Anda di halaman 1dari 6

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 PENGERTIAN PROYEK


Proyek merupakan suatu usaha atau aktivitas yang kompleks, mempunyai objektif yang
spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas waktu awal dan akhirnya, mempunyai
batas dana, menggunakan sumber daya (manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional
dimana anggota proyek bisa berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat
diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan
harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang
tersedia, yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, proyek didefinisikan
sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu
dan dilakukan dalam periode waktu tertentu (Chase et.al., 1998). Menurut Project Management
Body of Knowledge (PMBOK) Guide, sebuah proyek memiliki beberapa karakteristik penting yang
terkandung didalamnya yaitu: sementara (temporary), unik, dan progressive elaboration, selalu
berkembang, dan berlanjut hingga proyek berakhir. Karakteristik ini yang membedakan proyek
dengan aktivitas rutin operasional. Aktivitas rutin operasional cenderung bersifat terus menerus
dan berulang-ulang sedangan proyek bersifat temporer dan unik. Dari segi tujuan, proyek akan
berhenti jika tujuan telah tercapai, sedangkan aktivitas operasional akan terus menyesuaikan
tujuannya agar pekerjaan tetap berjalan.
Proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan
pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran, dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-kegiatan pada proyek merupakan
sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian
dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula.
Hingga pada akhirnya kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya
merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling
ketergantungan, dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.
Sementara itu menurut Yamit (2000), setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan
memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu dan
direncanakan selesai atau berakhir pada waktu yang telah ditetapkan disebut proyek.

3.1.1. Macam-macam Proyek


Adapun macam-macam proyek yang dijelaskan menurut R.D Achibalt (1976) adalah
berupa
1. Proyek rekayasa-konstruksi, kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari studi kelayakan,
Engneering desain, pengadaan dan konstruksi. Contoh: pengembangan real estate, jalan layang,
bangunan pabrik, dan lain-lain.
2. Proyek Kapital adalah proyek yang biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau
pemerintah meliputi : pembebasan tanah, pembelian material dan peralatan, desain mesin, dan
kostruksi guna pembangunan instalasi pabrik baru.Contoh: Proyek pengadaan alat kalibrasi
untuk meter gas yang diselenggarakan oleh PT Perusahaan Gas Negara
3. Proyek pengembangan produk baru adalah kegiatan untuk menciptakan produk baru
yang biasanya merupakan gabungan antara proyek kapital dan proyek riset dan
pengembangan.Contoh : Proyek pembuatan mobil dengan menggunakan bahan bakar listrik
4. Proyek penelitian dan pengembangan adalah kegiatan untuk melakukan penelitian
dengan sasaran yang ditentukan. proyek ini dapat berupa proyek yang meningkatkan dan
memperbaiki mutu produk Contoh : Proyek membuat robot yang difungsikan untuk membantu
pekerjaan rumah tangga
5. Proyek sistem informasi adalah kegiatan yang sifatnya spesifik dengan mempergunakan
alat-alat pemrosesan data (data processing) personal dan alat-alat lainnya. contoh : Proyek
sistem gudang yang dalam penginputan data barang masih secara manual dan sekarang telah
dibuat secara on-line
6. Proyek yang berkaitan dengan manajemen perusahaan adalah perusahaan merancang
reorganisasi, perusahaan merancang program efisiensi, dan penghematan merancang
diverisifikasi contoh : Proyek penerimaan karyawan yang dilakukan dengan menggunakan sistem
penujang keputusan yang dimaksudkan supaya karyawan yang diterima dalam perusahaan
benar-benar karyawan yang mempunyai potensi dan lebih tepat dalam penerimaan posisi Proyek
Engineering Konstruksi
3.2 MANAJEMEN PROYEK
Pengertian manajemen proyek menurut PMBOK (Project Management Body of
Knowledge) edisi kelima (2013) mendefinisikan proyek sebagai suatu usaha yang bersifat
sementara dalam menciptakan produk, jasa, atau hasil yang unik.
Bahwa pengertian manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai
sasaran dari tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja
biaya, mutu, dan waktu.
Manajemen proyek adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan. Manajemen proyek tumbuh karena dorongan mencari pendekatan pengelolaan yang
sesuai dengan tuntutan dan sifat kegiatan proyek, suatu kegiatan yang dinamis dan berbeda
dengan kegiatan operasionil rutin.
3.2.1 Work Breakdown Structure (WBS)
WBS adalah suatu metode pengorganisaian proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis.
WBS digunakan untuk melakukan breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi
lebih detail. Hal ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih
baik. WBS disusun bedasarkan dasar pembelajaran seluruh dokumen proyek yang meliputi
kontrak, gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian
dengan mengikuti pola struktur dan hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup
terperinci, yang disebut sebagai Wok Breakdown Structure. Pada prinsipnya Work Breakdown
Structure (WBS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil
(sub-kegiatan), alasan perlunya WBS adalah :
1. Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian
cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semuaanggota
untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal.
2. WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi
mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk
membuat perundingan.
WBS merupakan elemen penting, karena memberikan kerangka yang membantu, antara lain
dalam :
1. Penggambaran program sebagai ringkasan dari bagian-bagian yang kecil.
2. Pembuatan perencanaan
3. Pembuatan network dan perencanaan pengawasan.
4. Pembagian tanggung jawab.
Penggunaan WBS ini memungkinkan bagian-bagian proyek terdefinisi dengan jelas.

3.3 PROCUREMENT
Procurement merupakan kegiatan yang penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Procurement merupakan proses untuk mendapatkan barang dan jasa dengan
kemungkinan pengeluaran yang terbaik, dalam kualitas dan kuantitas yang tepat, waktu yang
tepat, dan pada tempat yang tepat untuk menghasilkan keuntungan atau kegunaan secara
langsung bagi pemerintah, perusahaan atau bagi pribadi yang dilakukan melalui sebuah kontrak.
Procurement dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu secara procurement yang sederhana dan
procurement yang lebih kompleks. Procurement yang sederhana adalah tidak memiliki hal lain
kecuali pembelian atau permintaan yang berulang-ulang, sedangkan procurement lebih kompleks
yaitu dapat meliputi pencarian supplier dalam jangka waktu yang panjang atau tetap secara
fundamental yang telah berkomitmen dengan satu organisasi.
Menurut Weele (2010), perolehan barang atau jasa. Hal ini menguntungkan bahwa barang atau
jasa yang tepat dan bahwa mereka yang dibeli dengan biaya terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pembeli dalam hal kualitas dan kuantitas, waktu dan lokasi. pengadaan barang dan jasa atau
procurement adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan oleh
perusahaan dilihat dari kebutuhan dan penggunaannnya, serta dilihat dari kualitas, kuantitas,
waktu pengiriman dan harga yang terjangkau.
3.3.1 Prinsip Dalam Procurement
Menurut Budiharjo Hardjowijono dan Hayie Muhammad (2008) pengadaan barang dan
jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang dipraktekkan secara
internasional efisiensi, efektifitas, persaingan sehat, keterbukaan, transpraransi, tidak
diskriminasi dan akuntabilitas.
1. Efisiensi
Prinsip efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia diperoleh barang dan jasa dalam jumlah, kualitas yang diharapkan, dan diperoleh
dalam waktu yang optimal.
2. Efektif
Prinsip efektif dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan sumber daya yang tersedia
diperoleh barang dan jasa yang mempunyai nilai manfaat setinggi-tingginya.
3. Persaingan Sehat
Prinsip persaingan yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa adalah adanya persaingan
antar calon penyedia barang dan jasa berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku,
tidak terjadi kecurangan dan praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4. Terbuka
Prinsip terbuka dalam pengadaan barang dan jasa adalah memberikan kesempatan kepada
semua penyedia barang dan jasa yang kompeten untuk mengikuti pengadaan.
5. Transparansi
Prinsip transparansi dalam pengadaan barang dan jasa adalah pemberian informasi yang
lengkap tentang aturan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada semua calon penyedia
barang dan jasa yang berminat dan masyarakat.
6. Tidak Diskriminatif
Prinsip tidak diskriminatif dalam pengadaan barang dan jasa adalah pemberian perlakuan yang
sama kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan
barang dan jasa.
7. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa adalah pertanggungjawaban
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada para pihak yang terkait dan masyarakat
berdasarkan etika, norma, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

3.4 MANAJEMEN RISIKO


Risiko adalah prospek suatu hasil yang tidak disukai Menurut Keown (2000). Risiko
adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan
sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki
dapat menimbulkan suatu kerugian.
Pengertian Manajemen Risiko Menurut Djojosoedarso (2003) adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi meliputi aktivitas merencanakan,
mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi (termasuk mengevaluasi)
program penanggulangan risiko.
Menurut Herman Darmawi (2010), manajemen risiko adalah suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisi, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan. Manajemen risiko
sangat dibutuhkan untuk kalangan awam pada dasarnya bertujuan untuk mengambil keputusan
dengan pertimbangan yang begitu matang, sehingga dapat memperhatikan segala hal yang
dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian ataupun sasaran tujuan.

3.5 METODE FISHBONE


Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab Akibat adalah alat yang membantu
mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari suatu
masalah atau karakteristik kualitas tertentu. Diagram ini menggambarkan hubungan antara
masalah dengan semua faktor penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut. Jenis diagram
ini kadang?kadang disebut diagram "Ishikawa" karena ditemukan oleh Kaoru Ishikawa, atau
diagram "fishbone" atau "tulang ikan" karena tampak mirip dengan tulang ikan.
Diagram fishbone ini dapat digunakan ketika kita perlu:
1. Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari akibat, masalah, atau
kondisi tertentu
2. Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai faktor yang
mempengaruhi akibat atau proses tertentu
3. Menganalisa masalah yang ada sehingga tindakan yang tepat dapat diambil

Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa
adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul
dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang
mengatakan "penyebab yang mungkin" dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah
penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan
memberikan hasil yang diinginkan. Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect
(Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar "penyebab"
terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana prosesnya terkenal dengan
banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila
"masalah" dan "penyebab" sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan
akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan "penyebab" dan mencari "akar"
permasalahan sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai