Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN RESIKO PADA PROYEK KONTRUKSI GEDUNG

Disusun Oleh :

Miftah Farid

POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN


BALIKPAPAN
2016

DAFTAR ISI

Daftar Isi..........................................................................................................1
Daftar Gambar................................................................................................2
Daftar Tabel.....................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan.........................................................................................................5
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................5

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Definisi Manajemen Risiko........................................................................6
2.2 Risiko Yang Mungkin Terjadi.....................................................................9
2.3 Beberapa Penyebab Risiko.........................................................................10
2.4 Contoh Risiko dan Solusinya......................................................................12

Bab III Pembahasan


3.1 Definisi Manajemen Risiko Pada Kontruksi...............................................15
3.2 Risiko Yang Mungkin Terjadi Pada Kontruksi...........................................23
3.3 Penyebab/Agen Risiko................................................................................24
3.4 Contoh Risiko Pada Bagian Bawah Kontruksi dan Solusinya....................25

Bab VI Penutup
4.1 Kesimpulan.................................................................................................35
4.2 Saran...........................................................................................................36

Daftar Pustaka................................................................................................37

Daftar Gambar
Gambar 3.1 Contoh Risk Breakdown Structure

1
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Sumber Risiko dan Penyebabnya
Bagan 3.1 Proses Manajemen Risiko

2
BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Proyek pada bidang jasa konstruksi dihadapkan dalam tiga


kendala yaitu biaya, waktu dan mutu. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai
sasaran proyek, yang didefinisikan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat
mutu. Keberhasilan pelaksanaan suatu proyek yang dilaksanakan oleh
perusahaan jasa konstruksi dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut
dapat terpenuhi.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan jasa konstruksi apabila tidak
segera diselesaikan, maka keberhasilan pelaksanaan suatu proyek akan
terganggu. terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan jasa
konstruksi, salah satunya ialah dalam hal manajemen produksi dan operasional.
Permasalahan manajemen pro- duksi dan operasional terutama adalah dalam hal
ketidakmampuan melakukan manaje- men proyek dan pengelolaan risiko-risiko
proyek.
Manajemen Proyek adalah proses pengelolaan proyek yaitu melalui
pengelo- laan, pengalokasian, dan penjadwalan sumberdaya dalam proyek untuk
mencapai sasaran. Sebagai bagian dari proses Manajemen Proyek, perencanaan
dan pengen- dalian yang baik belum menjamin terwujudnya sasaran proyek.
Selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat
ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil, untuk itu diperlukan
kemampuan untuk mengolah dan mempelajari risiko yang ada. Manajemen
risiko merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah
diketahui, untuk meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi Selanjutnya dapat
diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan (Cooper dan Chapman, 1993)
dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-
risiko potensial tersebut. Oleh karena itu, analisis manajemen risiko dalam
pembangunan bangunan gedung menjadi penting untuk dilakukan. Dengan
melakukan manajemen risiko diharapkan pembangunan infrastruktur gedung
terwujud sasaran proyek yang tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Risiko Pada Kontruksi ?
2. Apa saja Risiko yang mungkin terjadi Pada Kontruksi ?
3. Apa Penyebab Terjadinya Risiko Pada Kontruksi ?
4. Apa saja Contoh Risiko yang sering Pada kontruksi beserta solusinya ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Definisi dari Manajemen Risiko Pada
Kontruksi
2. Untuk mengetahui apa saja risiko pada konstruksi
3. Untuk mengetahui Penyebab Terjadinya Risiko Pada Kontruksi
4. Untuk mengetahui contoh Risiko yang sering terjadi dan solusinya

1.4 Batasan Masalah


1. Risiko proyek yang diidentifikasi adalah risiko yang terjadi selama tahap
konstruksi struktur bawah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Definisi Manajemen Risiko
Manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang
efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian sumber daya organisasi (Richard L.Daft 2002:8)
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu
tujuan (Mulayu S.P. Hasibuan.2000:2)
Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-
fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan,
kepemimpinan dan pengawasan(T.Hani Handoko.2000:10)
Tujuan manajemen risiko diantaranya sebagai berikut:
a. Mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang telah teridentifikasi, dari
sering terjadi hingga tidak terjadi. Di sini artinya adalah mengatasi penyebab dari
risiko yang bersangkutan(Asiyanto. 2009).
b. Mengurangi besar dampak yang mungkin ditimbulkan dari risiko yang telah
teridentifikasi, dari kondisi fatal sampai pada kondisi tidak berarti (Asiyanto.
2009).

Salah satu tujuan utama dalam mendirikan perusahaan adalah mencari


keuntungan. Setiap kegiatan usaha akan memunculkan adanya peluang memperoleh
keuntungan yang selalu berdampingan dengan risiko menderita kerugian baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, salah satu fungsi manajemen yang
termasuk penting adalah melaksanakan manajemen risiko (Asiyanto. 2009).
Risiko memiliki beberapa definisi yang berbeda dari pakar yang berbeda,
diantaranya sebagai berikut:
a. Risiko adalah suatu potensi kejadian, yang dapat dihindari atau dikurangi sekecil
mungkin, agar dampaknya minimal sesuai yang kita rencanakan atau yang dapat
kita terima dalam batas toleransi yang diperkenankan, dan tidak mengganggu

6
secara signifikan terhadap sasaran-sasaran yang telah ditetapkan (Asiyanto.
2009).
b. Risiko adalah kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa di luar yang
diharapkan (Soeharto, Iman. 1995).
c. Risiko adalah suatu ancaman atau peluang, dimana dia dapat memberikan akibat
yang sangat tidak menyenangkan atau sebaliknya terhadap pencapaian dari suatu
tujuan proyek yang dibuat (Thelford, Thomas. 1998).
d. Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang membawa akibat yang
tidak diinginkan atas tujuan, strategi, sasaran dan atau target(Subiyanto, Eddy.
2010)

Manajemen risiko terdiri dari empat tahapan proses, yaitu sebagai


berikut(Asiyanto2009):
a. Identifikasi Risiko
b. Analisis Risiko
c. Respons Risiko
d. Dokumentasi (Monitoring and Controling)

Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta


mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Manajemen risiko merupakan
sebuah proses preventif yang dirancang untuk memastikan bahwa kemungkinan
kerugian dikurangi dan bahwa konsekuensi negatif karena peristiwa yang tidak
diinginkan diperkecil (Darmawi.2014).

a. Identifikasi Risiko
Tahapan proses manajemen risiko ada empat, yaitu: identifikasi, analisis,
respons, dan dokumentasi (monitoring and controlling). Jadi langkah awal dari proses
manajemen risiko adalah melakukan identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin
terjadi (Asiyanto2009).

7
Identifikasi risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara
sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang
menantang perusahaan. Identifikasi risiko usaha kontraktor dapat dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu berdasarkan sumbernya dan berdasarkan dampak (Asiyanto2009).
Sumber informasi, teknik, dan alat yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi risiko diantaranya sebagai berikut (Subiyanto, Eddy.2010):
a. Rekaman tercatat
b. Praktik, pengalaman industry, dan pengalaman lain yang relevan
c. Bahan bacaan yang relevan
d. Hasil uji pemasaran
e. Hasil percobaan dan prototype
f. Wawancara terstruktur dengan pakar di area yang terkait
g. Penggunaan kelompok pakar multi disiplin
h. Evaluasi individual dengan menggunakan kuisioner
i. Penggunaan pemodelan komputer dan pemodelan lainnya
j. Diagram sebab akibat dan diagram arus
k. Daftar periksa
l. Pertimbangan berdasarkan pengalaman dan rekaman tercatat
m. Brainstorming
n. Analisis sistem, dan lain-lain

Identifikasi risiko dilakukan agar variabel risiko yang dinilai dan dievaluasi
dapat diketahui dan diidentifikasi dan ditangani, dengan metode sebagai berikut (Husen,
2009) :

1. Check list , didasarkan atas pengalaman yang digunakan untuk situasi proyek yang
sama dengan kejadian yang berulang-ulang.

2. Thinking prompts, menggunakan data checklist kemudian diturunkan menjadi lebih


spesifik dengan risiko penting tidak dihilangkan.

8
3. HAZOP (Hazard and Operability) metode ini mengidentifikasi bahaya dan masalah
operasional yang timbul.

4. Past data, metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kerugian yang sering
terjadi dengan menggunakan data masa lampau.

5. Audits, bertujuan memonitor sistem, dengan mengidentifikasi dan menguji


beberapa masalah, bukan mengidentifikasi risiko yang terjadi.

6. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), hampir sama seperti HAZOP tetapi
metode ini mengidentifikasi bagaimana kerugian bisa terjadi bukannya apa yang terjadi
jika ada kegagalan seperti metode HAZOP.

7. Critical Incident Analysis, dengan melakukan curah gagasan dalam tim lalu
mengidentifikasi dan mencegah masalah agar tidak menjadi lebih rumit.

2.2 Risiko yang mungkin terjadi pada konstruksi


Risiko yang mungkin terjadi (Galuh Rizma.2011)
A. Masalah dalam penyediaan sumberdaya
B. Kondisi owner yang kurang mendukung
C. Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik
D. Kondisi keuangan proyek yang buruk
E. Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk
F. Kondisi SDM proyek yang kurang baik
G. Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran
H. Kerusakan alat; properti; fisik proyek
I. Tidak dipenuhinya spesifikasi teknis
J. Hal-hal teknis proyek yang mengalami perubahan dari owner
K. Masalah teknologi/metode konstruksi
L. Masalah kondisi fisik aktual yang ditemui di lapangan

9
M. Keterlambatan dari jadwal
N. Kualitas pekerjaan yang buruk
O. Perubahan Jadwal Pelaksanaan
P. Masalah pada koordinasi pelaksanaan
Q. Pemogokan tenaga kerja
R. Kualitas material yang buruk

2.3 Beberapa penyebab risiko diantaranya sebagai berikut:


a. Lemahnya Manajemen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada, jika tidak diseleksi dengan baik, apalagi kalau
perusahaan tidak memiliki sistem seleksi, maka dalam kegiatan pelaksanaan
dapat memicu munculnya personel yang tidak mendukung pelaksanaan proyek
secara maksimal (Iriani, Nani. 2008).

b. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Alat


Sumber daya alat yang ada di proyek bisa saja memiliki produktivitas
rendah sehingga tidak mampu bersaing. Produktivitas rendah tersebut bisa saja
disebabkan oleh usia alat yang sudah tidak layak. Bahkan menimbulkan
kerugian karena depresiasinya saja tidak dapat dikembalikan yang diakibatkan
alat yang bersangkutan tidak memberikan kontribusi manfaat yang
Semestinya (Iriani, Nani. 2008).

c. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Material


Material bahan bangunan tentunya mudah didapatkan, karena kontraktor
biasanya sudah mempunyai rekanan penyedia material. Tetapi masalah yang
terkait dengan material bisa saja muncul, seperti masalah pengaturan material
berupa mobilisasi, penempatan, dan pembayaran(Iriani, Nani. 2008).

d. Metode Pelaksanaan Konstruksi yang Kurang Tepat

10
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi.Sehingga, target waktu, biaya, dan mutu sebagaimana diterapkan,
dapat tercapai. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat
dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga
tergantung jenis proyek yang dikerjakan (Iriani, Nani. 2008).

e. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan berupa cuaca akan mempengaruhi risiko
peningkatan
biaya proyek, misalnya: salju, cuaca dingin, dan banjir. Cuaca
mempengaruhi produktivitas kerja baik secara langsung maupun tidak langsung
(Puro, Sarjono. 2006)

Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, perlu dicari


tingkatannya untuk prioritas penanganannya. Kelompok tingkatan risiko dibagi
menjadi empat, yaitu: high (H), significant (S), medium (M), dan low (L)
(Asiyanto2009).

Setelah analisis risiko dilakukan, berikutnya adalah memutuskan prioritas


atas risiko-risiko tersebut dalam pemberian tanggapan dan perlakuan
(Subiyanto, Eddy. 2010)
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengurangi kemungkinan dan
mengurangi akibat(Subiyanto, Eddy. 2010).

Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang


bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa
banyak penyimpangan(Soeharto, Iman.1995).

Pengendalian waktu dan biaya perlu dilakukan secara terpadu atau


terintergrasi (Sudarsana, Dewa Ketut.2008).

11
Pada Negara dimana kondisi ekonominya tidak stabil sehingga
menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, maka kontraktor harus memperhatikan
masalah ini dan mempertimbangkannya dalam estimasi awal saat tender
(Suanda, Budi.2011).

Kontraktor biasanya menyerahkan sebagian dari pekerjaan kepada


subkontraktor dengan alasan agar lebih efisien dan meminimalisir
kemungkinanterjadinya risiko (risk allocation) terhadap pekerjaan tersebut
(Soeharto, Iman.1995). Salah satu bagian terpenting dari tanggung jawab
kontraktor utama dalam pelaksanaan proyek adalah mengkoordinir dan
melakukan supervisi terhadap pekerjaan subkontraktor karena kontraktor utama
yang bertanggung jawab penuh kepada owner atas keseluruhan proyek termasuk
kinerja subkontraktor. (Neil, James M. (1982).

Saat ini perkembangan dalam proses pelaksanaan konstruksi telah


mendorong kontraktor utama yang mendapatkan kontrak (pekerjaan) selanjutnya
memecah pekerjaan tersebut dan membagi (menyerahkan) kepada
subkontraktor.Bahkan adakalanya kontraktor utama tidak lagi mengerjakan
sendiri pekerjaannya tetapi menyerahkan semua kepada subkontraktor (Stikes,
Mc. Neil. 1997).

Tabel 2.1
Sumber Risiko dan Penyebabnya
Sumber Risiko Perubahan dan Ketidakpastian karena :
Kebijaksanaan pemerintah, pendapat publik,
Politik (Political) perubahan ideologi, peraturan, kekacauan (perang,
terorisme, kerusuhan)

12
Pencemaran, kebisingan, perijinan, opini publik,
Lingkungan(Environ
kebijakan internal/perusahaan, perundangan yang
mental)
berkaitan dengan lingkungan, dampak lingkungan

Perencanaan Persyaratan perijinan, kebijakan dan praktek, tata guna


(Planning) lahan, dampak sosial dan ekonomi, opini publik

Permintaan(perkiraan),persaingan,keusangan,kepuasa
n pelanggan,
Pemasaran (market)
mode
Kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi, suku bunga,
Ekonomi (economic)
nilai tukar
Keuangan
Kebangkrutan, keuntungan, asuransi, risk share
(financial)
Kondisi tanah diluar dugaan, cuaca, gempa, kebakaran
Alami (natural)
dan ledakan, temuan situs arkeologi
Definisi, strategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja,
standar, kepemimpinan, organisasi (kedewasaan,
komitmen, kompetensi kepemimpinan, organisasi
Proyek (Project) (kedewasaan, komitmen, kompetensi dan
pengalaman), perencanaan dan pengendalian kualitas,
rencana kerja, tenaga kerja dan sumber daya,
komunikasi dan budaya
Teknis (Technic) Kelengkapan desain, efisiensi operasional, keandalan
Kesalahan, tidak kompeten, kelalaian, kelelahan,
Manusia (Human) kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja dalam
kondisi gelap atau malam hari
Kurang aman, perusakan, pencurian, penipuan,
Kriminal (Criminal)
korupsi
Peraturan (kesehatan dan keselamatan kerja), zat
Keselamatan
berbahaya, bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran,
(Safety)
kebakaran dan ledakan
Sumber : (Godfrey, 1996)

2.4 Contoh Risiko dan Solusinya

Pada umumnya pemilik proyek dalam membangun tidak mengerjakan


sendiri proyeknya, tetapi menyerahkan kepada kontraktor utama yang ahli dan

13
berpengalaman serta bertanggung jawab mulai dari tahap awal hingga selesainya
pekerjaan ( Clough, Richard. 1994).
Rangkaian pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan di lapangan menjadi
penyebab utama kesalahan estimasi biaya yang juga berimplikasi kepada
perubahan rangkaian pekerjaan yang kemudian berdampak pada peningkatan
biaya bagi owner dan kontraktor ( Suanda, Budi.(2011).

Frekuensi pengujian material ini pun harus sesuai dengan ketentuan


Semakin banyak material maka frekuensi tes pun akan semakin banyak (Suanda,
Budi.2011)

Terlambatnya penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang mendahului


menyebabkan terjadinya peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh
kontraktor terkait dengan fixed cost (Iriani, Nani.(2008).

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Manajemen Risiko

Proyek adalah kegiatan yang melibatkan sumber daya berupa tenaga


kerja, peralatan konstruksi, material, uang, dan metode. Sasaran proyek adalah
diselesai- kannya konstruksi fisik bangunan dengan tepat biaya, tepat waktu,
dan tepat mutu. Pada proses tersebut dapat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan
yang disebut sebagai risiko. Jika risiko-risiko tersebut terjadi maka proyek
tidak dapat mewu- judkan sasarannya yaitu tepat biaya atau tepat waktu atau
tepat. Risiko yang poten- sial adalah risiko yang memiliki frekuensi terjadi
yang tinggi dan memiliki pengaruh besar bagi pencapaian sasaran proyek.
Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki risiko tinggi
menunjukkan bahwa bagian tersebut kurang ditangani dengan baik karena
kurangnya kapabilitas sumberdaya, baik dari manajer proyeknya maupun
organisasi proyek. Disamping itu, juga dapat disebabkan oleh tingginya ting-
kat kesulitan aspek teknis proyek yang disusun pada tahap desain atau pengem-
bangan.
Pada statistik nonparametrik, usaha mendeskripsikan data dilakukan
untuk lebih memahami pola data tersebut. Data yang di- gunakan dalam
penelitian ini adalah data ordinal, sehingga digunakan median sebagai pusat
pengukuran datanya.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai satu tujuan (Mulayu S.P. Hasibuan.2000:2)
Risiko adalah suatu potensi kejadian, yang dapat dihindari atau dikurangi
sekecil mungkin, agar dampaknya minimal sesuai yang kita rencanakan atau
yang dapat kita terima dalam batas toleransi yang diperkenankan, dan tidak

15
mengganggu secara signifikan terhadap sasaran-sasaran yang telah ditetapkan
(Asiyanto. 2009).

Risiko proyek adalah efek akumulasi dari peluang kejadian yang tidak
pasti yang mempengaruhi sasaran dan tujuan proyek. Bahwa risiko dapat
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk yang tak diinginkan
atau ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya
risiko yang bersumber dari berbagai aktifitas dan akan mempengaruhi biaya,
jadwal dan kualitas proyek (Husen (2009)

Terdapat pula beberapa definisi risiko yang dikemukakan oleh Vaughan


(dalam Darmawi, 2014) yaitu :

a. Risk is the chance of loss (Risiko adalah peluang terjadinya kerugian)


Risiko seperti ini biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat keterbukaan terhadap kerugian atau suatu peluang
kerugian.
b. Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Risiko
seperti diatas menunjukkan bahwa risiko menimbulkan kerugian jika tidak
segera diatasi.
c. Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian) Dalam hal ini ada
pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian, adanya
risiko disebabkan karena adanya ketidakpastian.

Secara umum risiko dapat berarti suatu potensi kejadian yang dapat
merugikan sehingga menyebabkan tidak tercapainya target yang diinginkan
akibat adanya ketidakpastian.
Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui,
menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan
dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih
tinggi.Manajemen risiko merupakan sebuah proses preventif yang dirancang

16
untuk memastikan bahwa kemungkinan kerugian dikurangi dan bahwa
konsekuensi negatif karena peristiwa yang tidak diinginkan diperkecil
(Darmawi.2014)
Manajemen risiko proyek memberi pengendalian yang lebih baik atas
masa depan dan dapat dengan signifikan meningkatkan peluang mencapai
sasaran proyek. Tujuan akhir manajemen risiko adalah memilih pengukuran
peringanan risiko, pemindahan risiko dan pemulihan risiko untuk
mengoptimalkan kinerja organisasi. Dan menurut Darmawi (2014) manajemen
risiko dilaksanakan untuk mengurangi, menghindari, mengakomodasi suatu
risiko mela1lui sejumlah kegiatan yang berurutan yaitu :

1. Identifikasi risiko, mengetahui adanya risiko, sifat risiko yang dihadapi dan
dampaknya.Identifikasi risiko merupakan proses penganalisisan untuk
menemukan secara sistematis risiko yang mungkin timbul.

2. Pengukuran risiko, menganalisa atau mengukur risiko yang mungkin terjadi


untuk menentukan prioritas risiko mana yang harus diselesaikan terlebih
dahulu dan metode yang digunakan untuk menyelesaikan atau
menguranginya.

3. Pengendalian risiko, dengan cara menghindari risiko, mengendalikan


kerugian, memisahkan kegiatan yang berisiko dan kombinasi dari ketiga cara
diatas serta pemindahan risiko.

Manajemen risiko harus didefinisikan dalam suatu rangkaian kegiatan


yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan
(planning), identifikasi (identification), penilaian (assesment), analisa
(analysis), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) terhadap
risiko. Flanagan dan Norman (1993)

17
Bagan 3.1 Proses Manajemen Risiko

Identifikasi Risiko

Klasifikasi Risiko

Analisis Risiko

Menyikapi Risiko

Tanggapan Terhadap
Risiko

Kerangka Umum Manajemen Risiko


Sumber : (Flanagan dan Norman, 1993)

Tujuan manajemen risiko diantaranya sebagai berikut:


a. Mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya risiko yang telah
teridentifikasi, dari sering terjadi hingga tidak terjadi. Di sini
artinya adalah mengatasi penyebab dari risiko yang bersangkutan
(Asiyanto. 2009).
b. Mengurangi besar dampak yang mungkin ditimbulkan dari risiko yang
telah teridentifikasi, dari kondisi fatal sampai pada kondisi tidak
berarti (Asiyanto. 2009).

Manajemen risiko terdiri dari empat tahapan proses, yaitu sebagai


berikut:
1. Identifikasi Risiko
Tahapan proses manajemen risiko ada empat, yaitu: identifikasi,
analisis, respons, dan dokumentasi (monitoring and controlling). Jadi

18
langkah awal dari proses manajemen risiko adalah melakukan
identifikasi terhadap risiko-risiko yang mungkin terjadi (Asiyanto.
2009).
Berikut ini adalah identifikasi risiko melalui pendekatan dampak
terhadap triple constraint dan keselamatan kerja.
a. Dampak terhadap biaya
Dampak ini berupa pembengkakan biaya pelaksanaan terhadap
anggarannya. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak
melebihi anggaran.
b. Dampak terhadap mutu
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang
membuatnya memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai
(customers). Produk dalam hal ini adalah hasil kegiatan proyek
yang harus memenuhi spesifikasi dan criteria Universitas yang
dipersyaratkan.Dampak ini berupa penyimpangan mutu pekerjaan
terhadap persyaratan yang ada (risiko ini sudah diatur dalam sistem
mutu ISO 9001: 2000).
c. Dampak terhadap waktu
Dampak ini berupa keterlambatan penyelesaian pekerjaan, baik
parsial maupun secara keseluruhan (project delay). Proyek harus
dikerjakan dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan
d. Dampak terhadap kecelakaan kerja
Dampak ini sudah diatur pada OHSAS 18001.

Sumber informasi, teknik, dan alat yang dapat digunakan dalam


mengidentifikasi risiko diantaranya sebagai berikut (Subiyanto,
Eddy.2010):
a. Rekaman tercatat
b. Praktik, pengalaman industry, dan pengalaman lain yang relevan
c. Bahan bacaan yang relevan

19
d. Hasil uji pemasaran
e. Hasil percobaan dan prototype
f. Wawancara terstruktur dengan pakar di area yang terkait
g. Penggunaan kelompok pakar multi disiplin
h. Evaluasi individual dengan menggunakan kuisioner
i. Penggunaan pemodelan komputer dan pemodelan lainnya
j. Diagram sebab akibat dan diagram arus
k. Daftar periksa
l. Pertimbangan berdasarkan pengalaman dan rekaman tercatat
m. Brainstorming
n. Analisis sistem, dan lain-lain

Setelah mengidentifikasi risiko, kemudian disusul dengan


mencari kemungkinan peristiwa yang menyebabkan dampak terhadap
sasaran tersebut.
Beberapa penyebab risiko diantaranya sebagai berikut:
Risiko dikategorikan secara struktural untuk memastikan
terbentuknya identifikasi risiko yang sistematis.Pengkategorian risiko
ini dalam bentuk RBS (Risk Breakdown Sructure).RBS adalah
pengaturan secara hierarki yang menggambarkan identifikasi penyebab
risiko ke dalam suatu kategori dan subkategori.Contoh RBS
ditunjukkan pada gambar berikut.

20
Gambar 3.1 Contoh Risk Breakdown Structure
Sumber: PMBOK (2008)

2. Analisis Risiko
Semua identifikasi risiko yang telah dicari penyebabnya, perlu
dicari tingkatannya untuk prioritas penanganannya. Kelompok
tingkatan risiko dibagi menjadi empat, yaitu: high (H), significant (S),
medium (M), dan low (L) (Asiyanto2009).
Penetapan tingkatan risiko (risk level), ditentukan berdasarkan dua
kriteria, yaitu sebagai berikut:
a. Frekuensi kejadian (probability)
b. Dampak dari kejadian (impact/severity)
Setelah analisis risiko dilakukan, berikutnya adalah
memutuskan prioritas atas risiko-risiko tersebut dalam pemberian
tanggapan dan perlakuan (Subiyanto, Eddy. 2010)
3. Respons Risiko
a. Dihindari (avoid)

21
Salah satu cara menghindari risiko adalah dengan
menghindari harta, orang, atau kegiatan dari suatu keterbukaan
(exposure) terhadap risiko dengan jalan menolak memiliki,
menerima, atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk
sementara dan menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima,
atau segera menghentikan kegiatan ketika diketahui mengandung
risiko(Darmawi, Herman.2005)
b. Dialihkan (transfer)
Pemindahan penanganan risiko yang sifatnya negatif
kepada pihak ketiga.Pemindahan tanggung jawab ini merupakan
cara yang paling efektif jika mempertimbangkan biaya. Kontrak
dapat dijadikan alat pembantu dalam pemindahan tanggung jawab
PMBOK (2008).
Respon mengalihkan risiko pada dasarnya adalah
memanfaatkan potensi dari luar perusahaan untuk dapat membantu
perusahaan dalam menangani risiko yang telah teridentifikasi.Pihak
ketiga tersebut diantaranya subkontraktor dan perusahaan
asuransi(Asiyanto2009).
c. Dikurangi (mitigate)
Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengurangi
kemungkinan dan mengurangi akibat (Subiyanto, Eddy. 2010).
Kebijakan ini diambil bila diyakini risiko yang diperkirakan dapat
dikendalikan sendiri.Cara ini sebenarnya paling baik sepanjang
masih dalam batas kemampuan untuk mengendalikan risiko yang
bersangkutan. Karena dengan cara-cara seperti ini, perusahaan akan
terlatih menghadapi risiko sendiri, sehingga kemampuan perusahaan
menjadi meningkat dalam mengendalikan suatu risiko.
Namun demikian disarankan bila respons ini yang akan
diambil, maka seluruh prosedur manajemen risiko harus dijalankan
sepenuhnya, termasuk monitoring dan control. Semakin banyak
risiko yang direspons dengan cara ini, menunjukkan bahwa

22
perusahaan memiliki kelebihan dalam menangani risiko. Ini berarti
perusahaan tersebut dapat dinilai memiliki daya saing yang
baik(Asiyanto2009).
d. Diterima (accept)
Kebijakan ini biasanya diambil bila dampak dari risiko
tersebut kecil, walaupun probabilitynya besar, yaitu dengan cara
memasukkan biaya akibat risiko tersebut ke dalam budget. Artinya
bila risiko tersebut terjadi, tidak akan menimbulkan masalah karena
dampak biayanya sudah dicadangkan. Namun demikian respons
seperti ini menjadi tidak tepat bila ternyata ada dampak lain selain
biaya yang cukup berpengaruh terhadap citra perusahaan. Cara ini
banyak ditempuh oleh perusahaan yang belum memiliki sistem
manajemen risiko, yaitu menangani risiko dengan menyediakan
biaya risiko. Bagi perusahaan yang memiliki sistem manajemen
risiko, respons ini jarang dilakukan, kecuali bila sangat
terpaksa(Asiyanto2009).

3.2. Risiko Yang Mungkin Terjadi Pada Proyek Konstruksi

Risiko yang mungkin terjadi (Galuh Rizma.2011)


a. Masalah dalam penyediaan sumberdaya
b. Kondisi owner yang kurang mendukung
c. Kondisi perusahan /cabang yang kurang baik
d. Kondisi keuangan proyek yang buruk
e. Kondisi waktu pelaksanaan proyek yang buruk
f. Kondisi SDM proyek yang kurang baik
g. Kecurangan; kelalaian; ketidakjujuran
h. Kerusakan alat; properti; fisik proyek
i. Tidak dipenuhinya spesifikasi teknis
j. Hal-hal teknis proyek yang mengalami perubahan dari owner
k. Masalah teknologi/metode konstruksi

23
l. Masalah kondisi fisik aktual yang ditemui di lapangan
m. Keterlambatan dari jadwal
n. Kualitas pekerjaan yang buruk
o. Perubahan Jadwal Pelaksanaan
p. Masalah pada koordinasi pelaksanaan
q. Pemogokan tenaga kerja
S. Kualitas material yang buruk

3.3 Penyebab/agen risiko


a. Lemahnya Manajemen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada, jika tidak diseleksi dengan baik, apalagi kalau
perusahaan tidak memiliki sistem seleksi, maka dalam kegiatan pelaksanaan
dapat memicu munculnya personel yang tidak mendukung pelaksanaan
proyek secara maksimal (Iriani, Nani. 2008).
b. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Alat
Sumber daya alat yang ada di proyek bisa saja memiliki produktivitas
rendah sehingga tidak mampu bersaing. Produktivitas rendah tersebut bisa
saja disebabkan oleh usia alat yang sudah tidak layak. Bahkan
menimbulkan kerugian karena depresiasinya saja tidak dapat dikembalikan
yang diakibatkan alat yang bersangkutan tidak memberikan kontribusi
manfaat yang semestinya(Iriani, Nani. 2008).
c. Lemahnya Manajemen Sumber Daya Material
Material bahan bangunan tentunya mudah didapatkan, karena kontraktor
biasanya sudah mempunyai rekanan penyedia material. Tetapi masalah yang
terkait dengan material bisa saja muncul, seperti masalah pengaturan
material berupa mobilisasi, penempatan, dan pembayaran(Iriani, Nani.
2008).
d. Metode Pelaksanaan Konstruksi yang Kurang Tepat
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
konstruksi.Sehingga, target waktu, biaya, dan mutu sebagaimana

24
diterapkan, dapat tercapai. Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain
terkait erat dengan kondisi lapangan di mana suatu proyek konstruksi
dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan (Iriani, Nani.
2008).
e. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan berupa cuaca akan mempengaruhi
risiko peningkatan biaya proyek, misalnya: salju, cuaca dingin, dan banjir.
Cuaca mempengaruhi produktivitas kerja baik secara langsung maupun
tidak langsung (Puro, Sarjono. 2006)

3.4 Contoh Risiko yang Terjadi Pada Konstruksi bagian bawah dan solusinya

3.4.1 Sistem Pengendalian Biaya dan Waktu yang Lemah Menyebabkan


Keterlambatan dan Penambahan Biaya
Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen
proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan
mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan(Soeharto,
Iman.1995).Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan
dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu
pelaksanaan pekerjaan.
Pengendalian waktu dan biaya perlu dilakukan secara terpadu
atau terintergrasi (Sudarsana, Dewa Ketut.2008).Pada penelitian ini,
risiko ini dominan pada tahapan pekerjaan penyelidikan tanah lanjutan
dan pekerjaan pondasi.Jadi faktor risiko ini bisa berbeda levelnya untuk
setiap tahapan pekerjaan struktur bawah.Misalnya apabila kompleksitas
dan kondisi cuaca dari pelaksanaan suatu proyek berbeda-beda.Semakin
kompleks proyek dan buruknya cuaca, sistem pengendalian biaya dan
waktu yang dilakukan harus semakin cermat. Kurangnya kompetensi
sumber daya manusia dalam mengendalikan biaya dan waktu (misalnya
kurang pengalaman dalam menangani proyek yang sangat kompleks)

25
dapat menyebabkan level risiko ini menjadi tinggi. risiko ini umumnya
dominan pada pekerjaan dewatering dan pekerjaan galian.
Karena kedua pekerjaan ini merupakan tahapan pekerjaan yang
paling kritis dari pekerjaan struktur bawah. Jadi pada tahapan pekerjaan
lain,pengaruhnya tidak terlalu signifikan. Contoh Faktor risiko ini
terjadi pada Proyek Gedung Parkir Kejaksaan Agung yang terdiri dari
11 lantai.Pada Proyek Gedung Parkir Kejaksaan Agung,keterlambatan
terjadi karena proses perizinan yang kompleks, dan cuaca yang kurang
mendukung. Seiring dengan terjadinya keterlambatan, maka terjadi pula
penambahan biaya akibat adanya percepatan.Ini tidak membuat
perusahaan rugi,namun terjadinya pengurangan profit yang diperoleh di
proyek tersebut karena biaya percepatan diambil dari profit
proyek.Tetapi jumlah biayanya tidak terlalu signifikan
Solusi dari masalah tersebut adalah adalah dengan menyerahkan
pekerjaan-pekerjaan spesialis (misalnya pekerjaan penyelidikan tanah,
pekerjaan dewatering) kepada subkontraktor spesialis. Lalu system
pengendalian dibuat yang sederhana tetapi cukup up to date agar
pengerjaan lebih efektif dan efisien

3.4.2 Inflasi atau Kenaikan Harga yang Melebihi Estimasi Awal


Inflasi akan mempengaruhi harga satuan pelaksanaan sehingga
mempengaruhi biaya total proyek. Inflasi terhadap biaya akhir proyek
berbeda pada setiap negara dan berbeda pada durasi dan waktu
pelaksanaan proyek. Semakin lama masa pelaksanaan proyek, maka
akan mendapat pengaruh yang lebih besar atas faktor ekonomi.
Pada Negara dimana kondisi ekonominya tidak stabil sehingga
menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi, maka kontraktor harus
memperhatikan masalah ini dan mempertimbangkannya dalam estimasi
awal saat tender (Suanda, Budi.2011).Setiap daerah di Indonesia
memiliki inflasi sekitar 8 10% setiap tahunnya.Hal ini berpengaruh
terhadap fluktuasi pada biaya pekerja dan material selama periode

26
pelaksanaan konstruksi sehingga penting untuk diperhitungkan apabila
sewaktu-waktu harga material naik pada saat pelaksanaan proyek
sedang berjalan.
Risiko inflasi akibat kondisi makro ekonomi atau kenaikan harga
BBM dapat berdampak hingga 50% profit bahkan bisa lebih jika target
profit kecil.Pada penelitian ini, risiko ini dominan pada tahapan
pekerjaan dinding penahan tanah, dan pekerjaan basement.Jadi factor
risiko ini bisa berbeda levelnya pada setiap tahapan pekerjaan struktur
bawah.
Misalnya apabila proses pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan
dilaksanakan pada saat kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil,
maka level risiko ini dapat menjadi tinggi risiko ini umumnya juga
dominan pada seluruh pekerjaan yang banyak menggunakan material.
Solusi dari masalah tersebut adalah dengan membuat perkiraan
kenaikan harga bahan baku dengan menyediakan contingency cost dan
dimasukkan ke dalam harga penawaran.Lalu dapat pula direspon dengan
membuat kontrak dengan subkon/supplier dengan sistem kontrak
payung (kontrak harga yang mengikat dalam kurun waktu yang telah
disepakati), khususnya untuk material yang dominan.
Selain itu dapat pula direspon dengan menegosiasikan pasal
ekskalasi harga dalam kontrak dengan owner.Tetapi pada umumnya
proyek geduk tidak menyebutkan tentang klasul ekskalasi ini di dalam
kontraknya kecuali waktu pelaksanaan proyeknya tidak sampai satu
tahun

3.4.3 Pekerjaan Lain yang Mendahului (Masih dalam Scope Kontraktor


Utama),Terlambat
Terlambatnya penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang mendahului
menyebabkan terjadinya peningkatan biaya yang harus dikeluarkan oleh
kontraktor terkait dengan fixed cost (Iriani, Nani.(2008).Agar dalam
pelaksanaan, pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan

27
sebelumnya, maka perlu ditentukan urutan waktu penyelesaian tiap
kegiatan.
Ketidak tepatan dan keterlambatan waktu ini akan mengakibatkan
penambahan waktu dan biaya.Usaha untuk mengantisipasi terjadinya
keterlambatan penyelesaian kegiatan perusahaan dapat menggunakan
analisa network. Dengan analisa network dapat digambarkan jaringan
kerja atau urutan kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan
tertentu dan dibatasi oleh waktu (Handoko, T. Hani.1995). Dengan
demikian penyimpangan maupun kesalahan yang muncul serta kegiatan
yang tidak sesuai dengan rencana dapat dilihat sedini mungkin,
sehingga dapat mengurangi resiko yang dapat merugikan perusahaan.
Analisis network juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi
dalam laporan kemajuan produksi dan waktu penyelesaian
produksi.Dengan demikian dapat diketahui apakah kegiatan tersebut
mengalami keterlambatan atau mendahului rencana yang telah
ditentukan.
Sehingga perusahaan dapat mengetahui jangka waktu efektif
untuk menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.Pada risiko ini dominan pada
tahapan pekerjaan dinding penahan tanah.Jadi faktor risiko ini bisa
berbeda levelnya pada setiap tahapan pekerjaan struktur
bawah.Misalnya apabila kompleksitas dan cuaca pada saat pelaksanaan
suatu tahapan pekerjaan yang mendahului berbeda-beda. Semakin
kompleks dan buruknya cuaca pada saat pelaksanaan tahapan pekerjaan
yang mendahului, maka level risiko ini dapat menjadi tinggi. risiko ini
penyebabnya antara lain tidak cukup tersedianya subkontraktor yang
spesialis, dan adanya perubahan desain yang mendadak saat
pelaksanaan.Namun risiko ini umumnya dominan pada seluruh tahapan
pekerjaan.
Rekomendasi untuk risiko ini diantaranya adalah dengan
memonitor dan mengkaji ulang jadwal sumber daya secara periodik,
khususnya pada lintasan kritis.Jadwal sumber daya ini meliputi jadwal

28
pengiriman, jadwalpemakaian, dan jadwal penyimpanan.Jika risiko
terjadi, maka dilakukan project crashing (penambahan sumber
daya).Selain project crashing, dapat pula denganmelakukan fast tracking
(penambahan sequence dan metode).Selain itu, perlu disiapkan
contingency time.

3.4.4 Kualitas Material yang tidak Sesuai Spesifikasi


Suatu pekerjaan dapat dikatakan berkualitas baik apabila hasil
pekerjaan tersebut dapat memberikan perilaku struktur yang sesuai
dengan perencanaan atau desain struktur.Artinya hasil pekerjaan ini
harus sesuai dengan persyaratan yang ada dalam spesifikasi
teknis.Secara sederhana, pekerjaan struktur harus sesuai gambar.Lalu
material dan pelaksanaannya harus sesuai dengan spesifikasi teknis
yang telah ada.
Penilaian pekerjaan struktur beton bertulang haruslah dimulai
dari material yang digunakan, cara pelaksanaan, dan hasil
pekerjaannya.Material utama yang harus diperhatikan adalah beton dan
besi tulangan.Sedangkan bekisting akan berperan dalam proses
pekerjaannya.
Maksudnya bekisting akan menentukan kualitas hasil namun
bukan merupakan material penyusun beton bertulang. Bekisting yang
baik akan membuat beton tidak keropos dan tidak ngeplin sehingga
dimensi beton tetap terjaga.Kualitas beton sebagai material utama
pekerjaan ini pada dasarnya dinilai dari mutu kuat tekannya.Diterima
atau tidak mutu hasil pekerjaan ini sangat ditentukan pada evaluasi hasil
tes.Cara evaluasi hasil tes beton ini dapat menggunakan peraturan yang
ada sesuai SNI 2002 maupun ACI 318-02.
Kemudian untuk besi tulangan haruslah dicek mutu kemampuan
tarik dan dimensi tampangnya.Walaupun diproduksi oleh pabrik, mutu
dan dimensi tampang / diameter besi tulangan terdapat variasi.Biasanya
variasi tersebut ada batasan range-nya.

29
Dalam spesifikasi hal tersebut biasanya disebutkan.Jadi material
besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis.Frekuensi
pengujian material ini pun harus sesuai dengan ketentuan Semakin
banyak material maka frekuensi tes pun akan semakin banyak (Suanda,
Budi.2011) risiko ini dominan pada tahapan pekerjaan pondasi.Jadi
faktor risiko ini bisa berbeda levelnya pada setiap tahapan pekerjaan
struktur bawah.Misalnya apabila kondisi pelaksanaan proyek berbeda.
Jika kondisi tenaga kerja kontraktor utama kurang kompeten dalam
mengadakan inspeksi dan supplier juga kurang kompeten, maka level
risiko ini dapat menjadi tinggi.
Namun risiko ini umumnya juga dominan pada seluruh pekerjaan
yang banyak menggunakan material.Faktor risiko ini terjadi pada
Proyek Gedung Kemanggisan Residence.Terjadi kesalahan pengiriman,
yaitu mutu readymix.Jadi mutu yang diminta adalah K350.Sedangkan
yang dikirim adalah K400.
Solusi dari masalah tersebut adalah dengan menyerahkan
perencanaan kualitas kepada orang yang memiliki keahlian yang
relevan,dan membuat spesifikasi yang jelas.Kemudian, pelakukan
inspeksi sebelum dan saat material datang.Jadi petugas yang melakukan
inspeksi material harus kompeten dalam memahami spesifikasi.Selain
itu, jika risiko terjadi, maka perlu dilakukan pengembalian material
yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut.

3.4.5 Gagalnya Hasil Fabrikasi Material


Fabrikasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu proses pembuatan komponen-komponen struktur
baja dari bahan profil baja dan atau pelat baja. Proses fabrikasi meliputi
proses pembuatan gambar fabrikasi, pengadaan bahan yaitu bahan baku,
material penunjang dan peralatan, pengukuran dan penandaan,
pemotongan, pembuatan lubang, perakitan, penyambungan dengan las,
pembersihan permukaan baja, dan pemasangan di lapangan.

30
Gagalnya hasil fabrikasi material baja ini akan menyebabkan
terjadinya pekerjaan perbaikan atau bahkan tidak bias diperbaiki dan
harus dibuang. Kedua hal ini sudah pasti merugikan dari segi biaya.
Kerugian yang lain adalah jadwal yang telah direncanakan tidak dapat
dipenuhi dan harus dilakukan penjadwalan kembali atau diambil
tindakan-tindakan untuk menjaga jadwal yang direncanakan dapat tetap
terpenuhi.Pada penelitian ini, risiko ini dominan pada tahapan pekerjaan
pondasi.
Jadi faktor risiko ini bisa berbeda levelnya pada setiap tahapan
pekerjaan struktur bawah.Misalnya apabila kompleksitas suatu tahapan
pekerjaan berbeda.Semakin kompleks tahapan pekerjaan dimana
disertai dengan banyaknya penggunaan material hasil fabrikasi, maka
level risiko ini dapat menjadi tinggi.
Rekomendasi respon untuk risiko ini diantaranya adalah dengan
menyerahkan metode fabrikasi dan perencanaan kualitas kepada orang
yang memiliki keahlian yang relevan, dan mendiskusikan metode
fabrikasi.Selain itu, jika risiko terjadi, maka perlu dilakukan fabrikasi
ulang

3.4.6 Rangkaian Pekerjaan (Sequencing) tidak Dapat Dilaksanakan di


Lapangan
Estimasi biaya sangat tergantung pada kejelasan rangkaian
pekerjaan.Hal ini karena perhitungan estimasi didasarkan pada cakupan
lingkup proyek. Rangkaian pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan di
lapangan menjadi penyebab utama kesalahan estimasi biaya yang juga
berimplikasi kepada perubahan rangkaian pekerjaan yang kemudian
berdampak pada peningkatan biaya bagi owner dan kontraktor ( Suanda,
Budi.(2011).Pada penelitian ini, risiko ini dominan pada tahapan
pekerjaan pondasi.Jadi faktor risiko ini bisa berbeda levelnya pada
setiap tahapan pekerjaan struktur bawah.

31
Misalnya ternyata kondisi lapangan (tanah dan lingkungan)
terlalu labil, sehingga tidak memungkinkan diterapkannya rangkaian
pekerjaan yang telah direncanakan, maka level risiko ini dapat menjadi
tinggi. sequence hard disesuaikan dengan lokasi dan kondisi
proyek.Namun, risiko ini juga umumnya dominan terhadap keseluruhan
tahapan pekerjaan karena semua kegiatan terkait.
Faktor risiko ini terjadi pada Proyek Gedung Parkir Kejaksaan
Agung yang terdiri dari 11 lantai.Berdasarkan hasil wawancara dengan
SEM proyek tersebut, SEM tersebut berpendapat bahwa umumnya
kalau pekerjaan struktur tahapannya sudah jelas.Namun sebenanrnya
tergantung pada sistem pondasi yang dipilih.Jika menggunakan pondasi
tiang pancang, maka perlu dilakukan pekerjaan galian terlebih
dahulu.Jika menggunakan pondasi tiang bor, maka yang pertama
dilakukan adalah pengeboran tiang dahulu baru dilakukan pekerjaan
galian.
Tetapi bila lahannya luas, bisa dilakukan pekerjaan galian dahulu
karena manuver alat bisa dilakukan. Namun pengaruh cuaca juga bisa
membuat sequence jadi tidak dapat dilaksanakan. Di Proyek Gedung
Parkir Kejaksaan Agung ini juga seperti itu.Meskipun luas lahannya,
namun karena hujan, yang tadinya mau dilakukan pekerjaan galian
terlebih dahulu, tidak jadi, karena sulitnya membuang lumpur.
Solusi dari masalah tersebut adalah sequencing harus dibuat atau
dicek oleh tenaga yang sudah berpengalaman.Selain itu, jika risiko
terjadi, maka perlu dilakukan penyusunan ulang sequence.

3.4.7 Subkontraktor kurang Berkualitas


Pada umumnya pemilik proyek dalam membangun tidak
mengerjakan sendiri proyeknya, tetapi menyerahkan kepada kontraktor
utama yang ahli dan berpengalaman serta bertanggung jawab mulai dari
tahap awal hingga selesainya pekerjaan ( Clough, Richard. 1994).

32
Saat ini perkembangan dalam proses pelaksanaan konstruksi telah
mendorong kontraktor utama yang mendapatkan kontrak (pekerjaan)
selanjutnya memecah pekerjaan tersebut dan membagi (menyerahkan)
kepada subkontraktor.Bahkan adakalanya kontraktor utama tidak lagi
mengerjakan sendiri pekerjaannya tetapi menyerahkan semua kepada
subkontraktor (Stikes, Mc. Neil. 1997).
Kontraktor biasanya menyerahkan sebagian dari pekerjaan
kepada subkontraktor dengan alasan agar lebih efisien dan
meminimalisir kemungkinanterjadinya risiko (risk allocation) terhadap
pekerjaan tersebut (Soeharto, Iman.1995). Salah satu bagian terpenting
dari tanggung jawab kontraktor utama dalam pelaksanaan proyek adalah
mengkoordinir dan melakukan supervisi terhadap pekerjaan
subkontraktor karena kontraktor utama yang bertanggung jawab penuh
kepada owner atas keseluruhan proyek termasuk kinerja subkontraktor.
(Neil, James M. (1982).
Pada penelitian ini, risiko ini dominan pada tahapan pekerjaan
galian dan pekerjaan basement.Jadi faktor risiko ini bisa berbeda
levelnya pada setiap tahapan pekerjaan struktur bawah.Misalnya apabila
kondisi pelaksanaan proyek berbeda.Jika kondisi tenaga kerja
kontraktor utama kurang kompeten dalam melakukan pengadaan
subkontraktor dan menginspeksi subkontraktor, maka level risiko ini
dapat menjadi tinggi, risiko ini dominan pada seluruh pekerjaan yang
diserahkan kepada subkontraktor Umumnya pekerjaan tersebut adalah
pekerjaan dewatering, pekerjaan galian, dan pekerjaan pondasi.
Faktor risiko ini jarang terjadi namun bila terjadi, pengaruhnya
besar.Jarang terjadi karena subkontraktor yang dipilih tentunya
subkontraktor yang sudah spesialis.Kontraktor utama tentunya sudah
ada databasenya.Dari segi teknis dan performa, tidak ada masalah
sebenarnya.Namun biasanya masalah terjadi dari segi ketidaktersediaan
alat karena banyaknya proyek yang ditangani oleh subkontraktor
tersebut.

33
Hal ini bisa terjadi bila ada salah satu alat yang rusak dan
subkontraktor tidak memiliki cadangan dalam jumlah yang
memadai.Hal ini bisa juga karena adanya salah satu proyek yang ingin
melakukan percepatan padahal alat yang dimiliki subkontraktor
terbatas.Mau tak mau kontraktor utama harus menekan subkontraktor
untuk menyelesaikan pekerjaan hingga deadline yang ditentukan.Kalau
tidak, subkontraktor harus membayar denda.
Solusi dari masalah tersebut adalah saat proses
pengadaan,subkontraktor harus diseleksi secara akurat berdasarkan
kemampuan finansial,material, dan histori performancenya.Lalu,
pekerjaan diberikan secara bertahap (dari segi kuantitasnya).Kemudian,
adakan aktivitas komunikasi dan koordinasi untuk masalah-masalah
krusial secara periodik.Selain itu, meminta subkontraktor agar
menempatkan wakilnya yang dapat mengambil keputusan

34
BAB IV
PENUTUP

4.1Kesimpulan

A. Definisi Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi

B. Risiko Yang Mungkin Terjadi Pada Proyek Konstruksi


Ada berbagai macam risiko yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi,
diantaranya adalah masalah dalam penyediaan sumberdaya,kondisi owner,kondisi
keuangan,kondisi waktum,serta kelalaian pekerja.

C. Penyebab/agen risiko
Ada berbagai macam penyebab risiko yang menyebabkan risiko terjadi dalam
poyek konstruksi diantaranya adalah sumberdaya,koordinasi yang kurang
baik,kurang matangnya manajemen proyek,waktu pelaksanaan yang kurang
memadai dll

D. Contoh Risiko Dalam Kontruksi


1. Sistem Pengendalian Biaya dan Waktu yang Lemah Menyebabkan
Keterlambatan dan Penambahan Biaya
2. Inflasi atau Kenaikan Harga yang Melebihi Estimasi Awal
3. Pekerjaan Lain yang Mendahului (Masih dalam Scope Kontraktor
Utama),Terlambat
4. Kualitas Material yang tidak Sesuai Spesifikasi
5. Gagalnya Hasil Fabrikasi Material
6. Rangkaian Pekerjaan (Sequencing) tidak Dapat Dilaksanakan di Lapangan

35
4.2 Saran
Manajemen risiko pada konstruksi sangat diperlukan,agar
risiko yang terjadi saat konstruksi bisa di hindari atau di perkecil
sehingga pengerjaan konstruksi lebih efektif dan efisien.

36
DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Iman. (1995). Manajemen proyek, dari konseptual sampai operasional.


Jakarta: Erlangga

Asiyanto. (2009).Manajemen risiko untuk kontraktor (pp. 45). Jakarta: Pradnya


paramita.

Suanda, Budi. (2011). Pentingnya memahami manajemen risiko proyek. May 20, 2011.
http://manajemenproyekindonesia.com

Project Management Institute. (2008). A guide to the project management body of


knowledge (PMBOK guide) (4thed.). Pennsylvania: Author.

Latief, Yusuf. (2001). Diktat kuliah perencanaan dan penjadwalan konstruksi.Depok:


Jurusan Sipil FTUI.

Subiyanto, Eddy. (2010). Slide kuliah manajemen risiko. Depok: Universitas Indonesia.

Iriani, Nani. (2008). Analisa risiko pekerjaan tanah dan pondasi pada proyek bangunan
gedung di jabodetabek, skripsi teknik sipil.Depok: Universitas Indonesia.

Sudarsana, Dewa Ketut.(2008). Pengendalian biaya dan jadual terpadu pada proyek
konstruksi.Paper presented on Jurnal Ilmiah Teknik Sipil

Neil, James M. (1982).Construction cost estimating for project control.New Jersey:


Prentice Hall.

Stikes, Mc. Neil. (1997). Construction law in contractor language: an engineering


news record book. USA: McGraw Hill

Clough, Richard. (1994). Construction contracting (5thed.). USA: John Wiley and
Sons.

37

Anda mungkin juga menyukai