Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENERAPAN MANAJEMEN

KOMUNIKASI PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGKAT


TINGGI UNTUK MENCEGAH KETERLAMBATAN WAKTU
PELAKSANAAN
Dewa Ayu Nyoman Ardi Utami, Eddy Subiyanto, Yusuf Latief
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
E-mail: ardee_utami@yahoo.com

ABSTRAK
Kurang dan lemahnya komunikasi merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi keterlambatan waktu
pelaksanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dominan dalam penerapan
manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi agar bisa dicari tindakan responnya.
Melalui metode survey terhadap proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi untuk mengetahui peristiwa
risiko yang selanjutnya dianalisis berdasarkan ISO 31000 untuk mengetahui peringkat risikonya (risk level).
Untuk menganalisis faktor risiko dominan digunakan metode korelasi antara risiko yang muncul dengan kinerja
waktu proyek dari metode survey. Dari hasil penelitian didapatkan 25 faktor risiko dominan dalam penerapan
manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi yang berpengaruh terhadap kinerja
waktu pelaksanaan.
Kata Kunci :
Manajemen risiko; manajemen komunikasi; keterlambatan waktu proyek.

ABSTRACT
Less and lack of communication is one of the causes that affect the execution time delays. This study aimed to
identify the risk factors dominant in the application of communication management at construction projects of
highrise building in order to look for response actions. With survey methods at construction projects of highrise
building to knowing of a risks to be further analyzed based on the ISO 31000 to determine risk ratings (risk
level). To analyze the risk factors used correlation method between the dominant risks with project time
performance from survey method. From the results, it found 25 dominant risk factors in the application of
management communication at the construction projects of highrise building that affect the execution time
performance.
Keyword :
Risk management, communication management, time delays

PENDAHULUAN
Suksesnya suatu proyek dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor yang
berhubungan dengan manusia, faktor yang berhubungan dengan proyek, lingkungan
eksternal, prosedur proyek dan tindakan manajemen proyek. Dengan menggunakan alat
manajemen, manajer proyek akan mampu merencanakan dan mengeksekusi proyek-proyek
konstruksi mereka untuk memaksimalkan peluang keberhasilan proyek. Sejumlah atribut

Universitas Indonesia

akan mempengaruhi faktor ini, termasuk sistem komunikasi, mekanisme kontrol, kemampuan
feedback, perencanaan usaha, struktur organisasi, keamanan dan program jaminan kualitas,
pengendalian pekerjaan subkontraktor, dan akhirnya tindakan manajerial secara keseluruhan
(Chan et. Al, 2004) [1].

Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Proyek


Sumber: Chan et. Al (2004)

Berdasarkan PMBOK (2013) [2], manajemen komunikasi proyek mencakup prosesproses yang diperlukan untuk memastikan perencanaan yang tepat waktu, pengumpulan,
penciptaan, distribusi, penyimpanan, pencarian, manajemen, pengawasan, pemantauan, dan
disposisi akhir dari informasi proyek. Komunikasi yang efektif menciptakan jembatan antara
pemangku kepentingan yang beragam yang mungkin memiliki latar belakang yang berbeda
budaya dan organisasi, berbagai tingkat keahlian, dan perspektif dan kepentingan yang
berbeda, yang berdampak atau memiliki pengaruh pada pelaksanaan atau hasil proyek.
Berdasarkan penelitian Sambasivan et. Al (2007) [3], masalah dengan komunikasi
dapat menyebabkan kesalahpahaman dan keterlambatan dalam pelaksanaan proyek. Pada
penelitian Reed et. Al (2010) [4], peserta yang fokus dalam penelitian ini juga menguraikan
mengenai isu-isu komunikasi yang mereka temui pada proyek-proyek mereka. Khususnya di
proyek-proyek besar, komunikasi sangat penting untuk koordinasi yang efisien. Kurangnya
komunikasi dapat menyebabkan orang "tidak berada pada jalan yang sama" dan "bekerja di
lintas tujuan yang berbeda". Selain itu kurangnya komunikasi dapat menyebabkan
kebingungan yang dapat menambah biaya lebih dan lebih banyak memakan waktu.
Kesalahpahaman yang berakibat banyak memakan waktu dan sumber daya serta menciptakan
perasaan buruk dalam tim

Universitas Indonesia

Pemilihan jenis proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi pada penelitian ini karena
bangunan tingkat tinggi memiliki kompleksitas yang tinggi. Adapun karakteristik dari
bangunan tingkat tinggi disini disebutkan oleh Muji Indarwanto yaitu sebagai berikut;
mempunyai teknologi bangunan (struktur, konstruksi, bahan dan utilitas) yang tidak
sederhana; sistem struktur agak rumit; bentuk tidak terlalu sederhana; penekanan pada
pemahaman statika (sistem pembebanan, penyaluran gaya, koordinasi struktur, penaksiran
dimensi elemen struktur, sistem konstruksi dan sambungan). Adapun bangunan tingkat tinggi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bangunan yang diklasifikasikan berada pada
lokasi padat dimana berada di pusat kota, dengan ketinggian lebih dari 8 lantai. Semakin
kompleksnya suatu proyek akan berpengaruh terhadap semakin kompleksnya manajemen
komunikasi dalam proyek tersebut yang memungkinkan terjadinya masalah dalam
komunikasi proyek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
dominan dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat
tinggi dan untuk mencari tindakan respon faktor-faktor risiko dominan yang timbul dalam
penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi.

TINJAUAN TEORITIS
Proyek adalah suatu kegiatan yang bersifat sementara terdiri dari serangkaian
kegiatan yang antara lain (Kemer, 2002) [4] memiliki tujuan khusus dengan spesifikasi
tertentu, memiliki batas waktu awal dan akhir yang jelas, keterbatasan pendanaan, dan
membutuhkan sumber daya yaitu uang, tenaga manusia dan peralatan. Proyek konstruksi
adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatukan
dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana
kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi meliputi perencanaan, persiapan, pembongkaran, dan
perbaikan/perombakan bangunan (Biro Pusat Statistik, 1994) [5]. Pada tahap pelaksanaan
konstruksi ada tiga fase pelaksanaan yaitu; fase perencanaan, fase operasional lapangan dan
fase menjelang selesai, masa pemeliharaan dan penyerahan proyek. Tolak ukur proyek selalu
diungkapkan bahwa suatu proyek dalam pelaksanaannya harus memenuhi tiga kriteria yaitu
(Syah, 2004) [6]:
1.

Biaya proyek, tidak melebihi batas biaya yang telah direncanakan atau yang telah
disepakati sebelumnya atau sesuai dengan kontrak pelaksanaan suatu pekerjaan.

Universitas Indonesia

2.

Mutu pekerjaan, atau mutu hasil akhir pekerjaan dan proses/cara pelaksanaan pekerjaan
harus memenuhi standar tertentu sesuai dengan kesepakatan, perencanaan, ataupun

3.

dokumen kontrak pekerjaan.


Waktu penyelesaian pekerjaan, harus memenuhi batas waktu yang telah disepakati
dalam dokumen perencanaan atau dokumen kontrak pekerjaan yang bersangkutan.
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik individu maupun

kelompok. Komunikasi dilakukan oleh penyampai pesan (sumber, komunikator, pengirim)


ditujukan pada penerima pesan (penerima, komunikator, pendengar) dengan maksud
mencapai kebersamaan (commonness) (Widjaya, 1993) [7]. Menurut Badan Penerbit
Pekerjaan Umum (1993) [8], komunikasi dalam proyek konstruksi dilakukan untuk
memberikan kemudahan dan kejelasan dalam struktur organisasi baik pihak eksternal yaitu
pemilik proyek, konsultan dan sebagainya serta pihak internal yaitu pelaku proyek dan
perusahaan. Adapun proses manajemen komunikasi proyek adalah sebagai berikut (PMBOK,
2013) [2]:
1. Perencananan Manajemen Komunikasi - Proses pengembangan pendekatan yang tepat
dan rencana komunikasi proyek berdasarkan kebutuhan informasi dan persyaratan
pemangku kepentingan, dan aset organisasi yang tersedia.
2. Pengelolaan Komunikasi - Proses menciptakan, mengumpulkan, mendistribusikan,
menyimpan, mengambil dan disposisi akhir dari informasi proyek sesuai dengan
rencana pengelolaan komunikasi.
Manajemen Komunikasi Proyek
3. Pengendalian Komunikasi - Proses pengawasan dan pengendalian komunikasi di
seluruh siklus hidup proyek untuk memastikan kebutuhan informasi dari para
stakeholder proyek terpenuhi.
10.1 Perencanaan Manajemen Komunikasi10.2 Pengelolaan
Komunikasi
Input
Rencana manajemen proyek
Daftar stakeholder
Faktor lingkungan perusahaan
Organizational process assets

Input
Rencana manajemen proyek
Laporan performa kerja
Faktor lingkungan perusahaan
Organizational process assets

Alat dan Teknik


Analisis kebutuhan komunikasi
Teknologi komunikasi
Model komunikasi
Metode komunikasi
Meeting

Alat dan Teknik


Teknologi komunikasi
Model komunikasi
Metode komunikasi
Sistem manajemen informasi
Laporan kinerja

10.3 Pengendalian
Komunikasi
Input
Rencana manajemen proyek
Komunikasi proyek
Issue log
Data performa kerja
Organizational process assets
Alat dan Teknik
Sistem manajemen informasi
Penilaian ahli
Meetings

Output
Output
Informasi performa kerja
Output
Komunikasi proyek
Permintaan perubahan
Perencanaan manajemen komunikasi
Update perencanaan manajemen proyek
Update dokumen proyek
Update dokumen proyek
Update dokumen proyek
Organizational process assets
Organizational process assets

Universitas Indonesia

Gambar 2. Overview Manajemen Komunikasi Proyek


Sumber: PMBOK (2013)

Dinyatakan dalam SNI (2008) [9], bahwa risiko merupakan kemungkinan suatu
peristiwa, bahaya, ancaman, atau situasi yang terjadi dan konsekuensinya yang tidak
diinginkan. Proses dalam manajemen risiko menurut PMBOK (2013) [2] adalah:
1. Rencana Manajemen Risiko, Proses mendefinisikan bagaimana melakukan aktivitas
manajemen risiko untuk proyek.
2. Identifikasi Risiko, Proses menentukan risiko yang dapat mempengaruhi proyek dan
mendokumentasikan karakteristik mereka.
3. Melakukan Analisis Risiko Kualitatif, Proses memprioritaskan risiko untuk analisis
lebih lanjut atau tindakan dengan menilai dan menggabungkan probabilitas terjadinya
risiko dan dampaknya.
4. Melakukan Analisis Risiko Kuantitatif, Proses menganalisis secara numerik pengaruh
dari identifikasi risiko pada tujuan proyek secara keseluruhan.
5. Rencana Respon Risiko, Proses pengembangan pilihan dan tindakan untuk
meningkatkan peluang dan untuk mengurangi ancaman terhadap tujuan proyek.
6. Control Risiko, Proses pelaksanaan rencana tanggap risiko, pelacakan risiko yang
teridentifikasi, monitoring risiko residual, mengidentifikasi risiko baru, dan
mengevaluasi efektivitas proses risiko di seluruh proyek.
Proses pengelolaan risiko merupakan proses berkesinambungan yang secara
sistematis mengidentifikasikan, menganalisis, memperlakukan, dan memonitor risiko
disepanjang daur hidup suatu produk atau layanan (ISO, 2008) [9]. Uraian tentang prosedur
yang melaksanakan proses pengelolaan risiko harus meliputi; frekuensi untuk menganalisis
ulang dan memantau risiko; jenis analisis risiko yang diperlukan (kuantitatif dan/ atau
kualitatif); skala yang akan digunakan menaksir kemungkinan dan konsekuensi risiko dan
ketidakpastian deskriptif dan pengukurannya; jenis ambang batas risiko yang akan
digunakan; jenis ukuran-ukuran yang digunakan untuk menelusuri jejak dan memantau status
risiko; bagaimana risiko diprioritaskan untuk penanganan; perspektif stakeholders yang mana
yang didukung proses pengelolaan risiko; dan kategori risiko yang akan dibahas

Universitas Indonesia

Keterlambatan adalah sebagian waktu pelaksanan yang tidak bisa dimanfaatkan


sesuai dengan rencana sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi
tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai jadwal yang telah direncanakan (Zakia et.
Al, 2012) [10]. Keterlambatan waktu pelaksanaan suatu proyek juga disebabkan oleh
beberapa masalah diantaranya masalah dengan Desain konstruksi perubahan pekerjaan oleh
pemilik proyek, pengaruh cuaca/tidak pada kondisi normal, perselisihan pekerjaan dan
bencana alam, pengaruh pengadaan barang dan jarak material.
Dilihat berdasarkan tanggung jawabnya, keterlambatan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam (Popescu et. Al, 1995) [11] yaitu yang pertama adalah excusable delay
adalah suatu keterlambatan yang bukan merupakan tanggung jawab kontraktor. Selanjutnya
adalah nonexcusable delay yaitu keterlambatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat
pergantian biaya atau perpanjangan waktu karena penyebab sepenuhnya merupakan
kesalahan dan tanggung jawab kontraktor. Dan terakhir adalah concurrent delay merupakan
keterlambatan yang terjadi secara bersamaan antara pemilik dan kontraktor yang
menyebabkan keterlambatan jalur kritis sepanjang mendekati periode waktu yang sudah
ditentukan.
Faktor-faktor keterlambatan yang mempengaruhi kinerja kontraktor dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Faktor-Faktor Keterlambatan yang Mempengaruhi Kinerja Kontraktor
Penyebab Keterlambatan

Material

Tenaga Kerja

Peralatan

Perencanaan yang tidak


matang

Faktor Kontribusi
Keterlambatan pengiriman
Kemampuan supplier/ subkontraktor
Kerusakan material
Jeleknya mutu
Tidak adanya komunikasi
Kurangnya perencanaan dan pengendalian
Keterlambatan mobilisasi
Keterampilan dan keahlian
Kurangnya motivasi
Tidak adanya komunikasi
Kurangnya perencanaan dan pengendalian
Keterlambatan mobilisasi
Jenis dan jumlah peralatan
Peralatan yang tidak layak dipakai
Tidak adanya komunikasi
Kurangnya perencanaan dan pengendalian
Kurangnya pengalaman/ keahlian
Kurangnya fasilitas
Keterbatasan personil

Universitas Indonesia

Kurangnya motivasi
Parameter-parameter dalam kontrak yang tidak jelas
Prosedur yang tidak menunjang
Keterlambatan pengiriman/ mobilisasi
Kemampuan subkontraktor
Jeleknya mutu
Subkontraktor
Kurangnya monitoring dan pengendalian
Keterkaitan dengan supplier lain
Subkontraktor yang bangkrut
Kurangnya pengalaman
Koordinasi yang tidak baik
Prosedur yang tidak menunjang
Keterbatasan personil
Kurangnya pengendalian
Keterampilan dan keahlian
Supervisi
Kurangnya pengalaman
Prosedur yang tidak menunjang
Keterbatasan personil
Kurangnya pengalaman
Metode konstruksi yang tidak
Prosedur yang tidak menunjang
sesuai
Keterbatasan
sumber daya
Identifikasi
Masalah
Kesalahan metode
Keterbatasan tenaga ahli
Keterlambatan mobilisasi
Perencanaan yang tidak memadai
Literatur
Studi
Pendahuluan
Penyebab Studi
Keterlambatan
Faktor
Kontribusi
Kurangnya pengalaman
Ketersediaan tenaga ahli
Komunikasi yang tidak baik
Variabel
Penelitian
Kurangnya
pengalaman
Identifikasi faktor-faktor risiko
penerapan
dalam
Kurangnya
fasilitas manajemen komunikasi
Prosedur yang tidak menunjang
Kuisioner I (Validasi Pakar I)
Apakah faktor-faktor
risiko yang dipilih valid atau tidak
METODE
PENELITIAN

Kuisioner II
Survei Pendahuluan
(Pilot Survey)
Kuisioner III

Analisa Data

Pengumpulan Data I
Mencari faktor risiko dominan dalam penerapan manajemen komun

Pengumpulan Data II
Validasi Pakar II, Memvalidasi Penyebab, dan Dampak Risiko terhadap Kinerja Waktu serta
Kuisioner IV
(Validasi Hasil Akhir kepada Pakar)

7
Kesimpulan

Universitas Indonesia

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko apa saja yang
dominan dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat
tinggi untuk mencegah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek. Untuk mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang dominan dalam penerapan manajemen komunikasi dapat dilakukan
dengan meneliti input, proses dan output dari setiap tahapan manajemen komunikasi proyek
yakni rencana manajemen komunikasi, pengelolaan komunikasi dan pengendalian
komunikasi. Selanjutnya penelitian mengarah kepada sasaran dari setiap ouput tahapan
manajemen komunikasi proyek. Sesuatu yang menggagalkan sasaran menjadi tidak tercapai
merupakan hasil identifikasi faktor-faktor risiko dijadikan suatu peristiwa risiko dalam
penerapan manajemen komunikasi yang tidak baik dan berpengaruh terhadap keterlambatan
waktu pelaksanaan proyek.
Untuk penelitian ini akan menggunakan kuisioner tertutup dimana kuisioner
yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada
beberapa alternatif atau kepada satu jawaban saja. Terdapat 4 (empat) tahapan kuisioner
yang akan digunakan dalam penelitian ini. Kuisioner Tahap Pertama, merupakan kuisioner
yang bertujuan untuk memvalidasi variabel bebas oleh pakar-pakar yang sudah
berpengalaman dalam bidang konstruksi bangunan bertingkat tinggi. Kriteria pakar pada
tahap ini antara lain: staf ahli kontraktor besar, pimpinan proyek bangunan gedung bertingkat,
akademisi atau staf pengajar perguruan tinggi. Kuisioner Pendahuluan (Pilot Survey) atau
Kuisioner Tahap Kedua merupakan langkah setelah mendapat variabel yang telah divalidasi
oleh pakar. Penyebaran Pilot Survey bertujuan untuk menguji kuisioner yang telah dibuat.
Kuisioner Tahap Ketiga, merupakan hasil validasi pakar terkait faktor-faktor risiko yang
dominan. Kemudian dilakukan survey dan kuisioner diberikan kepada responden yang
merupakan tim proyek dari kontraktor yang pernah atau sedang menangani proyek bangunan
tingkat tinggi, untuk mengetahui tingkat pengaruh dampak dan frekuensi terjadinya risiko
dari penerapan manajemen komunikasi yang tidak berjalan baik. Kuisioner akan dibagikan
8

Universitas Indonesia

pada manajer proyek atau orang yang berkompeten dalam proyek konstruksi. Kuisioner
Validasi Hasil kepada Pakar atau Kuisioner Tahap Keempat merupakan validasi akhir dari
data-data yang telah didapat dan diproses. Merupakan tindakan preventif serta korektif,
untuk mencegah terjadinya risiko yang signifikan yang dapat menganggu kinerja waktu
proyek dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat
tinggi.
Salah satu keluaran dari proses konstruksi adalah kinerja waktu. Variabel terikat (Y)
adalah sasaran yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu berupa keterlambatan waktu
pelaksanaan proyek. Untuk variabel terikat, dimana keterlambatan waktu pelaksanaan proyek
(Y) diberi suatu ukuran skala kualitas yang diukur berdasarkan prosentase waktu actual/riil
dengan waktu yang telah direncanakan. Sedangkan variabel bebas (X) adalah berisi
permasalahan yang ingin diketahui atau diteliti, yaitu berupa faktor-faktor risiko dalam
penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi baangunan tingkat tinggi yang
dapat mempengaruhi kinerja waktu proyek. Variabel bebas proyek yang terkait dengan
faktor- faktor risiko tersebut berdasarkan PMBOK 2013 diberikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Jenis Variabel Bebas
Kode
Jenis Peristiwa Risiko (Variabel X)
A. Perencanaan Manajemen Komunikasi
X1
Perbedaan persepsi terhadap informasi yang disampaikan akan mengakibatkan persepsi
salah terhadap persyaratan yang ditetapkan
X2
Bahasa, format, isi dan detail dari dokumen proyek tidak dimengerti oleh para
stakeholder proyek
X3
Penyampaian informasi terlambat (tidak diketahuinya kapan waktu diperlukan informasi
tersebut)
X4
Fasilitas teknologi dalam menyampaikan informasi tidak tersedia/ kurang
X5
Pertemuan/ meeting (rapat) tidak dilaksanakan tepat waktu
X6
Penyampaian informasi kepada pihak yang salah (tidak diketahuinya siapa yang
memerlukan informasi tersebut dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengakses
informasi tersebut)
X7
Perubahan struktur organisasi dalam suatu perusahaan
X8
Lemah atau kurangnya komunikasi internal (saat berkomunikasi di dalam organisasi
perusahaan)
X9
Lemah atau kurangnya komunikasi eksternal (saat berkomunikasi dengan media, publik
dan kontraktor)
X10 Pertemuan/ meeting (rapat) tidak lengkap dihadiri oleh para stakeholder proyek
X11 Informasi/ pesan disampaikan secara berlebihan
X12 Kontradiksi laporan kinerja proyek satu dengan laporan lainnya
X13 Perencanaan komunikasi dalam bentuk SOP (standard operation procedure) tidak
dilakukan secara benar/ tepat
X14 Kurangnya data historis/ pedoman pada suatu perusahaan dalam membuat rencana
manajemen komunikasi proyek
9

Universitas Indonesia

X15 Proses perencanaan manajemen komunikasi tidak rutin di review dan direvisi
B. Pengelolaan Komunikasi
X16 Sosialisasi terhadap pemahaman prosedur komunikasi tidak efektif
X17 Format, isi, bahasa dan detail dari laporan kinerja proyek tidak dimengerti oleh pihak
stakeholder proyek
X18 Laporan kinerja proyek diserahkan kepada pihak stakeholder proyek tidak tepat waktu/
terlambat
X19 Laporan kinerja proyek diserahkan pada pihak yang tidak terkait (pada pihak yang salah)
X20 Proyek berjalan tidak sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan
X21 Biaya proyek yang dikeluarkan tidak diinformasikan secara tertulis dengan akurat/ jelas
X22 Urutan kegiatan proyek tidak sesuai dengan scope proyek yang sudah direncanakan
X23 Pemahaman terhadap kontrak kerja proyek yang tidak sama
X24 Pelaksanaan proyek tidak sesuai dengan perubahan yang telah disepakati
Kode
Jenis Peristiwa Risiko (Variabel X)
X25 Adanya dokumen proyek yang tidak diperbaharui sesuai dengan yang telah
disepakati
X26 Tidak ada yang bertanggung jawab bila perubahan dokumen proyek dilakukan
X27 Tidak adanya pemberitahuan terhadap stakeholder mengenai asset organisasi proyek dan
perubahannya
X28 Laporan proyek tidak dilakukan rutin dan secara periodik (misalnya laporan harian,
laporan mingguan dan laporan bulanan)
X29 Presentasi proyek tidak relevan terhadap kebutuhan audience
X30 Project records satu dengan yang lainnya tidak sinkron
X31 Tidak adanya timbal balik yang relevan dari setiap stakeholder atas laporan yang diterima
X32 Dokumen proyek tidak dijadikan data pembelajaran bagi organisasi proyek yang
berdampak pada kesalahan yang berulang (rework)
C. Pengendalian Komunikasi
X33 Kinerja proyek tidak relevan satu sama lainnya (kontradiktif laporan kinerja proyek)
X34 Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan proyek yang berkaitan dengan
estimasi biaya yang berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
X35 Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan proyek yang berkaitan dengan urutan
kegiatan proyek yang berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
X36 Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan proyek yang berkaitan dengan jadwal
proyek yang berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
X37 Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan proyek yang berkaitan terutama
jumlah kebutuhan SDM dan bahan/ material yang berakibat terhadap kinerja proyek
menjadi tidak relevan
X38 Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan proyek yang berkaitan terutama
alternatif respon risiko dalam proyek yang berakibat terhadap kinerja proyek menjadi
tidak relevan
X39 Permintaan perubahan dari stakeholder proyek tidak dibahas/ didiskusikan dalam rapat
(meeting)
X40 Ketidaksesuaian perubahan dokumen proyek dengan pelaksanaannya

Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari catatan pelaksanaan proyek,
lesson lerned, best practice, historical data proyek yang ada dan hasil wawancara terhadap
personil yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan proyek. Teknik
pengambilan sampel berdasarkan pengambilan sampel secara acak (Stratified Random

10

Universitas Indonesia

Sampling), dimana yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih dari beberapa
perusahaan kontraktor BUMN yang sudah berdiri sejak lama yaitu masing-masing
perusahaan didirikan sekitar tahun 1950-1960an. Hal ini juga dilihat dari pengalaman
masing-masing perusahaan kontraktor yang diplih menjadi sampel penelitian sudah banyak
menangani proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi. Dari tiga sampel yang dipilih secara
acak berada diurutan 10 besar dalam hal yang pernah menangani proyek gedung bertingkat.
Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas 4 (empat) tahap pengumpulan.
Diawali dengan pengumpulan data tahap pertama yaitu dengan menyebarkan

kuisioner

kepada pakar untuk verifikasi, klarifikasi dan validasi variabel-variabel penelitian. Dimana
variabel tersebut merupakan variabel yang sebelumnya diperoleh melalui studi pustaka dari
PMBOK 2013. Variabel yang disetujui oleh pakar dan atau adanya perbaikan, dilanjutkan
untuk penyebaran survey awal. Survey awal atau pilot survey ini merupakan tahap kedua
dalam pengumpulan data. Penyebaran kuisioner pilot survey dilakukan pada sampel kecil (5
sampel atau responden). Tujuan dari survey awal ini adalah untuk mengetahui respon
awal terhadap penyebaran kuisioner hasil validasi pakar. Dari revisi bila terjadi kekurangan
maka didapat kuisioner yang siap untuk dibagikan kepada sampel besar (30 sampel atau
responden) yang berasal dari beberapa perusahaan kontraktor. Pengumpulan data tahap
ketiga yang berbentuk penyebaran kuisioner responden ini bertujuan untuk mendapatkan
data yang nantinya akan diolah dan dianalisis. Data-data tersebut dianalisis untuk
mengetahui peringkat dari faktor faktor risiko dan level risiko yang terjadi dalam
penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi. Metodemetode yang digunakan untuk menganalisis data tahap ketiga antara lain, analisis non
parametrik, uji validitas dan reliabilitas, analisis statistik deskriptif dan analisis risiko
menggunakan ISO 31000.
HASIL PENELITIAN
Temuan dari penelitian ini adalah analisis risiko dengan berdasarkan ISO 31000
untuk mengetahui peringkat dan level dari faktor-faktor risiko yang teridentifikasi. Tujuan
dari analisis ini adalah menjawab pertanyaan penelitian mengenai faktor-faktor risiko
dominan apa saja yang terdapat dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek
konstruksi bangunan tingkat tinggi. Tabel berikut ini merupakan penjabaran risiko dominan
dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi yang telah diperingkatkan
sesuai dengan analisis peringkat berdasarkan ISO 31000. Penjabaran tersebut dilakukan
berdasarkan kategori S(sedang) yang mempunyai nilai tertinggi.
11

Universitas Indonesia

Tabel 3. Rincian Variabel Risiko yang Dominan Terjadi


No

Var

Peristiwa Risiko

X3

X23

X22

Penyampaian informasi terlambat (tidak diketahuinya


kapan waktu diperlukan informasi tersebut)
Pemahaman terhadap kontrak kerja proyek yang tidak
sama
Urutan kegiatan proyek tidak sesuai dengan scope proyek

No

Var

Peristiwa Risiko

4
5

X1
X24

X38

X35

X7

X36

10

X25

11

X32

12
13

X11
X12

14

X34

15

X10

16

X31

17

X21

18

X33

19

X19

yang sudah direncanakan


Perbedaan persepsi terhadap informasi yang disampaikan
Pelaksanaan proyek tidak sesuai dengan perubahan yang
telah disepakati
Ketidaksesuaian perubahan dokumen proyek dengan
pelaksanaannya
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan terutama jumlah kebutuhan SDM,
bahan/ material dan alat yang berakibat terhadap kinerja
proyek menjadi tidak relevan
Lemah atau kurangnya komunikasi internal (saat
berkomunikasi di dalam organisasi perusahaan)
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan terutama manajemen risiko dalam
proyek yang berakibat terhadap kinerja proyek menjadi
tidak relevan
Adanya dokumen proyek yang tidak diperbaharui sesuai
dengan yang telah disepakati
Dokumen proyek tidak dijadikan data pembelajaran bagi
organisasi proyek yang berdampak pada kesalahan yang
berulang (rework)
Informasi/ pesan disampaikan tidak akurat
Kontradiksi laporan kinerja proyek satu dengan laporan
lainnya (informasi pelaporan tidak valid)
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan dengan jadwal proyek yang
berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
Pertemuan/ meeting tidak dilengkapi dengan laporan
kinerja proyek
Tidak adanya timbal balik yang relevan dari setiap
stakeholder atas laporan yang diterima
Kinerja proyek dilaporkan/ dibuat tidak akurat dan tidak
tertulis
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan dengan urutan kegiatan proyek
yang berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
Stakeholder tidak menerima laporan kinerja proyek yang
dibutuhkan
12

Level
Risiko
S

Peringkat
Risiko
1

S
Level
Risiko

3
Peringkat
Risiko

S
S

4
5

10

11

S
S

12
13

14

15

16

17

18

19

Universitas Indonesia

20
21

X30
X15

Project records satu dengan yang lainnya tidak sinkron


Proses perencanaan manajemen komunikasi tidak rutin di
review dan direvisi
Laporan kinerja proyek diserahkan kepada pihak
stakeholder proyek tidak tepat waktu/ terlambat
Usulan perubahan dari stakeholder proyek tidak dibahas/
didiskusikan dalam rapat (meeting)

22

X18

23

X37

No

Var

Peristiwa Risiko

24

X27

25

X28

Tidak adanya informasi kepada stakeholder tentang


organisasi proyek beserta tugas dan tanggung jawabnya
Laporan proyek tidak dilakukan rutin dan secara periodik
(misalnya laporan harian, laporan mingguan dan laporan
bulanan)

S
S

20
21

22

23

Level
Risiko
S

Peringkat
Risiko
24

25

PEMBAHASAN
Dari hasil analisa level risiko yang berdasarkan ISO 31000 didapatkan 25 temuan
faktor risiko yang terdapat dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi
bangunan tingkat tinggi. 25 faktor risiko tersebut mempunyai level sedang yaitu mempunyai
nilai kisaran antara 0.06-0.24. Adapun hasil faktor-faktor risiko yang sudah didapatkan dari
analisa level risiko berdasarkan ISO 31000 tersebut dominan dan khusus hanya pada proyek
konstruksi bangunan tingkat tinggi, karena objek dan responden dari penelitian ini adalah
orang-orang yang sedang dalam pekerjaan menangani proyek bangunan tingkat tinggi seperti
gedung apartemen, gedung kantor, dan gedung bertingkat lainnya. Selain itu responden
merupakan orang-orang yang mempunyai posisi yang penting dalam proyek konstruksi
bangunan tingkat tinggi seperti manajer proyek dan satu level dibawah manajer proyek
seperti site engineering manager, site operational manager, dan site administration manager.
Sehingga responden tersebut mengetahui permasalahan penerapan manajemen komunikasi
apa yang terjadi dalam proyek yang mereka tangani saat ini yaitu proyek konstruksi
bangunan tingkat tinggi.
Berdasarkan PMBOK 2013, manajemen komunikasi dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan
yaitu perencanaan manajemen komunikasi, pengelolaan komunikasi dan pengendalian
komunikasi. Sehingga dari ke 25 faktor risiko dominan tersebut dibagi lagi menurut tahapan
dalam manajemen komunikasi yang diambil berdasarkan urutan peringkat tertinggi pada tiaptiap tahapannya. Adapun faktor risiko yang terdapat dalam penerapan manajemen komunikasi
pada tiap-tiap tahapannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

13

Universitas Indonesia

Tabel 4. Faktor Risiko pada Tahapan Perencanaan Manajemen Komunikasi


No

Var

Peristiwa Risiko

X3

X1

X7

4
5

X11
X12

X10

X15

Penyampaian informasi terlambat (tidak diketahuinya


kapan waktu diperlukan informasi tersebut)
Perbedaan persepsi terhadap informasi yang disampaikan
akan mengakibatkan persepsi salah terhadap persyaratan
yang ditetapkan
Lemah atau kurangnya komunikasi internal (saat
berkomunikasi di dalam organisasi perusahaan)
Informasi/ pesan disampaikan tidak akurat
Kontradiksi laporan kinerja proyek satu dengan laporan
lainnya (informasi pelaporan tidak valid)
Pertemuan/ meeting tidak dilengkapi dengan laporan
kinerja proyek
Proses perencanaan manajemen komunikasi tidak rutin di
review dan direvisi

Level
Risiko
S

Peringkat
Risiko
1

S
S

12
13

15

21

Tabel 5. Faktor Risiko pada Tahapan Pengelolaan Komunikasi


No

Var

Peristiwa Risiko

X23

X22

X24

X25

X32

X31

X21

X19

9
10

X30
X18

11

X27

12

X28

Pemahaman terhadap kontrak kerja proyek yang tidak


sama
Urutan kegiatan proyek tidak sesuai dengan scope proyek
yang sudah direncanakan
Pelaksanaan proyek tidak sesuai dengan perubahan yang
telah disepakati
Adanya dokumen proyek yang tidak diperbaharui sesuai
dengan yang telah disepakati
Dokumen proyek tidak dijadikan data pembelajaran bagi
organisasi proyek yang berdampak pada kesalahan yang
berulang (rework)
Tidak adanya timbal balik yang relevan dari setiap
stakeholder atas laporan yang diterima
Kinerja proyek dilaporkan/ dibuat tidak akurat dan tidak
tertulis
Stakeholder tidak menerima laporan kinerja proyek yang
dibutuhkan
Project records satu dengan yang lainnya tidak sinkron
Laporan kinerja proyek diserahkan kepada pihak
stakeholder proyek tidak tepat waktu/ terlambat
Tidak adanya informasi kepada stakeholder tentang
organisasi proyek beserta tugas dan tanggung jawabnya
Laporan proyek tidak dilakukan rutin dan secara periodik

14

Level
Risiko
S

Peringkat
Risiko
2

10

11

16

17

19

S
S

20
22

24

25

Universitas Indonesia

Tabel 6. Faktor Risiko pada Tahapan Pengendalian Komunikasi


No

Var

Peristiwa Risiko

X38

X35

X36

X34

X33

X37

Ketidaksesuaian perubahan dokumen proyek dengan


pelaksanaannya
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan terutama jumlah kebutuhan SDM,
bahan/ material dan alat yang berakibat terhadap kinerja
proyek menjadi tidak relevan
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan terutama manajemen risiko dalam
proyek yang berakibat terhadap kinerja proyek menjadi
tidak relevan
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan dengan jadwal proyek yang
berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
Tidak adanya updating/ revisi terhadap perencanaan
proyek yang berkaitan dengan urutan kegiatan proyek
yang berakibat kinerja proyek menjadi tidak relevan
Usulan perubahan dari stakeholder proyek tidak dibahas/
didiskusikan dalam rapat (meeting)

Level
Risiko
S

Peringkat
Risiko
6

14

18

23

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, sesuai dengan
tujuan penelitian seperti dijelaskan pada bab 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat 25 variabel
peristiwa risiko yang diidentifikasi menjadi risiko yang dominan dalam penerapan
manajemen komunikasi pada proyek konstruksi khususnya pada proyek konstruksi bangunan
tingkat tinggi. Hasil dari 25 risiko yang muncul dalam penerapan manajemen komunikasi
merupakan risiko yang hanya terdapat pada proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi,
dimana hal ini berdasarkan sample yang diambil pada objek proyek gedung tingkat tinggi
yang sedang dalam proses tahap pelaksanaan. Selain itu responden dari penelitian ini
merupakan orang/personel proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi yang sedang dalam
tahap pelaksanaan sehingga dapat mewakili peristiwa risiko dalam penerapan manajemen
komunikasi yang mereka pernah alami pada saat proyek berlangsung. Dari hasil analisa risiko
berdasarkan ISO 31000, peristiwa risiko yang terpilih semuanya memiliki level yang sedang.

SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah:

15

Universitas Indonesia

a. Pada setiap proyek konstruksi khususnya proyek konstruksi bangunan tingkat tinggi,
Communication Plan (Perencanaan Manajemen Komunikasi) harus dilakukan di setiap
awal proyek.
b. Melakukan penelitian serupa pada jenis proyek konstruksi lain dengan skala proyek
yang lebih besar dan mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi seperti misalnya proyek
bandara sebagai bahan perbandingan penerapan manajemen komunikasinya.
c. Melakukan penelitian serupa dengan mengidentifikasi faktor risiko yang dominan
namun dilihat dampaknya terhadap biaya dan kualitas/mutu pada tahap pelaksanaan
proyek.
d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam membuat perencanaan pengelolaan risiko
dalam penerapan manajemen komunikasi pada proyek konstruksi khusunya proyek
konstruksi bangunan tingkat tinggi yang menghasilkan respon risiko yang paling efisien,
efektif dan bermanfaat sehingga dapat secara langsung menjadi rekomendasi solusi
terhadap permasalahan manajemen komunikasi di proyek.

DAFTAR REFERENSI
[1]

Chan, Albert P.C., Scott David & Chan Ada P.L., Factors Affecting the Success of a
Construction Project, ASCE, 2004

[2]

A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK Guide) Vol. 5th
Edition, USA, 2013

[3]

Sambasivan, Murali & Soon Yau Wen, Causes and Effects of Delays in Malyasian
Construction Industry, International Journal of Project Manajement, 2007

[4]

Reed, April H. & Knight Linda V, Effect of a Virtual Project Team Environment on
Communication - Related Project Risk , USA, Elsevier, 2010

[5]

Kemer, Harold Project Management, Vol. 7; 2002

[6]

Statistik Biro Pusat, Statistik Konstruksi Anggota AKI, Jakarta, Indonesia, 1994

[7]

Syah, Mahendra Sultan, Manajemen Proyek Kita Sukses Mengelola Proyek, Gramedia,
2004

[8]

Widjaya A.W., Komunikasi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara,


1993

[9]

Pedoman Standarisasi dan Pedoman Operasional Penyelenggaraan Pembangunan


Bangunan Gedung Negara, Jakarta, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1993

16

Universitas Indonesia

[10] ISO SNI, Teknologi Informasi - Proses Daur Ulang Hidup Perangkat Lunak Pengelolaan Resiko, Jakarta, SNI, 2008
[11] Abdullah, Zakia & Tripoli, Kajian Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek (Studi
Kasus Rehabilitasi Prasarana Pertanian Pasca Tsunami Paket III Kabupaten Aceh
Barat), Jurnal Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2012
[12]

Popescu, CM & Charoengam C., Project Planning, Scheduling and Control in


Construction, Canada, John Wiley & Sons, 1995

17

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai