Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FENOMENA TEKNIK SIPIL

PERBAIKAN DAN STABILISASI TANAH

AMINULLAH, ST.
NPM : 19.13.36.003
Nama : Aminullah, S.T.
NPM : 19.13.36.003
Magister Teknik

PERBAIKAN DAN STABILISASI TANAH

A. Lapisan Tanah Dasar

1. Lapisan tanah dasar yang lunak

Pada umumnya lapisan tanah lunak adalah lempung atau lanau yang
mempunyai nilai percobaan penetrasi stadar (Nspt=4) atau tanah
organis seperti gambut (peat) yang mempunyai kadar air alami (natural
water content) yang sangat tinggi dan juga tanah pasir lepas yang
mempunyai nilai n = 10. Adapun metoda stabilisasi lapisan tanah dasar
yang lunak :

• Perbaikan karakteristik geseran bertujuan untuk mnghindari


kerusakan tanah , deformasi geseran dan pengurangan tekanan
tanah.
• Perbaikan kemampatan bertujuan untuk memperpendek waktu
penurunan, karena konsolidasi dan menghindarkan penurunan
residual.
• Pengurangan permeabilitas bertujuan untuk menghindari bocoran.
• Perbaikan karakteristik bertujuan untuk mengurangi getaran
(vibrasi) dan menghindarkan pencairan (liquefaction) tegangan air
pori meningkat dan tegangan efektif berkurang sewaktu terjadi
gempa bumi.
2. Lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif :
Mengingat lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif itu rumit
beserta karakteristik mekanisnya yang sulit, kadang – kadang
penggalian untuk pondasi bangunan itu sulit dilakasanakan . Meskipun
sudah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam menghadapi
pelaksanaan diatas, tanah yang lunak dan kohesif diperlukan suatu
persiapan yang lengkap. Metoda – metoda yang digunakan :
a. Metoda perbaikan permukaan :
• Metoda drainase permukaan (surface drainage methode)
• Metoda alas pasir (sand maat method)

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 1


• Metoda bahan lembaran tipis (sheed material method /
geotextile)
b. Metoda perpindahan (displacement method), Metoda ini dapat dibagi
dalam dua macam :
• Sesudah penggalian lapisan yang lunak dengan alat berat,
bahan tanah yang baik dimasukkan dan dipadatkan
• Tanah yang lunak itu didesak dengan beban timbunan tanah
yang baik atau didesak dengan ledakan
c. Metoda timbunan imbangan berat (counter – weight fill mrthod)
Metoda ini terutama mengimbangi sisi tanggul supaya stabil,
bilamana tidak diperoleh faktor keamanan yang diperlukan terhadap
longsoran selama penimbunan dilaksanakan
d. Metoda pembebanan perlahan – lahan
Metoda ini diterapkan bila kekuatan geser tanah tidak begitu besar
dan cenderung akan runtuh jika timbunan dilaksanakan dengan
cepat. untuk menghindari keruntuhan, maka pelakasanaan
penimbunan harus diperlambat. Ada dua metoda untuk
memperlambat kecepatan pelaksanaan, yaitu :
• Metoda peningkatan tinggi timbunan secara bertahap.
• Metoda peningkatan tinggi timbunan secara kontinyu dan
berangsur – angsur
e. Metoda pembebanan
Untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang lunak dan
memperbesar gaya geser, Ada 4 metoda yang perlu diketahui :
• Metoda pra pembebanan (pre loaading method)
• Metoda beban tambahan (surchage method)
• Metoda penurunan air tanah
• Metoda pembebanan tekanan atmosfir
f. Metoda drainase vertikal
Metoda ini sering diterapkan bersama – sama dengan metoda
pembebanan perlahan – lahan atau pembebanan. Beberapa macam
metoda ini sering disebut sesuai dengan bahan yang dipakai, yaitu:
• Metoda drainase pasir ( sand drain method)
• Metoda drainase sumbu kertas karton (card board wick drain
method)
• Metoda drainase kertas plastik (plastik board drain method)
g. Metoda tiang pasir padat

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 2


Dalam metoda ini, pasir ditekan kedalam lapisan lunak dengan
pemadatan atau getaran, sehingga terbentuk tiang pasir padat.
h. Metoda tiang kapur
Kapur ditempatkan dalam bentuk tiang didalam tanah kohesif sama
seperti pembuatan tiang pasir.
i. Metoda pencampuran lapisan dalam (deep layer mixing treatment
method)
Pada metoda ini, kapur atau stabilisator semen dikocok – kocok dan
dicampur dengan tanah kohesif pada kedalaman tanah tersebut
untuk mengkonsolidasikan tanah yang bersangkutan. Metoda ini
belum lama dikembangkan.
3. Lapisan tanah dasar berpasir lepas
Bilamana suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka sering
tanah pasir tersebut mengalami peristiwa pencairan (liquifaksi /
liquefaction) yang dapat mengakibatkan kerusakan yang berat.

Karakteristik liquifaksi yang terdiri dari tanah berpasir lepas


dipengaruhi oleh Faktor – faktor sebagai berikut :

 intensitas gempa bumi dan lamanya gempa bumi


 kerapatan pasir
 distribusi gradasi pasir
 beban pada pasir atau tekanan bebas (confined pressure) pasir

Metoda – metoda yang digunakan :

• Metoda tiang pasir padat.


• Metoda vibroflotasi (vibro floation method).

Pada metoda vibroflotasi , air disemprotkan kedalam lapisan tanah


dengan bantuan suatu vibrator silinder. Air yang disemprotkan dan
bergetar itu dapat memadatkan tanah berpasir bersamaan dengan
penyemprotan air juga dimasukkan kerikil yang akan mengisi rongga –
rongga yang terjadi.

B. LAPISAN DANGKAL

Ada tiga metoda utama yang digunakan untuk mengadakan peningkatan


stabilitas lapisan dangkal yaitu :

• metoda fisik : contohnya pemadatan

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 3


• metoda kimia : contohnya pencampuran atau penyuntikan (grouting)
dengan semen , kapur dll
• metoda pembekuan

Macam-macam stabilisasi tanah dangkal :

a. Dengan pemadatan
Pemadatan adalah merupakan metoda dasar untuk stabilisasi tanah.
Penerapan dengan metoda-metoda lainpun tanpa terkecuali selalu
diikuti dengan metoda pemadatan.
Tujuan pemadatan tanah pada umumnya untuk :
- Menaikkan kekuatan daya dukung tanah
- Meperkecil pemampatan (compressibility)
- Memperkecil daya rembes air

Ada dua cara untuk melakukan percobaan pemadatan yaitu :

- Percobaan dilaboratorium
- Percobaan dilapangan

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan tanah


ialah :

- Menghamparkan bahan secara merata dan tipis


- Mengatur kadar air bahan timbunan secara tepat
- Memilih mesin pemadat yang sesuai untuk memadatkan hasil yang
baik
- Menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan air atau
infiltrasi air hujan
b. Dengan penyesuaian gradasi
Tujuan stabilisasi dengan metoda ini adalah untuk memperoleh
stabilitas jangka panjang. Stabilisasi dengan metoda penyesuaian
gradasi telah dikembangkan terutama untuk menaikkan daya dukung
lapisan dasar badan jalan atau landasan.

c. Stabilisasi dengan kapur atau semen


Kapur yang digunakan untuk stabilisasi lapisan yang dangkal,
mempunyai efek terutama pada tanah kohesif. Sedangkan semen
mempunyai efek pada tanah berpasir atau kerikil yang mengandung
sedikit tanah berbutir halus.
Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 4
Metoda pencampuran untuk stabilisasi dengan kapur atau semen ada 3
macam :
• Metoda campuran terpusat :
Tanah dicampur dengan bahan stabilisasi pada suatu tempat,
kemudian diangkut ke tempat pekerjaan. Untuk itu diperlukan
mesin pencampur
• Metoda campuran dalam galian :
Bahan stabilisasi dicampur dengan tanah di lubang galian tanah,
lalu diangkut ke tempat pekerjaan.
Bahan stabilisasi dapat dipancangkan kedalam tanah dalam bentuk
tiang , kemudian digali bersama – sama dan dicampur atau bahan
stabilisasi ditaburkan diatas tanah sehingga pada penggalian terjadi
pencampuran
• Metoda pencampuran di tempat pekerjaan :
tanah dihamparkan di tempat pekerjaan, kemudian ditaburi bahan
stabilisasi dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu
digaruk dan dicampur dengan bahan stabilisasi
d. Stabilisasi dengan grouting
Tujuan :
- memperkuat daya dukung tanah pondasi
- membendung air rembesan
- mencegah deformasi tanah pondasi disekeliling
- memperkuat bangunan – bangunan yang lama
e. Stabilisasi dengan pembekuan
• Metoda ini menggunakan sekolompok pipa baja yang ditanam dalam
tanah pondasi yang disebut dengan pipa pembekuan.
• Pipa – pipa diisi dengan cairan bersuhu rendah, sehingga air pori
dalam tanah pondasi disekeliling pipa menjadi beku
• Hasil yang diperoleh dari metoda ini sangat baik, sehingga metoda
ini dapat diterapkan sebagai tindakan sementara untuk konstruksi
terowongan dibawah dasar sungai atau kebocoran pada pipa air
minum dan pipa pembuangan kotoran.
• Metoda ini dapat diterapkan meskipun berada dalam keadaan
lingkungan yang sangat buruk, misalnya aliran air tanah yang besar
yang tidak dapat diselesaikan dengan metoda –metoda lain.
• Bahan cairan dengan suhu rendah yang dimasukkan kedalam pipa
adalah : larutan kalsium chlorida yang didinginkan hingga mencapai

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 5


suhu – 20oc s/d 30oc atau gas cairan bersuhu rendah , misalnya
nitrogen cair (untuk pekerjaan berskala kecil.

C. STABILISASI LAPISAN LEMPUNG MENGEMBANG

• Pengembangan lempung terjadi ketika kadar air bertambah dari nilai


referensinya, dan penyusutan terjadi ketika kadar air berada dibawah
nilai referensinya sampai kepada batas susut
• Termasuk lempung mengembang apabila : ll > 40 dan ip > 15
• Ada beberapa prosedur untuk menstabilisasi lempung mengembang :
- Dicampur dengan kapur biasanya 2 % - 4 %
- Dipadatkan pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 % - 4
%). Hal ini menjamin terdapatnya sruktur tanah lempung yang
cukup terpencar dan pada saat yang sama menghasilkan kepadatan
kering yang rendah. Terlihat bahwa kepadatan kering lempung
mengembang merupakan parameter yang penting.
- Mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya (kadar air
pada saat lempung itu akhirnya digunakan sebagai pendukung
pondasi).

Teknik Preloading dan Penggunaan Vertical Drains

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, urbanisasi, dan


pembangunan, banyak kegiatan konstruksi yang semakin fokus terhadap
perilaku tanah. Apalagi dengan kondisi tanah yang beragam dan tidak selalu
sama pada masing-masing areal konstruksi sehingga mengharuskan ketelitian
dalam perencanaan dan pelaksanaan konstruksi itu sendiri. Untuk mengatasi
kondisi tanah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka ada beberapa
teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan mutu tanah tertentu,
diantaranya yaitu teknik preloading dan vertical drain.

Preloading dan vertical drain pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan


kekuatan geser pada tanah, mengurangi kompresibilitas/kemampumampatan
tanah, dan mencegah penurunan (settlement) yang besar serta kemungkinan
kerusakan pada struktur bangunan. Preloading dan vertical drain umumnya
digunakan pada tanah dengan daya dukung yang rendah seperti pada tanah
lempung lembek dan tanah organik. Jenis tanah tersebut biasanya memiliki
ciri seperti berikut : kadar air yang ekstrim, kompresibilitas yang besar, dan
koefisien permeabilitas yang kecil. Pada prinsipnya teknik preloading

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 6


menggunakan vertical drains merupakan metode perkuatan tanah dengan
cara mengurangi kadar air dalam tanah (dewatering). Biasanya waktu
konsolidasi yang dibutuhkan untuk jenis tanah seperti ini memakan waktu
yang lama meski dengan menggunakan beban tambahan yang besar, sehingga
teknik preloading mungkin kurang cocok untuk jadwal kontruksi yang mepet.
Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Jika beban sementara melebihi beban akhir konstruksi maka kelebihan beban
tersebut mengacu kepada beban tambahan (surcharge), dimana dengan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge) yang melebihi beban
kerja, tanah akan berada pada kondisi overconsolidated dan secondary
compression untuk tanah overconsolidated akan jauh lebih kecil daripada
tanah dengan normally consolidated. Hal ini akan menguntungkan
perencanaan tanah selanjutnya (Chu et all., 2004).

Dari grafik di atas, dapat dilihat settlement yang terjadi akibat adanya beban
tambahan (surcharge) lebih besar daripada beban rencana (design load) pada
selang waktu yang sama. Selain dengan menggunakan teknik preloading dan
menggunakan beban tambahan sementara (surcharge), peningkatan mutu
tanah dapat juga dilakukan dengan menggunakan vertical drains, selain itu
waktu konsolidasi pun juga semakin singkat sebab aliran drainase yang
terjadi bukan hanya ke arah vertikal tapi juga ke arah horizontal. Drain-drain
vertikal tersebut dapat diisi dengan dengan pasir atau bahan lain yang
memiliki permeabilitas besar. Untuk saat ini pengembangannya pun sudah
beragam, ada juga yang menggunakan prefabricated vertical drain, berupa
bahan geotekstil atau bahan sintetis sejenisnya.

Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925,


dimana D.J.Moran seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan
pemakaian drainase dari kolom-kolom pasir untuk stabilitas tanah pada
kedalaman yang besar. Kemudian untuk pertama kalinya instalasi drainase
ini digunakan di California dan seiring dengan berjalannya waktu, tipe
drainase ini dikenal dengan istilah drainase vertikal (vertical drain). Pada
tahun 1936, diperkenalkan sistem drainase menggunakan bahan sintetis oleh
Kjellman di Swedia. Setelah di tes di beberapa tempat pada tahun 1937
dengan bahan cardboard, lantas mendapat sambutan yang hangat oleh para
ilmuwan. Sejak saat itu, pengembangan vertical drain dilanjutkan dengan
berbagai macam bahan.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 7


Dengan digunakannya prefabricated vertical drains, waktu yang dibutuhkan
untuk konsolidasi melalui teknik preloading pun menjadi semakin singkat dan
penurunan/settlement yang terjadi juga dapat direduksi. Bahkan proses
installasi nya pun saat ini sudah semakin berkembang dimana prefabricated
vertical drain dapat mencapai kedalaman 60 m dengan laju 1 m/dt.

Prinsip Vertical Drains Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa


tanah lempung lunak memiliki permeabilitas yang rendah, sehingga
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan konsolidasi. Untuk
mempersingkat waktu konsolidasi tersebut, drainase vertikal (vertical drains)
dikombinasikan dengan teknik preloading. Vertical drain tersebut sebenarnya
merupakan jalur drainase buatan yang dimasukkan kedalam lapisan
lempung. Dengan kombinasi preloading, air pori diperas keluar selama
konsolidasi dan mengalir lebih cepat pada arah horizontal daripada arah
vertikal. Selanjutnya, air pori tersebut mengalir sepanjang jalur drainase
vertikal yang telah diinstalasi. Oleh karena itu, vertical drain berfungsi untuk
memperpendek jalur drainase dan sekaligus mempercepat proses konsolidasi.

Metode tradisional yang digunakan dalam pemasangan vertical drains ini


yaitu dengan membut lobang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali
dengan pasir yang bergradasi sesuai titik. Ukuran diameternya sekitar 200 -
600 mm dengan panjang saluran sedalam lebih dari 5 meter. Karena
tujuannya untuk memperpendek panjang lintasan pengaliran, maka jarak
antar drainase merupakan hal yang terpenting.

Berikut adalah berbagai tipe vertical drains dengan masing-masing metode


instalasinya :

Sand drain, metode penginstalan dengan cara penumbukan (driven or


vibratory displacement type)

Pembuatan drainase pasir dengan metode ini digunakan secara luas karena
biayanya relatif murah, hanya saja metode seperti ini dapat merusak struktur
tanah atau bahkan mengurangi kuat geser tanah.

Sand drain, metode penginstalan dengan cara hollow stem continious-flight


auger (low displacement)

Pembuatan drainase pasir dengan metode ini memakai auger melayang


menerus dengan diameter 30 - 50 cm berjarak 2-5 m. Gangguan yang
dihadapi biasanya lebih ke arah rancangan drainase itu sendiri, bagaimana

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 8


caranya agar drainase yang dibuat memiliki kapasitas penyaluran air yang
baik. Untuk itu, gradasi pasir harus sesuai dengan keperluan.

Sand drain, metode penginstalan dengan cara jetted (non-displacement)

Metode dengan semprotan air (jetted) akan memakan waktu yang cukup lama
khususnya untuk menembus lapisan berbutir kasar. Kedalam untuk drainase
tipe ini umumnya kecil dari 30 m.

Prefabricated sand drain, metode penginstalan dengan cara tumbukan,


getaran, auger melayang, pengeboran

Yang membedakan penggunaan drainase pasir prefabricated yaitu


penggunaan bahan kain berisi material filter, lalu dimasukkan kedalam
lubang drainase yang dibuat sebelumnya apakah itu dengan pengeboran atau
cara lainnya.

Prefabricated band shaped drains, metode penginstalan dengan driven atau


vibratory closed-end mandrel

Istilah lain yang biasanya digunakan untuk tipe ini yaitu prefabricated vertical
drain (PVD), umumnya berbentuk pita (band-shaped) dengan sebuah inti
plastik beralur yang dibungkus dengan selubung filterterbuat dari kertas atau
atau susunan platik tak beranyam (non woven plastic fabric). Ukuran yang
biasa digunakan yaitu lebar 10 cm dan tebal 0.4 cm. Biasanya gangguan yang
disebabkan oleh penggunaan sistem drainase dengan PVD ini lebih kecil
dibanding dengan sistem drainase pasir konvensional.

Alat yang biasanya digunakan untuk membuat lubang drainase dengan PVD
ini bernama 'stitcher', seperti yang dapat dilihat dibawah ini.

Adapun beberapa langkah pengerjaan yang dilakukan untuk perbaikan tanah


menggunakan vertical drains, sebagai berikut:

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 9


 Uji laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil dari titik
pengamatan di lapangan menggunakan alat sondir
 Perencanaan vertical drains dengan menggunakan data yang diperoleh
dari uji laboratorium, seperti Indeks pemampatan (Cc) dan Koefisien
konsolidasi (Ch). Lalu ditentukan diameter drainase, jarak, dan
kedalamannya.
 Analisa stabilitas tanah dan settlement/penurunan

Penggunaan Tiang Pancang dan Bore Pile Dalam Perbaikan Tanah

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang
digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari
struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.

Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang
yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam
tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer).

Tujuan Dari Pondasi Tiang

• Menyalurkan beban pondasi ke tanah keras

• Menahan beban vertikal, lateral dan beban gerusan

Tiang pancang umumnya digunakan:

1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau


melalui sebuah stratum/lapisan tanah.

2. Untuk menahan gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak
ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk
menopang kaki-kaki menara terhadap guling.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 10


3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui
kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan.

4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak


berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang
kemampatannya tinggi.

5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol


amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.

6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan,


khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.

7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas


permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air
tersebut.

Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal,


yaitu :

• Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.

• Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.

• Kondisi tanah tempat bangunan didirikan.

• Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.

Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi


bangunan sangat tergantung pada kondisi :

• Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya


pembangunan lepas pantai).

• Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang


ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul beban tersebut
jauh dari permukaan tanah.

• Pembangunan diatas tanah yang tidak rata.

• Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift).

Penggolongan Tiang Pancang

Berdasar pemakaian bahan dan kerakteristik strukturnya :

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 11


1. Tiang Pancang Kayu
2. Tiang Pancang Beton
3. Tiang Pancang Baja
4. Tiang Pancang Komposit

Berdasar pemasangannya :

1. Tiang pancang pra cetak


2. Tiang pancang yang dicor ditempat

Kelebihan dan Kekurangan Tiang Pancang

Kelebihan :

• Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis

• Pelaksanaan tidak dipengaruh oleh air tanah

• Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal

Kekurangan :

• Pelaksanaan menimbulkan getaran dan kegaduhan

• Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada


pondasi Bore Pile.

• Tiang pondasi bore pile merupakan jenis pondasi dalam yang masih satu
tipe dengan tiang pancang, yang membedakannya adalah cara
pemasangan dan pembuatan.

• Cara pembuatan bore pile dengan cara dibuat lubang terlebih dahulu,
dianjutkan dengan pengeboran tanah lalu dimasukkan besi tulangan
yang kemudian ditambah dengan adukan beton atau pengecoran
setempat.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 12


Metode pelaksanaan bore pile :

1. Bore kering

menggunakan mata bore biasa yang diputar sambil dimasukan kedalam


tanah dengan menggunakan alat bore mini crane. Metode ini mengerjakan
pengeboran kedalaman maksimal 8 m. Lokasi pengeboran kering ini lebih
bersih dibanding pengeboran basah.

2. Bore Basah

metode ini membutuhkan banyak air dipekerjaannya dan memerlukan casing


untuk menahan tanah dari kelongsoran. Metode ini dilakukan pengeboran
sedalam 28 m.

Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Bore Pile

Kelebihan :

• Kedalaman tiang dapat divariasikan

• Ujung pondasi bisa bertumpu pada tanah keras

• Pemasangan tidak menimbulkan suara dan getaran

• Tidak ada resiko kenaikan muka tanah

Kekurangan :

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 13


• Diperlukan peralatan bor

• Pelaksanaan pemasangannya relative agak susah

• Pelaksanaan yang kurang bagus dapat menyebabkan pondasi keropos,


karena unsur semen larut oleh air tanah

• Pengecoran dipengaruhi kondisi cuaca

Kecepatan pelaksanaan pekerjaan tergantung pada beberapa faktor, sebagai


berikut:

• Kondisi lapisan tanah setempat.

• Lokasi kerja ( bobokan pondasi lama,dan bekas instalasi lainya pada


bangunan lama, dll)

• Kelancaran droping material

• Kesiapan pembuangan limbah hasil pengeboran

DEWATERING

Pengertian Umum

Dewatering dalam teknik sipil adalah pekerjaan pengeringan tanah untuk


mengendalikan air tanah agar tidak mengganggu/menghambat proses
pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama pelaksanaan bagian
struktur yang berada di dalam tanah dan atau dibawah muka air tanah.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 14


Metode Dewatering :

1. Open Pumping

Pada metode dewatering open pumping ini air tanah dibiarkan mengalir
ke dalam lubang galian, kemudia dipompa keluar melalui sumur /
selokan penampung di dasar galian.

Metode open pumping digunakan apabila:

a. Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan


berkohesi
b. Jumlah air yang akan dipompa tidak besar debitnya
c. Memungkinka untuk dibuat sumur / selokan penampung untuk
pompa pada dasar galian
d. Galian tidak dalam

2. Predrainage

Pada metode dewatering predrainage ini muka air tanah diturunkan


terlebih dahulu sebelum penggalian dimulai, dengan menggunakanan
well dan wellpoint.

Metode dewatering predrainage digunakan apabila:

a. Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam,


cadas lunak dan banyak celah
b. Jumlah air yang akan dipompa cukup besar debitnya
c. Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide
d. Penurunan muka air tanah tidak mengganggu atau merugikan
bangunan sekitarnya
e. Tersedia saluran pembuangan air dewatering

3. Cut Off

Pada metode dewatering cut off ini aliran air tanah dipotong dengan
beberapa cara, yaitu dengan menggunakan:

a. Steel Sheet Pile


b. Concrete Diaphragm Wall
c. Secant Pile
d. Slurry Trenches (Tidak daat berfungsi sebagai penahan tanah)

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 15


Metode Cut Off digunakan apabila:

a. Sama seperti persyaratan pada dewatering predrainage kecuali pada


poin terakhir karena dewatering cut off ini tidak ada penurunan
muka air tanah di sekitarnya.
b. Dinding cut off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.
c. Gedung yang ada di sekitar sensitif terhadap penurunan muka air
tanah.
d. Tidak tersedia saluran pembuang air dewatering.
e. Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan
basement.

Efek Samping Metode Dewatering

Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan lancar tanpa adanya efek


samping terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Dewatering kadang-
kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang
disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal
ini jarang terjadi tetapi hal ini berpotensi menimbilkan klaim dari pihak lain
yang merasa dirugikan.

Dewatering dapat menyebabkan settlement karena:

a. Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan


(wellpoints atau well)
b. Metode open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling
dan piping
c. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective
stress.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 16


PERBAIKAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGUAT
GEOTEXTILE

Pengertian Geotextile

Lembaran sintesis yang tipis fleksible, permeable yang digunakan untuk


stabilitasi dan perbaikan tanah secara modern dalam usaha untuk perkuatan
tanah lunak.

Fungsi :

• Untuk perkuatan tanah lunak


• Untuk konstruksi yang mempunyai umur rencana cukup lama
• Untuk mendukung beban besar
• Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan pelindung
• Sebagai perkuatan pada timbunan

Fungsi geotextile woven adalah membane effect, yang hanya mengandalkan


kuat tarik,sehingga mereduksi terjadinya penurunan setempat akibat tanah
dasar yang lunak atau kurang baik

Fungsi geotextile non woven adalah sebagai filter pada proyek-proyek


subdrain, dan separator pada pembangunan jalan diatas tanah lunak

MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2012

Prosedur Desain dengan 4 Kondisi Tanah :

A. Kondisi tanah dasar normal, CBR > 3% & dapat dipadatkan secara
mekanis, kondisi normal inilah yang sering diasumsikan oleh desainer.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 17


B. Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan diatas tanah lunak aluvial
jenuh. CBR lab. tidak dapat digunakan, karena optimasi kadar air dan
pemadatan secara mekanis tidak mungkin dilakukan di lapangan.
Kepadatan dan daya dukung tanah asli rendah sampai kedalaman yang
signifikan sehingga diperlukan prosedur stabilisasi khusus.
C. Sama dng kondisi B namun tanah lunak aluvial dalam kondisi kering.
CBR lab. memiliki validitas yang terbatas karena kepadatan tanah yg
rendah dapat muncul pada kedalaman pada batas yg tidak dapat
dipadatkan dengan peralatan konvensional. Kondisi ini membutuhkan
prosedur stabilisasi khusus.
D. Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut.

ALAT BERAT

Alat-alat berat (yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil)


merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan
faktor penting didalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun
pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar (Rostiyanti
2009).

Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk


memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang
diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif
lebih singkat.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 18


Alat pengolahan lahan

Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus
dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih
terdapat semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan
dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas
dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya
rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader.

Alat pengangkut Material

Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena alat ini
dapat mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya
secara horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan
material lepas (loose material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat
yang digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan
alat lain yang membantu memuat material ke dalamnya.

Alat Pemindah Material

• Loader
• Dozer

Alat penggali

• Dragline
• front shovel
• Backhoe
• Clamshell

Alat Pemadat

Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut
perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan
jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun
perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller,
pneumatictiredroller, tandem roller, dan lain-lain.

Alat pemroses Material

Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah
batuan bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 19


adalah crusher dan concrete mixer truck. Alat yang dapat mencampur
material-material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses material
seperti concretebatch plant dan asphalt mixing plant.

Alat Penempatan Akhir Material

Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk


menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Ditempat atau
lokasi ini material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah
concrete spreader, asphalt paver, motor grader, dan alat pemadat.

BAHAN KIMIA

Jenis-jenis semen

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen


berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga
ditemukan berbagai jenis semen.

1. Semen Portland
2. Water proofed cement
3. Semen Putih
4. High Alumina Cement
5. Semen Anti Bakteri
6. Oil Well Cement (OWC)
7. Semen Campur

SEMENT PORTLAND (OPC)

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)

Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn


khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.

Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran

2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap


sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang
lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 20


dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama
pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu
ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini
disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan
landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi
rendah juga merupakan pertimbangan utama.

3. Tipe III (High Early Strength)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang


tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini
dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr
dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan
semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan
yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3
hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya
menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28
hari

4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)

Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi


rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette
(beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam,
lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan
selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak
terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat
jika dibanding semen portland tipe I

WATER PROOFED CEMENT

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium,
Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai untuk
konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya
tangki penyimpanan cairan kimia.

WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)

Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses
Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 21
pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung
oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).

HIGH ALUMINA CEMENT

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan


yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan
terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina
Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih
baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu
kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :

• Rafractory Concrette
• Heat resistance concrete
• Corrosion resistance concrete

SEMEN ANTI BAKTERI

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland
dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan
pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan
bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya
hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri
antara lain :

1. Kamar mandi

2. Kolam-kolam

3. Lantai industri makanan

4. Keramik

5. Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri

OIL WELL CEMENT

Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan
retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid
acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan
pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur
minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan
dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan
pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan,
Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 22
maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat
digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan
lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API Spesification 10 1986, yaitu :

 KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830


meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
 KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
 KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang
tinggi
 KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
 KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
 KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
 KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai
dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan
accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range
pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E

BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak


dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut
diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :

1. Semen Portland Pozzolan (SPP)

2. Portland Pozzolan Cement (PPC)

3. Portland Blast Furnace Slag Cement

4. Semen Mosonry

5. Semen Portland Campur (SPC)

6. Portland Composite Cement (PCC)

Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 23


Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan
Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran
yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly
Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan
bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen
Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan
mencampur.

Portland Composite Cement (Semen Portland Komposit) PCC

Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat


hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan
gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara
bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan
anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag),
pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6
– 35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN
197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi
menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material aktif

1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif


2. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif

Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang
digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif
yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan
pada TERNARY CEMENT.

Makalah Perbaikan dan Stabilisasi Tanah 24

Anda mungkin juga menyukai