Anda di halaman 1dari 20

Faktor-Faktor Risiko Dalam Proses Pengadaan Pada Proyek EPC Yang

Berpengaruh Kepada Kinerja Waktu

Kresna Wijaya Muladi Putra


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia

E-mail: kresna.w.m@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas faktor risiko dalam proses pengadaan pada proyek EPC yang berpengaruh pada
kinerja waktu. Proses pengadaan menjadi penting karena biaya pada proses pengadaan mencapai 50-60% dari total
biaya proyek. Bahkan kebanyakan kegiatan pada proses ini berada pada jalur kritis proyek. Oleh karena itu sangat
penting untuk menemukan faktor risiko pada proses pengadaan yang mempengaruhi kinerja waktu proyek. Setelah
faktor risiko utama tersebut ditemukan, maka dapat dilakukan strategi pengendalian risiko tersebut agar efek risiko
yang ditimbulkan dapat diminimalisir agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat pada waktu yang
telah direncanakan.

Kata kunci:
EPC; Faktor risiko; Kinerja Waktu; Pengadaan; Procurement

Risk Factors In The Procurement Process On EPC Project That Influence On


The Time Performance

Abstract

This research discusses about risk factors in the procurement process on EPC project that influence on the
time performance. The procurement process is important because the procurement cost of this process reach 50%-
60% of the total project cost. Most of activities on this process are on the critical path of the project. Because of that,
it’s important to find the risk factors that affect time performance of the project. After found the dominant risk
factors, the risk control strategies can be made to minimize risk effect on the project, so the project can continue
smoothly and can be finished on time.

Key words :
EPC; Time Performance, Procurement, Risk Factors

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
PENDAHULUAN

Kegiatan pengadaan (procurement) memegang peranan yang penting dalam proyek. Hal ini
disebabkan karena biaya pengadaan baik barang maupun jasa pada kebanyakan proyek
memerlukan lebih dari separuh biaya total proyek, yaitu sebesar 50–60% dari total biaya proyek
(Soeharto, 1995). Kualitas barang dan jasa yang dihasilkan proyek juga merupakan hal yang
penting, untuk memenuhi tujuan kualitas proyek secara keseluruhan. Bahkan pada kebanyakan
aktifitas dalam proses pengadaan bersifat kritis dalam pencapaian jadwal proyek (Huston, 1996).
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pengadaan merupakan hal utama
dalam proyek.
Menurut Yeo & Ning (2002) Manajemen Procurement diperlukan karena berbagai faktor,
antara lain, karena procurement menghubungkan antara fungsi engineering dan fungsi konstruksi,
bergantung pada pihak eksternal (sub-kontraktor), membutuhkan komunikasi dan negosiasi
dengan pihak eksternal, mengambil bagian besar dari total biaya proyek EPC, dan sulit untuk
dikelola.
Pada kenyataannya, masalah keterlambatan dalam proses pengadaan sering terjadi pada
proyek EPC. Gasification News pada tahun 2007 memberitakan bahwa proyek Gas to Liquid
(GTL) di Qatar yang dikerjakan oleh ConocoPhilips, Marathon, dan SasolChevron mengalami
keterlambatan akibat faktor logistik dan baru dapat dimulai kembali pada tahun 2013. Proyek
Sonatrach GTL di Algeria tertunda selama 6 bulan akibat proses tender kontrak (Peckham, 2005).
Proyek Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) di Illinois, Amerika Serikat mengalami
keterlambatan akibat perijinan proyek (McElligott, 2007). Contoh kasus diatas menunjukkan
bahwa masalah keterlambatan sering terjadi di proyek EPC.
Dalam pelaksanaan proses pengadaaan pada proyek EPC, selalu ada ketidakpastian dan
risiko yang terjadi. Risiko tersebut akan berakibat menurunnya kinerja pelaksanaan proyek. Salah
satu kinerja yang mengalami penurunan akibat risiko yang terjadi adalah kinerja waktu. Untuk
menghindari terjadinya penurunan pada kinerja waktu, maka perlu dilakukan identifikasi pada
risiko yang terjadi pada proyek EPC. Identifikasi risiko dilakukan agar risiko tersebut dapat
direspon dan dicegah agar penurunan kinerja waktu dalam proyek dapat diminimalisir.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Perumusan masalah penelitian ini adalah mengetahui apa saja faktor risiko dominan pada
proses pengadaan yang menyebabkan terjadinya keterlambatan jadwal pelelangan pada proyek
EPC, apa penyebab faktor risiko keterlambatan tersebut terjadi, dan strategi apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah dan/atau merespon faktor-faktor risiko tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko dominan pada proses pengadaan yang dapat
mempengaruhi kinerja waktu pada proyek EPC, mengetahui penyebab risiko tersebut terjadi,
mengetahui tindakan preventif terhadap faktor risiko tersebut agar dampak risiko tersebut dapat
diminimalisir.

TINJAUAN TEORITIS

Menurut Hui & Qin (2011) Engineering, Procurement, Construction (EPC) mengacu pada
kontrak proyek yang seluruh aspek yang termasuk desain, pengadaan, dan konstruksi proyek
dilakukan oleh satu kontraktor atau sebuah asosiasi yang terdiri dari beberapa kontraktor.
Kontrak EPC dapat memecahkan masalah mengenai perbedaan dalam desain dan konstruksi,
mempercepat waktu proyek, menghemat biaya dan membantu kontraktor dalam melakukan
manajemen kontrak dan mengatur jalannya konstruksi proyek. karakteristik dari proyek EPC
adalah sebagai berikut:
a. Owner hanya berfungsi untuk mengatur manajemen utama dan mengontrol tujuan dari
proyek. Owner jarang turun langsung dalam proses dilapangan, sehingga kontraktor dapat
berinisiatif untuk menciptakan keuntungan baik untuk owner maupun untuk kontraktor.
b. Hampir semua risiko dalam proyek ditanggung oleh kontraktor.
c. Owner hanya memiliki satu buah kontrak utama dengan kontraktor.
d. Biaya transaksi untuk proyek EPC dapat dikurangi. Hal ini disebabkan karena proyek EPC
hanya mempunyai satu kontrak utama sehingga biaya untuk mengadakan kontrak, dan
negosiasi harga kontrak menjadi berkurang. Selain itu kemungkinan terjadinya perubahan
dalam proyek dan perselisihan dalam proyek menjadi lebih kecil.
Proyek EPC mempunyai 3 elemen yaitu:
a. Engineering

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Engineering merupakan metodologi dalam merekayasa dengan teratur dan sistematis dalam
rangka memenuhi kebutuhan keperluan operasional yang timbul dalam suatu perwujudan fisik
(fasilitas atau produk) dengan langkah-langkah yang efisien.
b. Procurement
Menurut Tahir (2004), Procurement merupakan proses pengadaan semua material dan
peralatan yang berkaitan dengan proyek EPC tersebut. Procurement mencakup semua material
sipil, pemipaan, mekanikal, elektrikal, dan instrumentasi. Sedangkan menurut Huston(1996),
procurement adalah semua aktivitas yang diperlukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diperlukan untuk proyek.
c. Construction
Menurut Soeharto (2001), kegiatan konstruksi (Construction) merupakan pekerjaan
mendirikan atau membangun instalasi dengan cara seefektif mungkin, berdasarkan segala sesuatu
yang diputuskan pada tahap desain (engineering). Garis besar lingkup pekerjaan konstruksi
adalah membangun fasilitas sementara, mempersiapkan lahan, menyiapkan infrastruktur,
mendirikan fasilitas fabrikasi, mendirikan bangunan dan pekerjaan sipil lainnya, memasang
berbagai peralatan, memasang perpipaan, memasang peralatan listrik dan instrumentasi,
memasang perlengkapan keselamatan, memasang isolasi dan pengecatan, melakukan testing, uji
coba dan start up.
Pembangunan dalam proyek EPC mulai dari permulaan hingga operasi merupakan proses
yang kompleks dan dinamik, dimana setiap detail proyek bervariasi tergantung dari kebutuhan
finansial, engineering, dan lingkungan. Menurut Likhitruangsilp (2010), proses pembangunan
proyek EPC terdiri dari 6 tahap. Tahap pertama merupakan proses perencanaan dan analisis
proyek. tahap ini mendefinisikan elemen penting yang ada dalam proyek seperti tujuan dan
batasan proyek. Tahap ini memerlukan berbagai macam studi dan analisis yang harus dilakukan
seperti perencanaan sistem, evaluasi lapangan, studi kelayakan lingkungan, studi kelayakan
ekonomi dan finansial. Tahap kedua merupakan desain konseptual. Tahap ini mendefinisikan dan
mengevaluasi kondisi dan batasan proyek. Tahap ketiga adalah fase detailed design. Pada tahap
ini ditentukan kebutuhan teknis dari setiap komponen proyek seperti ukuran peralatan, ketentuan
kinerja, kode dan standar. Informasi dalam tahap tersebut akan digunakan dalam proses
pengadaan dan spesifikasi pembuatan dan kontrak. Setelah itu, konstruksi dapat dilaksanakan.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Menurut PMBOK Guide, manajemen pengadaan merupakan proses yang diperlukan untuk
membeli atau memperoleh produk, jasa, atau hasil yang diinginkan melalui pihak luar.
manajemen pengadaan proyek berisi tentang manajemen kontrak, proses penggantian kontrol
yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengelola kontrak, atau perintah pembelian yang
dikeluarkan oleh pihak yang berwenang dalam proyek. Manajemen pengadaan juga mengatur
mengenai bagaimana mengelola kontrak yang dikeluarkan oleh pihak luar, dan mengelola
kewajiban kontrak yang sudah ditetapkan.
Yang (2011), membagi 2 tahap risiko pada pengadaan yaitu:
a. Tahap pelaksanaan Kontrak utama, dalam tahap ini, risiko yang mungkin terjadi adalah
risiko perbedaan standar manufaktur, peningkatan harga peralatan dan material, sumber
pembelian barang, hukum dan regulasi.
b. Tahap eksekusi dan manajemen pengadaan, dalam tahap ini risiko yang mungkin terjadi
adalah risiko desain manajemen pengadaan, risiko suplai dari subkontraktor, risiko
perbedaan nilai tukar, dan risiko dalam logistik dan transportasi.
PMBOK Guide mengklasifikasikan manajemen pengadaan menjadi 4 aspek yaitu,
perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan, pengelolaan pengadaan dan penutupan
pengadaan. Penelitian ini dibuat berdasarkan klasifikasi tersebut. Aspek tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Perencanaan pengadaan
Perencanaan pengadaan meliputi permasalahan terkait perencanaan kontrak, kebutuhan
kontrak, persetujuan, persyaratan, ketentuan, estimasi, peraturan, perubahan, dan kondisi
lingkungan.
b. Pelaksanaan Pengadaan
Pelaksanaan pengadaan mencakup hal-hal mengenai kriteria supplier, evaluasi proposal,
negosiasi, penunjukan supplier, harga pengadaan, ketentuan pembayaran, insentif, penalti, , dan
mekanisme perselisihan.
c. Pengelolaan Pengadaan
Pengelolaan pengadaan meliputi hal yang berkaitan dengan hubungan dengan mitra,
pelaksanaan kontrak, pengawasan kontrak, penjadwalan, perubahan dan koreksi, aspek legal,
inspeksi pelaksanaan, verifikasi, pelaporan, audit, dokumentasi, korespondensi, dan evaluasi
kontrak.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
d. Penutupan Pengadaan
Penutupan pengadaan mencakup masalah penutupan kontrak, prosedur klaim, penyelesaian
negosiasi, prosedur formal penutupan pengadaan, penerimaan hasil pengadaan, dan pengarsipan
 
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey kepada responden. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Yang
menjadi variabel terikat adalah kinerja waktu proyek yaitu penurunan kinerja waktu atau
terjadinya keterlambatan pada proyek. keterlambatan tersebut dapat dilihat dari perbandingan
jadwal rencana proyek dengan jadwal aktual. Sedangkan yang menjadi variabel bebas pada
penelitian ini adalah faktor risiko pada proses pengadaan yang berpengaruh pada kinerja waktu
proyek EPC. Variabel risiko yang berpengaruh pada kinerja waktu proyek EPC ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel 1. Variabel Risiko Yang Berpengaruh Pada Kinerja Waktu Proyek EPC

No Variabel Indikator Sumber


Perencanaan 1.1 Nilai kontrak Likhitruangsilp (2010)
1 Pengadaan
1.2 Scope of work tidak terdefinisi Herno (2010)
dengan jelas
1.3 Kesalahan estimasi biaya Sitorus (2008), Pourrostam (2011)
1.4 Arus kas dari owner/kontraktor Likhitruangsilp (2010)
1.5 Persyaratan spesifikasi dari Likhitruangsilp (2010)
owner
1.6 Desain yang dibuat dapat Kaming (2010)
dibangun
1.7 Engineering deliverables Sodikin (2013)
1.8 Pengalaman dengan kode dan Likhitruangsilp (2010)
standar yang diterapkan
1.9 Jenis material tidak didefinisikan Haseeb (2011)
dengan jelas di dalam kontrak
1.10 Keakuratan perkiraan tingkat Kaming (2010)
produktivitas peralatan
1.11 Klausul kontrak tidak lengkap Herno (2010)
1.12 Tidak adanya klausul Likhitruangsilp (2010)
keterlambatan dalam kontrak
1.13 Kesenjangan bahasa subkontrak Likhitruangsilp (2010)
1.14 Asuransi proyek dan pembuatan Likhitruangsilp (2010)
jaminan

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Tabel 1. (Lanjutan)

No Variabel Indikator Sumber


1.15 Keakuratan perkiraaan jumlah Kaming (2010)
material
1.16 Kualitas material yang digunakan Haseeb (2011)
untuk konstruksi
1.17 Mata uang dan nilai tukar Yang (2011), Likhitruangsilp
(2010)
1.18 Perubahan spesifikasi yang Sitorus (2008)
mempengaruhi pembuatan
Pelaksanaan 2.1 Pengalaman bekerja sama dengan Likhitruangsilp (2010)
2 pengadaan anggota konsorsium
2.2 Pengalaman dengan tipe dan Likhitruangsilp (2010)
teknologi proyek
2.3 Pembagian tugas dan kewajiban Likhitruangsilp (2010)
dalam konsorsium
2.4 Kekuatan keuangan mitra Likhitruangsilp (2010)
2.5 Ketersediaan sdm mitra Likhitruangsilp (2010)
2.6 Proses tender dan tipe kontrak Pourrostam (2011)
2.7 Sumber pembelian barang Yang (2011)
2.8 Peningkatan harga peralatan dan Yang (2011), Sitorus (2008)
material
2.9 Kelemahan organisasi perusahaan Manavazhi (2002)
vendor
2.10 Kurangnya informasi mengenai Sitorus (2008)
perusahaan vendor
Pengelolaan 3.1 Ketersediaan material Sitorus (2008), Kaming (2010)
3 Pengadaan
3.2 Ketersediaan main equipment Sitorus (2008), Kaming (2010)
3.3 Keterlambatan dalam forwarding Hasan (2005)
bahan dan peralatan ke lapangan
3.4 Keterlambatan kedatangan Sitorus (2008)
critical equipment yang
menghambat pekerjaan lain
3.5 Adanya peralatan yang harus Likhitruangsilp (2010)
diimport
3.6 Transportasi dan masalah Likhitruangsilp (2010), Yang
pengiriman (shipping) (2011), Manavazhi (2002)
3.7 Tanggung jawab terhadap bahan Likhitruangsilp (2010)
berbahaya
3.8 Pekerjaan berisiko (at risk work) Likhitruangsilp (2010)
3.9 Kesalahan dari supplier Manavazhi (2002)
3.10 Jadwal pengadaan material dan Sitorus (2008)
peralatan yang sangat ketat
3.11 Kerusakan/kehilangan Sitorus (2008)
material/peralatan yang dibeli
Penutupan 4.1 Bea dan pajak-pajak Likhitruangsilp (2010)
4 Pengadaan
4.2 Penyelesaian perselisihan dan Likhitruangsilp (2010)
hukum yang diterapkan

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Kinerja waktu dalam proyek ini
diukur dengan persamaan berikut:
!"#$%  !"#$%#%!!"#$%  !"#$%&#&%
!"#$%&'  !"#$% = ×!""% (1)
!"#$%  !"#$%#%

Skala kinerja waktu proyek yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Kinerja Waktu Proyek

Skala Penilaian Keterangan


1 Buruk Terlambat > -16%
2 Sedikit terlambat Terlambat antara -8% sampai -16%
3 Rata-rata Terlambat 0% sampai -8%
4 Agak baik Lebih cepat antara 0% - 4%
5 Baik Lebih cepat > 4%
Sumber: Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J., Key Determinants for Construction Schedule
Performance, International Journal of Project Management Vol. 17, No.6, 1999, hal.353 (Juanto, 2008)

Untuk variabel bebas, penilian terhadap pengaruh risiko dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Skala Dampak/Pengaruh Risiko

Skala Penilaian Keterangan


1 Tidak ada pengaruh Tidak berdampak pada schedule
2 Rendah Terjadi keterlambatan schedule proyek < 5%
3 Sedang Terjadi keterlambatan schedule proyek 5% - 7%
4 Tinggi Terjadi keterlambatan schedule proyek antara 7% -10%
5 Sangat Tinggi Terjadi keterlambatan schedule proyek >10%
Sumber: Harold Kerzner, Project Management: A System to Planning, Scheduling and Controlling, Ninth
Edition, John Wiley & Sons, 2006, hal 732

Penilaian frekuensi risiko dapat dilihat pada tabel

Tabel 4. Skala Output Frekuensi Risiko

Skala Penilaian Keterangan


1 Sangat rendah Jarang terjadi, hanya pada kondisi tertentu
2 Rendah Kemungkinan kecil terjadi pada kondisi tertentu
3 Sedang Cukup mungkin terjadi pada kondisi tertentu
4 Tinggi Sangat mungkin terjadi pada setiap kondisi
5 Sangat tinggi Hampir pasti terjadi pada setiap kondisi
Sumber: Dr. Colin Duffield, International Project Management, UI, 2003, hal. 64

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,
a. Pengumpulan data tahap 1, Validasi Pakar
Pengumpulan data tahap pertama dilakukan dengan memberikan kuisioner pada 3-5 orang
pakar untuk melakukan verifikasi, klarifikasi, dan validasi terhadap variabel yang diperoleh dari
hasil literatur. Para pakar yang dipilih adalah orang yang telah berpengalaman dalam pekerjaan
EPC minimal selama 10 tahun.
b. Pengumpulan data tahap 2, Pilot Survey
Pengumpulan data tahap dua dilakukan kepada 10-15 orang responden sebagai pilot survey.
Responden terdiri dari project manager atau tim inti dari proyek EPC yang sudah berpengalaman
minimal selama 1 tahun.
c. Pengumpulan data tahap 3, Survey pada responden
Pengumpulan data tahap ketiga dilakukan kepada minimal 30 orang responden. Responden
terdiri dari project manager atau tim inti dari proyek EPC yang sudah berpengalaman minimal
selama 1 tahun.
d. Pengumpulan data tahap 4
Pengumpulan data tahap keempat dilakukan kepada para ahli untuk validasi dan
mengetahui rencana respon untuk risiko utama yang sudah diketahui.
Data yang diperoleh akan dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan menggunakan teknik
korelasi Pearson Product Momen. Analisa data yang diperoleh menggunakan metode analisa non
parametrik dan Analytic Hierarchy Process (AHP), dan analisa level risiko dengan menggunakan
SNI. AHP dilakukan untuk mendapatkan nilai lokal frekuensi dan dampak dari setiap variabel.
Setelah itu dilakukan analisa level risiko dengan menggunakan metode SNI untuk mendapatkan
nilai faktor risiko. Persamaan faktor risiko didefinisikan sebagai perkalian antara besaran dampak
dan probabilitas kejadian risiko, yang dihitung dari persamaan berikut.
FR = L + I – (L x I) (2)
Keterangan:
FR = Faktor Risiko, dengan skala 0 – 1
L = Probabilitas kejadian risiko
I = Besaran dampak (Impact) risiko
Untuk kategori risiko dan matriksnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Tabel 5. Kategori Risiko

Nilai FR Kategori Langkah Penanganan


>0,7 Risiko Tinggi Harus dilakukan penurunan risiko ke tingkat yang lebih rendah
0,4 – 0,7 Risiko Sedang Langkah perbaikan dibuuhkan dalam jangka waktu tertentu
<0,4 Risiko Rendah Langkah perbaikan bilamana memungkinkan
Sumber : Risk Management Guidelines (1993)

HASIL PENELITIAN

Pada pengumpulan data tahap pertama, tidak ada variabel yang direduksi karena semua
variabel memiliki jumlah pemilih lebih dari 2. Selain itu ada variabel yang mengalami
penambahan berdasarkan saran dari pakar. Beberapa variabel juga mengalami perubahan kalimat
karena dinilai dapat menimbulkan kerancuan pada responden. Variabel-variabel tersebut bisa
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Variabel yang mengalami Penambahan


 

No Kode Variabel
2.11 X29 Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll)
Sumber: hasil olahan.

Tabel 7. Variabel yang mengalami perubahan kalimat


 

No Kode Variabel Lama Variabel Baru


1.6 X6 Desain yang dibuat dapat dibangun Desain yang dibuat tidak dapat dibangun
Keterlambatan pembuatan desain engineering
1.7 X7 Engineering deliverables
(Engineering deliverables)
Pengalaman dengan kode dan standar Belum berpengalaman dengan kode dan standar
1.8 X8
yang diterapkan yang diterapkan
Keakuratan perkiraan tingkat Ketidakakuratan perkiraan tingkat produktivitas
1.10 X10
produktivitas peralatan peralatan
Proses pengurusan asuransi proyek dan pembuatan
1.14 X14 Asuransi proyek dan pembuatan jaminan
jaminan
1.15 X15 Keakuratan perkiraaan jumlah material Ketidakakuratan perkiraaan jumlah material
Kualitas material yang digunakan untuk Kualitas material tidak sesuai dengan yang
1.16 X16
konstruksi digunakan untuk konstruksi

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Tabel 7. (Lanjutan)
 
No Kode Variabel Lama Variabel Baru
1.17 X17 Mata uang dan nilai tukar Perbedaan mata uang dan nilai tukar
Pembagian tugas dan kewajiban dalam Pembagian tugas dan kewajiban dalam konsorsium
2.3 X21
konsorsium tidak merata
2.4 X22 Kekuatan keuangan mitra Kelemahan keuangan mitra
2.5 X23 Ketersediaan sdm mitra Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
2.6 X24 Proses tender dan tipe kontrak Proses tender bermasalah
2.7 X25 Sumber pembelian barang Sumber pembelian barang kurang berkualitas
Tanggung jawab terhadap bahan Kurangnya tanggung jawab terhadap bahan
3.7 X36
berbahaya berbahaya
4.1 X41 Bea dan pajak-pajak Keterlambatan pengurusan bea dan pajak-pajak
Sumber: hasil olahan.

Kuisioner tahap kedua merupakan pilot survey yang disampaikan kepada 14 responden
terpilih serta diharapkan dapat mewakili para pihak yang terlibat dalam proyek EPC. Setelah itu
dilakukan uji validitas dan reabilitas pada data yang telah dikumpulkan. Dari hasil output uji
validitas, terdapat 7 variabel yang memiliki nilai korelasi dibawah 0,30, variabel tersebut adalah
variabel X1, X3, X5, X6, X17, X24, dan X38.
Walaupun variabel-variabel tersebut memiliki nilai korelasi kurang dari 0,3, penulis
menganggap variabel tersebut merupakan variabel risiko yang penting dan terjadi dalam proyek
EPC. Oleh karena itu variabel-variabel tersebut tetap dimasukkan dalam tahap penelitian
selanjutnya.
Output pengolahan data SPSS diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,942. Karena
nilai Cronbach's Alpha lebih dari 0,8 maka alat ukur dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
Pengumpulan data tahap ketiga dilakukan pada responden lainnya dalam jumlah yang lebih
banyak seperti terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 8. Tabel Profil Responden

Pengalaman
No Jabatan Pendidikan
Kerja
1 Senior Engineer 35 S1
2 Senior Engineer 30 S1
3 Senior Engineer 35 S1
4 Senior Engineer 36 S1
5 Manager 16 S2
6 Senior Engineer 25 S1
7 Senior Engineer 36 S1
8 Senior Engineer 30 S2

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Tabel 8. Tabel Profil Responden

Pengalaman
No Jabatan Pendidikan
Kerja
9 Senior Engineer 31 S1
10 Senior Engineer 30 S1
11 Subcontract Engineer 3 S1
12 Procurement Engineer 3 S1
13 Procurement Engineer 3 S2
14 Procurement Engineer 3 S1
15 Project Control Engineer 1 S1
16 Project Control Engineer 1 S1
17 Planning and Scheduling Engineer 2 S1
18 Planning and Scheduling Engineer 2 S1
19 Project Control Engineer 1 S1
20 Project Control Engineer 2 S1
21 Planning and Scheduling Engineer 2 S1
22 Civil Engineer 1 S1
23 Structure Engineer 2 S1
24 Procurement Engineer 2 S1
25 Civil Engineer 2 S1
26 Project Control Engineer 2 S1
27 Civil Engineer 2 S1
28 Civil Engineer 2 S1
29 Structure Engineer 1 S1
30 Project Control Engineer 2 S1

Sumber: hasil olahan.


Pada pengumpulan data tahap ketiga, terdapat 16 responden tambahan untuk pengolahan
data. Total responden yang terhimpun adalah 30 responden. Responden mengisi informasi
tentang profile responden, serta dampak dan frekuensi terhadap variabel-variabel yang
ditanyakan.
Setelah itu dilakukan Analisa Mann-Whitney U Test untuk melihat ada atau tidaknya
hubungan antara latar belakang pendidikan responden dengan jawaban penelitian. Setelah
dilakukan analisa dengan menggunakan SPSS 20, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
persepsi jawaban dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, kecuali
untuk variabel X26, X29, X33, dan X39 dimana terdapat perbedaan persepsi jawaban responden
yang berbeda latar belakang pendidikan.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Analisa Kruskal-Wallis H juga digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
pengalaman kerja dan jabatan responden dengan jawaban penelitian. Setelah dilakukan analisa
dengan menggunakan SPSS 20, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi jawaban
dari responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda, kecuali untuk variabel X2, X5,
X6, X8 dan X15 dimana terdapat perbedaan persepsi jawaban responden yang memiliki
pengalaman kerja yang berbeda. Selain itu, tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden
yang memiliki jabatan yang berbeda, kecuali untuk variabel X2, dan X8 dimana terdapat
perbedaan persepsi jawaban responden yang memiliki jabatan yang berbeda.
Setelah itu dilakukan perhitungan nilai faktor risiko menggunakan metode SNI. Hasil
perhitungan nilai faktor risiko adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Analisa Level Risiko

Nilai Rata-rata
Nilai Rata-rata Kategori
Variabel Lokal Frekuensi FR
Lokal Dampak (I) Risiko
(L)
X1 0.220 0.331 0.478 Sedang
X2 0.260 0.423 0.573 Sedang
X3 0.337 0.354 0.572 Sedang
X4 0.250 0.316 0.487 Sedang
X5 0.296 0.360 0.549 Sedang
X6 0.191 0.496 0.593 Sedang
X7 0.415 0.492 0.702 Tinggi
X8 0.269 0.288 0.480 Sedang
X9 0.171 0.239 0.370 Rendah
X10 0.233 0.297 0.461 Sedang
X11 0.178 0.197 0.340 Rendah
X12 0.154 0.298 0.406 Sedang
X13 0.163 0.185 0.318 Rendah
X14 0.172 0.225 0.358 Rendah
X15 0.263 0.323 0.501 Sedang
X16 0.185 0.298 0.427 Sedang
X17 0.220 0.154 0.340 Rendah
X18 0.310 0.386 0.576 Sedang
X19 0.240 0.279 0.452 Sedang
X20 0.232 0.352 0.503 Sedang
X21 0.283 0.294 0.494 Sedang
X22 0.243 0.297 0.468 Sedang
X23 0.323 0.383 0.583 Sedang
X24 0.137 0.254 0.356 Rendah
X25 0.169 0.193 0.330 Rendah
X26 0.270 0.210 0.423 Sedang
X27 0.309 0.322 0.532 Sedang

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Tabel 9. (Lanjutan)

Nilai Rata-rata
Nilai Rata-rata Kategori
Variabel Lokal Frekuensi FR
Lokal Dampak (I) Risiko
(L)
X28 0.195 0.214 0.367 Rendah
X29 0.139 0.509 0.577 Sedang
X30 0.285 0.405 0.574 Sedang
X31 0.241 0.378 0.528 Sedang
X32 0.353 0.451 0.645 Sedang
X33 0.311 0.490 0.649 Sedang
X34 0.407 0.345 0.612 Sedang
X35 0.359 0.447 0.645 Sedang
X36 0.149 0.198 0.318 Rendah
X37 0.257 0.197 0.404 Sedang
X38 0.259 0.339 0.511 Sedang
X39 0.415 0.381 0.638 Sedang
X40 0.176 0.371 0.482 Sedang
X41 0.196 0.299 0.436 Sedang
X42 0.133 0.197 0.304 Rendah
Sumber: hasil olahan.

Berdasarkan hasil analisa level risiko, terdapat 13 faktor risiko yang memiliki nilai faktor
risiko lebih dari 0,55. Faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Tabel Faktor Risiko Utama

No Kode Variabel
Keterlambatan pembuatan desain engineering (Engineering Deliverables)
1 X7

2 X32 Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan


3 X33 Keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain
4 X34 Adanya peralatan yang harus diimport
5 X35 Transportasi dan masalah pengiriman (shipping)
6 X39 Jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat
7 X6 Desain yang dibuat tidak dapat dibangun
8 X23 Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
9 X29 Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik, ekonomi, dll)
10 X18 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan
11 X30 Ketidaktersediaan material
12 X2 Scope of work tidak terdefinisi dengan jelas
13 X3 Kesalahan estimasi biaya

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Sumber: hasil olahan.
Analisa korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel terikat (Y) yaitu kinerja
waktu dengan variabel bebas (X) yaitu Faktor-faktor risiko pada tahap pengadaan yang
memungkinkan terjadinya keterlambatan. Uji korelasi Spearman yang digunakan pada penelitian
ini dilakukan pada variabel-variabel yang memiliki tingkat risiko lebih dari 0,55 berdasarkan
analisa AHP dan analisa level risiko. Data yang digunakan merupakan hasil turus (tally) untuk
masing-masing data.
Berdasarkan analisa korelasi Spearman terdapat variabel-variabel menunjukkan nilai
korelasi negatif yang artinya mempunyai arah hubungan yang berlawanan dengan variabel Y
(kinerja waktu) dan terdapat 3 variabel yang memiliki korelasi dominan yaitu variabel X23, X30,
X32.
Setelah diketahui faktor risiko dominan, selanjutnya akan dicari penyebab terjadinya faktor
risiko tersebut. Penyebab dari faktor risiko diperoleh dari hasil wawancara dengan pakar dan
literatur. Penyebab dari faktor risiko utama adalah sebagai berikut:
a. Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan.
Penyebab terjadinya risiko ini adalah lokasi proyek terpencil mengakibatkan akses untuk
pengiriman bahan dan peralatan kontruksi menjadi sulit. Selain itu, waktu pengiriman bahan dan
peralatan terbatas (Sodikin, 2013). Penyebab lainnya adalah terjadi kemacetan di pelabuhan
hingga lokasi proyek yang tidak diprediksi oleh kontraktor.
b. Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
Penyebab dari risiko ini adalah mitra tidak mempunyai sumber daya manusia yang
memadai dalam menangani proyek. selain itu proyek EPC memerlukan sumber daya manusia
yang memiliki keahlian dan spesifikasi tertentu. Hal ini menyebabkan sumber daya manusia yang
dibutuhkan menjadi terbatas. Dalam hal ini, Prakualifikasi yang dilakukan tidak mensyaratkan
ketersediaan SDM yang ahli dan berpengalaman.
c. Ketidaktersediaan material
Penyebab terjadinya risiko ini adalah akibat kontraktor tidak mempunyai stok material yang
cukup. Selain itu material yang dibutuhkan tidak tersedia di daerah sekitar proyek sehingga
material sulit untuk didapatkan. Penyebab lainnya adalah Kontraktor tidak membuat perencanaan
sumber daya sesuai dengan waktu pelaksanaan yang dibutuhkan.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Respon risiko dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak dari faktor-faktor risiko
yang terjadi. Respon risiko yang dilakukan terhadap setiap faktor risiko berupa tindakan preventif
dan korektif.
a. Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan.
Respon terhadap risiko ini adalah dengan cara membuat perencanaan jadwal pengiriman ke
lapangan secara menyeluruh dan mensinkronkan jadwal tersebut dengan jadwal konstruksi.
Tindakan korektif yang dapat dilakukan adalah dengan mengusahakan secara optimal untuk
menghindari kemacetan dalam transportasi.
b. Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
Untuk variabel ini, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat pembagian
lingkup pekerjaan dan penugasan SDM secara jelas ketika membuat kesepakatan dengan anggota
konsorsium. Selain itu, anggota konsorsium yang memiliki SDM yang cukup dapat
meminjamkan SDM-nya kepada anggota konsorsium yang kekurangan SDM. Perekrutan SDM
juga dapat dilakukan untuk menanggulangi kurangnya SDM.
c. Ketidaktersediaan material
Membuat purchase order (PO) terhadap material yang sulit didapat kepada beberapa
supplier. Dalam hal ini, kontraktor harus mengalokasikan waktu dan biaya yang cukup untuk
menyediakan material yang dibutuhkan. Selain itu, material yang dibutuhkan sebisa mungkin
didatangkan dari lokasi yang lebih dekat dengan proyek, sehingga waktu pengiriman menjadi
lebih cepat. (Sodikin, 2013).

PEMBAHASAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil survey penelitian, terdapat perbedaan persepsi responden terhadap


beberapa variabel yang ditanyakan. Perbedaan persepsi tersebut dibagi menurut jabatan,
pengalaman kerja, dan pendidikan. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai perbedaan
persepsi tersebut.
a. Perbedaan pengalaman kerja menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel scope of work
tidak terdefinisi dengan jelas, perubahan persyaratan spesifikasi dari owner, desain yang
dibuat tidak dapat dibangun, belum berpengalaman dengan kode dan standar yang
diterapkan, ketidakakuratan perkiraaan jumlah material. Berdasarkan hasil wawancara

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
dengan responden, responden yang berpengalaman kerja lebih dari 20 tahun mengganggap
bahwa scope of work jarang sekali untuk tidak terdefinisi dengan jelas karena ruang lingkup
pekerjaan sudah dijelaskan dalam kontrak. Perubahan spesifikasi dari owner akan
berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek, akan tetapi owner akan memberikan tambahan
waktu akibat perubahan tersebut. Sehingga walaupun waktu proyek bertambah, proyek tidak
mengalami keterlambatan. Pengalaman kerja juga membuat responden memiliki pengalaman
terhadap kode dan standar yang diterapkan. Selain itu, owner tidak akan menunjuk
kontraktor yang tidak berpengalaman dalam proyek EPC.
b. Perbedaan jabatan menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel scope of work tidak
terdefinisi dengan jelas, dan belum berpengalaman dengan kode dan standar yang diterapkan.
Jabatan responden selaras dengan pengalaman kerja yang dimiliki responden. Responden
yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun mempunyai jabatan manager dan senior
engineer. Oleh karena itu perbedaan persepsi pada variabel ini memiliki alasan yang sama
dengan perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh pengalaman kerja.
c. Latar belakang pendidikan menyebabkan perbedaan persepsi pada variabel peningkatan
harga peralatan dan material, terjadi hal yang tidak terduga (force majeure, bencana alam,
stabilitas politik, ekonomi, dll), keterlambatan kedatangan critical equipment yang
menghambat pekerjaan lain, jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat.
Menurut responden yang memiliki latar belakang pendidikan S2, proyek EPC biasanya
mempunyai lokasi yang jauh dari pusat kota, dan jarang terjadi bencana alam. Oleh karena
itu bencana alam sangat jarang terjadi pada proyek EPC. Peningkatan harga material lebih
berpengaruh pada kenaikan biaya daripada terjadinya keterlambatan.
Berdasarkan analisa korelasi Spearman untuk menguji hubungan antara variabel terikat (Y)
yaitu kinerja waktu dengan variabel bebas (X), diperoleh faktor risiko dominan yang memiliki
korelasi signifikan yaitu variabel X23, X30, dan X32. Variabel tersebut adalah ketersediaan SDM
mitra kurang/tidak ada, ketidaktersediaan material, dan keterlambatan dalam forwarding bahan
dan peralatan ke lapangan
Sesuai hasil pengolahan data, analisa data dan temuan yang telah dibahas sebelumnya,
maka terbukti bahwa:
a. Berdasarkan analisa AHP dan analisa level risiko, terdapat faktor-faktor risiko dalam proses
yang mempengaruhi kinerja waktu proyek.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
b. Dengan mengetahui faktor-faktor risiko dominan yang dapat teridentifikasi berdasarkan
penelitian ini, maka respon risiko yang tepat dapat diambil, sehingga dampak faktor risiko
tersebut dapat diminimalisir dan akan kinerja waktu proyek.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan mengetahui faktor risiko utama dalam proses
pengadaan yang terjadi pada proyek EPC, maka dampak faktor risiko tersebut dapat
diminimalisir sehingga meningkatkan kinerja waktu dalam proyek EPC.

KESIMPULAN

Berdasarkan tahapan proses penelitian yang telah dikerjakan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Faktor-faktor risiko utama dalam proses pengadaan yang menjadi penyebab terjadinya
keterlambatan pada proyek EPC adalah sebagai berikut:
a) Scope of work tidak terdefinisi dengan jelas
b) Kesalahan estimasi biaya
c) Desain yang dibuat tidak dapat dibangun
d) Keterlambatan pembuatan desain engineering (Engineering Deliverables)
e) Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan
f) Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
g) Terjadi hal yang tidak terduga (Force Majeure, bencana alam, stabilitas politik,
ekonomi, dll)
h) Ketidaktersediaan material
i) Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan
j) Keterlambatan kedatangan critical equipment yang menghambat pekerjaan lain
k) Adanya peralatan yang harus diimport
l) Transportasi dan masalah pengiriman (shipping)
m) Jadwal pengadaan material dan peralatan yang sangat ketat
b. Dari faktor risiko utama tersebut terdapat 3 faktor risiko dominan yang berpengaruh besar
terhadap kinerja waktu proyek EPC. faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut:
a) Ketersediaan SDM mitra kurang/tidak ada
b) Ketidaktersediaan material
c) Keterlambatan dalam forwarding bahan dan peralatan ke lapangan

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
c. Penyebab dan respon risiko terjadinya keterlambatan pada proyek telah dijelaskan pada hasil
penelitian.  
 
SARAN

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, saran yang perlu dipertimbangkan adalah
melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor risiko dalam proses konstruksi pada proyek
EPC yang dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan.

KEPUSTAKAAN

Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum (2003), Pedoman Penilaian Investasi Jalan To1.

Hasan, Ansori. (2005). Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kinerja waktu pelaksanaan
pekerjaan konstruksi pada proyek pembangkit listrik tenaga diesel PT. PLN (Persero).
Tesis FT UI

Haseeb, M., Xinhai-Lu, Bibi, A.. Maloof-ud-Dyian, Rabbani, W. (2011), Problems of project and
effect of delays in the construction industry of Pakistan. Aus. J. of Business and
Manage. Research, 1(5),41-50.

Herno. (2010). Analisa risiko penggunaan kontrak lump sum pada proyek pembagkit listrik
undefinitive design. Tesis FT UI

Hui An., Qin Shuai. (2011). Analysis of Risk in EPC Project and the Countermeasures, IEEE.

Huston, Charles L. (1996). Management of Project Procurement. The McGraw-Hill Companies,


Inc.

K.T. Yeo, J.H. Ning. (2002). Integrating supply chain and critical chain concepts in engineer-
procure-construct (EPC) projects. International Journal of Project Management, 20,
253–262.

Suryadi, Kadarsah., Ramdhani , M. Ali., (2000). Sistem Pendukung Keputusan. PT. Remaja
Rosda Karya Bandung.

Kaming, P. F., Olomolaiye, P. O., Holt G. D., and Haris C. F'. (1997). Factors influencing
construction time and cost overruns on high-rise projects in Indonesia. Constr. Manage.
Econom. 15, 83-94.

Kerzner, Harold. (2006). Project Management: A System to Planning, Scheduling and


Controlling (9th Ed.). John Wiley & Sons

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013
Kog, Y.C., Chua, D.K.H., Loh, P.K., Jaselskis, E.J. (1999). Key Determinants for Construction
Schedule Performance, International Journal of Project Management Vol. 17, No.6.

Likhitruangsilp, V., and Praphansiri. K. (2010). Identifying risk factors in equipment


procurement of power plant projects. The Cons., Builand Real Estate ResearchConf, of
the Royal Inst. of Charter. Surv., Paris 2-3 Sept.

Manavazhi, Mohan R., Adhikari, Dinesh K. (2002). Material and equipment procurement delays
in highway projects in Nepal, International Journal of Project Management, 20, 627–
632.

McElligott, Suzanne. (2007). Gasification News 11. ProQuest.

Peckham, Jack. (2005). Gas - To - Liquids News 8, 12. ProQuest.

Peckham, Jack. (2005). Gas - To - Liquids News 8, 6 . ProQuest.

Pourrostam, T., and Ismail, A. (2011). Significant Factors Causing and Effects of Delay in
lranian Construction Projects. Austr. J. Bsc. Appl. Science. 5(7).450-456.

Project Management Institute. (2008). A Guide to the Project Management Body Of Knowledge
(PMBOK Guide) (4th Ed.).

Robert K. Yin. (2009). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Saaty, Thomas L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy process. Int. J. Services
Sciences, Vol. 1, No. 1.

Sarwono, Jonathan (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur
SPSS). Jakarta: Elex Media Komputindo

Sitorus, J. (2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kinerja waktu proyek EPC gas
di Indonesia. Tesis FT UI

Soeharto, I. (2001). Manajemen Proyek, dari konseptual sampai operasional. Jilid 2 Cetakan
kedua. Erlangga.

Susila, W., Munadi, Ernawati. (2007). Penggunaan Analytic Hierarchy Process Untuk
Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Jurnal Informatika Pertanian Vol. 16, No. 2.
Departemen Pertanian.

Yang, Zheng., Zhang, Shuibo. (2011). Analysis and solution of procurement risk in international
EPC projects. IEEE.

 
Universitas Indonesia  
Faktor- faktor risiko…, Kresna Wijaya Muladi Putra, FT UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai