Anda di halaman 1dari 8

DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.

317-324 317

RISIKO K3 PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI


BANGUNAN GEDUNG SWASTA

Ni Kadek Sri Ebtha Yuni1), I Nyoman Suardika1), dan I Wayan Sudiasa1)


1) Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali, Badung, Bali
ebthayuni@pnb.ac.id

ABSTRACT
Project risks sourced from the environment, planning, financial, technical, humane,
criminal, and safety. The purpose of this study to identify the safety and health risks of
building construction on structural and architectural work, determine the value of risk
based on the results of identification, determine risk control based on the hierarchy of risk
control. This research was conducted on a private construction project on structural and
architectural work. The method used is interviews and surveys. Surveys were conducted to
obtain risk identification, and interviews to respondents. There were 28 identified risks, 11
risks were in the mild category and 17 were moderate risks. This risks are controlled by
tool box meetings, managing work positions, placement of materials and tools, installing
signs, work permits, using helmets, shoes, safety belts, gloves, and masks.

Keywords: construction projects, occupational health and safety, project risks

ABSTRAK
Risiko proyek bisa bersumber dari lingkungan, perencanaan, keuangan, teknis,
manusiawi, kriminal dan keselamatan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko
keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi bangunan gedung pada pekerjaan struktur
dan arsitektur, menentukan nilai risiko berdasarkan hasil identifikasi, menentukan
pengendalian terhadap risiko berdasarkan hirarki pengendalian risiko. Penelitian ini
dilakukan pada proyek konstruksi swasta pada pekerjaan struktur dan arsitektur. Metode
yang digunakan adalah wawancara dan survey lapangan. Survey lapangan dilakukan
untuk memperoleh identifikasi risiko K3, dan wawancara untuk memperoleh pendapat
responden dalam menentukan tindakan mitigasi risiko. Terdapat 28 risiko yang
teridentifikasi, berada pada kategori ringan sebanyak 11 risiko dan sedang 17 risiko.
Risiko-risiko tersebut dikendalikan dengan TBM (tools box meeting), APK (mengatur
posisi kerja, penempatan material dan alat, pemasangan rambu-rambu), mengajukan ijin
bekerja, menggunakan APD (helm, sepatu, safty belt, sarung tangan, dan masker).

Kata kunci: proyek konstruksi, K3, risiko proyek

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 318

PENDAHULUAN dengan kategori risiko tinggi yang perlu


Salah satu industri yang memiliki mendapat penanganan (Persada, 2015).
risiko kecelakaan tinggi adalah jasa Penelitian ini menganalisis pekerjaan
konstruksi, karena dianggap berbahaya dan struktur dan arsitektur. Langkah pertama
dapat mengancam nyawa seseorang. Saat diawali dengan melakukan observasi
ini setiap pelaksanaan konstruksi lapangan untuk melihat kemungkinan
diwajibkan melaksanakan K3 risiko yang terjadi. Selanjutnya melakukan
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), wawancara kepada responden yang terpilih
namun masih belum maksimal. Konstruksi untuk memperoleh data identifikasi risiko
bangunan gedung memiliki pekerjaan yang yang mungkin terjadi pada saat
kompleks dibandingkan konstruksi pelaksanaan pekerjaan. Risiko-risiko yang
lainnya. Bangunan gedung terdiri dari teridentifikasi selanjutnya diberikan
kelompok pekerjaan struktur, arsitektur, penilaian untuk menentukan risiko yang
mekanikal dan elektrikal, plumbing, paling sering terjadi. Tahap terakhir adalah
interior, landscape, dan pekerjaan menentukan mitigasi atau pengendalian
tambahan lainnya. risiko berdasarkan hirarki pengendalian
Berdasarkan penelitian Setiawan, risiko.
(2014) jumlah kecelakaan kerja konstruksi
yang paling sering terjadi dari tahun 2005 KAJIAN PUSTAKA
sampai tahun 2015 adalah terjatuh, Manajemen Risiko
tersengat listrik dan tertimpa. Penelitian Risiko proyek merupakan suatu

Sari (2016) dan Abryandoko (2018) kejadian yang tidak pasti atau berpeluang

memperoleh risiko K3 berupa tanah terjadi, dan mempengaruhi pelaksanaan

longsor, terkena benda tajam, terjatuh dari proyek. Ketidakpastian akibat aktivitas

tempat tinggi, dan tersengat aliran listrik. manusia/teknologi dapat dikurangi dengan

Risiko lain berupa tenaga kerja yang menggali lebih banyak informasi dan

mengalami sakit akibat kerja berupa menerapkan model yang lebih baik.

gangguan sistem pernafasan (Purba et al., Manajemen risiko dilakukan pada setiap

2015). Risiko paling fatal adalah terjadinya tahapan proyek (Husen, 2009).

kematian (Astiti, 2015). Pada pekerjaan


Identifikasi Risiko
skafolding memiliki 40 potensi bahaya
Identifikasi risiko dilakukan untuk
mengumpulkan risiko-risiko yang

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 319

kemungkinan bisa terjadi dalam suatu dilakukan sampai batas yang dapat
pelaksanaan pekerjaan. Risiko dapat diterima, walaupun tidak sepenuhnya dapat
dikenali berdasarkan sumbernya, kejadian dihilangkan. Identifikasi tindakan
dan akibat yang ditimbulkan. Dalam pengendalian ini dilakukan dengan hirarki
manajemen risiko, diawali dengan pengendalian risiko, yaitu eliminasi,
mengadakan identifikasi risiko untuk substitusi, rekayasa teknik, pengendalian
menguraikan dengan rinci jenis risiko yang administrasi, dan penggunaan alat
mungkin terjadi dari kegiatan yang akan pelindung diri.
atau sedang dilakukan (Norken, 2015). 1. Eliminasi merupakan peniadaan
Tahapan ini juga memberikan informasi kondisi berbahaya.
dengan detail tentang potensi bahaya dan 2. Substitusi merupakan
konsekuensinya. penggantian kondisi dan
tindakan berbahaya, dengan
Penilaian Risiko (Risk Assessment)
yang lebih aman dan sehat.
Penilaian risiko berdasarkan
3. Rekayasa merupakan
PERMEN PU No. 05-PRT-M-2014 nilai
penggunakan teknologi dan
kekerapan terjadinya risiko K3 konstruksi
metode kerja yang dapat
yaitu nilai 1 (satu) jarang terjadi dalam
meminimalisir risiko.
kegiatan konstruksi, nilai 2 (dua) kadang-
4. Administratif merupakan
kadang terjadi dalam kegiatan konstruksi,
penggunaan prosedur ijin kerja
nilai 3 (tiga) sering terjadi dalam kegiatan
yang terkordinasi.
konstruksi. Nilai keparahan yaitu 1
5. APD merupakan penggunaan
(ringan), 2 (sedang), 3 (berat).
alat pelindung diri yang baik dan
Hazzard identification and risk
tepat, untuk mengurangi
assessment adalah metode
terpaparnya oleh bahaya dan
mengidentifikasi bahaya melalui penilaian
risiko.
dan matrik risiko (Susihono, 2013).
Selain melalui hirarki pengendalian
Pengendalian Risiko risiko, pengendalian juga bisa melalui
Pengendalian risiko dilakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta
dengan tujuan menentukan tindakan untuk motivasi, evaluasi melalui audit, dan
mengurangi akibat risiko yang telah penegakan hokum, safety induction, safety
diidentifikasi. Selain itu, pengendalian talk, training (Sucita, 2011).

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 320

METODE PENELITIAN terpilih. Penilaian risiko diawali dengan


Rancangan Penelitian menyusun semua jenis risiko yang
Penelitian ini dilakukan pada proyek teridentifikasi, kemudian disusun
konstruksi gedung swasta di Kabupaten kuesioner untuk menentukan penilaian dan
Badung. Proyek yang dipilih adalah 2 buah mitigasi risiko. Berdasarkan hasil dari
yaitu pembangunan hotel yang berada di kuesioner dilakukan rekapitulasi terhadap
kawasan Nusa Dua dan Jimbaran yang penilaian risiko berdasarkan jawaban
dilaksanakan pada tahun 2019-2020. responden. Penilaian risiko merupakan
Pemilihan objek penelitian ini berdasarkan skala frekuensi dikalikan dengan skala
skup pekerjaan yang dikerjakan, dan konsekuensi. Kategori penilaian risiko
tingkat kesulitannya. Pada penelitian ini berdasarkan PERMEN PU No. 05-PRT-M-
mengkaji proyek yang sedang 2014, tingkat risiko rendah apabila
mengerjakan pekerjaan struktur dan frekuensi dikalikan konsekuensi adalah 1
arsitektur. dan 2. Risiko sedang dengan nilai 3 dan 4.
Penelitian dengan menggunakan Risiko tinggi dengan nilai 6 sampai 9.
metoda deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Penentuan Sumber Data
Kualitatif berupa identifikasi risiko dan
Data yang digunakan yaitu data
menentukan tindakan mitigasinya.
primer dan data sekunder. Data primer
Sementara kuantitatif berupa penilaian
merupakan hasil observasi, wawancara,
terhadap risiko yang teridentifikasi.
dan penyebaran kuesioner dengan pihak-
Metoda pengumpulan data dilakukan
pihak yang berpengalaman. Wawancara
dengan observasi, wawancara dan
bersifat tak terstruktur, yaitu dengan
penyebaran kuesioner kepada pihak proyek
bertanya langsung kepada pihak yang
yang berpengalaman di bidangnya, yang
dituju dengan jumlah responden adalah 25
bertujuan mendapatkan opini dari
orang, Responden yang dipilih adalah
responden mengenai risiko keselamatan
berupa purposive sampling atau sample
kerja pada tahap pelaksanaan proyek.
yang terpilih. Dalam penelitian ini yang
Identifikasi risiko diperoleh melalui
menjadi responden adalah project
hasil observasi melihat kondisi lapangan
manager, site engineering, engineer,
dan menentukan jenis risiko yang mungkin
supervisor, dan MK. Hasil dari wawancara
terjadi. Identifikasi juga diperoleh melalui
ini berupa identifikasi risiko yang terjadi
wawancara dengan responden yang
pada pelaksanaan pekerjaan terkait

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 321

keselamatan dan kesehatan kerja pada Tabel 1. Identifikasi Risiko K3


tahap pelaksanaan proyek. Observasi No Identifikasi Risiko
A. Pekerjaan Struktur
dilakukan dengan meninjau langsung 1 Galian longsor
kondisi lapangan, menganalisis risiko yang 2 Terperosok ke lubang galian
3 Tertimbun akibat urugan
mungkin terjadi dengan membandingkan 4 Terjatuh saat loading unloading
5 Dehidrasi bekerja di siang hari
gambar dan item pekerjaan. Hasil
6 Terjepit oleh besi
kuesioner digunakan untuk menentukan 7 Terpotong barbender/ bar cutter
8 Tertusuk besi
penilaian dan mitigasi risiko. Data
9 Tertimpa besi
sekunder berupa kajian terhadap jurnal, 10 Tersengat listrik
11 Tertimpa beton
studi literatur, laporan-laporan yang telah 12 Terpapar bahan kimia
dilaksanakan, sebagai gambaran dalam 13 Tertimbun limestone
14 Tergilas alat pemadat
melakukan identifikasi awal risiko. 15 Tertabrak alat berat
16 Terjepit bekisting/ sklafolding
17 Tertimpa bekisting/ skafolding
HASIL DAN PEMBAHASAN
18 Tertusuk paku
Identifikasi Risiko K3 B. Pekerjaan Arsitektur
1 Terjepit bata
Risiko K3 yang dianalisis dalam
2 Terjatuh dari ketinggian
penelitian ini adalah pada pekerjaan 3 Tertimpa spesi
4 Terpapar bahan kimia
Struktur dan Arsitektur proyek bangunan
5 Terjepit pintu/ jendela
Gedung. Adapun identifikasi risiko seperti 6 Tertimpa pintu/ jendela
7 Tersengat listrik
Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 diperoleh 18 8 Terpotong gerinda
risiko yang bersumber dari pekerjaan 9 Terjepit rangka baja
10 Tertusuk rangka baja
struktur dan 10 risiko bersumber dari
pekerjaan arsitektur. Pengendalian Risiko K3
Semua risiko yang teridentifikasi dan
Penilaian Risiko K3 dinilai dilakukan pengendalian. Adapun
Untuk memperoleh penilaian risiko
diagram penilaian risiko dengan kategori
dari responden diawali dengan pengujian
rendah dan sedang adalah sebagai berikut
validitas dan reliabilitas kuesioner. Adapun
(Gambar 1):
hasil penilaian risiko ditunjukkan dalam
Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, penerimaan
risiko diperoleh dua kategori yaitu rendah
(nilai 2) sebanyak 11 risiko. Kategori
sedang (nilai 3 dan 4) sebanyak 17 risiko.
Gambar 1. Persentase Penilaian Risiko

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 322

Tabel 2. Penilaian Risiko K3 Tabel 3. Pengendalian Risiko


Nilai Risiko Pengendalian Risiko
No Identifikasi Risiko
Risiko APK (penempatan alat, memasang
A. Pekerjaan Struktur Tergilas rambu), Rekayasa (metode kerja
1 Galian longsor 4 alat yang sesuai, operator
2 Terperosok ke lubang galian 4 pemadat bersertifikat), mengajukan ijin
bekerja kepada pengawas
3 Tertimbun akibat urugan 2
APK (penempatan alat, memasang
4 Terjatuh saat loading unloading 2
rambu, operator bersertifikat,
5 Dehidrasi bekerja di siang hari 4 Tertabrak
pengaturan lalu lintas),
6 Terjepit oleh besi 2 alat berat
mengajukan ijin bekerja kepada
7 Terpotong barbender/ bar cutter 3 pengawas
8 Tertusuk besi 2 Rekayasa (menata meja kerja dan
Terpotong
9 Tertimpa besi 4 lingkungan kerja, penerangan
barbender/
10 Tersengat listrik 3 yang baik, APD (menggunakan
bar cutter
sarung tangan)
11 Tertimpa beton 4
Rekayasa (menata jalur listrik,
12 Terpapar bahan kimia 3
penerangan yang baik, memantau
13 Tertimbun limestone 2 Tersengat
instalasi listrik dan alat), APK
14 Tergilas alat pemadat 3 listrik
(memasang rambu) APD
15 Tertabrak alat berat 3 (menggunakan sepatu kerja)
16 Terjepit bekisting/ sklafolding 2 Rekayasa (metode kerja yang
17 Tertimpa bekisting/ skafolding 4 baik, pemasangan scaffolding
Terjatuh
18 Tertusuk paku 2 yang kokoh), mengajukan ijin
dari
bekerja, APD (menggunakan
B. Pekerjaan Arsitektur ketinggian
safety belt, helm kerja, sepatu dan
1 Terjepit bata 2 sarung tangan)
2 Terjatuh dari ketinggian 3 Terpapar APD (menggunakan masker,
3 Tertimpa spesi 4 bahan sarung tangan, pakian tertutup,
4 Terpapar bahan kimia 3 kimia sepatu kerja)
5 Terjepit pintu/ jendela 4
6 Tertimpa pintu/ jendela 2
SIMPULAN DAN SARAN
7 Tersengat listrik 3
8 Terpotong gerinda 3 Simpulan
9 Terjepit rangka baja 2 1. Risiko keselamatan dan
10 Tertusuk rangka baja 2
kesehatan kerja konstruksi
Secara umum pengendalian risiko bangunan gedung pada tahap
berdasarkan risiko yang teridentifikasi pekerjaan struktur dan arsitektur
dapat dilakukan dengan TBM (tools box teridentifikasi sebanyak 28
meeting), APK (alat pelindung kerja), risiko.
membuat ijin kerja, penggunaan APD (alat 2. Kategori risiko yang
pelindung diri). Pengendalian risiko teridentifikasi adalah rendah
dilakukan berdasarkan tingkat penerimaan dengan jumlah 11 risiko dan
risiko. Berikut Tabel 3 tentang sedang 17 risiko.
pengendalian risiko yang teridentifikasi: 3. Tindakan pengendalian yang
dilakukan pada risiko yang

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 323

teridentifikasi adalah melakukan Brahmatariguna, I. A. (2016). Hubungan


Kompetensi Project Manager
toolsbox meeting, membuat alat
Terhadap Keberhasilan Proyek
pelindung kerja, melakukan ijin Konstruksi Gedung. Jurnal Spektran,
4 (2).
kerja dan menyediakan alat
Djatmiko. (2016). Keselamatan dan
pelindung diri. Kesehatan Kerja, Edisi 1.
Yongyakarta: Penerbit Deepublish.
Saran
Husen, A. (2011). Manajemen Proyek,
1. Semua Risiko K3 sebaiknya Perencanaan, Penjadwalan, &
Pengendalian Proyek. Yogyakarta:
mendapat perhatian bagi
Andi.
stakeholder proyek dengan lebih
Latupeirissa, J. E. (2016). Metode
meningkatkan penerapan K3. Perencanaan Evaluasi dan
Pengendalian Pelaksanaan Proyek,
2. Penelitian ini dapat
Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
dikembangkan dengan meninjau Nurhayati. (2010). Manajemen Proyek
paket pekerjaan lain yaitu Konstruksi, Cetakan pertama.
Yogyakarta: Andi Offset.
Mekanical, Electical, Plumbing,
Norken, I N. (2015). Pengantar Analisis
Interior, Hardscape, Landscape Manajemen Risiko Proyek
pada pembangunan gedung Konstruksi. Denpasar: Udayana
University Press.
lainnya.
Persada, Y. B. (2015). Risk Asesment K3
pada Proses Pengoperasinalan
DAFTAR PUSTAKA Skafolding pada Proyek Apartemen
PT X di Surabaya. The Indonesian
Abryandoko, E. W. (2018). Penilaian
Journal of Occupational Safety and
Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Health, 4 (2).
Kerja dengan Menggunakan Metode
HIRADC dan Safety Policy. Purba, E. A., Kurnia B., M. A., Hatmoko,
Universitas Bojonegoro. J. U. D., & Kistiani, F. (2015.
Analisa Manajemen Risiko pada
Anonim. (2014). Peraturan Menteri PU
Proyek PDAM Semarang (Studi
No.05/PRT-M/2014 tentang
Kasus: Proyek Pemipaan IPA
Pedoman Sistem Manajemen
Kaligarang Semarang Barat). Jurnal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Karya Teknik Sipil, 4(4), 274-282.
(SMK3) Konstruksi Bidang
Banguan Umum. Lembaran Negara Sari. N. (2016). Manajemen Risiko
RI. Jakarta: Sekreteriat Negara Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Republik Indonesia. pada Pekerjaan Konstruksi.
Universitas Tanjungpura.
Astiti, N. P. M., Norken, N., &
Purbawijaya, I B. N. (2015). Analisis Setiawan, P. F. (2014). Manajemen Risiko
Risiko Pelaksanaan Pembangunan Proyek Vale di PT. Multipanel
Jalan Tol Benoa-Bandara-Nusa Dua. Intermitra Mandiri. Journal uajy.
Jurnal Spektran, 3 (2). Sucita. I. K., & Broto. A. B. (2011).

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
DOI: 10.22225/pd.10.2.2849.317-324 324

Identifikasi dan Penanganan Risiko


K3 pada Proyek Konstruksi Gedung.
Politeknologi, 10 (1).
Susihono, W., & Rini, F. A. (2013).
Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya
Kerja (Studi Kasus di PT. LTX Kota
Cilegon- Banten). Jurnal Spektrum
Industri, 11(2), 117–242.

PADURAKSA: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939

Anda mungkin juga menyukai