Anda di halaman 1dari 49

METODE PELAKSANAAN BEKISTING

KUMKANG

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN TOD


(TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT) RAWA BUNTU
BAB 1 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pekerjaan konstruksi sangat rentan terjadi kecelakaan kerja


akibat banyaknya risiko yang dihadapi pada suatu proyek. Proyek
konstruksi bersifat unik karena tidak ada proyek yang sama satu
dengan yang lainnya, dan keorganisasian proyek bersifat sementara.
Sifat-sifat dalam proyek konstruksi ini berpotensi mengakibatkan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan menjadi sebuah risiko. Risiko
berpotensial untuk berkomplikasi dan bermasalah pada penyelesaian
tugas dan pencapaian sasaran. Sehingga penilaian risiko kecelakaan
terhadap pekerja penting dilakukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja pada proyek konstruksi.
Pada awal tahun 2018 telah terjadi kecelakaan konstruksi
proyek jembatan yang berakibat pada rubuhnya beksiting girder. Maka
dari itu diperlukan perhatian yang baik terhadap perencanaan
bekisting agar risiko kecelakaan kerja dapat dihindari. Selain hal itu,
diperlukannya juga penilaian terhadap manajemen risiko kecelakaan
kerja dalam sebuah proyek konstruksi.
BAB 1 PENDAHULUAN

RUMUSAN MASALAH

1. Indikator risiko keselamatan konstruksi apa saja yang


muncul dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting alumunium
pada Proyek Rumah Susun TOD (Transit Oriented
Development) Rawabuntu pada elevasi diatas 8 meter
maupun 8 meter?

2. Risiko apa saja yang menjadi prioritas dalam penanganan


Proyek Rumah Susun TOD (Transit Oriented Development)
Rawabuntu pada elevasi diatas 8 meter maupun 8 meter
berdasarkan metode Severity Index?

3. Indikator risiko apa saja yang menjadi pembeda dalam


penanganan Proyek Rumah Susun TOD (Transit Oriented
Development) Rawabuntu pada elevasi diatas 8 meter
maupun 8 meter berdasarkan metode Severity Index?
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENELITIAN
No Penelitian Terdahulu Hasil Perbedaan
1 Grace (2020) Prioritas risiko utama pada metode FMEA a. Analisa risiko dilakukan dengan
Judul Penelitian : Analisis Manajemen adalah risiko manajemen dengan masing- metode Severity Index
Risiko dengan menggunakan Metode masing nilai risiko sebesar 38,67 dan b. Risiko yang dinilai hanya pada tahapan
Thresold Risk dan Failure Mode and 204,83. Prioritas sub indikator risiko pada pemasangan bekisting aluminium
Effect Analysis (FMEA) metode Threshold Risk terdiri dari risiko Kumkang
Terlambatnya pencairan dana c. Tidak menilai dampak risiko dari biaya,
Tujuan Penelitian : Mengidentifikasi operasional yang sudah direncanakan, mutu, dan waktu
risiko dan mengetahui prioritas risiko Keterlambatan dan Manajemen proyek d. Validasi risiko dilakukan dengan
pada proyek pembangunan Hotel yang kurang pengalaman dengan masing- penyebaran kuesioner
Manohara Yogyakarta masing nilai risiko sebesar 56. Prioritas
sub indikator risiko untuk FMEA terdapat
Metode : Thresold Risk dan Failure 4 sub indikator risiko diantaranya
Mode and Effect Analysis (FMEA) Keterlambatan, Manajemen proyek yang
kurang pengalaman, Pengaruh musim
hujan dan cuaca buruk dan Terjadinya
keterlambatan penyelesaian proyek
dengan masing-masing nilai RPN sebesar
392.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENELITIAN
No Penelitian Terdahulu Hasil Perbedaan
2 Nurgiantoro (2017) Hasil dari penelitian, nilai probabilitas a. Tidak menggunakan metode regresi
Judul Penelitian: Analisis Faktor Risiko dan dampak risiko yang tertinggi linear tunggal
Pada Proyek Pembangunan Rumah menurut penilaian Severty Index (SI) b. Penilaian risiko dari sudut pandang
Sakit Pendidikan Universitas Halu Oleo sebesar 0,30, sedangkan skala dampak Perencana, Pengawas, Kontraktor, dan
Tahap II adalah 0,10. Dari angka tersebut bisa Vendor
memperoleh besar dampak terhadap c. Hanya menilai risiko dari keselamatan
Tujuan Penelitian: biaya yang ditimbulkan pada proyek pekerja dan keselamatan konstruksi
a. Memperhitungkan atau konstruksi adalah 44 juta rupiah. Risiko
menganalisis seberapa besar nilai tergolong rendah dengan skala 20%-40%
probabilitas dan dampak risiko dimana hasil analisa angka tertinggi
b. bagaimana risiko yang akan timbul sebesar 20,48% yakni berada pada risiko
pada proyek secara keseluruhan kerusakan mesin dan kesalahan arus
c. bagaimana hubungan antara listrik.
frekuensi dan dampak risiko
berdasarkan jawaban dari kuesioner.

Metode: Severity Index (SI) dan


Regresi Linear Tunggal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN PENELITIAN

Penelitian Suradji (1992)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Suradji, mengatakan bahwa sebagian besar risiko kecelakaan merupakan hasil akhir dari
pengaruh manusia. Maka dari itu perlu adanya suatu pengelolaan serta pembenahan dari manajemen K3 guna
meminimalisirkan terjadinya risiko kecelakaan yang tidak diinginkan.
BAB 3 DASAR TEORI

MANAJEMEN RISIKO

Menurut Webb (1994) manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah
diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin
muncul. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Kerzner (2001)
mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana
didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen
fungsional yang mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang (Tarmudji, 2000).
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko
untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan
pemantauan risiko.
Manajemen risiko diharuskan untuk dilakukan pada seluruh siklus proyek dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir.
Ketidakpastian pada pekerjaan proyek tidak dapat sepenuhnya dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan metode Analisis Risiko
Sistematis (Systematic Risk Analysis). Dalam pengertian global, manajemen risiko adalah suatu proses untuk memastikan bahwa
semua yang dapat dilakukan akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari proyek namun tetap dalam batas-batas proyek. (Clark,
Pledger dan Needier 1990 dalam Construction Risk Management).
BAB 3 DASAR TEORI

KECELAKAAN KERJA

Menurut Geotsch (2008) dalam buku Occupational and Health for Technologist, Engineers, and Manager menyebutkan
bahwa kecelakaan menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan K3, karena selain untuk mencegah kecelakaan mereka juga perlu
mngetahui penyebab kecelakaan. Beberapa teori terkait dengan kecelakaan kerja antara lain :

1. Teori Loss Causation Model


Loss Causation Model adalah salah satu teori penyebab kecelakaan yang merupakan pengembangan dari teori domino
yang dikemukakan Heinrich. Teori yang dikembangkan oleh Frank E.Bird ini lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami oleh
pengguna, selain itu model teori ini juga dapat membantu dalam mengungkapkan fakta-fakta penting untuk mengendalikan
kecelakaan sehingga kerugian yang dapat timbul pada manusia, properti dapat dihindarkan. Pada teori ini tahapan kecelakan terdiri
atas loss (kerugian akibat kecelakaan), insiden, penyebab langsung, penyebeb dasr, serta kurangnya kontrol dari pihak manajemen.

2. Accident atau Incident Model


Teori ini dikembangkan oleh Dan Patersen. Teori ini merupakan pengembangan dari Farrel’s human factor theory dan
heinrich’s domino theory. Menurut partesen, human eror terjadi karena overload, ergonomic traps, dan decision to error. Human
error dapat menjadi penyebab kegagalan sistem yang akhirnya juga dapat menyebabkan kecelakaan.
Komponen kegagalan sistem adalah kontribusi yang penting menurut teori Peterson. Pertama, hal ini menunjukkan potensi
hubungan penyebab antara keputuan manajemen atau prilaku manajemen dan keselamatan. Kedua, itu membangun peran
manajemen dalam mencegah kecelakaan seperti konsep keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. Kegagalan itu dapat
disebabkan karena manajemen tidak membangun kebijakan keselamatan, tanggung jawab yang berkaitan dengan keselamatan
tidak secara jelas ditentukan, prosedur keselamatan seperti standar, inspeksi, pengukuran, investigasi diabaikan, pekerja tidak
diberikan pelatihan.(Geotsh, 2008)
A. KONSEP METODE PEMASANGAN BEKISTING
KUMKANG

A.1. Tahapan Pekerjaan Bekisting Di bawah 8 Meter


A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
A.1 ALUR PEKERJAAN BEKISTING DI BAWAH 8 METER

Mulai A

Persiapan Kordinasi Perakitan Bekisting Kolom,


Perakitan dan Pendukung
Datang dan Bekisting Balok
Pembongkaran Bekisting
Pengecekan Bersama
Mengecek Kemasan Konsultant
Bekisting
Hasil Pengecekan
Bekisting (tangga, dinding,
Perakitan Panel balok dll

Melapisi Permukaan Pengecoran


Dengan Oli
Pembongkaran Bekisting
A
Selesai
A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
GAMBARAN PEMASANGAN BEKISTING

BEKISTING KUMKANG

1. Perencanaan gambar menjadi


langkah awal sebelum
dilakukannya pencetakan
bekisting kumkang karena
tidak dapat terjadi perubahan
ketika pelaksanaan sudah
berlangsung.
2. Pengecekan pemasangan
yang dilakuan bersama
konsultan untuk mengetahui
hasil dari sudut dan
ketinggian yang sesuai pada
pekerjaan instalasi
pemasangan disetiap bagian
bekisting kumkang mulai dari
balok, kolom, plat dan lain-
lain.
A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
TAHAPAN IDENTIFIKASI BAHAYA

Keterangan:
Asumsi penentuan bahaya pada konstruksi dimulai salah satunya pada pekerjaan tangga, slab dan dinding

Berdasarkan gambar diatas, identifikasi penentuan bahaya sebagai berikut


1) Gambar 1 : pemasangan panel tangga yang dikerjakan dari bawah yang memungkinkan terjatuhnya
benda dari atas sepeti pin/baji, tangan terkena alat dan benda tajam
2) Gambar 2 : pemasangan panel slab yang dikerjakan dari bawah yang memungkinkan terjatuhnya
benda dari atas sepeti pin/baji, tangan terkena alat/benda tajam dan robohnya bekisting
3) Gambar 3 : pemasangan panel dindingyang dikerjakan dari sisi yang memungkikan terjatuh dari
ketinggian, tangan terkena benda tajam dan alat kerja
A. KONSEP METODE PEMASANGAN BEKISTING
KUMKANG

A.2. Tahapan Pekerjaan Bekisting Di Atas 8 Meter


A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
A.12 ALUR PEKERJAAN BEKISTING DI ATAS8 METER

Mulai A

Persiapan Kordinasi
Perakitan Bekisting Kolom,
Perakitan dan Pendukung
Datang dan Bekisting Balok
Pembongkaran Bekisting

Mengecek Kemasan Pengecekan Bersama


Bekisting Konsultant

Pengangkatan Material Hasil Pengecekan


Dengan Crane Bekisting (tangga, dinding,
balok dll
Perakitan Panel
Pengecoran

Melapisi Permukaan
Dengan Oli Pembongkaran Bekisting

A Selesai
A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
GAMBARAN PEMASANGAN BEKISTING DIATAS 8 METER

BEKISTING KUMKANG

1. Pemindahan material yang


berada di bawah sehingga
membutuhkan alat angkut
yang digunakan sepeti tower
crane untuk pemasangan
bekisting yang nantinya
dipakai dan pastikan kondisi
dibawah sudah steril dari
pekerja
2. Penerimaan material
bekisting dari tower crane
dan siapkan tempat untuk
pembongkaran/instalasi
bekisting
A. KONSEP METODEPEMASANGAN BEKISTING KUMKANG
TAHAPAN PEKERJAAN
TAHAPAN IDENTIFIKASI BAHAYA

Keterangan:
Asumsi penentuan bahaya pada konstruksi dimulai salah satunya pada pekerjaan pemindahan bekisting dan dinding

Berdasarkan gambar diatas, identifikasi penentuan bahaya sebagai berikut


1) Gambar 1 : pemindahan material yang dapat terjatuh akibat angin yang kecang atau diakibatkan
pengait yang kendor dan tali yang terputus sehingga dapat menyebabkan risiko tertimpanya
material pada pekerja serta keterlambatannya pekerjaan yang diakibatkan kecelakaan yang terjadi
2) Gambar 2 : pemasangan panel dinding yang dikerjakan dari sisi yang memungkikan terjatuh dari
ketinggian, tangan terkena benda tajam dan alat kerja
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALUR RENCANA PELAKSANAAN K3
B.1 ALUR PELAKSANAAN K3
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

• Zero Accident
– Zero Meninggal dan Cacat Tetap

• Penekanan Kehilangan Jam Kerja


– Penekanan Kehilangan Jam Kerja ( Akibat Sakit ) maksimal 5% dari total jam
kerja per bulan

– Penekanan Kehilangan Jam Kerja ( Akibat Nearmiss / Insiden Kerja) maksimal


1% dari total jam kerja per bulan

• Peningkatan Pemahaman Kesehatan dan Keselamatan Kerja


– Kedisiplinan Penggunaan Alat Pelindung Diri 95 % per bulan

– Sosialisasi Pelaporan Kejadian Insiden dan Nearmiss minimal 1 Laporan per


bulan
BAB 4 METODE PENELITIAN

PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitan ini dilakukan dengan cara Observasi, Wawancara dan dilakukan
Pemberian serta pengisian Kuisioner. Observasi pada penelitin ini dilakukan untuk mengamati kebenaran data hasil
temuan yang diperoleh dari wawancara terhadap responden yang telah dilakukan sebelumnya, dengan kata lain
jawaban yang disampaikan oleh seluruh responden dapat diuji keabsahannya melalui hasil pengamatan di
lapangan. Observasi juga dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai situasi di
lapangan, sehingga wawasan lebih realistis dan faktual.
Wawancara sebagai metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi secara langsung dari narasumber yang memiliki kompetensi dan kapabilitas sesuai
dengan kebutuhan, sehingga data yang diperoleh sesuai fakta dan mendalam. Pada penelitian ini menggunakan
metode wawancara mendalam (in-depth-interview), yaitu proses wawancara yang menggali informasi secara
mendalam, terbuka dan bebas namun tetap fokus pada topik yang diteliti.
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan
seperangkat daftar pertanyaan mengenai variabel-variabel yang diukur melalui perencanaan yang matang, disusun
dan dikemas sedemikian rupa, sehingga jawaban dari semua pertanyaan benar-benar menggambarkan keadaan
variabel yang sebenarnya.
BAB 4 METODE PENELITIAN

PENGOLAHAN DATA

Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya melakukan proses analisis data untuk mengetahui hasil
kombinasi penilaian probabilitas dan dampak risiko yang berhubungan dengan aspek kecelakaan konstruksi,
beserta upaya pencegahannya dengan Metode Severity Index dan Probabilitas responden didapat berdasarkan
klasifikasi penilaian yang dimana memiliki tingkatan dari skala yang paling rendah ke skala yang paling tinggi.
Selanjutnya, penilaian atas probabilitas dikonversikan terhadap skala penilaian agar dapat diinput pada matriks
probabilitas dan dampak.
BAB 4 METODE PENELITIAN
BAGAN ALIR PENELITIAN
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN PENGENDALIAN RISIKO

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENGENDALIAN BAHAYA (IBPRPB)


HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT AND CONTROL (HIRAC)
Pekerjaan Bekisting Alumunium

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian

Uraian Kegiatan / Skenario


No (Kondisi/Situasi yang Risiko dapat Rujukan Peraturan TR Risiko dapat
Aktivitas Proyek terlibat) S/C L/F TR S/C L/F
Potensial Risiko Bahaya ditoleransi Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Prosed (R × ditoleransi
(R) (L) (R × L) (R) (L)
(Yes/No) ur L) (Yes/No)

Tertimpa Material 3 3 9 No - Cara penyimpanan, - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 2 Yes


          pengambilan/pemasangan bekisting Keselamatan Kerja        
aluminium yang benar. - UU No. 36 Thn 2009 tentang
Kesehatan Kerja
- Saat pengangkatan menggunakan - Permenaker RI No.
alat angkat, jangan berada tepat Per-01?MEN/1980 tentang
dibawahnya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tangan terkena benda 4 1 4 No Pada Konstruksi Bangunan 2 1 2 Yes
tajam - Gunakan sarung tangan - Permenaker No.
Per-08/MEN/2010 tentang Alat
Material sisa (sampah 5 2 10 No - Sediakan tempat sampah material Pelindung Diri 1 1 1 Yes
plastik, kardus, dll) - Permenaker No. Per05/MEN/1985
Pekerjaan Lifing tersebut
(mobilisasi dan tentang Pesawat Angkat dan Angkut
1
demobilisasi
Persiapan Peralatan Material jatuh ketika 4 5 20 No - Permenaker No.        
melakukan erection         Per-09/MEN/2010 tentang Operator
bekisting) menggunakan TC atau - Melakukan pengecekan peralatan
        terlebih dahulu
dan Petugas Pesawat Angkat dan
peralatan sejenisnya Angkut
-Permenaker No.
Per-013/MEN/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di
Tempat Kerja
- Pemantauan ketika melakukan
erection material
 
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN PENGENDALIAN RISIKO


IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENGENDALIAN BAHAYA (IBPRPB)
HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT AND CONTROL (HIRAC)
Pekerjaan Bekisting Alumunium
Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Skenario Risiko
Uraian Kegiatan / Rujukan Peraturan Risiko dapat
No Aktivitas Proyek (Kondisi/Situasi S/C L/F TR dapat S/C L/F TR
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Pro ditoleransi
(R) (L) (R × L) ditoleransi sedur (R) (L) (R × L) (Yes/No)
(Yes/No)
Terkena lemparan (Pin/baji 5 1 5 No - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 3 Yes
terlempar dengan jarak         - Gunakan APD dengan benar Keselamatan Kerja        
dekat, dan tidak terjatuh) - Buat metode cara melepas pin/baji yang efektif - UU No. 36 Thn 2009 tentang
Kesehatan Kerja
Jatuh dari kjetinggian 4 5 20 No - Gunakan APD dan APK sesuai kebutuhan - Permenaker RI No. Per-01? 1 1 1 Yes
  - Pastikan kondisi peralatan kerja masih bagus MEN/1980 tentang Keselamatan        
dan Kesehatan Kerja Pada        
- Pastikan area kerja dalam kondisi aman        
- Pasang rambu-rambu "BAHAYA TERJATUH" Konstruksi Bangunan
Kejatuhan benda dari atas 5 5 25 No - Permenaker No. 2 1 2 Yes
- Pasang rambu-rambu "AWAS BENDA JATUH" Per-08/MEN/2010 tentang Alat
(tertimpa material,        
bekisting jatuh, pin/baji) - Gunakan APD sesuai dengan ketentuan dan Pelindung Diri        
kebutuhan - Permenaker No.        
Per05/MEN/1985 tentang        
- Pasang Safety Deck / Screen Pesawat Angkat dan Angkut
- Pasang jaring pengaman / safety net        
- Permenaker No.
2 Pekerjaan Bongkar Pemasangan - Cara penyimpanan, pengambilan/pemasangan Per-09/MEN/2010 tentang
       
- Pasang Bekisting
bekisting aluminium yang benar. Operator dan Petugas Pesawat
- Setiap material jangan ditempatkan disisi bangunan Angkat dan Angkut
-Permenaker No.
- Perimeter bangunan harus selalu bersih dari material Per-013/MEN/2011 tentang Nilai
Gangguan pendengaran 5 5 25 No - Gunakan APK (Ear Plug) Ambang Batas Faktor Fisika di 2 1 2 Yes
Tangan terkena alat kerja 4 2 8 No - Gunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaannya (misal Tempat Kerja 1 1 1 Yes
dan benda tajam         : sarung tangan, dll)        
                 
  - Berikan arahan (TBM) kepada pekerja supaya fokus
dalam bekerja
- Jaga jarak aman posisi tubuh/tangan dari titik tajam
Bekisting roboh 4 5 20 No - Pengecekan bekisting sebelum dilakukan pengecoran 2 1 2 Yes
          - Analisis kekuatan bekisting        
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN PENGENDALIAN RISIKO

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENGENDALIAN BAHAYA (IBPRPB)


HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT AND CONTROL (HIRAC)
Pekerjaan Bekisting Alumunium

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Skenario
Uraian Kegiatan /
No (Kondisi/Situasi yang Risiko dapat Rujukan Peraturan Risiko dapat
Aktivitas Proyek terlibat) Potensial Risiko S/C L/F TR S/C L/F TR
Bahaya (R) (L) (R × L) ditoleransi Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Prose (R) (L) (R × L) ditoleransi
(Yes/No) dur (Yes/No)
Jatuh dari 5 5 25 No - Siapkan safety life di area perimeter - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 2 Yes
ketinggian         bangunan Keselamatan Kerja        
          - UU No. 36 Thn 2009 tentang        
          - Berikan areahan (TBM) kepada pekerja Kesehatan Kerja        
          - Tes melewati jembatan dari pipa untuk - Permenaker RI No.        
          bekerja diketinggian Per-01?MEN/1980 tentang        
  Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Pastikan kondisi pekerja dalam keadaan Pada Konstruksi Bangunan
sehat - Permenaker No.
- Gunakan APD dan APK secara benar Per-08/MEN/2010 tentang Alat
Pemasangan Safety - Pasang rambu-rambu "BAHAYA Pelindung Diri 2 1 2 Yes
area façade / Tepi TERJATUH" - Permenaker No. Per05/MEN/1985        
bangunan tentang Pesawat Angkat dan        
Pekerjaan Bongkar - Kejatuhan benda 5 5 25 No - Pasang rambu-rambu "AWAS BENDA
2  (Pemasangan Angkut        
Pasang Platform / safety dari atas         JATUH" - Permenaker No.        
screen / safety           Per-09/MEN/2010 tentang
          - Gunakan APD sesuai dengan ketentuan
wings) dan kebutuhan Operator dan Petugas Pesawat
          Angkat dan Angkut
  - Cara penyimpanan, -Permenaker No.
pengambilan/pemasangan material yang Per-013/MEN/2011 tentang Nilai
benar. Ambang Batas Faktor Fisika di
- Setiap material jangan ditempatkan Tempat Kerja
disisi bangunan
- Perimeter bangunan harus selalu bersih
dari material
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN PENGENDALIAN RISIKO


IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENGENDALIAN BAHAYA (IBPRPB)
HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT AND CONTROL (HIRAC)
Pekerjaan Bekisting Alumunium
Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Skenario Risiko
Uraian Kegiatan / Risiko dapat Rujukan Peraturan
No Aktivitas Proyek (Kondisi/Situasi S/C L/F TR S/C L/F TR dapat
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya (R) (L) (R × L) ditoleransi Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Pr (R) (L) (R × L) ditoleransi
(Yes/No) osedur
(Yes/No)
Terkena lemparan 5 1 5 No - Gunakan APD dengan benar - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 3 Yes
(Pin/baji terlempar         Keselamatan Kerja        
dengan jarak dekat, dan - UU No. 36 Thn 2009 tentang
tidak terjatuh) - Buat metode cara melepas pin/baji yang efektif Kesehatan Kerja
- Permenaker RI No. Per-01?
Jatuh dari kjetinggian 4 5 20 No - Gunakan APD dan APK sesuai kebutuhan MEN/1980 tentang 1 1 1 Yes
      - Pastikan kondisi peralatan kerja masih bagus Keselamatan dan Kesehatan        
      Kerja Pada Konstruksi Bangunan        
      - Pastikan area kerja dalam kondisi aman - Permenaker No.        
- Pasang rambu-rambu "BAHAYA TERJATUH" Per-08/MEN/2010 tentang Alat
Kejatuhan benda dari 5 5 25 No - Pasang rambu-rambu "AWAS BENDA JATUH" Pelindung Diri 2 1 2 Yes
atas (tertimpa material,          - Gunakan APD sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan - Permenaker No.        
bekisting jatuh, pin/baji) Per05/MEN/1985 tentang        
- Pasang Safety Deck / Screen        
Pesawat Angkat dan Angkut
- Pasang jaring pengaman / safety net - Permenaker No.        
- Cara penyimpanan, pengambilan/pemasangan bekisting Per-09/MEN/2010 tentang        
Pekerjaan Bongkar Pembongkaran aluminium yang benar. Operator dan Petugas Pesawat        
2 - PasanG Bekisting
- Setiap material jangan ditempatkan disisi bangunan Angkat dan Angkut
-Permenaker No.
- Perimeter bangunan harus selalu bersih dari material Per-013/MEN/2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor
Gangguan pendengaran 5 5 25 No - Gunakan APK (Ear Plug) Fisika di Tempat Kerja 2 1 2 Yes
Tangan terkena alat 4 2 8 No - Gunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaannya '(misal : 1 1 1 Yes
kerja dan benda tajam         sarung tangan, dll)        
               
- Berikan arahan (TBM) kepada pekerja supaya fokus
dalam bekerja
- Jaga jarak aman posisi tubuh/tangan dari titik tajam
Bekisting roboh 4 5 20 No - Pastikan pembongkaran sesuai dengan metode yang 2 1 2 Yes
        telah dibuat        
- Susun rapi material bongkaran, dan jauhkan dari sisi
perimeter bangunan
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, DAN PENGENDALIAN RISIKO


IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN PENGENDALIAN BAHAYA (IBPRPB)
HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESMENT AND CONTROL (HIRAC)
Pekerjaan Bekisting Alumunium
Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan
Pengendalian Pengendalian Risiko Bahaya Sesudah Pengendalian
Uraian Skenario
No Kegiatan / (Kondisi/Situasi yang Risiko dapat Rujukan Peraturan TR Risiko dapat
Aktivitas Proyek terlibat) Potensial Risiko S/C L/F TR S/C L/F
Bahaya (R) (L) (R × L) ditoleransi Pengendalian yang disyaratkan per-UU-an/Regulasi/Standar/Pros (R) (L) (R × ditoleransi
(Yes/No) edur L) (Yes/No)
Jatuh dari ketinggian 5 5 25 No - Siapkan safety life di area perimeter bangunan - UU No. 1 Thn 1970 tentang 2 1 2 Yes
          Keselamatan Kerja        
          - UU No. 36 Thn 2009 tentang        
- Berikan areahan (TBM) kepada pekerja
  Kesehatan Kerja
          - Tes melewati jembatan dari pipa untuk bekerja - Permenaker RI No. Per-01?        
          diketinggian MEN/1980 tentang Keselamatan        
        - Pastikan kondisi pekerja dalam keadaan sehat dan Kesehatan Kerja Pada        
Konstruksi Bangunan
- Permenaker No.
Pembongkaran - Gunakan APD dan APK secara benar Per-08/MEN/2010 tentang Alat
Safety area façade / - Pasang rambu-rambu "BAHAYA TERJATUH" Pelindung Diri
Pekerjaan Tepi bangunan - Permenaker No.
2 Bongkar - Pasang (Pemasangan Kejatuhan benda dari 5 5 25 No - Pasang rambu-rambu "AWAS BENDA JATUH"
Per05/MEN/1985 tentang Pesawat
2 1 2 Yes
Platform / safety atas         - Gunakan APD sesuai dengan ketentuan dan        
  Angkat dan Angkut
screen / safety         kebutuhan - Permenaker No.        
wings)  
 
        - Cara penyimpanan, pengambilan/pembongkaran Per-09/MEN/2010 tentang        
          material yang benar. Operator dan Petugas Pesawat        
Angkat dan Angkut
-Permenaker No.
- Setiap material jangan ditempatkan disisi Per-013/MEN/2011 tentang Nilai
bangunan Ambang Batas Faktor Fisika di
- Perimeter bangunan harus selalu bersih dari Tempat Kerja
material  
 
Panas 3 1 3   - Gunakan baju lengan panjang   1 1 1 Yes
   
        - Sediakan air supaya tidak dehidrasi          
 
  Hujan 3 3 9   - Sediakan jas hujan   1 1 1 Yes
            - Simpan material ditempat yang aman        
3 Cuaca  
          - Berteduh supaya badan tidak sakit        
 
  Angin 3 5 15   - Simpan material yang aman, supaya tidak 1 1 1 Yes
terbang/jatuh
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI

Helm Safety
Alat ini digunakan untuk melindungi kepala dari barang jatuh atau benturan pada
kepala.

Sepatu safety
Berfungsi untuk melindungi kaki dari benda tajam dan melindungi kaki dari
kejatuhan barang keras. Olek karena itu sepatu harus dibuat dengan sol yang
kuat serta bagian depan yang keras. Sehingga pemakai dapat bekerja tanpa
khawatir terluka.

Rompi keselamatan
Digunakan untuk melindungi pekerja dari pengaruh yang tidak sehat. Selain itu
dimalam hari terdapat garis yang menyala saat terkena cahaya jadi juga
menghindarkan pengguna dari kecelakaan.
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI

Kacamata safety
Kacamata jenis ini digunakan untuk melindungi pemakai dari debu dan kayu di
lokasi proyek.

Kacamata las
Digunakan untuk melindungi mata tukang las, karena cahaya dari las dapat
merusak penglihatan apabila tidak menggunakan kacamata ini.

Masker
Digunakan untuk mencegah pengguna menghirup udara yang kurang sehat.
Karena seperti diketahui udara di lokasi proyek pasti banyak debu, serbuk
kayu, cat, dan lain sebagainya
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI

Kaus tangan safety


Digunakan pada beberapa pekerjaan seperti las, pengecatan, kayu dll.
Berfungsi untuk melindungi tangan pengguna

Penutup telinga
Digunakan untuk melindungi telingan pengguna dari suara-suara yang
terlalu bising agar tidak merusak gendang pendengaran pengguna

Alat pemadam api


Seperti namanya alat ini digunakan untuk memadamkan api apabila terjadi
kebakaran
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ALAT PELINDUNG DIRI

Kotak P3K
Berisi alat dan obat yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama.

Body harness
Digunakan sebagai pengaman saat bekerja di tempat yang tinggi

Rambu peringatan keamanan diri


Berfungsi untuk mengingatkan semua personil proyek tentang keamanan diri
B. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KESELAMATAN KERJA

TERJADI
KECELAKAAN

LUKA LUKA
RINGAN BERAT

AKI BAT

HUBUNGI
KOORDI NATOR
KEAMANAN
PENGOBATAN
P3K HUB UNGI KEL UARGA
PENANGGUNG JAWA B
K ORBA N

PENGURUSAN SURAT:
- L APORAN POLISI
- VISUM
HASI L
- PENGAMBIL AN JENAZAH PERAWATAN
- SURAT JAL AN PEMERIKSAAN?

LAPORAN &
CLAIM

BAWA JENAZAH PENGURUSAN KE SELESAI


DEPNAKER &
BPJS
SELESAI
PENYELESAIAN
AKHIR

SEL ESAI
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
DATA PENELITIAN
Setelah melakukan identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian pada pekerjaan bekising dari ketinggian
kurang dari 8 meter dan lebih dari 8 meter. Kemudian setelah dilakukannya pengendalian akan mengurangi skala penilaian
kemungkinan maupun keparahan. Oleh karena itu berikut hasil analisa penilaian risiko sebelum dilakukan pengendalian dan
setelah dilakukan pengendalian yang dilakukan oleh HSE pada pekerjaa bekisting kurang dari 8 meter dan lebih dari 8 meter:
1 Sample Data Sebelum Pengendalian Dengan Ketinggian Kurang Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Skenario (Kondisi/Situasi
No Uraian Kegiatan / Aktivitas Proyek S/C L/F TR
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya
(R) (L) (R × L)
1 Pekerjaan Lifing Persiapan Peralatan Tertimpa Material 3 3 9
(mobilisasi dan demobilisasi bekisting)
Tangan terkena benda tajam 4 1 4

Material sisa (sampah


5 2 10
plastik, kardus, dll)

Material jatuh ketika


melakukan erection
4 5 20
menggunakan TC atau
peralatan sejenisnya
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
DATA PENELITIAN
1 Sample Data Sesudah Pengendalian Dengan Ketinggian Kurang Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Skenario (Kondisi/Situasi
No Uraian Kegiatan / Aktivitas Proyek S/C L/F TR
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya
(R) (L) (R × L)
1 Pekerjaan Lifing Persiapan Peralatan Tertimpa Material 2 1 2
(mobilisasi dan demobilisasi bekisting)
Tangan terkena benda tajam 2 1 2

Material sisa (sampah


1 1 1
plastik, kardus, dll)

Material jatuh ketika


melakukan erection
2 1 3
menggunakan TC atau
peralatan sejenisnya
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DATA PENELITIAN
1 Sample Data Sebelum Pengendalian Dengan Ketinggian Lebih Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Skenario (Kondisi/Situasi
No Uraian Kegiatan / Aktivitas Proyek S/C L/F TR
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya
(R) (L) (R × L)
1 Pekerjaan Lifing Persiapan Peralatan Tertimpa Material 3 3 9
(mobilisasi dan demobilisasi bekisting)
Tangan terkena benda tajam 4 1 4

Material sisa (sampah


5 2 10
plastik, kardus, dll)

Material jatuh ketika


melakukan erection
4 5 20
menggunakan TC atau
peralatan sejenisnya
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DATA PENELITIAN
1 Sample Data Sesudah Pengendalian Dengan Ketinggian Lebih Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Skenario (Kondisi/Situasi
No Uraian Kegiatan / Aktivitas Proyek S/C L/F TR
yang terlibat) Potensial Risiko Bahaya
(R) (L) (R × L)
1 Pekerjaan Lifing Persiapan Peralatan Tertimpa Material 2 1 2
(mobilisasi dan demobilisasi bekisting)
Tangan terkena benda tajam 2 1 2

Material sisa (sampah


1 1 1
plastik, kardus, dll)

Material jatuh ketika


melakukan erection
menggunakan TC atau
peralatan sejenisnya
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
PENILAIAN TINGKAT RISIKO
Penilaian terhadap keparahan yang ditimbulkan berdasarkan hasil pengendalian. Maka analisa fakta tersebut
bertujuan untuk menentukan skor kembali atau kategosi bagi masing-masing variabel risiko. Berdasarkan data penelitian
keparahan (severity) yang sudah dilakukan, maka akan dihitung berdasarkan nilai keparahan (severity) untuk masing-masing
variabel yang ada. Masing-masing variabel memeiliki nilai keparahan (severity) yang berbeda, sehingga nilai keparahan
tersebut harus dihitung dengan menggunakan rumus severity index. Sebagai contoh pada variabel potensi risiko bahaya
tertimpa material dengan penilaian 3 yang didapatkan dari PERMEN PUPR No.21 Tahun 2019. Severity index dengan
menggunakan rumus seperti dibawah ini.

Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai severity index untuk variabel variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
adalah 60% dengan Rank 3 (Sedang = 37,5% < SI ≤ 62,5%). Berikut tabel hasil perhitungan keseluruhan severity.
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Contoh Hasil Perhitungan Keparahan Kurang Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Likelihood Rank
L/F
Potensial Risiko Bahaya Index L/F L/F
(L)
Tertimpa Material 3 60% 3
Tangan terkena benda tajam 1 20% 2
Material sisa (sampah plastik, kardus, dll) 2 40% 3
Material jatuh ketika melakukan erection menggunakan TC atau
5 100% 5
peralatan sejenisnya

Terkena lemparan (Pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak


1 20% 2
terjatuh)
Jatuh dari kjetinggian 5 100% 5
Kejatuhan benda dari atas (tertimpa material, bekisting jatuh,
5 100% 5
pin/baji)
Gangguan pendengaran 5 100% 5
Tangan terkena alat kerja dan benda tajam 2 40% 3
Bekisting roboh 5 100% 5
Jatuh dari ketinggian 5 100% 5
Kejatuhan benda dari atas 5 100% 5
Terkena lemparan (Pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak
1 20% 2
terjatuh)
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penilaian Terhadap Keparahan Pada Ketinggian Lebih Dari 8 Meter

Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai severity index untuk variabel variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
adalah 40% dengan Rank 3 (Sedang = 37,5% < SI ≤ 62,5%). Berikut tabel hasil perhitungan keseluruhan severity.
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Contoh Hasil Hasil Perhitungan Keparahan Lebih Dari 8 Meter

Potensi Risiko Bahaya sebelum Dilakukan Pengendalian


Likelihood Rank
L/F
Potensial Risiko Bahaya Index L/F L/F
(L)
Tertimpa Material 2 40% 3
Tangan terkena benda tajam 2 40% 3
Material sisa (sampah plastik, kardus, dll) 1 20% 2
Material jatuh ketika melakukan erection menggunakan TC atau
peralatan sejenisnya

Terkena lemparan (Pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak


2 40% 3
terjatuh)
Jatuh dari kjetinggian 1 20% 2
Kejatuhan benda dari atas (tertimpa material, bekisting jatuh,
2 40% 3
pin/baji)
Gangguan pendengaran 2 40% 3
Tangan terkena alat kerja dan benda tajam 1 20% 2
Bekisting roboh 2 40% 3
Jatuh dari ketinggian 2 40% 3
Kejatuhan benda dari atas 2 40% 3
Terkena lemparan (Pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak
2 40% 2
terjatuh)
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Setelah semua perhitungan skala penilaian kemungkinan dan keparahan telah dilakukan maka didapatkan hasil rank severity
index dan rank likelihood index. Berikut adalah tabel klasifikasi tingkat risiko dengan menggunakan matriks berdasarkan
PERMEN PUPR No.21 Tahun 2019 seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Keterangan:
1–4 = Tingkat Risiko Rendah
5 – 12 = Tingkat Risiko Sedang
15 – 25 = Tingkat Risiko Tinggi

Berdasarkan tabel diatas, sebagai contoh tingkat risiko matriks pada variabel potensi risiko bahaya tertimpa material
didapat rank severity index 3 dan rank likelihood index 3. Maka dapat diplotkan dan didapatkan peringkat risiko 9 masuk
dalam kategori “Tingkat Risiko Sedang” seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Plot Matriks Pada Variabel Tertimpa Material
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sebelum Pengendalian Ketinggian Kurang dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sesudah Pengendalian Ketinggian Kurang dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sebelum Pengendalian Ketinggian Lebih dari 8 Meter
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi Bahaya Sesudah Pengendalian Ketinggian Lebih dari 8 Meter
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat pada Proyek Pembangunan Rumah
Susun TOD (Transit Oriented Development) Rawabuntu, dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Indikator risiko keselamatan konstruksi pada pekerjaan bekisting aluminium, jika ditinjau baik pada pengerjaan elevasi
diatas maupun dibawah 8 meter yakni dibagi menjadi 6 garis besar yakni indikator pekerjaan persiapan peralatan,
pekerjaan pemasangan bekisting, pekerjaan pemasangan safety area façade/tepi bangunan (pemasangan
platform/safety screen/safety wings), pekerjaan pembongkaran bekisting, pekerjaan pembongkaran safety area
façade/tepi bangunan (pemasangan platform/safety screen/safety wings) dan indikator pengaruh cuaca.

2. Potensi risiko bahaya dengan tingkat risiko besar pada pelaksanaan pekerjaan bekisting (elevasi diatas/dibawah 8 meter)
berdasarkan analisis dari dua sudut pandang keselamatan konstruksi dan manajemen lapangan didapatkan tingkat risiko
terbesar yang sama pada potensi bahayanya, diantaranya sebagai berikut :
a. Potensi risiko bahaya material sisa (sampah plastik, kardus, dll)
b. Potensi risiko bahaya material jatuh ketika melakukan erection menggunakan TC atau peralatan sejenisnya
c. Potensi risiko bahaya jatuh dari ketinggian
d. Potensi risiko bahaya kejatuhan benda dari atas (tertimpa material, bekisting jatuh, pin/baji)
e. Potensi risiko bahaya gangguan pendengaran
f. Potensi risiko bahaya bekisting roboh
g. Potensi risiko bahaya akibat angin
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
3.Indikator risiko bahaya yang menjadi pembeda pada pelaksanaan pekerjaan bekisting aluminium yakni sebagai berikut :
a. Elevasi dibawah 8 meter
Terkena lemparan (pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak terjatuh) kurang dari 8 meter dapat
mengakibatkan kerugian serta berdampak fatal bagi para pelaku konstruksi maupun orang lain disekitar area
konstruksi.

b. Elevasi diatas 8 meter


Terkena lemparan (pin/baji terlempar dengan jarak dekat, dan tidak terjatuh) lebih dari 8 meter apabila pin/baji
tersebut terlempar sangat keras dan kemudian mengakibatkan cacat, korban dari kecelakaan tersebut berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER – 01/MEN/I/2007 Tentang Pedoman Pemberian
Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan diberikan penghargaan.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
SARAN
Dari hasil penelitian tentunya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti memberi saran untuk peneliti
selanjutnya antara lain sebagai berikut :

1. Pada penelitian yang akan datang diharapkan indikator risiko diurutkan berdasarkan kategori-kategori bahaya
2. Sebelum melakukan penelitian harus memahami terlebih dahulu mengenai peraturan/regulasi yang sedang berlaku
guna untuk mengetahui pemenuhan dari standar keselamatan konstruksi pada metode Saferity Index
SELESAI
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai