinan kerugian
kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi risiko tersebut
tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
2) Mengurangi risiko (risk reduction)
Merupakan tindakan untuk mengurangi risiko yang mungkin terjadi
dengan cara mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja untuk
menangani risiko, mengadakan perlindungan terhadap kemungkinan
kerugian, mengadakan perlindungan terhadap orang dan properti.
3) Memindahkan risiko (transfer risiko)
Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan risiko sebagian atau
seluruhnya kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan untuk
mengendailkan risiko.
4) Penghindaran risiko (risk avoidance)
Menghindari risiko yaitu tidakan untuk menghindai konsekuensi dari
risiko dengan menghindari risiko yang memiliki konsekuensi yang
tinggi.
7. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
a) Studi Literatur
Menurut Boby Rahman dan Ega Selviyanti, (2018), studi
kepustakaan adalah teknik yang dilakukan untuk mengungkap berbagai
teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/ diteliti
sebagai bahan acuan dalam pembahasan hasil penelitian.
b) Wawancara (Interview)
Menurut Saleh, Sirajudin, (2017), wawancara (interview) adalah
suatu bentuk komunikasi secara lisan atau percakapan langsung yang
bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan peneliti. Atau
juga merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan sesi
tanya jawab antara peneliti dan subjek penelitian (informan). Pewawancara
membutuhkan kreativitas karena hasil wawancara tergantung pada
kemampuan peneliti untuk menemukan, merekam, dan
menginterpretasikan jawabannya.
c) Observasi
Menurut Saleh, Sirajudin, (2017), observasi (pengamatan)
mengamati secara langsung kepada objek penelitian, dengan mencatat
peristiwa dan perilaku secara alami, orisinal dan spontan dalam jangka
waktu tertentu, serta memperoleh data yang akurat.
d) Populasi dan Sampel (Responden)
Populasi didefinisikan sebagai suatu wilayah yang terdiri dari
objek/subyek yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu yang
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik
kesimpulannya. Padahal sampel adalah bagian dari populasi (Sugiyono,
2014 dalam Saleh, Sirajudin, 2017). Sedangkan responden merupakan
subjek penelitian yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
e) Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Saleh, Sirajudin, 2017, Teknik pengambilan Sampel
merupakan suatu proses/teknik yang digunakan untuk mengambil sampel
pada suatu penelitian. Dalam Teknik pengambilan sampel ada beberapa
metode yang digunakan dalam pengambilan sampel diantaranya yaitu:
1) Simple Random Sampling
Merupakan pengambilan sampel yang paling sederhana karena dalam
mementukan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan stata yang ada pada populasi.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Menurut Tiro dan Arbianingsih (2011), dalam Saleh, Sirajudin,
(2017), pengambilan sampel yang digunakan bila populasi terdiri dari
beberapa kelompok atau golongan yang memiliki susunan bertingkat.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik pengambilan sampel dengan menentukan jumlah sampel jika
populasinya bertingkat (berstrata) tetapi kurang proporsional
(seimbang).
4) Systematic Sampling
Menurut Sugiono (2014), dalam Saleh, Sirajudin, (2017), merupakan
teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota populasi yang
diberi nomor urut. Misalnya, populasi terdiri dari 100 orang, dari
semua anggota tersebut diberi nomor urut dari nomor 1 sampai nomor
100.
5) Quota Sampling
Merupakan Teknik pengambilan sampel dengan menentukan sampel
dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu sampai jumlah
kuota yang diinginkan.
6) Incidental Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan suatu
kejadian. Dimana anggota sampel didasarkan pada anggota populasi
yang kebetulan bertemu dengan peneliti ketika dianggap layak untuk
digunakan sebagai sumber data.
7) Purporsive Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik
yang ditentukan oleh elemen populasi sasaran yang disesuaikan
dengan tujuan atau masalah pada penelitian.

8) Pengambilan Sampel Jenuh


Merupakan teknik pengambilan sampel bila semua anggota populasi
dijadikan sampel penelitian. Menurut Sugiyono, (2014), dalam Saleh,
Sirajudin, (2017), pengambilan sampel jenuh jenuh merupakan teknik
yang digunakan jika populasinya sangat kecil, kurang dari 30 orang,
atau istilah lain untuk sampel jenuh adalah sensus dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
9) Snowball Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel yang awalnya kecil jumlahnya
kemudian menjadi besar seperti bola salju bergulir yang lama-lama
bentuknya menjadi besar.
f) Skala Guttman
Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. Menurut
Sugiyono, (2009), dalam Irma Sofiana (2021), yaitu berupa skala
kumulatif yang mengukur satu dimensi saja dari satu variabel
multidimensi, sehingga skala ini termasuk skala yang memiliki sifat tidak
mengenal dimensi atau tanpa dimensi.
Skala Guttman, juga dikenal sebagai metode scalogram, digunakan
untuk memperoleh jawaban dari responden yang bersifat tegas dan jelas,
misalkan jawaban “ya atau tidak”, “benar atau salah”, “positif atau
negatif”, “yakin atau tidak yakin, “ stuju atau tidak setuju” dan sebagainya.
Sehingga cocok digunakan untuk ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan sebuah instrumen. Instrumen yang valid memiliki validitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki produktivitas
yang rendah. Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang
diinginkan. Adapun skoring perhitungan dalam skala Guttman adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2. Skoring Skala Guttman

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban


Positif Negatif
Ya 1 0
Tidak 0 1

Tabel 2.3. Tabel Kuesioner Skala Guttman

Kode Tidak
Variabel Risiko Setuju
Risiko Setuju
Risiko Terhadap Proses Proyek Konstruksi
V1 Cuaca yang tidak menentu

Data yang diperoleh berupa data dua alternatif pilihan, misalkan


sikap responden yang setuju dengan pernyataan yang diberikan di beri
skor 1 positif, dan yang tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan
diberi skor 1 negatif. Langkah-langkah membuat Skala Guttman adalah
sebagai berikut:
1) Menyususn sejumlah pernyataan yang sesuai denganmasalah yang
diteliti,
2) Melakukan penyebaran kuesioner dari pernyataan yang telah disusun
kepada responden terpilih,
3) Jawaban yang diperoleh dianalisis dan jawaban ekstrim tidak disetujui
atau dibuang. Jawaban ekstrim adalah jawaban yang disutujui atau
tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden.
4) Menyusun jawaban dengan membuat table Guttman.
5) Menghitung koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
g) Severity Index (SI)
Menurut Benhart E. Situmorang, et.al, (2018) metode Severity
Index (SI) merupakan metode yang bertujuan untuk memperoleh hasil
kombinasi antara penilaian probabilitas dan dampak risiko. Tabel 2.3,
merupakan tabel penilaian menggunakan metode Severity Index (SI).
Tabel 2.3. Tabel Penilaian Metode Severtiy Index (SI) Terhadap
Probabilitas

Probabilitas SI
No Variabel Risiko Total Kategori
SJ J C S SS (%)
a b c d e f
Cuaca yang tidak
V1
menentu
Terjadinya bencana
V2
alam

Tabel 2.4. Tabel Penilaian Metode Severtiy Index (SI) Terhadap Dampak

Dampak SI
No Variabel Risiko Total Kategori
SJ J C S SS (%)
a b c d e f
Cuaca yang tidak
V1
menentu
Terjadinya bencana
V2
alam

Keterangan tabel
Kolom a = Kode Risiko
Kolom b = Variabel Risiko
Kolom c = Jumlah responden yang menilai sesuai dengan skala
Kolom d = Total jumlah responden
Kolom e = hasil analisis menggunakan SI
Kolom f = Kategori risiko dari SI
Menurut Majid dan MoCffer, (1997) dalam Benhart E.
Situmorang, et.al, (2018) menjelaskan skala penilaian probabiliats dan
dampak (SI) adalah sebagai berikut
Sangat Jarang/ Sangat rendah (SJ/SR) = 0,00 ≤ SI < 12,5
Jarang/Rendah (J/R) = 12,5 ≤ SI < 37,5
Cukup/Sedang (C/S) = 37,5 ≤ SI < 62,5
Sering/Tinggi (S/T) = 62,5 ≤ SI < 87,5
Sangat Sering/Tinggi (SS/ST) = 87,5 ≤ SI < 100
Perhitungan data menggunakan metode Severity Index (SI) menggunakan
rumus sebagai berikut:

ai. xi
SI ¿ x 100 (Rumus.....................................................................2.1)
4 xi
Dimana,
a i = Konstata Penilaian
x i = Frekuensi Respoden
i = 0, 1, 2, 3, 4, . . . . . ,n
Dengan
a0 = 0 x 0 = untuk jawaban SJ (Sangat Jarang)
a1 = 1 x 1 = untuk jawaban J (Jarang)
a2 = 2 x 2 = untuk jawaban C (Cukup)
a3 = 3 x 3 = untuk jawaban S (Sering)
a4 = 4 x 4 = untuk jawaban SS (Sangat Sering)

h) Matriks Probabilitas dan Dampak (Probability Impact Matrix)


Menurut Sufa`atin, (2017), PIM (Probability Impact Matrix)
merupakan salah satu metode untuk menganalisis risiko secara kualitatif
dari kemungkinan munculnya risiko. Penilaian risiko dilakukan
berdasarkan mengalikan peluang/probabilitas dan konsekuensi/dampak.
Hal ini dilakukan untuk memberikan penilaian pada probabilitas setiap
risiko dan dampaknya dalam membuat skala indeks. Untuk mengukur
tingkat risiko digunakan perhitungan menggunakan rumus:

R=PxI (Rumus…………………………………….……………..2.2)
Keterangan
R = Tingkat Risiko
P = Kemungkinan risiko terjadi
I = Tingkat dampak risiko yang terjadi
Skala Indeks pada metode ini tertera pada tabel 2.4.
Tabel 2.5. Tabel Skala Indeks PIM (Probability Impact Matrix)

Dampak
Skala Probabilitas
(Waktu, Mutu, biaya)
ST dampak yang sangat signifikan
>70%
(Sangat Tinggi) terahdap waktu, mutu dan biaya
T dampak signifikan pada keseluruhan
51% – 70%
(Tinggi) waktu, mutu dan biaya
S
21% – 51% beberapa dapmapk diarea utama
(Sedang)
R dampak kecil pada keseluruhan
5% – 20%
(Rendah) waktu, mutu dan biaya
SR
1% – 4% dampak kecil pada area skunder
(Sangat Rendah)

Tabel 2.6. Matriks Risiko

0.9 ST
0.7 T
Probabilitas 0.5 S
0.3 R
0.1 SR
SR R S T ST
0.05 0.1 0.2 0.4 0.8
Dampak

Tabel 2.7. Skala Indeks Probabilitas

Indeks Nilai Probabilitas


ST = Sangat Tinggi 0.9 Selalu terjadi
T = Tinggi 0.7 Sering terjadi
S = Sedang 0.5 Kadang terjadi
R = Rendah 0.3 Jarang terjadi
SR = Sangat Rendah 0.1 Sangat jarang terjadi

Tabel 2.7. Skala Indeks Dampak


Indeks Nilai Probabilitas
ST = Sangat Tinggi 0.8 Sangat merugikan sekali
T = Tinggi 0.4 Kerugian besar
S = Sedang 0.2 Cukup merugikan
R = Rendah 0.1 Kerugian kecil
SR = Sangat Rendah 0.05 Kerugian dapat diabaikan

C. Kerangka Pemikiran
Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa manajemen
risiko sangat penting diterapkan oleh kontraktor pelaksana sebagai perusahaan
yang bergerak dalam bidang industri jasa konstruksi. Penerapan manajemen risiko
yaitu dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko, menganalisa dan memberi
tanggapan atau respon dari risiko yang terjadi. Dimana manajemen risiko
diterapkan dengan tujuan untuk meminimalisir, mengurangi atau bahkan
menghilangkan dampak risiko yang terjadi pada suatu pelaksanaan proyek
konstruksi sehingga proyek konstruksi dapat mencapai kesuksesan/keberhasilan
membangun bangunan atau infrastuktur.
Keberhasilan suatu proyek kontruksi ditandai dengan kesesuaian
penggunaan waktu, mutu dan biaya yang telah direncanakan. Waktu, mutu dan
biaya merupakan suatu batasan-batasan yang telah direncanakan untuk dapat
diterapkan dalam pelaksanaan proyek kontruksi. Ketiga batasan tersebut bersifat
tarik menarik satu sama lain, dimana apabila waktu proyek tidak sesuai maka akan
berakibat naiknya biaya proyek, tetapi apabila biaya proyek ditekan maka akan
berdampak pada kualitas/mutu dan waktu proyek.
Dalam penelitian ini hanya membahas satu dari tiga unsur penunjang
keberhasilan proyek, yaitu unsur waktu.dengan berbekal manajemen risiko dan
teori-teori diatas penulis menganggap bahwa penerapan manajemen risiko dapat
meningkatkan kinerja waktu proyek kontruksi.

(X) Dampak dari Sumber Risiko

(X1) Alam
(X2) Ekonomi dan Finansial
(X3) Alat dan Bahan PX
Kinerja Waktu
(X4) Sumber Daya Manusia
(X5) Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek
Pekerjaan
(X6) Politik, Sosial danLingkungan
(X7) Manajemen
(X8) Kontrak dan Perizinan
(X9) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keterangan:
X = Sumber Risiko
PX = Pengaruh dampak dari sumber-sumber risiko terhadap kinerja waktu proyek

D. Hipotesis
Dari pembahasan diatas, maka hipotesis yang sesuai dengan judul
penelitian “Analisis Manajemen Risiko Pada Proyek Gedung Convention Hall
Dan Menara Pandang Purwokerto” terhadap kinerja waktu proyek konstruksi
adalah “Dampak dari sumber risiko berpengaruh terhadap kinerja waktu
proyek kontruksi”

Menurut Labombang, Mastura. (2011), Jika risiko itu terjadi, maka akan
berdampak pada gangguan kinerja proyek secara keseluruhan sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada biaya, waktu dan kualitas pekerjaan.
Menurut Deddy Kurniawan, (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan
bahwa terdapat berbagai risiko yang mempunyai dampak terhadap waktu
pelaksanaan konstruksi Gedung secara swakelola pada proyek pembangunan RKB
sekolah di Bukittinggi. Risiko dominan tersebut adalah:
1. Kemampuan dan kecakapan pelaksanaan
2. Terbatasnya waktu pelaksanaan proyek
3. Manajemen proyek yang kurang berpengalaman
4. Perpanjangan
5. Gangguan cuaca
6. Tenaga kerja dan produktifitas peralatan
7. Perkiraan Bill of Quantity yang kurang akurat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor
risiko dominan pada proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang
Purwpkerto dengan menggunakan metode Severity Index (SI) dan Matriks
Probabilitas dan Dampak yaitu dengan menentukan penanganan untuk
memprediksi faktor risiko yang dominan. Penentuan kriteria yang digunakan
dalam penelitian ini dengan menggunakan studi literatur atau referensi yang
mengacu pada penelitian yang sama yang akan dilakukan.

B. Data Proyek

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Gedung Convention Hall dan Menara Pandang
Purwokerto
Sumber: Google Earth, 2022

1. Nama Proyek Pembangunan Gedung Convention Hall dan


: Menara Pandang Purwokerto
Kawasan Jl. Ir. Soekarno, Kel. Kranji, Kec.
2. Lokasi Proyek : Purwokerto Timur, Kab. Banyumas.
3. Nilai
Kontrak :
Rp. 75.952.160.000]
4. Sumber Dana :
Hasil dari dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional)
5. Waktu
129 Hari Kalender
Pelaksanaan :
180 hari Kalender
6. Waktu
PT Krakatau Indah
Pemeliharaan :
Jl. Jend. Soedirman No. 850 Purwokerto, Kab.
7. Penyedia
Banyumas
Jasa :
8. Alamat Penyedia Jasa :

C. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


1. Identifikasi Masalah dan Penentuan Judul Skripsi
Tahap ini yaitu melakukan penentuan topik yang akan di bahas, membuat latar
belakang, dan merumuskan masalah. Semuanya dilakukan dengan studi
literature dari penelitian terdahulu dan mencari teori-teori yang sesuai dengan
topik yang akan diteliti yaitu manajemen risiko.
2. Survey dan Izin Lokasi Proyek
Tahap ini yaitu melakukan observasi lapangan dan identifikasi proyek yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian, apabila proyek sesuai dengan yang
ditentukan maka dilanjutkan dengan melakukan perizinan kepada pihak
kontraktor pelaksana yaitu kepada PT Krakatau Indah.
3. Penentuan Stategi Penelitian
Tahap ini yaitu tahap untuk mementukan metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini untuk mengetahui arah alur penelitian yang akan penulis
lakukan. Ditahap ini dilakukan studi literature penelitian-penelitian terdahulu.
4. Penyusunan Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian di tentukan selanjutnya adalah menyusun
instrument penelitian yang bertujuan untuk mendukung dan memperlancar
jalannya penelitian. Instrument yang di pilih yaitu studi literature penelitian
terdahulu, wawancara dan penyebaran kuesioner.
5. Uji Relevansi Variabel Risiko
Pada tahap ini, dilakukan uji relevansi risiko dari hasil studi literatur penelitian
terdahulu dan wawancara bersama dengan responden ahli terpilih. Yang
kemudian hasilnya dijadikan kuesioner Tahap 1 dan hasilnya kuesioner
dianalisis untuk menegtahui variabel risiko yang relevan menggunakan
metode Skala Guttman.
6. Pengumpulan Data.
Pada tahap ini, dilakukan proses pengumpulan data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer yaitu penyebaran kuesioner Tahap 2 untuk
memperoleh data yang diinginkan. Dan pengumpulan data sekunder dengan
meminta data proyek berupa time schedule dan struktur organisasi PT
Krakatau Indah.
7. Pengolahan Data (Analisis Risiko Menggunakan Metode Severity Index (SI).
Tahap ini dilakukan analissi risiko dari hasil kuesioner Tahap 2 menggunakan
metode Severity Index (SI).
8. Pengolahan Data (Analisis Tingkat Risiko menggunakan Metode PIM
(Probability Impact Matrix).
Tahap ini dilakukan untuk menganalisis tingkat risiko dari hasil analissi
metode Severity Index (SI) menggunakan metode PIM (Probability Impact
Matrix) dimanan nantinya akan diketahui tingkat risiko dominan yang terjadi
pada proye.
9. Tanggapan/Respon Risiko
Tahap ini dilakukan wawancara tahap akhir dengan responden ahli terpilih
untuk mengetahui tanggapan/respon dari risiko dominan yang terjadi pada
proyek.
10. Penarikan Kesimpulan dan Saran
Tahap ini yaitu tahap untuk menyimpulkan hasil dari semua proese penelitian
yang telah dilakukan dan memberi saran terhadap manajemen risiko pada
proyek yang dijadikan sebagai objek penelitian
D. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Analisis Manajemen Risiko Pada


Proyek Gedung Convention Hall Dan
Menara Pandang Purwokerto

Survey dan Izin Lokasi

Menentukan Strategi Penelitian

Penyususnan Instrumen Penelitian


(wawancara dan observasi)

Uji Relevansi Variabel Risiko


Menggunakan Metode Skala Guttman

Proses Pengumpulan Data

Data Primer Data Skunder


- Kuesioner - Time Schedule
- Wawancara - Struktur Organissasi
- Kontrak Proyek

A
A

Analisis Variabel Risiko menggunakan


Metode Severity Index (SI)

Analisis Tingkat Risiko menggunakan


Metode PIM (Probability Impact Matrix)
)

Menentukan Respon Risiko

Penarikan Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian

E. Penentuan Populasi dan Sampel


Dalam penelitian, populasi merupakan seluruh objek penelitian.
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk
menggambarkan atau menyimpulkan populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota struktur organisasi PT Krakatau
Indah yang ikut serta dalam melaksanakan pembangunan Gedung Covention Hall
dan Menara Pandang Purwokerto. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling pada orang-orang yang terkait langsung dengan
proyek sehingga mereka dianggap paling memahami risiko-risiko yang terjadi
terhadap kinerja waktu proyek. Dan juga metode pengambilan sampel jenuh
dimana teknik pengambilan sampel digunakan apabila semua anggota populasi
dijadikan sampel penelitian. Sehinggan responden sampel dalam penelitian ini
yaitu semua anggota struktur organisasi PT Krakatau Indah yang ikut serta dalam
melaksanakan pembangunan Gedung Covention Hall dan Menara Pandang
Purwokerto.

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan instrument penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat
atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Penggunaan
intrumen penelitian bertujuan untuk mendukung dan memperlancar jalannya
penelitian. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Literatur atau referensi pendukung
Literatur pendukung atau referensi yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain jurnal penelitian sebelumnya dan buku-buku tentang manajemen risiko
pada proyek konstruksi.
2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan risiko
penelitian terdahulu dan wawancara yang dilakukan dengan responden ahli
terpilih untuk menentukan risiko-risiko yang timbul pada proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Padang Purwokerto. Kuesioner ini nantinya di
3. Wawancara
Wawancara dilakukan pada awal penelitian dengan reponden ahli terpilih
untuk menentukan faktor risiko tambahan yang timbul pada proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Padang Purwokerto, dan pada tahap akhir
penelitian untuk menentukan tanggapan risiko dominan yang terjadi dalam
proyek.

G. Variabel Penelitian
Tujuan dari variabel penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor
risiko yang dominan yang terjadi pada saat pelaksanaan Proyek Gedung
Convention Hall dan Menara Padang Purwokerto.
Variabel dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur menggunakan
jurnal ilmiah penelitian terdahulu, observasi, dan wawancara semi terstruktur
tentang manajemen risiko pada proyek Gedung Convention Hall dan Menara
Padang Purwokerto. Yang nantinya digunakan sebagai identifikasi risiko
kuesioner dan disebarkan kepada responden sebagai penyebaran kuesioner Tahap
1.

H. Sumber Data
Data adalah fakta-fakta yang masih mentah dan belum dianalisis seperti
angka, nama, uraian dan sebagainya. Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam
untuk menunjang keakuratan hasil penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari objek yang diteliti. Adapun data primer yang digunakan pada penelitian
ini yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, penyebaran
kuesioner kepada responden terpilih mengenai risiko-risiko yang terjadi pada
proyek Gedung Convention Hall dan Menara Padang Purwokerto.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dari pihak lain. Adapun
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:
a) Time schedule
b) Struktur organisasi proyek

I. Teknik Analisa Data (Metode Pengembangan Sistem)


1. Uji Relevansi Variabel Risiko
Uji relevansi variabel risiko merupakan cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi variabel risiko yang relevan. Untuk mendapatkan hasil yang
mewakili jawaban responden, dilakukan analisis dengan menggunakan Skala
Guttman.
Berikut ini adalah tabel Skala Guttman:
Tabel 3.1 Tabel Kuesioner Skala Guttman

Kode Tidak
Variabel Risiko Setuju
Risiko Setuju
Risiko Terhadap Proses Proyek Konstruksi
V1 Cuaca yang tidak menentu

Dalam uji relevansi menggunakan metode Skala Guttman hasil


jawaban dari responden dapat digunakan skor tertinggi “satu” dan skor
terendah “nol”, kemudian jawaban yang sudah diperoleh selanjutnya
dianalisis, dan variabel yang memperoleh jawaban yang ekstrim dibuang atau
tidak digunakan, variabel yang memperoleh jawaban ekstrim adalah variabel
yang memperoleh jawaban tidak distujui lebih dari 80% responden. Alternatif
jawaban pilihan dalam kuesioner penelitian ini disuse dengan menentapkan
kategori setiap pernyataan positif, yaitu Setuju = 1 dan Tidak setuju = 0, dan
untuk pernyataan negative, Setuju = 0 dan Tidak Setuju = 1.
2. Analisa Variabel Risiko
Data yang diperoleh pada kuesioner Tahap 2 dianalisis untuk
memperoleh hasil yang mewakili jawaban responden. Langkah pertama adalah
melakukan analisis menggunakan metode Severity Index (SI). Severity Index
(SI) digunakan untuk menentukan prosentase probabilitas dan dampak,
sehingga dengan metode ini variabel risiko dapat dikategorikan berdasarkan
probabilitas dan dampak. Metode Severity Index (SI) dipakai untuk
menentukan nilai P (Probability) dan I (Impact).
Menurut Nur Maliki, Imam, (2016), keunggulan metode Severity
Index (SI) adalah dapat mempermudah dalam pengaplikasian data-data
penelitian. Metode Severity Index (SI) juga lebih baik digunakan dibandingkan
menggunakan metode nilai mean dan metode Variance. Hal tersebut
disebabkan karena Severity Index lebih akurat dan konsisten terhadap jawaban
dari responden (Faisal dan Arif, 2009, dalam Yahya dan Salimah, 2020).
Cara menganalisis data menggunakan metode ini yaitu dengan rumus
perhitungan sebagai berikut:
ai. xi
SI ¿ x 100 (Rumus.....................................................................…3.1)
4 xi
Dimana,
a i = Konstata Penilaian
x i = Frekuensi Respoden
i = 0, 1, 2, 3, 4, . . . . . ,n
Dengan
a0 = 0 x 0 = untuk jawaban SJ (Sangat Jarang)
a1 = 1 x 1 = untuk jawaban J (Jarang)
a2 = 2 x 2 = untuk jawaban C (Cukup)
a3 = 3 x 3 = untuk jawaban S (Sering)
a4 = 4 x 4 = untuk jawaban SS (Sangat Sering)
Kemudian klasifikasi dari skala penilaian frekuensi diubah menjadi
skala penilaian probabilitas dan dampak dengan penilaian sebagai berikut:

Sangat Jarang/ Sangat rendah (SJ/SR) = 0,00 ≤ SI < 12,5


Jarang/Rendah (J/R) = 12,5 ≤ SI < 37,5
Cukup/Sedang (C/S) = 37,5 ≤ SI < 62,5
Sering/Tinggi (S/T) = 62,5 ≤ SI < 87,5
Sangat Sering/Tinggi (SS/ST) = 87,5 ≤ SI < 100
Setelah memeproleh kategori probabilitas dan dampak, maka bisa
dilanjutkan dengan analisis tingkat risiko dominan. Tingkat nilai risiko
dominan ini diperoleh dengan mengalikan nilai probabilitas dan dampak
didalam matriks probabilitas dan dampak. Penelitian ini menggunakan metode
Severity Index (SI) sebagai alat untuk memudahkan perhitungan data hasil
kuesioner. Kemudian diubah menjadi tabel matriks probabilitas dan efek
(probability effect matrix).
3. Analisis Tingkat Risiko Dominan
Setelah diketahui bobot probabilitas dan dampak dari masing-masing
variabel risiko, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Probability
and Impact Matrix
Matriks probabilitas dan dampak digunakan untuk mengukur tingkat
risiko dominan. Tingkat risiko dominan diperoleh dari perkalian skor
probabilitas dan skor dampak yang diperoleh dari responden yang dianalisis
menggunakan metode Severity Index (SI) rumus yang digunakan untuk
mengukur tigkat risiko dominan adalah sebagai beriku:
R=PxI (Rumus…………………………………….…………………..3.2)
Keterangan
R = Tingkat Risiko
P = Kemungkinan risiko terjadi
I = Tingkat dampak risiko yang terjadi
Setelah mengetahui tingkat risiko untuk setiap variabel, kemudian
dapat diplotkan risiko dalam matriks probabilitas dan dampak untuk
mengetahui variabel risiko mana yang memiliki risiko paling dominan dan
berdampak paling besar pada proyek. Berikut adalah gambar matriks
probabilitas dan dampak:

0.9 ST
0.7 T
Probabilitas 0.5 S
0.3 R
0.1 SR
SR R S T ST
0.05 0.1 0.2 0.4 0.8
Dampak

Tabel 3.2 Skala Indeks Probabilitas

4. Tanggapan atau Respon Risiko Dominan


Apabila semua langkah diata sudah dilakuakan dan diperoleh risiko
dominan yang terjadi pada proyek Gedung Convention Hall dan Menara
Padang Purwokerto, maka selanjutnya adalah memerikan tanggapan atau
respon dari masing-masing risiko dominan yang terjadi. Untuk mengetahui
respon dari risiko yang terjadi pada proyek Gedung Convention Hall dan
Menara Padang Purwokerto yang dilakukan adalah dengan melakukan
wawancara dengan responden ahli terpilih dari PT Krakatau Indah sebagai
kontraktor pelaksana proyek Gedung Convention Hall dan Menara Padang
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai