Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MANAJEMEN RESIKO

NAMA : APRIANI

NIM : DAB 117 078

TUGAS : MANAJEMEN RESIKO

DOSEN : DEWANTORO, S.T.,M.T.

TTD :

Jelaskan atau uraikan yang dimaksud dengan:

1. Risiko Proyek

Risiko adalah ketidak pastian (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian
(loss) menurut A. Abas Salim, Risiko adalah probabilitas suatu hasil/ outcome yang berbeda dengan
yang diharapkan menurut Herman Darmawi, Resiko adalah efek kumulatif dari pada kemungkinan
adanya uncertainty yang akan berdampak positif atau negatif terhadap sasaran proyek, menurut
standar Australia/New Zealand 4360:2004.

Dalam manajemen proyek, risiko proyek adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak pasti,
dan jika terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko
mempunyai sebab dan bila terjadi akan membawa dampak, oleh karena itu risiko dapat dinyatakan
sebagai fungsi dari kemungkinan dan dampak

Dalam kontek manajemen proyek, risiko adalah efek kumulatif dari terjadinya kejadian yang
tidak pasti yang bersifat adversal/merugikan dan mempengaruhi tujuan proyek menurut Wideman R
Max, Risiko merupakan suatu kejadian dari suatu proses business atau proyek, dimana manusia
yang mengelolanya tidak dapat memperhitungkan dengan pasti dampak maupun besaran yang
ditimbulkannya.

Menurut Smith dan Bohn (1999), terdapat 8 tipe faktor penyebab risiko pada proyek
konstruksi, yaitu : Risiko alam, Risiko desain, Risiko sumber daya, Risiko financial, Risiko hukum
dan peraturan, Risiko politik, Risiko hukum dan peraturan, dan Risiko lingkungan. Menurut IRM
(2002), ada setidaknya 4 jenis risiko yang selama ini sudah dikenal orang, yakni:

1
 Risiko Operasional, yakni risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi, antra lain
misalnya risiko yang mencakup sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya
manusia.
 Risiko Finansial, yakni risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti
kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkt suku bunga termasuk risiko pemeberian
kredit, likuiditas da kondisi pasar.
 Risiko stratejik, yaitu risiko yang ada hubungannya dengan strategi perusahaan, politik,
ekonomi, hukum. Risiko ini juga terkait dengan reputasi kepemimpinan organisasi dan
perubahan selera pelanggan.
 Hazard Risk, yaitu risiko yang terkait dengan kecelakaan fisik seperti kerusakan karena
kebakaran, gempa bumi, ancaman fisik dll.

2. Manajemen Risiko Proyek

Manajemen risiko proyek adalah seni dan ilmu untuk mengidetifikasi, menganalisis, dan
menanggapi risiko diseluruh kehidupan suatu proyek dan kepentingan terbaik tujuan pertemuan
proyek. Manajemen risiko didefinisikan suatu proses yang sistematis didalam mengidentifikasi,
menganalisis dan menyelesaikan masalah risiko yang akan terjadi pada proyek, termasuk
memaksimalkan probabilitas dan konsekuensi dari kejadian yang positif dan meminimalkan
probabilitas dan konsekuensi dari kejadian yang kurang baik terhadap tujuan proyek menurut
Project Management Institute® PMBOK® a guide to the Project management body of knowledge
third edition 2004. Untuk mensukseskan tujuan dari manajemen risiko yang pertama tama adalah
menetapkan Perencanaan manajemen risiko yang baik.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko proyek yakni:

 Identifikasi, analisis dan penilaian risiko di awal proyek secara sistematis serta
mengembangkan rencana untuk mengantisipasi risiko.
 Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko.
 Memastikan bahwa biaya penanganan risiko adalah cukup kecil dibanding nilai proyek.
Artinya bahwa biaya yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu risiko
realatif lebih rendah atau sama dengan besaran manfaat dari terhindarnya/ berkurangnya
risiko tersebut.

2
3. Proses dalam Manajemen Risiko Proyek

Berdasarkan ISO 31000:2009, proses manajemen risiko merupakan bagian yang penting dari
manajemen risiko karena merupakan penerapan atas prinsip dan kerangka kerja manajemen risiko
yang telah dibangun. Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu
penetapan konteks, penilaian risiko, dan penanganan risiko. Penetapan konteks manajemen risiko
bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana
sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal
tersebut akan membantu untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko.

Lufina Mahadewi M.M., M.Sc. - Core Faculty PPM School of Management Penetapan
konteks manajemen risiko erat kaitannya dengan melakukan penetapan tujuan, strategi, ruang
lingkup dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu
perusahaan. Proses ini menunjukkan kaitan atau hubungan antara permasalahan hal yang akan
dikelola risikonya dengan lingkungan perusahaan (eksternal & internal), proses manajemen risiko,
dan ukuran atau kriteria risiko yang hendak dijadikan standar.

Proses kedua adalah penilaian risiko meliputi tahapan identifikasi risiko yang bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Berdasarkan
risiko-risiko yang telah teridentifikasi dapat disusun sebuah daftar risiko untuk kemudian dilakukan
pengukuran risiko untuk melihat tingkatan risiko. Proses pengukuran risiko berupa analisis risiko
yang bertujuan untuk menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diindentifikasi.
Hasil pengukuran berupa status risiko yang menunjukkan ukuran tingkatan risiko dan peta risiko
yang merupakan gambaran sebaran risiko dalam suatu peta.

Tahapan lainnya dalam penilaian risiko adalah evaluasi risiko yang ditujukkan untuk
membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko yang telah ditentukan untuk dijadikan
sebagai dasar penerapan penanganan risiko. Proses ketiga dalam proses manajemen risiko adalah
penanganan risiko yang berupa perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif
solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien.

Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara lain yang bertujuan untuk
menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi kemungkinan atau dampak, mentransfer
risiko kepada pihak ketiga (risk sharing) dan menerima risiko (risk acceptance). Pada akhirnya,
ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung lainnya yaitu komunikasi dan
konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan yang memadai dari setiap kegiatan manajamen
risiko, dan menjadikan setiap kegiatan mencapai sasarannya dengan tepat. Proses lainnya adalah
monitoring dan review yang bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko

3
berjalan sesuai dengan perencanaan serta sebagai dasar untuk melakukan perbaikan secara berkala
terhadap proses manajemen risiko.

Proses manajemen risiko memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk mengelola risiko
ada beberapa tahapan yakni:

1. Perencanaan Manajemen Risiko


Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan merencanakan
kegiatan manajemen risiko untuk sebuah proyek. Dengan mempertimbangkan lingkup
proyek, rencana manajemen proyek, faktor lingkungan perusahaan, maka tim proyek dapat
mendiskusikan dan menganalisis aktivitas manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu.
Untuk membuat perencanan manajemen risiko, ada bebrapa hal yang diperlukan
yakni:
 Project Charter, yakni dokumen yang dikeluarkan oleh manajemen senior yang secara
formal menyatakan adanya suatu proyek. Dokumen ini memberi otorisasi kepada
manajer proyek untuk menggunakan sumberdaya organisasi untuk melaksanakan
aktivitas proyek.
 Kebijakan manajemen risiko,
 Susunan peran dan tanggung jawab
 Toleransi stakeholder terhadap risiko
 Tamplate untuk rencana manajemen risiko organisasi
 Work Breakdown Structure (WBS)

Output dari perencanaan manajemen risiko adalah Risk Management Plan yang berisi:

 Metodologi yang menguraikan definisi alat, pendekatan, sumber data yang mungkin
digunakan dalam manajemen risiko proyek tertentu
 Peran dan Tanggung Jawab yang menguraikan tanggung jawab dan peran utama serta
pendukung berikut keanggotaan tim manajemen risiko untuk setiap tindakan
 Budget yang berisi rencana anggaran untuk manajemen risiko proyek
 Waktu yang berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen risiko di sepanjang
siklus proyek
 Scoring dan Intepretasi yang menguraikan metode skoring dan intepretasi yang sesuai
tipe dan waktu analisis risiko kualitatif maupun kuantitatif.

2. Identifikasi Risiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan memahami apa
sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Berikutnya adalah pendefinisian risiko yang mungkin
mempengaruhi tingkat keberhasilan proyek dan mendokumentasikan karakteristik dari tiap-

4
tiap risiko dengan melakukan Hasil utama dari langkah ini adalah risk register. Identifikasi
risiko dapat dilakukan dengan analisis sumber risiko dan analisis masalah Analisis sumber
risiko yaitu analisis risiko dengan melihat darimana risiko berasal. Ada tiga sumber risiko
yang sudah banyak dikenal yakni Risiko internal yakni risiko yang bersumber dari internal
organisasi yang dapat dikategorikan dalam non teknikal risk (manusia, material, keuangan)
dan technical risk (disain, konstruksi dan operasi). Analisis masalah adalah analisis risiko
yang terkait dengan kekawatiran/ rasa khawatir.

Untuk dapat mengidentifikasi risiko setidaknya ada empat metode yang digunakan, yakni:
Identifikasi risiko berdasarkan tujuan Yaitu risiko diidentifikasi berdasarkan sejauh
mana suatu peristiwa dapat membahayakan pencapaian tujuan secara perbagian atau
secara keseluruhan pekerjaan proyek.
Identifikasi Risiko berdasarkan Skenario. Yakni risiko diidentifikasi berdasarkan
skenario yang dibuat berdasarkan perkiraan terjadinya sebuah peristiwa.
Identifikasi risiko berdasarkan Taksonomi. Yakni risiko dibreakdown berdasarkan
sumber risiko dengan menggunakan pengetahuan praktik yang ada melalui daftar
pertanyaan yang telah disusun yang jawabannya akan menunjukkan risiko yang ada.
Common risk check. Yakni risiko yang sudah biasa terjadi didaftar dan dilakukan
pemilihan mana risiko yang sesuai dengan proyek yang sedang dikerjakan.

3. Analisis Risiko Kualitatif


Analisis kualitatif salam manajemen risiko adalah proses menilai dampak dan
kemungkinan risko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko
berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek.

4. Analisis Risiko Kuantitatif


Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk mengidentifikasi risiko
kemungkinan kegagalan sistem dan memprediksi besarnya kerugian. Analisis ini dilakukan
dengan mengaplikasikan formula matematis yang dikaitkan dengan nilai finansial. Secara
matematis penghitungan risiko dilajkukan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian
dengan dampak yang ditimbulkan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil
langkah strategis dalam mengatasi risiko yang teridentifikas.

5. Penanganan Risiko
Penangan risiko diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk meminimalisasi
tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Sacra kuantitatif, upaya

5
meminimalisasi risiko dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada
turunnya angka hasil ukur yang diperoleh dari analisis risiko.
secara umum, teknik yang digunakan untuk menangani risiko dikelompokkan menjadi
beberapa kategori, yaitu :
a. Menghindari risiko yakni dengan tidak melakukan aktivitas yang beresiko dan
memilih melakukan kegiatan yang tidak memiliki risiko.
b. Mitigasi/ Reduksi/ Mengurangi risiko yakni dengan melakukan tindakan untuk
mengurangi peluang terjadinya peristiwa yang tidak diharap. Misalnya dengan
memilih orang-orang yang kompeten untuk dipekerjakan di proyek.
c. Menerima risiko yakni tetap melakukan pekerjaan yang mengandung risiko dengan
tidak melakukan perubahan apapun namun menyiapkan rencana kontingensi jika
risiko terjadi.
d. Tranfer Risiko yakni dengan mengalihkan risiko ke pihak lain misalnya dengan
membeli asuransi.

4. Manfaat Manajemen Risiko Proyek

Manajemen risiko sangat penting untuk dilakukan karena bisa mempersiapkan perusahaan
untuk menghadapi kondisi tertentu yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Adapun manfaat
manajemen risiko bagi perusahaan sebagai berikut:

Manajemen risiko bisa memberikan informasi dan persektif kepada pihak manajemen
perusahaan tentang profil risiko serta perubahan yang mendasar tentang produk, pasar,
lingkungan bisnis, dan perubahan lainnya yang diperlukan dalam proses manajemen risiko.
Manajemen risiko bisa melindungi perusahaan dari risiko murni karena kreditor pelanggan
dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang terlindungi mungkin dengan asuransi tertentu
sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan publik image.
Manajemen risiko bisa mencegah kegagalan sehingga peningkatan laba bisa dilakukan atau
setidaknya kerugian perusahaan tidak terlalu besar.
Manajemen risiko bisa membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang
terukur sehingga potensi kerugian yang relatif lebih besar bisa dihindari.
Manajemen risiko bisa menghitung dan mengukur besarnya risk exposure dan menetapkan
alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko yang lebih tepat.

Setelah mengetahui risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya bisa menyusun rencana dan
mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi nilai risiko tersebut sesuai dengan tujuan investasi.
Risiko yang mungkin dihadapi dapat ditoleransi berdasarkan beberapa kategori risiko. Risiko yang
menimbulkan bahaya kecil biasanya dibiarkan, sedangkan risiko yang menimbulkan bahaya besar

6
bagi perusahaan cenderung harus dihindari atau disiapkan strategi yang terperinci untuk
mengatasinya.

5. Strategi mengatasi Risiko Proyek

Ada tujuh prinsip strategi dalam penanganan risiko yaitu diterima, dihindari, dibagi,
dikurangi, diabaikan, dipindahkan, dan kombinasi. Pada dasarnya agar penanganan risiko dapat
dilakukan secara efektif dan optimal terdapat tiga pertimbangan penting yaitu dampak risiko, biaya
penanganan risiko, serta kemampuan dalam menangani risiko.

Berikut ketujuh strategi berikut pertimbangannya, yaitu:

1) Diterima (Risk Retaining).


Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan lebih besar
dari pada risiko itu sendiri dan perusahaan dianggap mampu untuk menangani. Penanganan
dengan allowance (kebijakan perusahaan / cabang / divisi / proyek) dengan risk contigency
yang layak.
2) Dihindari (Risk Avoidance).
Pada strategi ini risiko diketahui dimana impact sangat besar dan luas dan sulit atau
tidak dapat dikendalikan.
3) Dibagi (Risk Sharing).
Strategi ini dilakukan apabila biaya penanganan risiko dan dampak risiko hampir
sama besarnya. Pembagian risiko yang mendistribusikan risiko yang ada ke pihak yang
dianggap lebih mampu akan membuat biaya penanganan risiko akan lebih kecil sehingga
lebih layak untuk diterima.
4) Dikurangi (Risk Reducing).
Strategi ini dilakukan apabila risiko diketahui dimana biaya penanganan risiko masih
lebih rendah dari risiko itu sendiri. Tindakan mitigasi lebih diarahkan untuk mengurangi
dampak risiko. Caranya dengan pendekatan alternatif seperti mengusulkan perubahan lingkup
pekerjaan, perubahan metode, mutu, atau schedulenya. Pada strategi ini, diyakini perusahaan
mampu mengendalikan dengan suatu perencanaan yang matang.
5) Diabaikan (Risk Ignoring).
Tindakan strategi ini apabila risiko diketahui dimana dampak dan frekuensi risiko
kecil atau sangat kecil dimana organisasi dan prosedur yang ada diyakini akan dapat
mengeliminir risiko ini.
6) Dipindahkan (Risk Transfer).
Strategi ini apabila perusahaan dianggap akan sangat kesulitan dalam mengantisipasi
risiko yang mungkin terjadi baik dampak maupun kemungkinannya. Strategi ini dilakukan

7
dengan cara kontraktual pada klausa kontraknya dan jaminan atau bank garansi serta dengan
asuransi.

7) Kombinasi
Strategi ini adalah tindakan yang merupakan gabungan dari dua atau lebih strategi
yang terdapat pada item no 1-6. Strategi ini baik dilakukan apabila langkah penanganan tidak
membuat kompleksitas proyek berlebihan.

6. Decision Tree ( Pohon Kehidupan)

a. Pengertian Pohon Kehidupan (Decision Tree)

Pohon dalam analisis pemecahan masalah pengambilan keputusan adalah pemetaan mengenai
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dapat diambil dari masalah tersebut. Pohon tersebut
juga memperlihatkan faktor-faktor kemungkinan/probablitas yang akan mempengaruhi
alternatifalternatif keputusan tersebut, disertai dengan estimasi hasil akhir yang akan didapat bila
kita mengambil alternatif keputusan tersebut.

Analisis decision tree menggambarkan alternatif pengambilan keputusan dan hasilnya secara
berurutan dengan memperhitungkan faktor ketidakpastian dari setiap hasil pengambilan keputusan.
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengidentifikasi keputusan-keputusan utama yang harus
diambil dan ketidakpastian-ketidakpastian utama yang merupakan konsekuensi dari masing-masing
pengambilan keputusan. Langkah selanjutnya adalah membangun struktur decision tree yang akan
digunakan dalam menghitung nilai dari suatu keputusan.

b. Manfaat Pohon Keputusan

Pohon keputusan adalah salah satu metode klasifikasi yang paling populer karena mudah
untuk diinterpretasi oleh manusia. Pohon keputusan adalah model prediksi menggunakan struktur
pohon atau struktur berhirarki. Konsep dari pohon keputusan adalah mengubah data menjadi pohon
keputusan dan aturan-aturan keputusan.

Manfaat utama dari penggunaan pohon keputusan adalah kemampuannya untuk mem-break
down proses pengambilan keputusan yang kompleks menjadi lebih simpel sehingga pengambil
keputusan akan lebih menginterpretasikan solusi dari permasalahan. Pohon Keputusan juga berguna
untuk mengeksplorasi data, menemukan hubungan tersembunyi antara sejumlah calon variabel input
dengan sebuah variabel target. Pohon keputusan memadukan antara eksplorasi data dan pemodelan,
sehingga sangat bagus sebagai langkah awal dalam proses pemodelan bahkan ketika dijadikan
sebagai model akhir dari beberapa teknik lain.

8
c. Kelebihan dan Kekurangan Pohon Kehidupan ( Decision Tree)

Kelebihan :
Daerah pengambilan keputusan yang sebelumnya kompleks dan sangat global, dapat
diubah menjadi lebih simpel dan spesifik.
Eliminasi perhitungan-perhitungan yang tidak diperlukan, karena ketika
menggunakan metode pohon keputusan maka sample diuji hanya berdasarkan kriteria
atau kelas tertentu.
Fleksibel untuk memilih fitur dari internal node yang berbeda, fitur yang terpilih akan
membedakan suatu kriteria dibandingkan kriteria yang lain dalam node yang sama.
Kefleksibelan metode pohon keputusan ini meningkatkan kualitas keputusan yang
dihasilkan jika dibandingkan ketika menggunakan metode penghitungan satu tahap
yang lebih konvensional.
Dalam analisis multivariat, dengan kriteria dan kelas yang jumlahnya sangat banyak,
seorang penguji biasanya perlu untuk mengestimasikan baik itu distribusi dimensi
tinggi ataupun parameter tertentu dari distribusi kelas tersebut. Metode pohon
keputusan dapat menghindari munculnya permasalahan ini dengan menggunakan
criteria yang jumlahnya lebih sedikit pada setiap node internal tanpa banyak
mengurangi kualitas keputusan yang dihasilkan.

Kekurangan :

Terjadi overlap terutama ketika kelas-kelas dan criteria yang digunakan jumlahnya
sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan meningkatnya waktu
pengambilan keputusan dan jumlah memori yang diperlukan.
Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon keputusan yang
besar.
Kesulitan dalam mendesain pohon keputusan yang optimal.
Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon keputusan sangat
tergantung pada bagaimana pohon tersebut didesain.

9
d. Model Decision Tree
Pohon keputusan adalah model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki.
Contoh dari pohon keputusan dapat dilihat di Gambar 1 berikut ini.

Disini setiap percabangan menyatakan kondisi yang harus dipenuhi dan tiap ujung
pohon menyatakan kelas data. Contoh di Gambar 1 adalah identifikasi pembeli komputer,dari
pohon keputusan tersebut diketahui bahwa salah satu kelompok yang potensial membeli
komputer adalah Konsep Data Mining Pohon Keputusan Page 3 orang yang berusia di bawah
30 tahun dan juga pelajar. Setelah sebuah pohon keputusan dibangun maka dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan record yang belum ada kelasnya. Dimulai dari node root,
menggunakan tes terhadap atribut dari record yang belum ada kelasnya tersebut lalu
mengikuti cabang yang sesuai dengan hasil dari tes tersebut, yang akan membawa kepada
internal node (node yang memiliki satu cabang masuk dan dua atau lebih cabang yang
keluar), dengan cara harus melakukan tes lagi terhadap atribut atau node daun. Record yang
kelasnya tidak diketahui kemudian diberikan kelas yang sesuai dengan kelas yang ada pada
node daun. Pada pohon keputusan setiap simpul daun menandai label kelas. Proses dalam
pohon keputusan yaitu mengubah bentuk data (tabel) menjadi model pohon (tree) kemudian
mengubah model pohon tersebut menjadi aturan (rule).

Algoritma C4.5
Secara umum algoritma C4.5 untuk membangun pohon keputusan adalah sebagai berikut:
1. Pilih atribut sebagai akar
2. Buat cabang untuk masing-masing nilai
3. Bagi kasus dalam cabang
4. Ulangi proses untuk masing-masing cabang sampai semua kasus pada cabang memiliki
kelas yang sama.

10
Daftar Pustaka

http://web.ipb.ac.id/~erizal/manpro/manajemen-risiko-proyek.pdf
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-manajemen-risiko-proyek/6764
http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32495/mod_resource/content/1/2006-11-Manajemen
%20Resiko.pdf
https://www.kompasiana.com/christypanjaitan/5eea33fd097f36520109afd5/mengenal-
manajemen-risiko-proyek?page=all
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-resiko-proyek
http://journal.um.ac.id/index.php/bangunan/article/view/8425
https://amrigunasti.wordpress.com/2011/01/11/lingkup-manajemen-proyek/
https://www.academia.edu/26474350/decision_tree

11

Anda mungkin juga menyukai