Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN RESIKO

“ IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MANAJEMEN RESIKO PADA PROYEK 
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT“
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

NAMA KELOMPOK :
1. HAFIS FADLI A. RACHMAN ((01.2017.1.05383))
2. DERRY TRY FEBRIANSYAH (01.2017.1.05384)
Pendahuluan :

Pelaksanaan Proyek pada bidang jasa konstruksi dihadapkan dalam empat


kendala yaitu biaya, waktu, mutu dan keselamatan kerja. Keberhasilan
pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi
dikaitkan dengan sejauh mana ke empat sasaran tersebut dapat terpenuhi.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan jasa konstruksi apabila tidak segera
diselesaikan maka keberhasilan pelaksanaan suatu proyek akan terganggu.
diselesaikan,maka terganggu
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan jasa kontruksi dalam hal
manajemen produksi & operasional. Permasalahan manajemen produksi dan
operasional terutama adalah dalam hal ketidak mampuan melakukan
manajemen proyek dan pengelolaan resiko-resiko proyek.
Manajemen Proyek adalah proses pengelolaan proyek melalui pengelolaan,
pengalokasian, dan penjadwalan sumber daya dalam proyek untuk mencapai
sasaran.
Tujuan Penelitian :

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi resiko-resiko yang


mungkin terjadi dan identifikasi agen/penyebab resiko dalam
kegitan konstruksi bangunan gedung bertingkat, memberikan
peringkat agen resiko apa saja yang paling berpengaruh kemudian
memberikan usulan penanganan (aksi mitigasi).
Metode Penelitian :

1. Metode HOR (House Of Risk) adalah metode untuk memanage resiko


secara proaktif, dimana risk agent yang teridentifikasi sebagai penyebab
risk event dapat dikelola dengan cara memberikan urutan berdasarkan
dampak yang mungkin ditimbulkan.
2. Menahan resiko (Risk retention) adalah bentuk penanganan resiko yang
mana akan
k ditahan
dit h atau
t diambil
di bil sendiri
di i oleh
l h satu
t pihak.
ih k
3. Mengurangi resiko (Risk reduction) adalah tindakan untuk mengurangi
resiko yang kemungkinan akan terjadi.
4. Mengalihkan resiko (Risk transfer) adalah pengalihan yang dilakukan
untuk memindahkan resiko kepada pihak lain.
5. Menghindari resiko (Risk avoidance) adalah menghindari resiko sama
dengan menolak untuk menerima resiko.
Metode yang digunakan :

Model dalam metode HOR terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu :


Metode HOR 1 ((House Of Risk))
Metode HOR 1 untuk menentukan prioritas risk agent sebagai penyebab
terjadinya resiko guna pengambilan langkah pencegahan.
g g
Langkah-langkah dalam Metode HOR 1 ((House Of Risk)) :

a) Mengidentifikasi terjadinya resiko (risk event, Ej) dan menilai tingkat


keparahannya (severity,
(severity Sj)
b) Mengidentifikasi risk agent (Aj) dan menilai tingkat keseringannya (Oj) untuk
kemungkinan terjadi.
c) Memberikan nilai korelasi (Rij) antara risk event dan risk.
d) Membuat prioritas risk agent ber-dasarkan potensi risiko agregat.
Metode yang digunakan :

Metode HOR 2 (House Of Risk)


Metode HOR2 memberikan p prioritas langkah
g proaktif yyang
p g efektif mengu-
g
rangi terjadinya risiko didasarkan ke-mampuan keuangan dan resources
lainnya .
Langkah-langkah dalam Metode HOR 2 (House Of Risk) :

a) Menentukan beberapa risk agent dengan rangking teratas untuk di-jadikan


penyebab risiko yang akan diprioritaskan untuk ditangani .
b) Mengidentifikasi langkah proactive action (PAk) yang relevan untuk
mencegah risk agent
c) Menentukan tingkat hubungan antara masing
masing-masing
masing PA dan risk agent (Ejk)
d) Menilai tingkat kesulitan (Dk) dalam melaksanakan PA
Aksi Mitigasi Untuk Penanganan Resiko :

Proses perancangan strategi dilakukan menggunakan matriks House of


Risk (HOR) fase kedua untuk menyusun aksi-aksi mitigasi dalam menangani
risiko yang berpotensi timbul pada rantai pasok.
pasok Pe-nilaian
Pe nilaian aksi mitigasi
dilakukan berdasar-kan tingkat kesulitan dalam melakukan masing-masing
aksi mitigasi tersebut.
Berikut aksi mitigasi penanganan resiko HOR,
HOR yaitu :
1. Membuat jadwal yang realistis, maksud-nya adalah membuat jadwal yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan, sehingga progress
aktual sesuai dengan progress rencana
rencana.
2. Membuat sistem pengawasan dan sanksi, membuat system bagaimana
pengawasan dan sanksi diberikan apabila terjadi pencurian, kelalaian dsb.
3
3. Melakukan
M l k k kkomunikasi
ik i d
dan kkoordinasi
di i yang b
baik
ik d
dengan owner, kkomunikasi
ik i
dan koordinasi dengan owner diperbaiki, sehingga pekerjaan konstruksi bisa
berjalan kembali dengan baik.
Kesimpulan :

1. Terdapat 18 risiko yang diidentifikasi penulis dalam proyek pembangunan gedung


bertingkat.
2. Terdapat 12 agen/penyebab risiko yang telah diidentifikasi. Dari analisis data
pada risiko-risiko tersebut maka dapat diperoleh hasil bahwa peringkat dari agen
risiko yang paling besar dan aksi mitigasi untuk masing-masing agen risiko
adalah :
a) Proses pengadaan sumberdaya ber-henti dan belum dijadwal ulang, dapat
diselesaikan dengan membuat jadwal yang realistis dan membuat system
pengawasan dan sanksi.
b) Koordinasi dengan owner yang ku-rang baik, dapat diselesaikan dengan
melakukan kembali komunikasi dan koordinasi yang baik dengan owner,
sehingga masalah yang ada bisa terselesaikan dengan baik dan ketiga sasran
proyek bisa tercapai.
tercapai
c) Tambahan lingkup kerja. Apabila ko-munikasi dan koordinasi dengan owner
dilakukan dengan baik, maka ketika ada penambahan lingkup pe-kerjaan bisa
dikerjakan
j dengan
g baik,, karena telah dikomunikasikan deng-an
g baik
Daftar Pustaka :

Geraldine,Laudine Henriette etall.2007.“Manajemen Risiko dan Akdi Mitigasi


untuk Mneciptakan Rantai Pasok yangRobust”.Jurnal Teknologi dan Reka-yasa
Teknik Sipil,Vol
Sipil, Vol 1.No53
1. No 53
Mastura,Labambang.2011.“Manajemen Risiko Dalam Proyek Konstruksi”,Jurnal
SMARTek,Vol.9No1.P.39-46.
Ningrum Ratna 2008 Analisa Risiko Investasi Proyek Jalan Tol Depok – Antasari.
Ningrum,Ratna.2008. Antasari
Tesis ProgramMagisterAdministrasi Bisnis,Institut Teknologi Bandung(ITB)
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai