Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PADA PROSES PENGADAAN

MATERIAL PADA PROYEK EPC YANG BERPENGARUH TERHADAP


KINERJA WAKTU DAN BIAYA

Andriani Karunia *, Yusuf Latief2, Jade Petroceany 3

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia
3. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok
16424, Indonesia

*E-mail: andrianikp@gmail.com

Abstrak

Proyek EPC memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi. Permasalahan yang sering terjadi
dalam proyek EPC adalah keterlambatan dan cost overrun. Pada proyek konstruksi,
pengadaan material memiliki 50-60% dari total biaya. Angka tersebut cukuplah besar
sehingga pengadaan material ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap risiko yang
mungkin saja terjadi dalam proyek EPC. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi
faktor risiko yang berpengaruh, penyebab risiko dominan dan rekomendasi risiko.Data yang
didapatkan akan dilakukan analisa risiko, analisa korelasi,analisa faktor dan analisa regresi.
Hasil penelitian berupa faktor risiko dominan yang berpengaruh terhadap kinerja waktu yaitu
“Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan” dan “Ketidaktersediaan Material”
sedangkan untuk kinerja biaya “ Perubahan Spesifikasi Material” dan “Perencanaan dan
estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat”.

Identification Risk Factor Material Procurement That Affect Time And Cost
Performance On EPC Project

Abstract

EPC project has high risk level. Problems that usually happen in EPC project are delay and
cost overrun. On the construction project, 50-60 % of project work to be performed by
material procurement. The percentage is large enough so that provision of material has a
considerable influence on the risk that may occur in the EPC Project.fy factor influencing
risk, the risk causes dominant and recommendation of risk. Data analyzed by risk analysis,
correlation, factor analysis and regression analysis.The result is the dominant risk factor that

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


affect the time performance are “Change specification that affect production” and “Not
availability Material” while factor that affect cost performance are “Change specification that
affect production” and “Planning and cost estimation not precisely”.

Keywords : Risk Factor, Procurement, Material, Time and Cost Performance, EPC Project.

1. Pendahuluan

Industri konstruksi di Indonesia telah tumbuh rata – rata 7,6 persen pertahun antara 2003-
2010. Menurut Business Monitor International pada tahun 2012 industri konstruksi Indonesia
mencapai 7,1 persen dan akan terus meningkat menjadi 7,7 persen pertahun pada tahun 2013
– 2016.Faktor yang menyebabkan pertumbuhan antara lain pengembangan 96 lokasi
pembangkit listrik oleh PLN, peluncuran lelang proyek pembangunan listrik tegangan tinggi
Sumatra – Jawa senilai 20 triliun rupiah dan penindaklanjutan feasibility study jembatan selat
sunda. Proyek yang memiliki kompleksitas tinggi seperti pembangunan kilang minyak,
proyek petrokimia dan proyek Chemical Process Industries dalam pelaksanaannya
membutuhkan kerjasama yang erat antara bagian engineering, fabrication dan konstruksi
(Halvorsen,2009, hal 3). Untuk itu pada proyek – proyek tersebut banyak menggunakan
kontrak EPC dalam pelaksanaannya.

Pada proyek EPC kegiatan pengadaan (procurement) memiliki porsi yang cukup besar yaitu
sekitar 50- 60 % dari total biaya proyek (Soeharto,1995, hal 83). Kegiatan pengadaan
merupakan hal yang penting karena menghubungkan antara fungsi engineering dan fungsi
konstruksi, bergantung pada pihak eksternal (sub-kontraktor), membutuhkan komunikasi dan
negosiasi dengan pihak eksternal, mengambil bagian besar dari total biaya proyek EPC, sulit
untuk dikelola dan manajemen pengadaan yang baik dapat membuat performa proyek yang
baik secara biaya dan waktu (Kimigari, 2010, hal 207).

50-60% total biaya digunakan untuk peralatan dan material sehingga menentukan bagaimana
konstruksi diselesaikan menjadi hal krusial pada tujuan manajemen material di setiap proyek
EPC (Kini, 199, hal.5). Menurut Ritz (1994, hal. 81), pengadaan material pada proyek
konstruksi merupakan fungsi utama dari kegiatanan konstruksi yang nilainya antara 25-40%
dari anggaran proyek, sehingga penambahan waktu dari pemesanan, pengiriman serta
penanganan material seringkali mengakibatkan kegiatan pengadaan material menjadi kritis
dalam menentukan keberhasilan proyek (Ritz, 1994, hal 81). Kurangnya manajemen material

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


merupakan faktor utama penurunan produktivitas dan kerugian financial.(Thomas dan
Homan, 2005, hal 88).

Kinerja proyek pada pelaksanaan konstruksi berpengaruh pada tujuan proyek. Jadwal dan
biaya proyek merupakan kunci keberhasilan dari suatu proyek,tetapi pada kenyataannya
banyak proyek yang mengalami keterlambatan maupun overbudget.Gasification News
memberitakan bahwa proyek Gas to Liquid di Qatar mengalami keterlambatan yang
diakibatkan oleh faktor logistic dan baru dapat dimulai kembali pada tahun 2013.Dow Jones
Newswires pada tahun 2011 mengatakan bahwa Proyek Gas di Australia mengalami
keterlambatan dan overbudget hingga 2 juta US.Kurangnya manajemen risiko yang tepat
terhadap pengadaan bisa merugikan kesuksesan kontraktor EPC hingga 31%
(Datamonitor,2002). Meningkatkan pemahaman risiko pada pengadaan dapat membuat
keputusan yang lebih baik dan mengurangi resiko baik pada satu perusahaan atau seluruh
jaringan (Hallikas et al 2004).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi faktor – faktor risiko dominan pada proses
pengadaan material yang dapat mempengaruhi kinerja waktu dan biaya pada proyek EPC,
mengetahui penyebab dan dampak risiko tersebut terjadi dan mengetahui tindakan preventif
dan korektif terhadap faktor risiko dominan tersebut.

2. Tinjauan Teoritis

Menurut Hui & Qin (2011, hal 101) Engineering, Procurement, Construction (EPC) mengacu
pada kontrak proyek yang seluruh aspek yang termasuk desain, pengadaan, dan konstruksi
proyek dilakukan oleh satu kontraktor atau sebuah asosiasi yang terdiri dari beberapa
kontraktor. Proyek EPC adalah suatu sistem proyek berbasis proses dengan lingkup tanggung
jawab kegiatan Engineering, Procurement dan Construction yang dilakukan oleh satu
perusahaan kontraktor. Tanggung jawab kontraktor menyelesaikan proyek sesuai dengan
spesifikasi teknis dan performansi yang ditetapkan oleh pemilik proyek (Hosen,2007,hal 83).
Proyek EPC adalah suatu proyek dimana kontraktor mengerjakan proyek dengan ruang
lingkup dan tanggung jawab penyelesaian pekerjaan meliputi studi dan detail desain,
pengadaan equipment & bulk material konstruksi, tahapan konstruksi termasuk testing &
commisioning serta perencanaan dari ketiga aktifitas tersebut (Sudarsono,1997, hal 98).

Procurement merupakan proses pengadaan baik barang maupun jasa yang berkaitan dengan
proyek EPC tersebut. Procurement mencakup semua material sipil, perpipaan, mekanikal,

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


elektrikal, dan instrumentasi. Sedangkan menurut Huston(1996,hal. 82), procurement adalah
semua aktivitas yang diperlukan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diperlukan untuk
proyek. Proses didalam pengadaan barang dan jasa adalah perencanaan pembelian,
perencanaan kontrak, penerimaan penawaran dari vendor , evaluasi penawaran dan penetuan
pemenang, pengelolaan kontrak dan penutupan kontrak (PMBOK). Kegiatan pengadaan
barang meliputi kegiatan – kegiatan pembelian, ekspedisi, pengapalan dan transportasi serta
inspeksi dan pengendalian mutu untuk seluruh peralatan dan material pabrik. Peralatan dan
material yang dibeli bisa berasal dari dalam maupun luar negeri. Setelah barang yang dibeli
tiba di lokasi proyek kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan dan mengeluarkan untuk
keperluan konstruksi.

Menurut PMBOK Guide, Manajemen Pengadaan dibagi pada empat tahap yaitu :
1. Perencanaan Pengadaan, proses dokumentasi keputusan pembelian dalam proyek,
menentukan pendekatan yang dilakukan, dan menentukan penjual yang potensial.
Perencanaan pengadaan juga mempertimbangkan risiko yang mungkin terjadi pada
keputusan make-or-buy dan juga perlu dipertimbangkan tipe kontrak yang
direncanakan dengan melakukan mitigasi risiko, terkadang transfer risiko kepada
penjual.
2. Pelaksanaan Pengadaan, proses mendapatkan respon penjual, memilih penjual, dan
memberikan kontrak. Dalam proses ini tim proyek akan mendapatkan penawaran atau
proposal dan akan menyeleksi satu atau lebih penjual yang mampu mengerjakan
kegiatan yang akan dilakukan.
3. Pengelolaan Pengadaan, Pengelolaan pengadaan adalah proses mengelola hubungan
antara penjual dan pembeli, monitor kontrak, dan membuat perubahan dan koreksi
yang diperlukan. Pengelolaan kontrak memastikan performa penjual memenuhi
persyaratan pengadaan, dan pembeli melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak.

4. Penutupan Pengadaan, proses penyelesaian setiap pengadaan dalam proyek meliputi


pekerjaan administrasi seperti proses penyelesaian klaim, dan pembaruan arsip untuk
informasi perusahaan di masa depan.

Pada tahapan pengadaan material pada proyek EPC ini hal yang dilakukan pertama adalah
dilakukannya tahapan proses dimana engineering akan melakukan perhitungan mengenai
material dan pekerjaan apa saja yang dilakukan bersamaan dengan volume pekerjaannya,
dihasilkan bill of quantity (BOQ). Setelah itu akan dilanjutkan pada tahapan engineering,

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


untuk memperhitungkan desain. Dari hal tersebut akan dilanjutkan dengan tahapan
procurement, dimana hasil dari engineering akan dibawa ke pihak procurement. Dari hal ini
akan dilakukan dua jenis tender yaitu untuk jasa oleh subkontraktor dan material oleh
vendor.Setelah melakukan tender dan menemukan vendor maka pihak procurement akan
mengeluarkan Material Balance List yang akan terus diupdate ke pihak engineering. Setelah
itu akan menyiapkan Purchase Order yaitu berisi jenis material, cara pembayaran hingga
syarat dan ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaan pengadaan berikutnya adalah Project
Control yang bertugas untuk mengontrol material, waktu dan biaya agar tidak melebihi
batasan yang ditentukan.Pihak Logistic akan memastikan bahwa pengiriman material sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sehingga tidak merusak material tersebut, ketika material
sudah tiba di lapangan akan di terima oleh Field Material Control yang akan bertangggung
jawab terhadap penyimpanan material hingga material tersebut dapat digunakan oleh pihak
Construction.

3. Metode Penelitian
Strategi penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang memiliki skala
pengukuran nominal dan ordinal, dengan pendapat pakar sebagai validasi. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan bantuan software SPSS
versi 20, dimana faktor-faktor yang dicari diperoleh melalui analisis korelasi, analisis faktor,
dan analisis regresi, sehingga dapat diidentifikasi faktor – faktor risiko pada proses
pengadaan material pada proyek EPC yang berpengaruh terhadap kinerja waktu dan biaya.
Berikut uraian penggunaan variabel dalam penelitian ini :
 Variabel bebas (X) : faktor – faktor risiko pada proses pengadaan material pada proyek
EPC
 Variabel terikat (Y) : Kinerja Waktu dan Kinerja Biaya

Variabel bebas (X) kemudian dibagi menjadi 4 tahap dengan 33 variabel pada kinerja waktu
(Y1) dan 30 pada kinerja biaya (Y2). Berikut tabel variabel penelitian :

Tabel 1. Variabel Penelitian Pada Kinerja Waktu

Variabel Penyebab Keterlambatan Referensi


Tahap Perencanaan
X1 Scope Pekerjaan tidak terdefinisi jelas Likhitruangsilp (2010)
X2 Persyaratan Spesifikasi dari Owner Likhitruangsilp (2010)
X3 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan Sitorus (2008)

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Variabel Penyebab Keterlambatan Referensi
Perubahan pada jumlah peralatan dan material oleh
X4 engineering Likhitruangsilp (2010)
X5 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010)
X6 Tidak Adanya Klausul Keterlambatan Likhitruangsilp (2010)
X7 Keterbatasan Anggaran untuk pembelian material Mulholland
X8 Material tidak didefinisakn dengan jelas Haseeb (2011)
X9 Keakuratan jumlah material Kaming (2010)
X10 Kualitas material Haseeb (2011)
X11 Material Kritis susah diperoleh Mulholland
X12 Sangat banyaknya vendor/ supplier yang ingin masuk Radian (2010)
Tahap Pelaksanaan
X13 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010)
X14 Proses tender dan tipe kontrak Likhitruangsilp (2010)
X15 Proses pengendalian dokumen pengadaan Pourrostam (2011)
X16 Pengalaman Berkerja sama Likhitruangsilp (2010)
X17 Ketersediaan SDM mitra Likhitruangsilp (2010)
X18 Sumber pembelian barang Yang (2011)
X19 Kurangnya informasi mngenai vendor Sitorus (2008)
X20 Nilai tender vendor lebih besar dari anggaran Mulholland
Tahap Pengelolaan
X20 Perubahan pada spesifikasi peralatan dan material Mulholland
X21 Perubahan pada jumlahperalatan dan material Mulholland
X22 Ketersediaan material Sitorus (2008)
X23 Keterlambatan dalam forwarding material Hasan (20105
X24 Material yang harus diimport Likhitruangsilp (2010)
X25 Jadwal Pengiriman Arisman (2005)
X26 Transportasi dan Shipping Yang (2005)
X27 Perubahan kondisi material selama pengiriman Ahuja (1976), Alin (2002)
X28 Kesalahan Supplier Manavashi (2002)
X29 Kinerja supplier kurang baik Arisman (2005)
Alwi, Sugiharto, Hompson, Keith
Material yang dipesan tidak sesuai spesifikasi
X30 (2003)
X31 Tidak Adanya Klausul Keterlambatan Likhitruangsilp (2010)
Tahap Penutupan
X32 Bea dan Pajak Likhitruangsilp (2010)
X33 Penyelisihan dan Perselisihan Likhitruangsilp (2010)
Sumber : Hasil Olahan

Tabel 2. Variabel Risiko Terhadap Kinerja Biaya


Variabel Penyebab Kerugian/ Cost Overrun Referensi
Tahap Perencanaan
X1 Scope Pekerjaan tidak terdefinisi jelas Likhitruangsilp (2010)
X2 Persyaratan Spesifikasi dari Owner Likhitruangsilp (2010)

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Tabel 2. Variabel Risiko Terhadap Kinerja Biaya (Sambungan)

Variabel Penyebab Kerugian/ Cost Overrun Referensi


X3 Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan Sitorus (2008)
Perubahan pada jumlah peralatan dan material oleh
X4 engineering Likhitruangsilp (2010)
X5 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010)
Kesalahan estimasi biaya
X6 Herno (2010), Herzner (1995)
X7 Keterbatasan Anggaran untuk pembelian material Mulholland
X8 Material tidak didefinisikan dengan jelas Haseeb (2011)
X9 Keakuratan jumlah material Kaming (2010)
X10 Kualitas material Haseeb (2011)
Yang (2011) ,Likhitruangsilp
Mata uang dan nilai tukar
X11 (2010)
Tahap Pelaksanaan

X12 Klausul Kontrak tidak lengkap Kaming (2010)


X13 Proses tender dan tipe kontrak Likhitruangsilp(2010)
X14 Proses pengendalian dokumen pengadaan Pourrostam (2011)
X15 Pengalaman Berkerja sama Likhitruangsilp(2010)
X16 Kurangnya informasi mngenai vendor Sitorus (2008)
X17 Nilai tender vendor lebih besar dari anggaran Mulholland
X18 Peningkatan harga material Yang (2011)
Tahap Pengelolaan
X19 Perubahan pada spesifikasi peralatan dan material Mulholland
X20 Perubahan pada jumlahperalatan dan material Mulholland
X21 Ketersediaan material Sitorus (2008)
X22 Kerusakan dan kehilangan material Yang (2011)
X23 Material yang harus diimport Likhitruangsilp (2010)
X24 Transportasi dan Shipping Yang (2011)
X25 Perubahan kondisi material selama pengiriman Ahuja (1976), Alin (2002)
X26 Kesalahan Supplier Manavashi (2002)
X27 Kinerja supplier kurang baik Arisman (2005)
Alwi, Sugiharto, Hompson, Keith
Material yang dipesan tidak sesuai spesifikasi
X28 (2003)
Tahap Penutupan
X29 Bea dan Pajak Likhitruangsilp (2010)
X30 Penyelisihan dan Perselisihan Likhitruangsilp (2010)
Sumber : Hasil Olahan
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penyebaran kuesioner dalam penelitan ini ada 4
(empat) tahap, yaitu: 1. Kuesioner Tahap Pertama (Validasi Pakar Awal); 2. Kuesioner Tahap
Kedua (Pilot Survey); 3. Kuesioner Tahap Ketiga (Kuesioner Responden); dan 4. Kuesioner
Tahap Keempat (Validasi Pakar Akhir).

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Skala pengukuran nominal digunakan untuk kuesioner validasi pakar, dimana pilihan jawaban
yang diberikan adalah ya atau tidak. Sedangkan skala ordinal digunakan untuk kuesioner
responden, dimana digunakan skala likert yang membantu penyusunan variabel berdasarkan
peringkatnya. Adapun skala penilaian untuk variabel X pada pengaruh yaitu: 1 = Tidak Ada
Pengaruh; 2 = Kurang Berpengaruh; 3 = Cukup Berpengaruh; 4 = Berpengaruh; dan 5 =
Sangat Berpengaruh. Sedangkan skala penilaian untuk variabel X pada frekuensi yaitu: 1 =
Sangat Rendah ; 2 = Rendah ; 3 = Sedang; 4 = Tinggi; dan 5 = Sangat Tinggi. skala penilaian
untuk variabel Y adalah: 1 = Buruk, 2 = Sedikit Terlambat; 3 = Rata – rata ; 4 = Agak Baik;
dan 5 = Baik.

4. Hasil Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengumpulan data tahap 1 (validasi pakar). Pakar dalam penelitian
ini berjumlah 5 orang dan berasal dari berbagai instansi dengan pengalaman minimal 10 tahun
dalam menangani proyek EPC terutama pada bidang pengadaan . Validasi awal pakar
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pakar yang berisi variabel-variabel dari hasil
studi literatur. Variabel-variabel tersebut harus divalidasi terlebih dahulu oleh pakar sebelum
dituangkan ke dalam kuesioner responden agar variabel-variabel yang dikeluarkan dalam
kuesioner responden tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Pakar dalam
tahap ini juga membantu untuk menambahi atau mengurangi variabel yang akan digunakan
dalam penelitian serta mengoreksi tata bahasa agar bahasa yang digunakan dalam kuesioner
responden nanti menjadi mudah dipahami oleh responden. Berdasarkan hasil data yang
diperoleh, terdapat 2 variabel faktor risiko proses pengadaan material pada proyek EPC yang
tidak berpengaruh terhadap kinerja waktu , yaitu X6 dan X12,dan terdapat 1 variabel faktor
risiko proses pengadaan material pada proyek EPC terhadap kinerja waktu , yaitu
X23.Variabel tersebut tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya.

Tahapan inti pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data tahap ketiga
(kuesioner responden). Jumlah kuesioner yang terkumpul yaitu sebanyak dari 30 responden.
Responden yang berhasil dikumpulkan memiliki latar belakang jabatan Manager, Project
Control Engineer, Subcontract Engineer, Procurement dan Civil Engineer dengan pendidikan
terakhir sarjana maupun pascasarjana, dan memiliki pengalaman kerja di atas 1 tahun.

Dari data-data yang didapatkan dari para responden, dilakukan analisis statistik dengan
bantuan software SPSS v.20. Pada uji validitas, dinyatakan 10 variabel sebagai variabel tidak

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


valid pada kinerja waktu (Y1) , yaitu X1, X2, X3, X5, X6, X7, X11, X18, X19 dan X20.Pada
variabel terhadap kinerja biaya (Y2) terdapat 2 variabel yang tidak valid yaitu X1 dan X2,
sehingga variabel tersebut tidak lagi diikutsertakan dalam tahap analisis selanjutnya. variabel
tersisa untuk kinerja waktu (Y1) didapat nilai Cronbach Alpha sebesar 0.865 dan pada
kinerja biaya (Y2) didapat nilai Cronbach Alpha sebesar 0.937 atau lebih besar (>) dari 0,6
yang menunjukkan bahwa kuesioner penelitian reliabel dan memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi.

Pada Uji Analisa Risiko untuk kinerja waktu (Y1) terdapat 5 variabel dengan peringkat risiko
rendah yaitu X12, X13, X28, X32 dan X33. Pada kinerja biaya (Y2) terdapat 4 variabel
dengan peringkat risiko rendah yaitu X14,X18, X30 dan X31. Variabel dengan peringkat
rendah tidak diikutsertakan pada pengolahan berikutnya. Uji korelasi dilakukan terhadap Y1
dan Y2, dan didapat 8 variabel X yang berkorelasi dengan Y1 serta 13 variabel X yang
berkorelasi dengan Y2. Variabel-variabel X yang berkorelasi tersebut yang selanjutnya
dianalisis dengan analisis faktor untuk melihat apakah seluruh variabel hasil analisa korelasi
saling berhubungan (inter-dependent antar variabel) sehingga akan menghasilkan
pengelompokkan dari banyak variabel menjadi hanya beberapa variabel baru atau faktor agar
mudah untuk dikelola. Pada analisis faktor, didapat pula nilai KMO yang menggambarkan
kecukupan data atau sampel (>0.5), yaitu 0.564 untuk Y1 dan 0.584 untuk Y2. Dari analisis
faktor didapat 2 komponen untuk Y1 dan 2 komponen untuk Y2.

Pada variabel laten dibagi menjadi 4 kelompok variabel yaitu X1 : Pelaksanaan Pengadaan,
X2 : Perencanaan Pengadaan, X3 : Pengelolaan Pengadaan dan X4 : Penutupan Pengadaan.
Variabel laten tersebut kemudian di uji regresi dan didapatkan hasil analisis regresi . Berikut
hasil analisis regresi untuk kedua variabel :
Y1 = 3,885 – 0,030X1 – 0,091X2 – 0,029X3 – 0,026X4
Dimana :
Y1 : Kinerja waktu
X1 : Tahap Perencanaan Pengadaan
X2 : Tahap Pelaksanaan Pengadaan
X3 : Tahap Pengelolaan Pengadaan
X4 : Tahap Penutupan Pengadaan
Y2 = 4,121 – 0,133X1 – 0,115X2 – 0,142X3 – 0,113X4
Dimana :
Y2 : Kinerja biaya

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


X1 : Tahap Perencanaan Pengadaan
X2 : Tahap Pelaksanaan Pengadaan
X3 : Tahap Pengelolaan Pengadaan
X4 : Tahap Penutupan Pengadaan

Dari persamaan didapatkan bahwa nilai pengaruh yang paling besar untuk kinerja waktu
adalah pada tahap pelaksanaan pengadaan dengan nilai -0,091. Dari persamaan didapatkan
bahwa nilai pengaruh regresi yang paling besar untuk kinerja biaya adalah pada tahap
pengelolaan pengadaan dengan nilai -0,142.

Setelah itu dilakukan analisis regresi untuk mempelajari bagaimana eratnya hubungan antara
satu atau beberapa variabel independen (X) dengan satu variabel dependen (Y). Variabel-
variabel yang telah melalui analisa faktor menjadi input analisis regresi. Analisis dilakukan
berkali-kali (iterasi) hingga muncul jumlah variabel pada modelnya yang sesuai dengan
jumlah komponen analisis faktor. Berikut hasil analisis regresi untuk kedua variabel Y1 dan
Y2:
Y1 = 2,627 - 0,88 X10 – 0,78 X23
Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja waktu proyek
X10 : Perubahan Spesifikasi yang Mempengaruhi Pembuatan
X.23 : Ketidaktersediaan Material
Y2 = 4,817 - 0,93 X21 – 0,60 X4
Dimana : Y1 : Besaran peningkatan kinerja biaya proyek
X21 : Perubahan pada spesifikasi material
X.4 : Perencanaan dan Estimasi Biaya tidak dilakukan dengan tepat

Dari persamaan didapatkan bahwa Nilai 2,627 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada
risiko yang terjadi, 0,88 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi
pembuatan dan 0,78 merupakan nilai risiko ketidaktersediaan material. Dari hasil regresi
tersebut ditunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi Y1.
Batasan pada persamaan tersebut adalah nilai minimum adalah 1,57 dan nilai maksimum
adalah 3,818. Sehingga apabila risiko tersebut terjadi semua maka kinerja waktu proyek
adalah buruk dan jika tidak ada risiko yang terjadi maka nilai kinerja waktu proyek adalah
baik..Untuk Kinerja biaya (Y2) Nilai 4,817 merupakan nilai konstanta apabila tidak ada risiko
yang terjadi, 0,93 merupakan nilai risiko perubahan spesifikasi material dan 0,6 merupakan
nilai risiko Perencaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat.. Dari hasil regresi

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


tersebut ditunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap fungsi Y2.
Batasan pada persamaan diatas adalah bahwa nilai minimum adalah 1,459 dan nilai
maksimum adalah 4,4181. Sehingga apabila risiko tersebut terjadi semua maka kinerja waktu
proyek adalah buruk dan jika tidak ada risiko yang terjadi maka nilai kinerja waktu proyek
adalah baik.

5. Pembahasan

Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja waktu didapatkan pada tahap
pelaksanaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,091 , hal
tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja waktu dari faktor yang berkorelasi.
Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh
adalah pada variabel X10 yang merupakan perubahan spesifikasi yang mempengaruhi
pembuatan material dengan nilai -0,88. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pelaksanaan
pengadaan. . Variabel X10 memilik mean frekuensi 3,1 dan mean dampak adalah 3,7. Oleh
karena itu untuk faktor risiko perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material
memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di proyek, dan apabila terjadi dapat
memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-rata responden dapat mengarah
pada keterlambatan schedule proyek 5-7%.

Dari hasil persamaan regresi pada variabel laten untuk kinerja biaya didapatkan pada tahap
pengelolaan pengadaan merupakan tahap yang paling berpengaruh dengan nilai -0,142 , hal
tersebut sesuai dengan persamaan regresi untuk kinerja biaya dari faktor yang berkorelasi.
Pada analisa regresi dari faktor yang berkorelasi didapatkan bahwa yang paling berpengaruh
adalah pada variabel X21 yang merupakan perubahan spesifikasi yang material dengan nilai -
0,93. Faktor risiko tersebut berada pada tahap pengelolaan pengadaan.. Variabel X21
memilik mean frekuensi 2,7 dan mean dampak adalah 3,2. Oleh karena itu untuk faktor risiko
perubahan spesifikasi yang material memiliki frekuensi kejadian cukup mungkin terjadi di
proyek, dan apabila terjadi dapat memiliki dampak yang cukup tinggi dimana menurut rata-
rata responden dapat mengarah pada cost overruns proyek sebesar 2,5% hingga 3,5 %

Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan. Dalam pelaksanaan proyek


perubahan spesifikasi untuk item pekerjaan maupun desain sangat berpengaruh untuk
pelaksanaan sehingga akan menghambat waktu penyelesaian proyek. Pada proyek EPC
banyak terjadi paralel atau overlap aktivitas di tiap bidangnya yang terkadang hal tersebut

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


tidak berjalan sesuai.Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko risiko yang
mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi pada tahap procurement salah satunya
adalah adanya perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material yang terjadi
pada tahap expediting dan pembelian. Hal ini dikuatkan pakar karena dalam pelaksanaannya
dengan adanya overlap aktivitas maka bagian procurement harus sudah mulai berjalan
sebelum pekerjaan desain pada bagian engineering selesei, hal itulah yang menyebabkan
adanya perubahan spesifikasi.Dampak dari perubahan spesifikasi ini maka perubahan
spesifikasi peralatan yang harus dikomunikasikan pada vendor untuk mendapat revisi
penawaran dimana ada penambahan waktu untuk penyesuaian sehingga mengakibatkan
keterlambatan pembelian. Keterlambatan pembelian akan mengakibatkan keterlambatan
pengiriman sehingga material akan terlambat sampai di proyek yang menyebabkan pekerjaan
di proyek tidak dapat dilakukan sehingga mengalami keterlambatan proyek.

Ketidaktersediaan Material. Menurut Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko
risiko yang mengakibatkan keterlambatan pada proyek konstruksi adalah ketidaktersediaan
material dimana ketidaktersediaan material ini akan sangat berpengaruh pada saat tahap
konstruksi. Jadwal penggunaan material harus sesuai antara kebutuhan proyek dengan waktu
pengiriman material dari pemasok. Penggunaan sub schedule material untuk setiap item
pekerjaan mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan material dalam proyek.
Selain itu lokasi proyek juga mempengaruhi dalam ketersediaan material ini, karena pada
umumnya proyek EPC terletak di daerah yang agak sulit untuk dijangkau sehingga dalam
pengirimannya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk material agar tiba di lokasi
proyek.Dampak tidak adanya material di lapangan akan mengakibatkan pekerjan selanjutnya
bisa terhanggu dan waktu penyelesaian mengalami kemunduran. Oleh karena itu sebaiklanya
risiko ini dikurangi karena dampaknya dapat menghambat pekerjaan lainnya.

Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan Dengan Tepat. Menurut Radian (2006,
hal 7-8), mengidentifikasi bahwa ada beberapa risiko yang termasuk dalam faktor
procurement yaiitu salah satunya adalah kesalahan estimasi anggaran pengadaan pada tahap
pembelian.Herzner (2005) juga mengatakan bahwa perencaan estimasi biaya merupakan hal
yang sangat penting dalam manajemen proyek sehingga jika tidak dilakukan dengan tepat
dapat berdampak besar pada kinerja proyek.Perencanaan dan estimasi biaya yang tidak tepat
mengakibatkan tidak tepatnya melakukan estimasi mengenai besar biaya yag dibutuhkan
dalam pengadaan material.Hal ini dapat disebabkan karena detail gambar kerja dan spesifikasi
yang kurang jelas atau belum tercapture oleh kontraktor ketika melakukan dokumen tender.

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Pada eksekusi kontraktor melakukan detail desain yang menyebabkan adanya tambahan
material yang sebelumnya tidak terlihat tersebut.Dampak dari risiko ini adalah arus kas
mengalami perubahan/ penyimpangan untuk penyebab kesalahan dalam mengestimasi dan
merencanakan angaran biaya material sehingga biaya realisasi lebih besar dari estimasi dan
menyebabkan kinerja biaya proyek menurun.

Perubahan Pada Spesifikasi Peralatan dan Material. Dalam pelaksanaan proyek


perubahan spesifikasi untuk item pekerjaan maupun desainsangat berpengaruh untuk
pelaksanaan sehingga dengan adanya perubahan spesifikasi dapat terjadi adanya penambahan
biaya yang tidak terduga dari kontraktor. Pada proyek EPC banyak terjadi paralel atau overlap
aktivitas di tiap bidangnya yang terkadang hal tersebut tidak berjalan sesuai.Menurut
Mulholland dan Christian (1999, hal 14-15), Risiko risiko yang mengakibatkan keterlambatan
pada proyek konstruksi pada tahap procurement salah satunya adalah adanya perubahan
spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material yang terjadi pada tahap expediting dan
pembelian. Hal ini dikuatkan pakar karena dalam pelaksanaannya dengan adanya overlap
aktivitas maka bagian procurement harus sudah mulai berjalan sebelum pekerjaan desain pada
bagian engineering selesei, hal itulah yang menyebabkan adanya perubahan
spesifikasi.Sehingga karena adanya perubahan tersebut maka cost tidak mencukupi atautidak
sesuai margin.Dampak dari perubahan spesifikasi ini maka perubahan spesifikasi peralatan
yang harus dikomunikasikan pada vendor untuk mendapat revisi penawaran dimana ada
penambahan biaya untuk penyesuaian sehingga mengakibatkan kenaikan biaya yang tidak
sesuai anggaran. Kenaikan biaya tersebut dapat meningkatkan biaya yang digunakan di
proyek.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 8 indikator X yang mempengaruhi Y1 dan 13


indikator X yang mempengaruhi Y2 .Risiko dominan pada proses pengadaan material yang
berkorelasi terhadap kinerja waktu proyek adalah Material kritis susah diperoleh (X8), Scope
pekerjaan tidak terdefinisi dengan jelas (X9), Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi
pembuatan (X10), Ketersediaan SDM mitra (X16), Sumber pembelian barang yang sulit/
jauh (X17), Ketidaktersediaan material (X23), Pengaturan jadwal pengiriman yang tidak
sesuai (X26) dan Transportasi dan Shipping (X27).

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Risiko dominan pada proses pengadaan material yang berkorelasi terhadap kinerja biaya
proyek adalah Perencanaan dan Estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat (X4), Material
tidak didefinisikan dengan jelas (X6), Ketidakakuratan jumlah material (X7), Scope pekerjaan
tidak terdefinisi dengan jelas (X11), Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan
(X12), Perubahan pada spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan (X21), Perubahan pada
jumlah peralatan dan material (X22), Kerusakan dan kehilangan material (X24), Transportasi
dan Shipping (X25), Perubahan kondisi material selama pengiriman (X26), Kesalahan
Supplier (X27), Kinerja supplier kurang baik (X28) dan Material yang dipesan tidak sesuai
spesifikasi (X29)

Dari hasil analisa regresi terdapat dua variabel risiko pada proses pengadan material yang
berpengaruh kinerja waktu (Y1) yaitu “ Perubahan Spesifikasi Yang mempengaruhi
Pembuatan Material” dan “ Ketidaktersediaan Material” sedangkan pada kinerja biaya (Y2)
juga terdapat dua faktor risiko yaitu “Perencanaan dan Estimasi Biaya Tidak Dilakukan
dengan Tepat” dan “ Perubahan Spesifikasi Peralatan dan Material”.

Pada setiap variabel risiko yang mempengaruh kinerja waktu maupun kinerja biaya, kemudian
dicari penyebab dan dampaknya untuk meminimalisir risiko terjadinya. Berikut adalah
penyebab dan dampak terhadap kinerja waktu :
a. Penyebab Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah
desain yang kurang matang, overlap aktivitas dan distribusi informasi. Hal tersebut
akan memberi dampak terhadap persiapan produksi material ulang dan
mengkomunikasikan perubahan spesifikasi pada vendor sehingga dapat
mengakibatkan keterlambatan.
b. Penyebab Ketidaktersediaan material adalah material dengan spesifikasi awal tidak
terdapat di pasaran sehingga akan memberi dampak persiapan produksi material ulang
dan mengakibatkan pekerjaan selanjutnya terganggu sehingga waktu penyelesaian
proyek mengalami kemunduran.
Sedangkan penyebab dan dampak terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :
a. Penyebab perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah
Kesalahan feasibility study proyek, detil gambar kerja dan spesifikasi yang kurang
jelas dan kurangnya pengalaman estimator. Hal tersebut dapat memberikan dampak
yaitu biaya realisasi lebih besar dan arus kas mengalami penyimpangan untuk
anggaran biaya.

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


b. Penyebab perubahan spesifikasi material adalah desain yang kurang matang, overlap
aktivitas dan distribusi informasi. Hal tersebut akan memberi dampak terhadap
persiapan produksi material ulang sehingga cost tidak mencukupi.

Penanganan respon risiko diharap dapat meminimalisir risiko yang terjadi atau mungkin dapat
menghilangkan risiko tersebut. Berikut adalah respon risiko terhadap kinerja waktu:
a. Perubahan spesifikasi yang mempengaruhi pembuatan material adalah desain yang
matang, diskusi dengan owner oleh perencana yang komprehensif, memperkuat
engineering capability, mempercanggih sistem IT urgency mengenai pertukaran
informasi, strategi procurement dan pengawasan maupun follow up yang ketat
terhadap vendor.
b. Ketidaktersediaan material adalah desain yang matang dengan personil perencana,
diskusi keinginan owner berikut percepatannya oleh perencana yang dalam dan
komprehensif.
Sedangkan respon risiko terhadap kinerja biaya adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan dan estimasi biaya tidak dilakukan dengan tepat adalah pembuatan
Feasibility Study yang sempurna, menggunakan analisa historis, membuat beberapa
estimasi desain untuk biaya, melakukan pengurangan lingkup proyek,
memperhitungkan biaya contingency dan memastikan bahwa komponen biaya yang
dikeluarkan diperuntukkan untuk hal yang secara kontrak jelas masuk dalam lingkup
pekerjaan.
b. Perubahan spesifikasi material adalah desain yang matang, diskusi dengan owner oleh
perencana yang komprehensif, memperkuat engineering capability, mempercanggih
sistem IT urgency mengenai pertukaran informasi, strategi procurement dan
pengawasan maupun follow up yang ketat terhadap vendor.

7. Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian ini antara lain :

a. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko pengadaan material pada
proyek EPC yang mempengaruhi kinerja biaya dan waktu dengan melakukan simulasi model
dari persamaan yang telah didapat diatas.

b. Melakukan penelitian lanjutan untuk menentukan tindakan – tindakan lebih lanjut


terhadap faktor – faktor risiko yang terjadi

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


DAFTAR REFERENSI

Arista, Andre. 2008. Pengaruh Faktor Risiko Dalam Aspek Manajemen Pengadaan Terhadap
Kinerja Waktu Proyek. Skripsi Universitas Indonesia

Asiyanto, MBA, IPM. Manajemen Risiko untuk Kontraktor. Pradnya Paramita: Jakarta. 2008

Caron, F., & Marchet, G. (1998). Project logistics : integrating the procurement and
construction processes, 16(5), 311–319.

Duffield, Dr Colin. International Project Management. UI. 2003.


Flanagan, Roger, and George Norman. Risk Management And Construction. Blackwell
Scientific Publications. 1993.

Indrawan,M.Arisman. 2005. Identifikasi Sumber Risiko Proyek EPC. Tesis Universitas


Indonesia

Kerzner, Harold 2005, Project Management, A system Approach to Planning, Scheduling, and
Controlling. Ninth Edition. John Wiley & Sons, Inc

Lotfian, F., Kimiagari, A. M., Pejmannia, S., & Keivanloo, M. (2010). Pricing Policy in EPC
Oil & Gas Projects, 1(2), 207–210.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta : Yudhistira. 1983.


Pancawhardana,Erdi Permadia Novian. 2003. Pengaruh Kualitas Manajemen Material
Konstruksi Pada Kinerja Proyek Fast Track EPC.Tesis Universitas Indonesia
Rozi,TM Fachrur.2012. Analisa Faktor Risiko yang Meneyebabkan Terjadinya Cost Overrun
Pada Biaya Material Besi Beton di PT.X. Skripsi Universitas Indonesia
Said,Hisham and Khaled El-Rayes. Optimizing Material Procurement and Storage on
Construction Sites.Journal of Construction Eng. 2011

Sitorus, Juanto. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu Proyek
Epc Gas Di Indonesia.Tesis.Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 2008

Soeharto, Iman. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta :


Erlangga.2001

Sugiarto.Rekto. 2011. Identifikasi Permasalahan Internal Kontraktor yang Berpengaruh


Terhadap Kinerja Waktu Proyek Pada Proyek EPC. Skripsi Universitas Indonesia

Sugiyono, Prof, Dr, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta Bandung.
2008.

Sundar, S. B. (2012). ISSN : 2249-1058 Efficient Procurement Management In Uk


Construction Projects ISSN : 2249-1058, 2(4), 142–167.

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014


Wijaya,Kresna. 2013. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Waktu di
Proyek EPC Gas di Indonesia. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Yandri,Heru. 2008. Strategi Pengadaan Untuk Posisi Leverage dan Critical dalam Usaha
Meningkatkan Kinerja Biiaya Proyek EPC. Tesis Universitas Indonesia

Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2002). Integrating supply chain and critical chain concepts in
engineer-procure-construct ( EPC ) projects, 20, 253–262.

Yeo, K. T., & Ning, J. H. (2006). Managing uncertainty in major equipment procurement in
engineering projects, 171, 123–134
Yin, R. K. (1994). Case Study Research: Design and Methods, p.36. London: SAGE
Publication.

Identifikasi faktor..., Andriani Karunia, FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai