Anda di halaman 1dari 17

PENILAIAN RESIKO KRITIS PADA PROYEK KONSTRUKSI KECIL DAN MENENGAH

RANCANGAN PROPOSAL DISERTASI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat mengikuti pendaftaran pada

Program Studi Ilmu Teknik Sipil

Program Doktoral Universitas Indonesia

Oleh :

Gilang Ardi Pratama

PROGRAM DOKTORAL

UNIVERSITAS INDONESIA

2019
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.Latar Belakang

Proyek adalah upaya yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran


dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber
daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu
(Dipohusodo, 1996). Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang
direncanakan sebelumnya yang memerlukan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,
material, dan peralatan. Dilakukan secara detail dan tidak dilakukan berulang.
Proyek pada umumnya memiliki batas waktu, atinya proyek harus diselesaikan
sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan masalah
proyek ini, maka keberhasilan pelaksanaan sebuah proyek tepat pada waktunya
merupakan tujuan yang penting baik bagi pemilik proyek maupun kontraktor.
Demi kelancaran jalannya sebuah proyek dibutuhkan manajemen yang akan
mengelola proyek dari awal hingga proyek berakhir, yakni manajemen proyek.
Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien ditinjau dari
segi waktu dan biaya serta mencapai efisiensi kerja, baik manusia maupun alat.
Segala sesuatu di dalam suatu proyek yang tidak menambah nilai, sebaliknya
menambah biaya disebut dengan pemborosan.

Tantangan yang ada pada proyek konstruksi terus bertambah, beriringan


dengan jumlah stakeholders yang terus meningkat, kompleksititas rangkaian
pekerjaan dan volume besar kecilnya pekerjaan. Efek ini menambah angka dan
naiknya resiko asosiasi, khususnya untuk proyek Engineering, Procurement,
Construction dan Management (ECPM) .

Penggunaan prosedur efektif dalam proyek konstruksi berkontribusi dalam


mengurangi biaya dan keterlambatann jadwal (serpella, Ferrada, Howard,& RUBIO,
2014) dan juga meminimalisir resiko biaya tak terduga atau tak terencana yang
mungkin mengurangi suksesnya target dalam proyek tersebut (Rounds & Segner,
2011; Loosemore, Raftery, Reilly, & Higgon, 2006), secara garis besar ada 5 cara
tradisional untuk memprediksi hal-hal tersebut : identifikasi (Ebrahimnejad,
Mousavi, & Seyrafianpour, 2010), assessment (Hassanein & Afifi, 2007;

2
Abdelgawad & Fayek, 2012), mitigation (Abdelgawad & Fayek, 2010), monitoring
(Jun-yan, Feng, & Yan, 2011), and control (Lingard, et al., 2015).

Prosedur komprehensif seperti yang di bicarakan diatas jarang dilakukan dan


mempunyai perhatian yang kurang daripada keputusan pribadi seseorang. Situasi
ini menyebabkan kurang komprehensifnya keputusan dan efektifnya prosedur,
praktisi konstruksi sering memaksa untuk mengembangkan prosedur mereka dan
mengkombinasinya dengan info-info yang didapat (salah, 2015) Ketidak
produktifan ini pada akhirnya tidak dapat memberi nilai tambah pada produk akhir
atau lebih dikenal dengan istilah Non Value-Adding Activities, yang di dalam dunia
konstruksi disebut sebagai waste. Faktor yang menyebabkan adanya Non Value-
Adding Activities adalah ketidakefektifan oleh beberapa faktor yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek (man, method, machine, material, environment), sehingga
dapat memicu keterlambatan dalam penyelesaian proyek (Dian Artika, 2014).
Tetapi bagaimanapun, mayoritas dari praktisi konstruksi tidak percaya dengan
dengan perbaikan atau mengganti prosedur mereka (Deloitte, 2012).

Dalam dunia konstruksi, manajemen resiko yang tidak efektif kerap kali
menyebabkan kegagalan atau mangkraknya suatu proyek (Beckers, et al., 2013),
studi yang dilakukan oleh Project Management Solutions mengungkapkan bahwa
dari 134 perusahaan yang mengerjakan lebih dari 20,821 proyek konstruksi dan
telah selesai pada tahun 2011. Menunjukan hasil 37 % dari proyek dalam resiko,
dari 37 % persen tersebut, dari 25% proyek tersebut, resiko itu dapat teratasi, dan
sisanya 12 % dapat meminimalisir kerugian rata rata 32% dari total kerugian
tersebut karena kegagalan manajemen resiko.

Ada beberapa teknis dan metode untuk identifikasi resiko seperti


brainstorming, Workshops, Checklist dan Prompt list, kuestioner atau interview,
dan lain lain (Moller and Beer., 2013 ), selain itu, Risk Break Down Structure
adalah alat yang baik untuk susunan dan sistematis dari resiko potensial dalam
proyek konstruksi, lebih jauh lagi, klasifikasi resiko dan kategori bisa membagi
mereka pada dalam karateristik dalam resiko tersebut. Selanjutnya dalam
manajemen proses manajemen resiko dalam analisis resiko adalah mengevaluasi
dan menganalisa kemungkinan dari kejadian resiko dan dampak dengan
penggunaan metode kualitatif, kuantitatif atau semi kuantitatif (Chapman., 2001)

3
Analisa kualitatif mengevaluasi seperti terjadinya kekerapan dari kejadian
kerugian dan dampaknya dari dugaan subjektif seorang praktisi, setelah hal
tersebut kualitatif analisis tersebut dirubah menjadi kunatitatif untuk mengukur
parameter tersebut. Manajemen resiko adalah proses memprioritaskan resiko
dengan mengevaluasi dan menggambungkan antara kekerapan dan dampak (Nieto-
Morote, A. And Ruz-Vila, F., 20011). manajemen resiko menjadi trend ketika
berhasil melibatkan dan memprediksi resiko yang membuat efek negatif ketika
proyek di eksekusi dan mencari tindakan yang tepat untuk mengurangi kejadian
yang mengandung resiko tersenut ( Serpell, et al., 2015; Dedasht, et al ., 2017)

Resiko dalam proyeksi konstruksi dibagi kedalam kategori yang berbeda.


Resiko dapat dibagi menjadi 3 level yaitu bagian: (Han, S., 2005 ), ;

1. Resiko diluar kegiatan proyek ;


a. Ekonomi,
b. Politik,
c. Pasar
d. Cuaca
2. Resiko kegiatan sekitar proyek;
a. Resiko klien,
b. Resiko desain,
c. Resiko sub kontraktor
d. Resiko kontrak
3. Resiko pekerjaan proyek;
a. Resiko konstruksi,
b. Resiko material,
c. Resiko tenaga kerja
d. Resiko alat kerja

dari proses tender ke akhir konstruksi, perusahaan konstruksi harus mengetahui


banyak resiko yang disebutkan diatas.

Metodologi penilaian resiko fuzzy didasarkan pada teori himpunan fuzzy, yang
dikembangkan oleh Zadeh pada tahun 1965. Metode ini lebih fleksibel dan
bermakna untuk menilai risiko. Metode ini merupakan teknik / metode yang
dipakai untuk mengatasi hal yang tidak pasti pada masalah–masalah yang
4
mempunyai banyak jawaban metode ini juga biasa disebut Fuzzy logic atau logika
samar. Logika fuzzy berguna untuk memecahkan permasalahan yang mengandung
ketidaktegasan. Logika fuzzy memungkinkan untuk membangun sistem yang lebih
peka mengolah penilaian narasumber yang cenderung sulit menilai secara tegas.

1.2 Permasalahan

Manajemen resiko dapat dipertimbangkan menjadi salah satu cara kreatif dalam
manajemen resiko, resiko terdapat dalam seluruh kegiatan proyek konstruksi tidak peduli
besarnya proyek dan kompleksnya rentetan pekerjaanya. Ukuran bisa menjadi salah satu
resiko yang besar dari resiko, karena kondisi politik dan ekonomi dapat berubah baik itu
secara dadakan maupun secara berkala faktor lainya yang dapat membawa resiko adalah
kompleksitas pekerjaan, lokasi, kecepatan konstruksi dan kesamaan tipe pekerjaan, banyak
dari resiko proyek yang akan terjadi tidak ditangani secara teliti dan memadai
(Tripathi,2017)

Teknik identifikasi yang paling sering digunakan digunakan untuk menghitung resiko
dalam proyek konstruksi. Bagaimanapun identifikasi tersebut tidak bisa menghitung semua
item resiko dalam proyek konstruksi (Borghesi & Gaudenzi, 2013; Tworek, 2010). Dan
juga teknik identifikasi resiko dalam industri konstruksi yang sering dikaji adalah
identifikasi resiko proyek besar (rezakhani, 2012), upaya penentuan resiko secara langsung
di lapangan merupakan bagian yang penting dari proses identifikasi resiko (salah, 2015 ).

Bedasarkan dari studi yang dilakukan oleh delloite (2012), dari 192 profesional dari
perusahaan managemen dan organisasi finansial di Amerika Serikat, 90% partisipan belum
percaya dengan teknik identifikasi yang ada saat ini, lebih dari 50 % dari partsipan perserta
yang diwawancara oleh deloitte ingin mengubah prosedur yang mereka terapkan diakhir
tahun 2015.

Proses dari kegiatan mengontrol resiko adalah yang terendah dalam menarik minat
peneliti pada saat ini , mayoritas dari studi yang beredar merekomendasi dugaan
bedasarkan pengalaman dan dugaan bedasarkan pada saat mereka berada di lokasi untuk
mengontrol resiko yang akan terjadi. (Ehsan, Alam, Mirza, & Ishaque, 2010; Dey, Kinch,
& Ogunlana, 2007; Curtis & Turley, 2007).

Dari kesimpulan diatas untuk mencari permasalahan pada dunia konstruksi kita harus:

5
1.Mencari kelebihan dan kekurangan dari fitur yang ada di metodelogi di literatur

2. pergerakan keterkaitan antara proses yang berbeda untuk membuat sebuah model
komprehensif dan efektif

3. mengerti dari proses dengan fokus mengembangkan studi praktikal yang sering
diterapkan pada saat ini dengan cara mengembangkan praktek dan inovasi dari metode
tersebut

Untuk mengetahui hal-hal tersebut berikut pertanyaan yang harus kita ketahui untuk
mengkaji literatur

1. Apa yang di isi pada setiap proses?


2. Apa hasilnya pada setiap proses?
3. Fungsi atau persamaan apa yang dipakai pada setiap proses?
4. Bagaimana fungsi atau persamaan itu mempunyai nilai pada proses itu?
5. Apa tujuan pada setiap proses?
6. Bagaimana proses dan metode tersebut dapat disimplifikasi?

Filosofi yang mempunyai hubungan dari pertanyaan diatas menolong dalam


membimbing penelitian pada tulisan ini

6
BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1 Manajemen Resiko


Literatur menyebutkan secara luas tentang definisi resiko; tetapi Project Management
Institute menjelaskan secara singkat bahwa resiko adalah sesuatu kejadian dan kondisi
yang jika itu terjadi dapat mempunyai dampak positif atau negatif dalam satu atau
banyak target proyek seperti bagian pekerjaan, jadwal, biaya dan kualitas proyek
(PMI, A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 2013)
Sebuah kejadian dipertimbangkan jika 0<p<1 dan sebuah event yang tak teduga di
pertimbangkan jika mencapai jika C≠0.
Dalam konteks proposal ini, resiko yang mempunyai nilai negatif dan positif bisa
dirujuk sebagai ancaman atau kesempatan. model Probability-impact (P-I)
mendominasi literatur literature (Zhou & Zhang, 2010).
Model tersebut mengkalkulasi nilai dengan perkalian antara probabilitas dan
konsekuensi
R=P×C

Lebih dari 2 dekade, peneliti membuat proposal dari P-I model, seperti prediksi
(Williams, 1999), dampak (Jannadi & Almishari, 2003), diskriminasi (Nieto Morote
& Ruz-Vila, 2011; Cervone, 2006), kualitas manajemen (Dikmen, Birgonul, & Han,
2007), Kontrol (Cagno, Caron, & Mancini, 2007), indeks faktor (Zeng, An, & Smith,
2007), kerapuhan (Vidal & Marle, 2012; Zhang J. , 2007), and simbol (Han, Kim,
Kim, & Jang, 2008).
Bagaimanapun model resiko P-I tetap menjadi primadona sampai pada saat ini,
walaupun usaha mengembangkanya baru baru ini meningkat (taroun, 2014).

2.2 Manajemen Resiko Konstruksi

Tujuan dari manajemen resiko adalah untuk menolong para stakeholders untuk
mencegah resiko dengan benar dan mengurangi dampak negatif dalam resiko tersebut.
Banyak diluar sana metodologi manajemen resiko. Cooper dan chapman (1987), dan
Chapman dan Ward (1997) menerapkan multifase analisa resiko yang mengcover

7
identifikasi, pengukuran resiko, evaluasi resiko dan evaluasi serta kontrol dan
manajemen .

Hertz dan Thomas (1983) melihat itu sebagai tahapan logis untuk melihat dengan
konsisten langkah dari identifikasi, pengukuran resiko, evaluasi resiko dan evaluasi
langkah tersebut. Bahkan mereka mengklaim bahwa manajemen resiko mempunyai
hubungan dengan perencanaan srategis dan manajemen. Dengan cara yang cukup
serupa, hayes’s (1987), definisi dari manajemen resio adalah identifikasi resiko, risk
analysisi dan respon terhadap resiko tersebut.sedangkan charlote (1989)
mempertimbangkan untuk memisahkan antara analisa resiko dan manajemen resiko.

Tidak ada garansi yang mengatakan bahwa manajemen resiko selalu dapat dihentikan
dengan sukses, tetapi ada beberapa cara yang harus diterapkan dalam proyek
konstruksi. Contohnya manajemen resiko harus diketahui setiap pihak yang
berhubungan dengan proyek tersebut (klien, kontraktor, bagian keuangan, konsultan
dan lain lain) dan setiap langkah dari kegiatan konstruksi (fase sebelum kajian studi,
masa kajian studi, desain, kontrak, pembelian, konstruksi dan operasi) dengan begitu
suksesnya proyek dapat terjadi (Sedat Han, 2005) .

Selain itu, ada beberapa mispersepsi tentang manajemen resiko. Seperti contohnya
manajemen resiko bukan berarti asuransi dan asuransi tidak memanajemen semua
resiko yang akan berdampak perusahaan. Contoh lainya penerapan prinsip manajemen
resiko ke dalam proyek bukan berarti resiko sudah terkontrol, aman dan sukses dengan
pasti (Sedat Han, 2005).

Hayes (1987) mendenifisikan dalam manajemen resiko terdapat 3 tahapan utama yang
disebut sebagai identifikasi resiko, analisis dan respon, agar lebih sistematis, harus
diterapkan metode yang berbeda dalam setiap kondisi untuk mengkondisikan dan
mencocokan pada tahapan identifikasi, analisis dan merespon aktifitas manajemen.

2.3 Logika Fuzzy


Zadeh (1965) mengenalkan teori fuzzy untuk melawan keraguan ketidak presisian dan
kesamaran. Kontribusi besar dari teori fuzzy adalah kapabilitas untuk membetulkan
kesamaran data. Menurut (Zhang & Chu, 2011) Secara umum metode evaluasi resiko
menggunakan fuzzy bisa dipisahkan menjadi dua kategori:
1. Metode sesuai aturan yang berlaku
2. Metode perhitungan matematika

8
Ada variasi dari metode yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi resiko kepada
stakeholder proyek. Alat untuk menilai resiko ada berapa macam yaitu: List resiko,
Matriks resiko dan Risk Breakdown Structure (PMI, 2008; Raz & Michael, 2001;
Macgill & Siu, 2005).

(Carr and Tah (2001) dalam papernya, menginvestigasi sebuah penerapan fuzzy
kedalam perinilaian dan analisisi resiko pada proyek konstruksi.sebuah hirarki Risk
Breakdown Structure adalah model formal dari metode kualitatif untuk menilai resiko.
Beberapa dasar konsep aturan fuzzy yang bisa diaplikasikan sebagai metode untuk
metode penilaian resiko adalah sistem logika fuzzy yang murni yang didasarkan oleh

IF…THEN untuk memasukan bagian resiko dan mengeluarkanya untuk


selanjutnya di gambarkan oleh aturan dibawah ini:

adalah memasukan variabel linguistik dan adalah output dari


variabel linguistik.

Dimana dan adalah anggota dari fungsi dari x1, x2, x3 dan y. Hasil dari
aturan rth dapat menghasilkan operasi dibawah ini

9
BAB 3

METODELOGI

3.1 Metodelogi

Metodelogi untuk mendapatkan hasil dari penelitian sesuai diagram dibawah ini,
metodelogi secara garis besar dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:

1. Analisis
2. Pengembangan
3. Implementasi
4. Kesimpulan

Fase analisis dimulai dengan mencari masalah dan definisi dari tujuan penelitian. Lalu
fokus ke analisis performa dengan melakukan review secara komprehensif proses
tersebut seperti :

1. Identifikasi
2. Penilaian
3. Mitigasi

Gambar 3.1 Kerangka Kerja


10
3.2 kerangka konseptual
Dari tahapan analisis, perbedaan dan batasan dari literatur yang ada sekarang di kaji
ulang, untuk melihat batasan dan perbedaan dari identifikasi di tahap analisis, model
akan dikembangkan menjadi komprehensif dan efektif di tahap pengembangan.
Koleksi data dan menguji model tersebut di beberapa studi kasus proyek-proyek kecil-
menengah. Hasil dari penelitian ini termasuk batasan dan observasi akan dibahas di
kesimpulan.

3.3 kerangka Pemikiran

Pada Bab 1 kita akan mencari latar belakang permasalahan resiko pekerjaan pada dunia
konstruksi dan analisanya serta pengembangan dan kontribusinya fokus kepada
pengembangan model resiko.

Pada Bab 2 kita akan melakukan peninjauan fokus kepada metode yang sudah ada,
penggunaan teori fuzzy dan aplikasinya ke dalam dunia industri dan hubunganya
dengan kebijakan dan prosedural yang sedang marak digunakan dalam dunia
konstruksi. Model yang diajukan adalah model identifikasi, penilaian dan pencegahan
pada bab ke 3.

Bab ke 4 menggambarkan penerapan pada kasus yang berbeda yang di ilustrasikan


serta di aplikasi dengan format setiap proses dari metode yang diajukan dan inti atau
esensi dari metode itu sendiri.

Bab ke 5 adalah ringkasan dari penelitian ini yaitu kontribusi utama dari metode
tersebut, menggambarkan kesimpulan dan mengajukan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.

11
DAFTAR PUSAKA

Abdelgawad, M., & Fayek, A. (2010). Risk Management in the Construction Industry Using
Combined Fuzzy FMEA and Fuzzy AHP. Contruction Enginering and Management, 1028-
1036.

Abdelgawad, M., & Fayek, A. (2012). Comprehensive Hybrid Framework for Risk Analysis
in the Construction Industry Using Combined Failure Mode and Effect Analysis, Fault Trees,
Event Trees, and Fuzzy Logic. Journal of Construction Engineering and Management,138(5),
642-651.

Artika, Dian. 2014. Penerapan Metode Lean Project Management Dalam Proyek Konstruksi
Pada Pembangunan Gedung Dprd Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol. 2, No. 1, Maret 2014. Palembang, Indonesia’

Beckers, F., Chiara, N., Flesch, A., Maly, J., Silva, E., & Stegemann, U. (2013). A
riskmanagement approach to a successful infrastructure project. Singapore: McKinsey &
Company

Borghesi, A., & Gaudenzi, B. (2013). Risk Management, Perspectives in Business Culture.
Verlag, Italy: Springer

Cagno, E., Caron, F., & Mancini, M. (2007). A Multi-Dimensional Analysis of Major Risks in
Complex Projects. Risk Management, 9(2007), 1-18.

Carr, V.; Tah, J. H. M. (2001). "A fuzzy approach to construction project risk assessment and
analysis: construction project risk management system". Advances in Engineering Software.
32(10-11), 847-857

Chapman, C. and Ward, S., 1997. Project Risk Management Processes, Techniques and
Insights, John Wiley, UK.

Chapman, R.J. The controlling influences on effective risk identification and assessment for
construction design management. Int. J. Proj. Manag. 2001, 19, 147–160

Charette, R. N., 1989. Software Engineering Risk Analysis and Management, Intertext
Publications, McGraw-Hill Company, USA

12
Cervone, H. (2006). Project Risk Management. OCLC Systems and Services, 22(4), 256-262.

Cooper, D. and Chapman C., 1987. Risk Analysis for Large Projects- Models, Methods and
Cases, John Wiley, UK.

Curtis, E., & Turley, S. (2007). The business risk audit – A longitudinal case study of an audit
engagement. Accounting, Organizations and Society, 32(4-5), 439-461.

Dedasht, G.; Zin, R.M.; Ferwati, M.S.; Abdullahi, M.M.; Keyvanfar, A.; McCaffer, R.
DEMATEL-ANP risk assessment in oil and gas construction projects. Sustainability 2017, 9,
1420.

Deloitte. (2012). Key Risks Not Being Continually monitored: Deloitte Survey . New York:
Deloitte Development LLC

Dey, P. K., Kinch, J., & Ogunlana, S. O. (2007). Managing risk in software development
projects: a case study. Industrial Management & Data Systems, 107(2), 284-303.

Dikmen, I., Birgonul, M., & Han, S. (2007). Using fuzzy risk assessment to rate cost overrun
risk in international construction projects. International Journal of Project Management,
25(2007), 494-505.

Dipohusodo, I. (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi, jilid I, Edisi. Pertama, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.

Ebrahimnejad, S., Mousavi, S., & Seyrafianpour, H. (2010). Risk identification and assessment
for build–operate–transfer projects: A fuzzy multi attribute decision making model. Expert
Systems with Applications, 575-586.

Ehsan, N., Alam, M., Mirza, E., & Ishaque, A. (2010). Risk Management in construction
industry. Computer Science and Information Technology (ICCSIT), 2010 (pp. 16-21).
Chendgu, China: IEEE.

Han, Sedat, 2005, Estimation Of Cost Overrun Risk In International Projects By Using Fuzzy
Set Theory, The Graduate School Of Natural And Applied Sciences Of Middle East Technical
University. Turkey

Hassanein, A. A., & Afifi, H. M. (2007). A risk identification procedure for construction
contracts- a case study of power projects in egypt. Civil Engineering and Environmental
Sysytems, 24(1), 3-14.

13
Han, S. H., Kim, D. Y., Kim, H., & Jang, W. S. (2008). A web-based integrated system for
international project risk management. Automation in Construction, 17(2008), 342-356

Hertz, D.B. and Thomas, H., 1983. Risk Analysis and Its Applications, John Wiley, UK.

Jun-yan, L., Feng, R., & Yan, L. (2011). Research on Monitoring-based Risk Management of
Deep Excavation Engineering. Management and Service Science (MASS), 2011 International
Conference (pp. 1-4). Wuhan, China: IEEE

Lingard, H., Saunders, L., Pirzadeh, P., Blismas, N., Kleiner, B., & Wakefield, R. (2015). The
relationship between pre-construction decision-making and the effectiveness of risk control -
Testing the time-safety influence curve. Journal of Engineering, Construction and Architectural
Management, 22(1), 108 - 124.

Loosemore, M., Raftery, J., Reilly, C., & Higgon, D. (2006). Risk and Uncertainty in Projects.
New York, NY, USA: Taylor & Francis.

Macgill, S.M. & Siu, Y.L. (2005). "A new paradigm for risk analysis". Futures, 37, 1105–1131.

Makui, A.; Mojtahedi, S.M.; Mousavi, S.M. Project risk identification and analysis based on
group decision making methodology in a fuzzy environment. Int. J. Manag. Sci. Eng. Manag.
2010, 5, 108–118.

Nieto-Morote, A.; Ruz-Vila, F. A fuzzy approach to construction project risk assessment. Int.
J. Proj. Manag. 2011, 29, 220–231.

PMI (Project Management Institute) Standards Committee, (2008). A guide to the project
management body of knowledge (PMBOK® Guide), 4th ed. Project Management Institute,
Newtown Square, PA.

PMI. (2013). A Guide to the Project Management Body of Knowledge. Atlanta, USA: Project
Management Institute.

Raz, T. & Michael, E. (2001). "Use and benefit of tools for project risk management".
International Journal of Project Management, 19 (1), 9–17

Rezakhani, R. (2012). Classifying Key Risk Factors In Construction. Korea: Kyungpook


National University.

Rounds, J. L., & Segner, R. O. (2011). Construction Supervision. Hoboken, NJ, USA: John
Wiley & Sons Inc.

14
Salah, Ahmad. 2015. Fuzzy Set-based Risk Management for Construction Projects. A Thesis
In the Department of Building, Civil, and Environmental Engineering. University of
Concordia. Quebec. Canada

Serpella, A. F., Ferrada, X., Howard, R., & Rubio, L. (2014). Risk management in construction
projects: a knowledge-based approach. IPMA World Congress. 119, pp. 653-662. Dubrovnik,
Croatia: ELSEVIER

Serpell, A.; Ferrada, X.; Rubio, L.; Arauzo, S. Evaluating risk management practices in
construction organizations. Procedia Soc. Behav. Sci. 2015, 194, 201–210.

Tripathi1, Er.; Shrestha, S .2017. Risk Assessment Of Boot Hydropower Projects In Nepal
Using Fuzzy Logic Approach. Journal of Advanced College of Engineering and Management,
Vol. 3, 2017.

Tworek, P. (2010). Methods of risk identification in companies' investment projects. 5th


InternationalScientificConference“ManagingandModelingofFinancialRisks”. Ostrava: VŠB-
Technická Univerzita.

Vidal, L. A., & Marle, F. (2012). A systems thinking approach for project vulnerability
management. Kybernetes, 41(2012), 206-228.

Williams, T. (1999). Allocation of Contingency in Activity Duration Networks. Journal of


Construction Management and Economics, 17(4), 447-447.

Zadeh, L. A. (1965). "Fuzzy sets". Information and Control, 8, 338–353.

Zhang, J. (2007). A redefinition of the project risk process: using vulnerability to open up the
event-consequence link. International Journal of Project Management, 25(2007), 694701

Zhang, Z. & Chu, X. (2011). "Risk prioritization in failure mode and effects analysis under
uncertainty". Expert Systems with Applications. 38, 206–214.

Zeng, J., An, M., & Smith, N. J. (2007). Application of a fuzzy based decision making
methodology to construction project risk assessment. International Journal of Project
Management, Vol. 25,, 589-600

15

Anda mungkin juga menyukai