Lokasi pekerjaan ini berada di Jl. Soekarno Hatta No.12, Kota Alam, Kec. Kotabumi Sel.,
Kabupaten Lampung Utara. Lokasi pekerjaan ini sebelumnya merupakan Sekolah Perawat
Kesehatan (setingkat SMA) Pada tahun 1999 menjadi Akademi Keperawatan, dan pada 2000
bergabung menjadi salah satu prodi pada Politeknik Kesehatan Tanjung karang.
Bangunan ini langsung menghadap ke Jalan Nasional Soekarno Hatta Kotabumi yang
padat akan permukiman dan lalu lintas kendaraan. Konstruksi seperti ini memiliki tingkat
resiko yang tinggi, dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap
pengoperasian bangunan. Untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi pencapaian
tujuan fungsional suatu proyek konstruksi, diperlukan manajemen resiko terhadap resiko-
resiko yang ada, sehingga kerugian yang terjadi masih dalam batas-batasyang dapat diterima.
Keterlambatan proyek merupakan salah satu resiko yang harus dicegah. Keterlambatan
proyek dapat didefinisikan sebagai terlewatnya batas waktu penyelesaian dari waktu
yang telah ditentukan dalam kontrak, atau dari waktu yang disetujui oleh pihak-pihak
terkait dalam penyelesaian suatu proyek.
Sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan pencapaian proyek konstruksi, tentu saja
sebuah proyek harus memiliki target batasan penyelesaian. Hal ini bisa dilakukan dengan
penjadualan kegiatan yang terarah dan pengaturan waktu yang baik dalam proses
1
pelaksanaan proyek konstruksi. Seluruh rangkaian kegiatan diatur secara sistematis disertai
dengan keterangan mengenai waktu dimulai dan diakhirinya kegiatan pelaksaan proyek
dengan jelas.
2
Manfaat dari penjadualan proyek dibagi menjadi dua, yaitu manfaat penjadualan bagi
pemilik proyek dan manfaat penjadualan bagi pelaksana. Manfaat penjadualan bagi pemilik
proyek antara lain :
Pada proses penjadualan proyek terdapat 5 (lima) metode yang dapat digunakan antara lain
:
1. Bar Chart
2. Network Planning
3. PERT
4. LOB
3
5. Kurva S.
4
Sementara itu teknik penjadualan proyek sendiri terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Gannt
Chart
dan Network Planning.
Penjadualan kegiatan proyek sangatlah penting, apabila pembuatan jadual salah maka
pelaksanaan tidak berjalan lancar dan mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi gagal.
Oleh karena itu, diperlukan orang yang berpengalaman dalam penjadualan pada
pelaksanaaan proyek. Untuk mencegah kegagalan proyek konstruksi diperlukan manajemen
resiko terhadap resiko-resiko yang ada.
Analisis resiko adalah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk
menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi
tersebut. Menurut Godfrey (1996) analisis resiko yang dilakukan secara sistematis dapat
membantu untuk: (1) mengidentifikasi, menilai, dan meranking resiko secara jelas; (2)
memusatkan perhatian pada resiko utama (major risk); (3) memperjelas keputusan tentang
batasan kerugian; (4) meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling
buruk; (5) mengontrol aspek ketidakpastian dalam proyek; (6) memperjelas dan menegaskan
peran setiap orang/badan yang terlibat dalam manajemen resiko. Sedangkan teknik analisis
resiko dapat berupa analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif.
Kategori resiko dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu resiko tingkat utama (major risk)
yang memiliki dampak besar dan luas sehingga memerlukan pengelolaan dan minor risk
yang merupakan resiko yang tidak memerlukan pengelolaan dan penanganan khusus karena
resiko dalam batas yang dapat diterima. Untuk mengelola resiko harus dilakukan secara
komprehensif melalui pendekatan manajemen resiko, yang meliputi :
5
Penetapan Konteks
Analisis Resiko
Evaluasi Resiko
Pengendalian
Pada tahap penetapan konteks konsultan diberikan arahan mengenai fungsi dan biaya yang
diizinkan oleh pemilik proyek sehingga menghasilkan desain yang sesuai dengan keinginan
owner.
Kinerja waktu berkaitan dengan manajemen waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pemilihan alat yang tepat dan efektif
akan mempengaruhi kecepatan proses konstruksi, pemindahan atau distribusi material
dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Menurut Oyfer (2002), untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan konstruksi tidak
mudah, kadangkala sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai
faktor. Perilaku manusia juga berperan signifikan, demikian dikemukakan oleh
Vicknasyon (2003),
80% dari total kegagalan konstruksi dimungkinkan penyebabnya factor manusia. Riset yang
dilakukan Oyfer (2002) menyatakan hal seperti itu di Amerika disebabkan oleh faktor
konstruksi (54%), desain (17%), perawatan (15%), material (12%) dan hal yang tak terduga
(2%).
6
Fakta-fakta menunjukkan bahwa tidak mudah menemukan sumber kegagalan dengan tepat,
karena kejadiannya disebabkan oleh banyak hal yang berkaitan satu sama lain. Dari berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan utama disebabkan oleh kesalahan yang
berasal dari manusia (human error), seperti ketidaktahuan, kesembronoan/kelalaian, kurang
perhatian, komunikasi yang buruk, ketidakjelasan tanggung jawab, ketamakan/ korupsi dan
birokratis.
Dalam proyek pembangunan gedung hotel dan apartemen Golden Tulip by Springhill ini
populasi yang diambil yaitu, pihak pelaku konstruksi pelaksana mulai dari Owner,
Kontraktor, dan Konsultan dan responden yang dituju sebagai sampel adalah : Project
Manager, Site Engineer Manager, Site Operational Manager, dan Engineer. Berikut adalah
diagram langkah-
langkah yang dilakukan dalam menganalisis resiko pembangunan proyek
ini.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Identifikasi Resiko
a. Studi literatur
b. Survei dan Wawancara
c. Observasi
Analisis Resiko
a. Pengolahan data
1. Uji validasi
2. Uji realibitas
3. Mean
4. Ranking
b. Penilaian tingkat resiko
7
Process : Perform qualitative risk analysis
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh responden akan dijelaskan mengenai
penilaian terhadap tingkat resiko pembangunan gedung hotel yang mempengaruhi
penentuan waktu proyek dengan memperhitungkan peluang, dampak serta angka tingkat
resiko yang terlampir pada tabel dibawah ini
Adanya pergantian
A1 pejabat daerah berakibat 5 4 20
pada pengambilan
keputusan
8
A Owner P Dampak Tingkat Resiko
Kesulitan pengaturan
A4 4 4 16
perijinan
A7 Keterlambatan pembayaran 4 4 16
Ketidaksesuaian antara
A8 volume pekerjaan di 5 5 25
lapangan dan di gambar
Ketidaktepatan waktu
A9 pemesanan bahan 4 5 20
Keterlambatan mobilisasi
A10 peralatan 3 5 15
7
B Kontraktor P Dampak Tingkat Resiko
Kurangnya koordinasi antar
B5 pihak yang terlibat di 3 4 12
dalam proyek
B6 Masalah komunikasi 3 4 12
B7 Manajemen K3 yang buruk 3 4 12
Prosedur manajemen Mutu
B8 5 4 20
yang tidak sesuai
Perubahan desain dan
B9 5 4 20
spesifikasi
Change order (perubahan
dalam proyek konstruksi yang
meliputi pergantian,
B10 pengurangan, penambahan 5 4 20
atau penghilangan pekerjaan
setelah kontrak
ditandatangani)
B11 Desain yang kurang lengkap 4 4 16
B12 Kegagalan peralatan 3 4 12
Kekurangan tenagar kerja
B13 3 4 12
akibat mogok kerja
C3 Gangguan keamanan 3 3 9
Perform Quantitative Risk Analysis merupakan proses numerik untuk menganalisis pengaruh
resiko yang teridentifikasi pada tujuan proyek secara keseluruhan. Untuk melakukan proses
ini diperlukan masukan. Masukan tersebut termasuk rencana manajemen resiko, daftar
resiko, faktor lingkungan perusahaan, rencana manajemen biaya, dan aset organisasi yang
digunakan untuk menghasilkan pembaruan dokumen proyek.
Umumnya, proses manajemen proyek ini digunakan pada resiko yang telah diidentifikasi
dan diprioritaskan oleh proses Perform Qualitative Risk Analysis yang secara
substansial
8
berdampak pada tuntutan permintaan pada proyek. Dengan demikian, proses ini digunakan
untuk menganalisis pengaruh resiko pada tujuan proyek. Selain itu, digunakan untuk
mengevaluasi hal apa saja dari resiko yang mempengaruhi penentuan waktu proyek yang
menimbulkan keterlambatan dan memberikan peringkat prioritas numerik untuk resiko
setiap responden.
Berdasarkan tabel angka tingkat resiko kita dapat mengetahui jenis tingkat resiko apa saja
yang terjadi dalam pembangunan proyek gedung hotel dan apartmen Golden Tulip sehingga
mempengaruhi penentuan waktu selesai proyek.
9
A Owner Kategori Respon resiko
10
B Kontraktor Kategori Respon resiko
B6 Masalah komunikasi Moderat Mitigasi
B7 Manajemen K3 yang buruk Moderat Mitigasi
Prosedur manajemen Mutu yang
B8 Tinggi Dihindari
tidak sesuai
11
Tabel 3. Hasil Uji Reabilitas pada 11 Faktor Resiko
Tingkat
No Variabel Resiko Keandalan
Dari 11 faktor resiko yang diuji tidak ada yang kurang reliabel, sehingga variabel tersebut
dapat melanjutkan ke tahap berikutnya untuk mengetahui ranking resiko yang paling riskan
terhadap waktu tetapi variabel yang tidak valid harus di buang.
Tingkat Respon
A Owner P Dampak Kategori Ranking
Resiko resiko
Ketidaksesuaian
antara volume
A8 pekerjaan di 5 5 25 Tinggi Dihindari 1
lapangan dan di
gambar
Perubahan desain
dan teknis
pekerjaan akibat
A6 penyesuaian 5 4 20 Tinggi Dihindari 2
dengan kondisi di
lapangan
12
Tingkat Respon
A Owner P Dampak Kategori Ranking
Resiko resiko
Adanya pergantian
pejabat daerah
A1 berakibat pada 5 4 20 Tinggi Dihindari 3
pengambilan
keputusan
Ketidaktepatan
A9 waktu pemesanan 4 5 20 Tinggi Dihindari 4
bahan
Terjadinya bencana
A2 alam (Gempa 4 4 16 Tinggi Dihindari 5
bumi, banjir)
Kesulitan
A4 pengaturan 4 4 16 Tinggi Dihindari 6
perijinan
Keterlambatan
A7 4 4 16 Tinggi Dihindari 7
pembayaran
Keterlambatan
A10 mobilisasi 3 5 15 Moderat Mitigasi 8
peralatan
Kekurangan bahan
A11 3 5 15 Moderat Mitigasi 9
konstruksi
Jadual pelaksanaan
pekerjaan yang
bersamaan dengan
Pilkada (baik dari
tingkat Kepala
A3 3 4 12 Moderat Mitigasi 10
Desa, Camat
ataupun Kepala
Daerah) berakibat
mundurnya jadual
pelaksanaan
Perubahan nilai
A5 mata uang 3 3 9 Rendah Diterima 11
13
Tingkat Respon
B Kontraktor P Dampak Kategori Ranking
Resiko resiko
Keterlambatan
memecahkan
B3 5 4 20 Tinggi Dihindari 1
masalah dalam
kontraktor
Kurangnya
B4 pengalaman 5 4 20 Tinggi Dihindari 2
manajer proyek
Prosedur
manajemen
B8 Mutu yang tidak 5 4 20 Tinggi Dihindari 3
sesuai
Perubahan
B9 desain dan 5 4 20 Tinggi Dihindari 4
spesifikasi
Change order
(perubahan
dalam proyek
konstruksi yang
meliputi
pergantian,
B10 pengurangan, 5 4 20 Tinggi Dihindari 5
penambahan
atau
penghilangan
pekerjaan
setelah kontrak
ditandatangani)
Metode
konstruksi yang
tidak tepat
sehingga
B1 4 4 16 Tinggi Mitigasi 6
menimbulkan
kesalahan
selama
pelaksanaan
Desain yang
B11 kurang lengkap 4 4 16 Tinggi Dihindari 7
Masalah
B2 koordinasi 3 4 12 Moderat Mitigasi 8
Kurangnya
koordinasi antar
B5 pihak yang 3 4 12 Moderat Mitigasi 9
terlibat di dalam
proyek
14
Tingkat Respon
B Kontraktor P Dampak Kategori Ranking
Resiko resiko
Masalah
B6 komunikasi 3 4 12 Moderat Mitigasi 10
Manajemen K3
B7 3 4 12 Moderat Mitigasi 11
yang buruk
Kegagalan
B12 3 4 12 Moderat Mitigasi 12
peralatan
Kekurangan
tenagar kerja
B13 3 4 12 Moderat Mitigasi 13
akibat mogok
kerja
Tingkat Respon
C Masyarakat P Dampak Kategori Ranking
Resiko resiko
Masalah
C1 pembebasan 3 4 12 Moderat Mitigasi 1
lahan
Pencurian
peralatan dan
C2 material 3 4 12 Moderat Mitigasi 2
proyek
Gangguan
C3 3 3 9 Rendah Diterima 3
keamanan
Tindakan mitigasi resiko merupakan tindakan dari penanggulangan terhadap resiko dominan
(major risk) yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek konstruksi. Tindakan
penanggulangan yang dilakukan sebatas meminimalisir dampak atau akibat yang terjadi,
bukan utnuk menghilangkan resiko yang terjadi selama proses pelaksanaan proyek
konstruksi. Tindakan mitigasi dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dilapangan
Resiko yang signifikan terhadap waktu ada empat macam resiko. Resiko yang pertama
adalah
Peraturan safety yang dilanggar sehingga menimbulkan 5 jenis kerugian yaitu
kerusakan,
15
kekacauan, organisasi, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan cacat, dan kematian. Akibat
kecelakaan tersebut dampak terhadap waktu dapat disusun sebagai berikut :
1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang
luka.
2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin
tahu, rasa simpati, membantu menolong karyawan yang terluka.
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor atau pimpinan lainnya karena
membantu karyawan yang terluka, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar proses
produksi ditempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya
dengan memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru.
4. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena
kecelakaan tersebut.
Sehingga untuk mengurangi resiko tersebut adalah dengan cara memperkecil kejadian yang
membahayakan, memberikan alat pengaman yang lengkap, memberikan pendidikan
(training) hingga semua memahaminya, dan memberikan alat pelindung diri sesuai standar
pekerjaannya mulai dari pekerjaan berat hingga pekerjaan kecil.
Selanjutnya adalah resiko masalah koordinasi adapun penyebab terjadinya resiko ini adalah
kekacauan dan penyimpangan tugas dari yang seharusnya dilakukan karena kurang
komunikasinya antara pihak owner kontraktor dan konsultan sehingga tidak tercapainya
organinasi dengan baik. Sehingga yang dapat dilakukan adalah dengan cara saling
komunikasi antar pihak agar tidak salah dalam pelaksanaan pekerjaan yang sangat
berdampak terhadap waktu.
Resiko kekurangan tenaga kerja ini disebabkan karena beberapa faktor mulai dari safety
yang kurang baik sehingga karyawan yang bekerja takut dalam hal kecelakaan kerja yang
berakibat kematian, faktor kurangnya koordinasi sehingga ketika melaksanakan pekerjaan
selalu salah karena buruknya koordinasi, dan karyawan yang bekerja keluar agar
menghindari kesalahan yang berlebihan, untuk mengurangi resiko tersebut dapat dilakukan
dengan cara memperbaiki sistem K3 dan Koordinasi yang baik, karena faktor inilah yang
penting dalam proyek ini. Resiko kegagalan peralatan yang disebabkan oleh terlalu
diforsirnya penggunaan alat oleh pekerja serta usia dari alat itu sendiri. Resiko tersebut
dapat mengakibatkan pekerjaan yang menggunakan peralatan tersebut terganggu ataupun
terhenti. Sehingga respon yang dapat dilakukaan untuk mengurangi ataupun
16
menghilangkan resiko tersebut adalah dengan cara mengontrol servis berkala pada
peralatan yang ada, mengontrol kalibrasi terhadap peralatan
17
yang telah jatuh tempo masa validasinya, ataupun dapat membeli atau meminjam peralatan
yang baru.
Dari data yang didapatkan terdapat 30 variabel resiko yang relavan pada pengerjaan proyek
Hotel dan Apartemen Golden Tulip bu Springhill, variabel-variabel resiko tersebut terbagi
dalam 11 kelompok, yaitu : Resiko Material, Resiko Peralatan, Resiko Finansial, Resiko
Metode Konstruksi, Resiko Manajemen, Resiko Kontrak, Resiko Kondisi Lapangan, Resiko
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Resiko Peristiwa Alam, Resiko Tenaga Kerja dan
Tenaga Ahli, Resiko Kebijakan Pemerintah.
Menganalisa resiko yang dominan pada proyek ini adalah dengan menggunakan tabel
Frekuensi × Dampak, kemudian penilaian dampak resiko terhadap aspek waktu. Dari analisa
tersebut didapatkan variabel resiko yang kemungkinan besar terjadi dan menimbulkan
dampak yang signifikan terhadap waktu.
Kesimpulan
Pentingnya Analisa Manajemen Resiko terhadap penyusunan waktu pelaksanaan proyek
adalah kita dapat mengurangi atau menghilangkan ketidakpastian. Dengan Analisa resiko
yang baik terhadap penyusunan waktu pelaksaan (schedule) proyek apa yang harus
dikerjakan, kapan harus dikerjakan, sumberdaya apa yang diperlukan, dan apa yang menjadi
target dari kegiatan tersebut menjadi jelas bagi setiap orang. Jika tidak adanya Analisa
Manajemen Resiko terhadap penyusunan waktu pelaksanaan proyek maka akan rentan pada
manajemen yang kacau, target pekerjaan yang tidak jelas, kurangnya sumber daya,
perencanaan yang tidak sesuai, risiko tinggi, kualitas hasil kerja yang buruk, proyek yang
melebihi anggaran dikarenakan pekerjaan yang molor dan pengiriman material yang
terlambat.
18