KUMKANG
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
PERBEDAAN PENELITIAN
No Penelitian Terdahulu Hasil Perbedaan
1 Grace (2020) Prioritas risiko utama pada metode FMEA a. Analisa risiko dilakukan dengan
Judul Penelitian : Analisis Manajemen adalah risiko manajemen dengan masing- metode Severity Index
Risiko dengan menggunakan Metode masing nilai risiko sebesar 38,67 dan b. Risiko yang dinilai hanya pada tahapan
Thresold Risk dan Failure Mode and 204,83. Prioritas sub indikator risiko pada pemasangan bekisting aluminium
Effect Analysis (FMEA) metode Threshold Risk terdiri dari risiko Kumkang
Terlambatnya pencairan dana c. Tidak menilai dampak risiko dari biaya,
Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi operasional yang sudah direncanakan, mutu, dan waktu
risiko dan mengetahui prioritas risiko Keterlambatan dan Manajemen proyek d. Validasi risiko dilakukan dengan
pada proyek pembangunan Hotel yang kurang pengalaman dengan masing- penyebaran kuesioner
Manohara Yogyakarta masing nilai risiko sebesar 56. Prioritas
sub indikator risiko untuk FMEA terdapat
Metode : Thresold Risk dan Failure 4 sub indikator risiko diantaranya
Mode and Effect Analysis (FMEA) Keterlambatan, Manajemen proyek yang
kurang pengalaman, Pengaruh musim
hujan dan cuaca buruk dan Terjadinya
keterlambatan penyelesaian proyek
dengan masing-masing nilai RPN sebesar
392.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
PERBEDAAN PENELITIAN
No Penelitian Terdahulu Hasil Perbedaan
2 Nurgiantoro (2017) Hasil dari penelitian, nilai probabilitas a. Tidak menggunakan metode regresi
Judul Penelitian: Analisis Faktor Risiko dan dampak risiko yang tertinggi linear tunggal
Pada Proyek Pembangunan Rumah menurut penilaian Severty Index (SI) b. Penilaian risiko dari sudut pandang
Sakit Pendidikan Universitas Halu Oleo sebesar 0,30, sedangkan skala dampak Perencana, Pengawas, Kontraktor, dan
Tahap II adalah 0,10. Dari angka tersebut bisa Vendor
memperoleh besar dampak terhadap c. Hanya menilai risiko dari keselamatan
Tujuan Penelitian: biaya yang ditimbulkan pada proyek pekerja dan keselamatan konstruksi
a. Memperhitungkan atau konstruksi adalah 44 juta rupiah. Risiko
menganalisis seberapa besar nilai tergolong rendah dengan skala 20%-40%
probabilitas dan dampak risiko dimana hasil analisa angka tertinggi
b. bagaimana risiko yang akan timbul sebesar 20,48% yakni berada pada risiko
pada proyek secara keseluruhan kerusakan mesin dan kesalahan arus
c. bagaimana hubungan antara listrik.
frekuensi dan dampak risiko
berdasarkan jawaban dari kuesioner.
PERBEDAAN PENELITIAN
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suradji, mengatakan bahwa sebagian besar risiko kecelakaan merupakan hasil akhir dari
pengaruh manusia. Maka dari itu perlu adanya suatu pengelolaan serta pembenahan dari manajemen K3 guna
meminimalisirkan terjadinya risiko kecelakaan yang tidak diinginkan.
BAB 3 DASAR TEORI
MANAJEMEN RISIKO
Menurut Webb (1994) manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah
diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin
muncul. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)
mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana
didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen
fungsional yang mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang (Tarmudji, 2000).
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko
untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan
pemantauan risiko.
Manajemen risiko diharuskan untuk dilakukan pada seluruh siklus proyek dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir.
Ketidakpastian pada pekerjaan proyek tidak dapat sepenuhnya dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan metode Analisis Risiko
Sistematis (Systematic Risk Analysis). Dalam pengertian global, manajemen risiko adalah suatu proses untuk memastikan bahwa
semua yang dapat dilakukan akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari proyek namun tetap dalam batas-batas proyek. (Clark,
Pledger dan Needier 1990 dalam Construction Risk Management).
BAB 3 DASAR TEORI
KECELAKAAN KERJA
Menurut Geotsch (2008) dalam buku Occupational and Health for Technologist, Engineers, and Manager menyebutkan
bahwa kecelakaan menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan K3, karena selain untuk mencegah kecelakaan mereka juga perlu
mngetahui penyebab kecelakaan. Beberapa teori terkait dengan kecelakaan kerja antara lain :
Mulai A
BEKISTING KUMKANG
Keterangan:
Asumsi penentuan bahaya pada konstruksi dimulai salah satunya pada pekerjaan tangga, slab dan dinding
Mulai A
Persiapan Kordinasi
Perakitan Bekisting Kolom,
Perakitan dan Pendukung
Datang dan Bekisting Balok
Pembongkaran Bekisting
Melapisi Permukaan
Dengan Oli Pembongkaran Bekisting
A Selesai
A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
GAMBARAN PEMASANGAN BEKISTING DIATAS 8 METER
BEKISTING KUMKANG
Keterangan:
Asumsi penentuan bahaya pada konstruksi dimulai salah satunya pada pekerjaan pemindahan bekisting dan dinding
• Zero Accident
– Zero Meninggal dan Cacat Tetap
PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data pada penelitan ini dilakukan dengan cara Observasi, Wawancara dan dilakukan
Pemberian serta pengisian Kuisioner. Observasi pada penelitin ini dilakukan untuk mengamati kebenaran data hasil
temuan yang diperoleh dari wawancara terhadap responden yang telah dilakukan sebelumnya, dengan kata lain
jawaban yang disampaikan oleh seluruh responden dapat diuji keabsahannya melalui hasil pengamatan di
lapangan. Observasi juga dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai situasi di
lapangan, sehingga wawasan lebih realistis dan faktual.
Wawancara sebagai metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi secara langsung dari narasumber yang memiliki kompetensi dan kapabilitas sesuai
dengan kebutuhan, sehingga data yang diperoleh sesuai fakta dan mendalam. Pada penelitian ini menggunakan
metode wawancara mendalam (in-depth-interview), yaitu proses wawancara yang menggali informasi secara
mendalam, terbuka dan bebas namun tetap fokus pada topik yang diteliti.
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan
seperangkat daftar pertanyaan mengenai variabel-variabel yang diukur melalui perencanaan yang matang, disusun
dan dikemas sedemikian rupa, sehingga jawaban dari semua pertanyaan benar-benar menggambarkan keadaan
variabel yang sebenarnya.
BAB 4 METODE PENELITIAN
PENGOLAHAN DATA
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya melakukan proses analisis data untuk mengetahui hasil
kombinasi penilaian probabilitas dan dampak risiko yang berhubungan dengan aspek kecelakaan konstruksi,
beserta upaya pencegahannya dengan Metode Severity Index dan Probabilitas responden didapat berdasarkan
klasifikasi penilaian yang dimana memiliki tingkatan dari skala yang paling rendah ke skala yang paling tinggi.
Selanjutnya, penilaian atas probabilitas dikonversikan terhadap skala penilaian agar dapat diinput pada matriks
probabilitas dan dampak.
BAB 4 METODE PENELITIAN
BAGAN ALIR PENELITIAN
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA
Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Skenario
Uraian Kegiatan /
No (Kondisi/Situasi yang Risiko dapat Rujukan Peraturan Risiko dapat
Aktivitas Proyek terlibat) Potensial Risiko S/C L/F TR S/C L/F TR
Bahaya (R) (L) (R × L) ditoleransi Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Prose (R) (L) (R × L) ditoleransi
(Yes/No) dur (Yes/No)
Jatuh dari 5 5 25 No - Siapkan safety life di area perimeter - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 2 Yes
ketinggian bangunan Keselamatan Kerja
- UU No. 36 Thn 2009 tentang
- Berikan areahan (TBM) kepada pekerja Kesehatan Kerja
- Tes melewati jembatan dari pipa untuk - Permenaker RI No.
bekerja diketinggian Per-01?MEN/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Pastikan kondisi pekerja dalam keadaan Pada Konstruksi Bangunan
sehat - Permenaker No.
- Gunakan APD dan APK secara benar Per-08/MEN/2010 tentang Alat
Pemasangan Safety - Pasang rambu-rambu "BAHAYA Pelindung Diri 2 1 2 Yes
area façade / Tepi TERJATUH" - Permenaker No. Per05/MEN/1985
bangunan tentang Pesawat Angkat dan
Pekerjaan Bongkar - Kejatuhan benda 5 5 25 No - Pasang rambu-rambu "AWAS BENDA
2 (Pemasangan Angkut
Pasang Platform / safety dari atas JATUH" - Permenaker No.
screen / safety Per-09/MEN/2010 tentang
- Gunakan APD sesuai dengan ketentuan
wings) dan kebutuhan Operator dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut
- Cara penyimpanan, -Permenaker No.
pengambilan/pemasangan material yang Per-013/MEN/2011 tentang Nilai
benar. Ambang Batas Faktor Fisika di
- Setiap material jangan ditempatkan Tempat Kerja
disisi bangunan
- Perimeter bangunan harus selalu bersih
dari material
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA
Helm Safety
Alat ini digunakan untuk melindungi kepala dari barang jatuh atau benturan pada
kepala.
Sepatu safety
Berfungsi untuk melindungi kaki dari benda tajam dan melindungi kaki dari
kejatuhan barang keras. Olek karena itu sepatu harus dibuat dengan sol yang
kuat serta bagian depan yang keras. Sehingga pemakai dapat bekerja tanpa
khawatir terluka.
Rompi keselamatan
Digunakan untuk melindungi pekerja dari pengaruh yang tidak sehat. Selain itu
dimalam hari terdapat garis yang menyala saat terkena cahaya jadi juga
menghindarkan pengguna dari kecelakaan.
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI
Kacamata safety
Kacamata jenis ini digunakan untuk melindungi pemakai dari debu dan kayu di
lokasi proyek.
Kacamata las
Digunakan untuk melindungi mata tukang las, karena cahaya dari las dapat
merusak penglihatan apabila tidak menggunakan kacamata ini.
Masker
Digunakan untuk mencegah pengguna menghirup udara yang kurang sehat.
Karena seperti diketahui udara di lokasi proyek pasti banyak debu, serbuk
kayu, cat, dan lain sebagainya
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI
Penutup telinga
Digunakan untuk melindungi telingan pengguna dari suara-suara yang
terlalu bising agar tidak merusak gendang pendengaran pengguna
Kotak P3K
Berisi alat dan obat yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama.
Body harness
Digunakan sebagai pengaman saat bekerja di tempat yang tinggi
TERJADI
KECELAKAAN
LUKA LUKA
RINGAN BERAT
AKI BAT
HUBUNGI
KOORDI NATOR
KEAMANAN
PENGOBATAN
P3K HUB UNGI KEL UARGA
PENANGGUNG JAWA B
K ORBA N
PENGURUSAN SURAT:
- L APORAN POLISI
- VISUM
HASI L
- PENGAMBIL AN JENAZAH PERAWATAN
- SURAT JAL AN PEMERIKSAAN?
LAPORAN &
CLAIM
SEL ESAI
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
DATA PENELITIAN
Setelah melakukan identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian pada pekerjaan bekising dari ketinggian
kurang dari 8 meter dan lebih dari 8 meter. Kemudian setelah dilakukannya pengendalian akan mengurangi skala penilaian
kemungkinan maupun keparahan. Oleh karena itu berikut hasil analisa penilaian risiko sebelum dilakukan pengendalian dan
setelah dilakukan pengendalian yang dilakukan oleh HSE pada pekerjaa bekisting kurang dari 8 meter dan lebih dari 8 meter:
1 Sample Data Sebelum Pengendalian Dengan Ketinggian Kurang Dari 8 Meter
DATA PENELITIAN
1 Sample Data Sebelum Pengendalian Dengan Ketinggian Lebih Dari 8 Meter
DATA PENELITIAN
1 Sample Data Sesudah Pengendalian Dengan Ketinggian Lebih Dari 8 Meter
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai severity index untuk variabel variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
adalah 60% dengan Rank 3 (Sedang = 37,5% < SI ≤ 62,5%). Berikut tabel hasil perhitungan keseluruhan severity.
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Contoh Hasil Perhitungan Keparahan Kurang Dari 8 Meter
Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai severity index untuk variabel variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
adalah 40% dengan Rank 3 (Sedang = 37,5% < SI ≤ 62,5%). Berikut tabel hasil perhitungan keseluruhan severity.
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Contoh Hasil Hasil Perhitungan Keparahan Lebih Dari 8 Meter
Setelah semua perhitungan skala penilaian kemungkinan dan keparahan telah dilakukan maka didapatkan hasil rank severity
index dan rank likelihood index. Berikut adalah tabel klasifikasi tingkat risiko dengan menggunakan matriks berdasarkan
PERMEN PUPR No.21 Tahun 2019 seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Keterangan:
1–4 = Tingkat Risiko Rendah
5 – 12 = Tingkat Risiko Sedang
15 – 25 = Tingkat Risiko Tinggi
Berdasarkan tabel diatas, sebagai contoh tingkat risiko matriks pada variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
didapat rank severity index 3 dan rank likelihood index 3. Maka dapat diplotkan dan didapatkan peringkat risiko 9 masuk
dalam kategori “Tingkat Risiko Sedang” seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Plot Matriks Pada Variabel Tertimpa Material
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sebelum Pengendalian Ketinggian Kurang dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sesudah Pengendalian Ketinggian Kurang dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sebelum Pengendalian Ketinggian Lebih dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sesudah Pengendalian Ketinggian Lebih dari 8 Meter
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat pada Proyek Pembangunan Rumah
Susun TOD (Transit Oriented Development) Rawabuntu, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Indikator risiko keselamatan konstruksi pada pekerjaan bekisting aluminium, jika ditinjau baik pada pengerjaan elevasi
diatas maupun dibawah 8 meter yakni dibagi menjadi 6 garis besar yakni indikator pekerjaan persiapan peralatan,
pekerjaan pemasangan bekisting, pekerjaan pemasangan safety area façade/tepi bangunan (pemasangan
platform/safety screen/safety wings), pekerjaan pembongkaran bekisting, pekerjaan pembongkaran safety area
façade/tepi bangunan (pemasangan platform/safety screen/safety wings) dan indikator pengaruh cuaca.
2. Potensi risiko bahaya dengan tingkat risiko besar pada pelaksanaan pekerjaan bekisting (elevasi diatas/dibawah 8 meter)
berdasarkan analisis dari dua sudut pandang keselamatan konstruksi dan manajemen lapangan didapatkan tingkat risiko
terbesar yang sama pada potensi bahayanya, diantaranya sebagai berikut :
a. Potensi risiko bahaya material sisa (sampah plastik, kardus, dll)
b. Potensi risiko bahaya material jatuh ketika melakukan erection menggunakan TC atau peralatan sejenisnya
c. Potensi risiko bahaya jatuh dari ketinggian
d. Potensi risiko bahaya kejatuhan benda dari atas (tertimpa material, bekisting jatuh, pin/baji)
e. Potensi risiko bahaya gangguan pendengaran
f. Potensi risiko bahaya bekisting roboh
g. Potensi risiko bahaya akibat angin
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
3.Indikator risiko bahaya yang menjadi pembeda pada pelaksanaan pekerjaan bekisting aluminium yakni sebagai berikut :
a. Elevasi dibawah 8 meter
Terkena lemparan (pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak terjatuh) kurang dari 8 meter dapat
mengakibatkan kerugian serta berdampak fatal bagi para pelaku konstruksi maupun orang lain disekitar area
konstruksi.
1. Pada penelitian yang akan datang diharapkan indikator risiko diurutkan berdasarkan kategori-kategori bahaya
2. Sebelum melakukan penelitian harus memahami terlebih dahulu mengenai peraturan/regulasi yang sedang berlaku
guna untuk mengetahui pemenuhan dari standar keselamatan konstruksi pada metode Saferity Index
SELESAI
&
TERIMAKASIH