1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
*E-mail: andrianikp@gmail.com
Abstrak
Proyek EPC memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Permasalahan yang sering terjadi
dalam proyek EPC adalah keterlambatan dan cost overrun. Pada proyek konstruksi,
pengadaan material memiliki 50-60% dari total biaya. Angka tersebut cukuplah besar
sehingga pengadaan material ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap risiko yang
mungkin saja terjadi dalam proyek EPC. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi
faktor risiko yang berpengaruh, penyebab risiko dominan dan rekomendasi risiko.Data yang
didapatkan akan dilakukan analisa risiko, analisa korelasi,analisa faktor dan analisa regresi.
Hasil penelitian berupa faktor risiko dominan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu yaitu
“Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan” dan “Ketidaktersediaan Material”
sedangkan untuk kinerja biaya “ Perubahan Spesifikasi Material” dan “Perencanaan dan
estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat”.
Identification Risk Factor Material Procurement That Affect Time And Cost
Performance On EPC Project
Abstract
EPC project has high risk level. Problems that usually happen in EPC project are delay and
cost overrun. On the construction project, 50-60 % of project work to be performed by
material procurement. The percentage is large enough so that provision of material has a
considerable influence on the risk that may occur in the EPC Project.fy factor influencing
risk, the risk causes dominant and recommendation of risk. Data analyzed by risk analysis,
correlation, factor analysis and regression analysis.The result is the dominant risk factor that
Keywords : Risk Factor, Procurement, Material, Time and Cost Performance, EPC Project.
1. Pendahuluan
Industri konstruksi di Indonesia telah tumbuh rata – rata 7,6 persen pertahun antara 2003-
2010. Menurut Business Monitor International pada tahun 2012 industri konstruksi Indonesia
mencapai 7,1 persen dan akan terus meningkat menjadi 7,7 persen pertahun pada tahun 2013
– 2016.Faktor yang menyebabkan pertumbuhan antara lain pengembangan 96 lokasi
pembangkit listrik oleh PLN, peluncuran lelang proyek pembangunan listrik tegangan tinggi
Sumatra – Jawa senilai 20 triliun rupiah dan penindaklanjutan feasibility study jembatan selat
sunda. Proyek yang memiliki kompleksitas tinggi seperti pembangunan kilang minyak,
proyek petrokimia dan proyek Chemical Process Industries dalam pelaksanaannya
membutuhkan kerjasama yang erat antara bagian engineering, fabrication dan konstruksi
(Halvorsen,2009, hal 3). Untuk itu pada proyek – proyek tersebut banyak menggunakan
kontrak EPC dalam pelaksanaannya.
Pada proyek EPC kegiatan pengadaan (procurement) memiliki porsi yang cukup besar yaitu
sekitar 50- 60 % dari total biaya proyek (Soeharto,1995, hal 83). Kegiatan pengadaan
merupakan hal yang penting karena menghubungkan antara fungsi engineering dan fungsi
konstruksi, bergantung pada pihak eksternal (sub-kontraktor), membutuhkan komunikasi dan
negosiasi dengan pihak eksternal, mengambil bagian besar dari total biaya proyek EPC, sulit
untuk dikelola dan manajemen pengadaan yang baik dapat membuat performa proyek yang
baik secara biaya dan waktu (Kimigari, 2010, hal 207).
50-60% total biaya digunakan untuk peralatan dan material sehingga menentukan bagaimana
konstruksi diselesaikan menjadi hal krusial pada tujuan manajemen material di setiap proyek
EPC (Kini, 199, hal.5). Menurut Ritz (1994, hal. 81), pengadaan material pada proyek
konstruksi merupakan fungsi utama dari kegiatanan konstruksi yang nilainya antara 25-40%
dari anggaran proyek, sehingga penambahan waktu dari pemesanan, pengiriman serta
penanganan material seringkali mengakibatkan kegiatan pengadaan material menjadi kritis
dalam menentukan keberhasilan proyek (Ritz, 1994, hal 81). Kurangnya manajemen material
Kinerja proyek pada pelaksanaan konstruksi berpengaruh pada tujuan proyek. Jadwal dan
biaya proyek merupakan kunci keberhasilan dari suatu proyek,tetapi pada kenyataannya
banyak proyek yang mengalami keterlambatan maupun overbudget.Gasification News
memberitakan bahwa proyek Gas to Liquid di Qatar mengalami keterlambatan yang
diakibatkan oleh faktor logistic dan baru dapat dimulai kembali pada tahun 2013.Dow Jones
Newswires pada tahun 2011 mengatakan bahwa Proyek Gas di Australia mengalami
keterlambatan dan overbudget hingga 2 juta US.Kurangnya manajemen risiko yang tepat
terhadap pengadaan bisa merugikan kesuksesan kontraktor EPC hingga 31%
(Datamonitor,2002). Meningkatkan pemahaman risiko pada pengadaan dapat membuat
keputusan yang lebih baik dan mengurangi resiko baik pada satu perusahaan atau seluruh
jaringan (Hallikas et al 2004).
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi faktor – faktor risiko dominan pada proses
pengadaan material yang dapat mempengaruhi kinerja waktu dan biaya pada proyek EPC,
mengetahui penyebab dan dampak risiko tersebut terjadi dan mengetahui tindakan preventif
dan korektif terhadap faktor risiko dominan tersebut.
2. Tinjauan Teoritis
Menurut Hui & Qin (2011, hal 101) Engineering, Procurement, Construction (EPC) mengacu
pada kontrak proyek yang seluruh aspek yang termasuk desain, pengadaan, dan konstruksi
proyek dilakukan oleh satu kontraktor atau sebuah asosiasi yang terdiri dari beberapa
kontraktor. Proyek EPC adalah suatu sistem proyek berbasis proses dengan lingkup tanggung
jawab kegiatan Engineering, Procurement dan Construction yang dilakukan oleh satu
perusahaan kontraktor. Tanggung jawab kontraktor menyelesaikan proyek sesuai dengan
spesifikasi teknis dan performansi yang ditetapkan oleh pemilik proyek (Hosen,2007,hal 83).
Proyek EPC adalah suatu proyek dimana kontraktor mengerjakan proyek dengan ruang
lingkup dan tanggung jawab penyelesaian pekerjaan meliputi studi dan detail desain,
pengadaan equipment & bulk material konstruksi, tahapan konstruksi termasuk testing &
commisioning serta perencanaan dari ketiga aktifitas tersebut (Sudarsono,1997, hal 98).
Procurement merupakan proses pengadaan baik barang maupun jasa yang berkaitan dengan
proyek EPC tersebut. Procurement mencakup semua material sipil, perpipaan, mekanikal,
Menurut PMBOK Guide, Manajemen Pengadaan dibagi pada empat tahap yaitu :
1. Perencanaan Pengadaan, proses dokumentasi keputusan pembelian dalam proyek,
menentukan pendekatan yang dilakukan, dan menentukan penjual yang potensial.
Perencanaan pengadaan juga mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi pada
keputusan make-or-buy dan juga perlu dipertimbangkan tipe kontrak yang
direncanakan dengan melakukan mitigasi risiko, terkadang transfer risiko kepada
penjual.
2. Pelaksanaan Pengadaan, proses mendapatkan respon penjual, memilih penjual, dan
memberikan kontrak. Dalam proses ini tim proyek akan mendapatkan penawaran atau
proposal dan akan menyeleksi satu atau lebih penjual yang mampu mengerjakan
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Pengelolaan Pengadaan, Pengelolaan pengadaan adalah proses mengelola hubungan
antara penjual dan pembeli, monitor kontrak, dan membuat perubahan dan koreksi
yang diperlukan. Pengelolaan kontrak memastikan performa penjual memenuhi
persyaratan pengadaan, dan pembeli melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak.
Pada tahapan pengadaan material pada proyek EPC ini hal yang dilakukan pertama adalah
dilakukannya tahapan proses dimana engineering akan melakukan perhitungan mengenai
material dan pekerjaan apa saja yang dilakukan bersamaan dengan volume pekerjaannya,
dihasilkan bill of quantity (BOQ). Setelah itu akan dilanjutkan pada tahapan engineering,
3. Metode Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang memiliki skala
pengukuran nominal dan ordinal, dengan pendapat pakar sebagai validasi. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 20, dimana faktor-faktor yang dicari diperoleh melalui analisis korelasi, analisis faktor,
dan analisis regresi, sehingga dapat diidentifikasi faktor – faktor risiko pada proses
pengadaan material pada proyek EPC yang berpengaruh terhadap kinerja waktu dan biaya.
Berikut uraian penggunaan variabel dalam penelitian ini :
Variabel bebas (X) : faktor – faktor risiko pada proses pengadaan material pada proyek
EPC
Variabel terikat (Y) : Kinerja Waktu dan Kinerja Biaya
Variabel bebas (X) kemudian dibagi menjadi 4 tahap dengan 33 variabel pada kinerja waktu
(Y1) dan 30 pada kinerja biaya (Y2). Berikut tabel variabel penelitian :
4. Hasil Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data tahap 1 (validasi pakar). Pakar dalam penelitian
ini berjumlah 5 orang dan berasal dari berbagai instansi dengan pengalaman minimal 10 tahun
dalam menangani proyek EPC terutama pada bidang pengadaan . Validasi awal pakar
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pakar yang berisi variabel-variabel dari hasil
studi literatur. Variabel-variabel tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh pakar sebelum
dituangkan ke dalam kuesioner responden agar variabel-variabel yang dikeluarkan dalam
kuesioner responden tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Pakar dalam
tahap ini juga membantu untuk menambahi atau mengurangi variabel yang akan digunakan
dalam penelitian serta mengoreksi tata bahasa agar bahasa yang digunakan dalam kuesioner
responden nanti menjadi mudah dipahami oleh responden. Berdasarkan hasil data yang
diperoleh, terdapat 2 variabel faktor risiko proses pengadaan material pada proyek EPC yang
tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu , yaitu X6 dan X12,dan terdapat 1 variabel faktor
risiko proses pengadaan material pada proyek EPC terhadap kinerja waktu , yaitu
X23.Variabel tersebut tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya.
Tahapan inti pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data tahap ketiga
(kuesioner responden). Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak dari 30 responden.
Responden yang berhasil dikumpulkan memiliki latar belakang jabatan Manager, Project
Control Engineer, Subcontract Engineer, Procurement dan Civil Engineer dengan pendidikan
terakhir sarjana maupun pascasarjana, dan memiliki pengalaman kerja di atas 1 tahun.
Dari data-data yang didapatkan dari para responden, dilakukan analisis statistik dengan
bantuan software SPSS v.20. Pada uji validitas, dinyatakan 10 variabel sebagai variabel tidak
Pada Uji Analisa Risiko untuk kinerja waktu (Y1) terdapat 5 variabel dengan peringkat risiko
rendah yaitu X12, X13, X28, X32 dan X33. Pada kinerja biaya (Y2) terdapat 4 variabel
dengan peringkat risiko rendah yaitu X14,X18, X30 dan X31. Variabel dengan peringkat
rendah tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya. Uji korelasi dilakukan terhadap Y1
dan Y2, dan didapat 8 variabel X yang berkorelasi dengan Y1 serta 13 variabel X yang
berkorelasi dengan Y2. Variabel-variabel X yang berkorelasi tersebut yang selanjutnya
dianalisis dengan analisis faktor untuk melihat apakah seluruh variabel hasil analisa korelasi
saling berhubungan (inter-dependent antar variabel) sehingga akan menghasilkan
pengelompokkan dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau faktor agar
mudah untuk dikelola. Pada analisis faktor, didapat pula nilai KMO yang menggambarkan
kecukupan data atau sampel (>0.5), yaitu 0.564 untuk Y1 dan 0.584 untuk Y2. Dari analisis
faktor didapat 2 komponen untuk Y1 dan 2 komponen untuk Y2.
Pada variabel laten dibagi menjadi 4 kelompok variabel yaitu X1 : Pelaksanaan Pengadaan,
X2 : Perencanaan Pengadaan, X3 : Pengelolaan Pengadaan dan X4 : Penutupan Pengadaan.
Variabel laten tersebut kemudian di uji regresi dan didapatkan hasil analisis regresi . Berikut
hasil analisis regresi untuk kedua variabel :
Y1 = 3,885 – 0,030X1 – 0,091X2 – 0,029X3 – 0,026X4
Dimana :
Y1 : Kinerja waktu
X1 : Tahap Perencanaan Pengadaan
X2 : Tahap Pelaksanaan Pengadaan
X3 : Tahap Pengelolaan Pengadaan
X4 : Tahap Penutupan Pengadaan
Y2 = 4,121 – 0,133X1 – 0,115X2 – 0,142X3 – 0,113X4
Dimana :
Y2 : Kinerja biaya
Dari persamaan didapatkan bahwa nilai pengaruh yang paling besar untuk kinerja waktu
adalah pada tahap pelaksanaan pengadaan dengan nilai -0,091. Dari persamaan didapatkan
bahwa nilai pengaruh regresi yang paling besar untuk kinerja biaya adalah pada tahap
pengelolaan pengadaan dengan nilai -0,142.
Setelah itu dilakukan analisis regresi untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara
satu atau beberapa variabel independen (X) dengan satu variabel dependen (Y). Variabel-
variabel yang telah melalui analisa faktor menjadi input analisis regresi. Analisis dilakukan
berkali-kali (iterasi) hingga muncul jumlah variabel pada modelnya yang sesuai dengan
jumlah komponen analisis faktor. Berikut hasil analisis regresi untuk kedua variabel Y1 dan
Y2:
Y1 = 2,627 - 0,88 X10 – 0,78 X23
Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja waktu proyek
X10 : Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan
X.23 : Ketidaktersediaan Material
Y2 = 4,817 - 0,93 X21 – 0,60 X4
Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja biaya proyek
X21 : Perubahan pada spesifikasi material
X.4 : Perencanaan dan Estimasi Biaya tidak dilakukan dengan tepat
Dari persamaan didapatkan bahwa Nilai 2,627 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada
risiko yang terjadi, 0,88 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi
pembuatan dan 0,78 merupakan nilai risiko ketidaktersediaan material. Dari hasil regresi
tersebut ditunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi Y1.
Batasan pada persamaan tersebut adalah nilai minimum adalah 1,57 dan nilai maksimum
adalah 3,818. Sehingga apabila risiko tersebut terjadi semua maka kinerja waktu proyek
adalah buruk dan jika tidak ada risiko yang terjadi maka nilai kinerja waktu proyek adalah
baik..Untuk Kinerja biaya (Y2) Nilai 4,817 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada risiko
yang terjadi, 0,93 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi material dan 0,6 merupakan
nilai risiko Perencaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat.. Dari hasil regresi
5. Pembahasan
Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja waktu didapatkan pada tahap
pelaksanaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,091 , hal
tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja waktu dari faktor yang berkorelasi.
Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh
adalah pada variabel X10 yang merupakan perubahan spesifikasi yang mempengaruhi
pembuatan material dengan nilai -0,88. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pelaksanaan
pengadaan. . Variabel X10 memilik mean frekuensi 3,1 dan mean dampak adalah 3,7. Oleh
karena itu untuk faktor risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material
memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di proyek, dan apabila terjadi dapat
memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-rata responden dapat mengarah
pada keterlambatan schedule proyek 5-7%.
Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja biaya didapatkan pada tahap
pengelolaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,142 , hal
tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja biaya dari faktor yang berkorelasi.
Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh
adalah pada variabel X21 yang merupakan perubahan spesifikasi yang material dengan nilai -
0,93. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pengelolaan pengadaan.. Variabel X21
memilik mean frekuensi 2,7 dan mean dampak adalah 3,2. Oleh karena itu untuk faktor risiko
perubahan spesifikasi yang material memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di
proyek, dan apabila terjadi dapat memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-
rata responden dapat mengarah pada cost overruns proyek sebesar 2,5% hingga 3,5 %
Ketidaktersediaan Material. Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko
risiko yang mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah ketidaktersediaan
material dimana ketidaktersediaan material ini akan sangat berpengaruh pada saat tahap
konstruksi. Jadwal penggunaan material harus sesuai antara kebutuhan proyek dengan waktu
pengiriman material dari pemasok. Penggunaan sub schedule material untuk setiap item
pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.
Selain itu lokasi proyek juga mempengaruhi dalam ketersediaan material ini, karena pada
umumnya proyek EPC terletak di daerah yang agak sulit untuk dijangkau sehingga dalam
pengirimannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk material agar tiba di lokasi
proyek.Dampak tidak adanya material di lapangan akan mengakibatkan pekerjan selanjutnya
bisa terhanggu dan waktu penyelesaian mengalami kemunduran. Oleh karena itu sebaiklanya
risiko ini dikurangi karena dampaknya dapat menghambat pekerjaan lainnya.
Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan Dengan Tepat. Menurut Radian (2006,
hal 7-8), mengidentifikasi bahwa ada beberapa risiko yang termasuk dalam faktor
procurement yaiitu salah satunya adalah kesalahan estimasi anggaran pengadaan pada tahap
pembelian.Herzner (2005) juga mengatakan bahwa perencaan estimasi biaya merupakan hal
yang sangat penting dalam manajemen proyek sehingga jika tidak dilakukan dengan tepat
dapat berdampak besar pada kinerja proyek.Perencanaan dan estimasi biaya yang tidak tepat
mengakibatkan tidak tepatnya melakukan estimasi mengenai besar biaya yag dibutuhkan
dalam pengadaan material.Hal ini dapat disebabkan karena detail gambar kerja dan spesifikasi
yang kurang jelas atau belum tercapture oleh kontraktor ketika melakukan dokumen tender.
6. Kesimpulan
Dari hasil analisa regresi terdapat dua variabel risiko pada proses pengadan material yang
berpengaruh kinerja waktu (Y1) yaitu “ Perubahan Spesifikasi Yang mempengaruhi
Pembuatan Material” dan “ Ketidaktersediaan Material” sedangkan pada kinerja biaya (Y2)
juga terdapat dua faktor risiko yaitu “Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan
dengan Tepat” dan “ Perubahan Spesifikasi Peralatan dan Material”.
Pada setiap variabel risiko yang mempengaruh kinerja waktu maupun kinerja biaya, kemudian
dicari penyebab dan dampaknya untuk meminimalisir risiko terjadinya. Berikut adalah
penyebab dan dampak terhadap kinerja waktu :
a. Penyebab Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah
desain yang kurang matang, overlap aktivitas dan distribusi informasi. Hal tersebut
akan memberi dampak terhadap persiapan produksi material ulang dan
mengkomunikasikan perubahan spesifikasi pada vendor sehingga dapat
mengakibatkan keterlambatan.
b. Penyebab Ketidaktersediaan material adalah material dengan spesifikasi awal tidak
terdapat di pasaran sehingga akan memberi dampak persiapan produksi material ulang
dan mengakibatkan pekerjaan selanjutnya terganggu sehingga waktu penyelesaian
proyek mengalami kemunduran.
Sedangkan penyebab dan dampak terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :
a. Penyebab perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah
Kesalahan feasibility study proyek, detil gambar kerja dan spesifikasi yang kurang
jelas dan kurangnya pengalaman estimator. Hal tersebut dapat memberikan dampak
yaitu biaya realisasi lebih besar dan arus kas mengalami penyimpangan untuk
anggaran biaya.
Penanganan respon risiko diharap dapat meminimalisir risiko yang terjadi atau mungkin dapat
menghilangkan risiko tersebut. Berikut adalah respon risiko terhadap kinerja waktu:
a. Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah desain yang
matang, diskusi dengan owner oleh perencana yang komprehensif, memperkuat
engineering capability, mempercanggih sistem IT urgency mengenai pertukaran
informasi, strategi procurement dan pengawasan maupun follow up yang ketat
terhadap vendor.
b. Ketidaktersediaan material adalah desain yang matang dengan personil perencana,
diskusi keinginan owner berikut percepatannya oleh perencana yang dalam dan
komprehensif.
Sedangkan respon risiko terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah pembuatan
Feasibility Study yang sempurna, menggunakan analisa historis, membuat beberapa
estimasi desain untuk biaya, melakukan pengurangan lingkup proyek,
memperhitungkan biaya contingency dan memastikan bahwa komponen biaya yang
dikeluarkan diperuntukkan untuk hal yang secara kontrak jelas masuk dalam lingkup
pekerjaan.
b. Perubahan spesifikasi material adalah desain yang matang, diskusi dengan owner oleh
perencana yang komprehensif, memperkuat engineering capability, mempercanggih
sistem IT urgency mengenai pertukaran informasi, strategi procurement dan
pengawasan maupun follow up yang ketat terhadap vendor.
7. Saran
a. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pengadaan material pada
proyek EPC yang mempengaruhi kinerja biaya dan waktu dengan melakukan simulasi model
dari persamaan yang telah didapat diatas.
Arista, Andre. 2008. Pengaruh Faktor Risiko Dalam Aspek Manajemen Pengadaan Terhadap
Kinerja Waktu Proyek. Skripsi Universitas Indonesia
Asiyanto, MBA, IPM. Manajemen Risiko untuk Kontraktor. Pradnya Paramita: Jakarta. 2008
Caron, F., & Marchet, G. (1998). Project logistics : integrating the procurement and
construction processes, 16(5), 311–319.
Kerzner, Harold 2005, Project Management, A system Approach to Planning, Scheduling, and
Controlling. Ninth Edition. John Wiley & Sons, Inc
Lotfian, F., Kimiagari, A. M., Pejmannia, S., & Keivanloo, M. (2010). Pricing Policy in EPC
Oil & Gas Projects, 1(2), 207–210.
Sitorus, Juanto. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Proyek
Epc Gas Di Indonesia.Tesis.Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 2008
Sugiyono, Prof, Dr, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.
2008.
Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2002). Integrating supply chain and critical chain concepts in
engineer-procure-construct ( EPC ) projects, 20, 253–262.
Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2006). Managing uncertainty in major equipment procurement in
engineering projects, 171, 123–134
Yin, R. K. (1994). Case Study Research: Design and Methods, p.36. London: SAGE
Publication.