Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN


Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Dosen Pengampu Dr. H. M. NURSITO, SE., M.Si., Ak.,CA.,CIA.,BNI.

Disusun Oleh :

1. Muhammad Raihan Ar Rahim 1910631030112


2. Nadia Yulianti 1910631030114
3. Rara Citranuari Diti 1910631030128
4. Gita Amalia Putri 1910631030180
5. Yohannes Steven Roy 1910631030232

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Landasan Teori


1.1.1 Manajemen Risiko Proyek
1. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut (Hanafi, 2009:18), definisi manajemen risiko adalah suatu
pengelolaan risiko yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam
menghadapi masalah organisasi secara komprehensif.

Menurut (Smith, 1990:21), manajemen risiko di definisikan sebagai proses


identifikasi, pengukuran dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam
aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.

Menurut (Bramantyo, 2008:43), manajemen risiko adalah proses terstruktur


dan sitematis untuk identifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif
penanganan risiko, dan memonitor dan mengendalikan perlakuan risiko.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan
dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga atau tidak
diinginkan.

2. Pengertian Manajemen Risiko Proyek


Institute’s A Guide to the Project Management Body of Knowledege
(PMBOKTMGuide) mendefinisikan management risiko proyek sebagai bagian dari
manajemen proyek dengan empat komponen proses: identifikasi risiko, penaksiran
risiko, pengembangan respon terhadap risiko, dan pengendalian respon terhadap
risiko.
Meyer et.al (2002) mendefinisikan manajemen risiko proyek sebagai faktor
ketidakpastian, dapat bersifat positif atau negatif yang secara signifikan
mempengaruhi pencapaian kinerja proyek. Manajemen risiko adalah suatu praktek
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor tersebut untuk
menghindari atau mengurangi potensi pengaruh negatif. Dalam teori keputusan
dikatakan bahwa risiko akan membawa konsekuensi negatif atau positif terhadap
outcome, merefleksikan adanya variasi kemungkinan terjadinya outcome (Arrow
dalam Wallace et al., 2004). Risiko adalah peluang sebuah kejadian yang tidak
diharapkan akan terjadi dan memberi konsekuensi atas semua outcome yang mungkin
dihasilkan (Gray and Larson, 2003)
Barki et al. (2001) mendefinisikan manajemen resiko proyek sebagai sebuah
konstruk yang bersifat multidimensional diukur dengan perencanaan formal, integrasi
internal, dan partisipasi pengguna. Perencanaan formal didefiniskan sebagai kaitan
antara perencanaan, penjadwalan, dan anggaran yang menjamin efisisensi dan waktu
pelaksanaan proyek. Integrasi internal didefiniskan sebagai interaksi mutual antara
anggota pelaksana proyek. Partisipasi pengguna meliputi semua aktivitas yang
meningkatakan komunikasi dan pertukaran informasi dengan pengguna.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko
proyek adalah Proses sistematis untuk merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis,
dan merespon risiko proyek. Tujuannya untuk meningkatkan peluang dan dampak
peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan dampak peristiwa yang merugikan
proyek.

3. Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko Proyek


Menurut (Pyhr Cooper, et.al 1986: 264), manajemen risiko dapat
diformulasikan dari tujuan pokok pemanfaatannya sebagai berikut:
a. Manajemen risiko memberikan kriteria untuk membedakan kesuksesan dan
kegagalan sebuah investasi, yang membuat investor memberi perhatian pada
proses manajemen.
b. Karena laba dapat dinaikkan dengan mengurangi pengeluaran daripada menaikkan
pemasukan, manajemen risiko memungkinkan pengurangan dalam komponen
pembeayaan, misalnya kegagalan dalam pembaruan tingkat sewa yang berakibat
pada meningkatnya tingkat bunga.
c. Manajemen risiko dapat mempertahankan tingkat pemasukan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi pada laba dan arus kas.
d. Manajemen risiko yang semakin canggih dapat memprediksi kemungkinan
perubahan dalam tingkat sewa dan tingkat kosonghuni (vacancy rate), sehingga
kontinyuitas pemasukan dapat lebih terjamin.
e. Manajemen risiko mempertahankan tingkat kesadaran investor akan risiko
spekulatif dalam investasinya.
f. Sukses dari sebuah investasi akan semakin menyehatkan proses manajemen
perusahaan

4. Kategori Manajemen Risiko Proyek


Kategori manajemen risiko proyek (Al Bahar dan Crandall, 1990),
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kondisi yang diinginkan, yaitu
risiko yang diperhitungkan dari sudut pandang perusahaan developer properti.
Adapun kategori risiko tersebut dimodifikasi sehingga menjadi sebagai berikut:
a. Finansial dan Ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya fluktuasi
tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar, kenaikan upah pekerja, dan
lain sebagainya.
b. Politik dan Lingkungan. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya perubahan
dalam hukum dan peraturan, perubahan politik, perang, embargo, bencana alam,
dan lain sebagainya.
c. Konstruksi Yang termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja,
pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
BAB II
Identifikasi Masalah serta Rumusan

2.1 Identifikasi Masalah


2.1.1 Management Risk Perbankan Syariah
Menurut Nugroho (2012), manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi
dalam mengelola ketidak-pastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasiresiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Strategi yang
dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko
tertentu. Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang
dapat menimbulkan kerugian. Risiko yaitu suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola
semestinya. Risiko dalam bidang perbankan merupakan suatu kejadian potensial baik yang dapat
diperkirakan (anticipated) maupun tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak
negatif pada pendapatan maupun permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari
namun dapat dikelola dan dikendalikan (Aninomous, akses pada 01 November, 2015).
Resiko dapat dibedakan atas dua kelompok besar yaitu resiko yang sistematis
(systematicrisk), yaitu resiko yang diakibatkan oleh adanya kondisi atau situasi tertentu yang
bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan kebijakan ekonomi pemerintah,
perubahan situasi pasar, situasi krisis atau resesi, dan sebagainya yang berdampak pada kondisi
ekonomi secara umum ; dan resiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu resiko yang
unik, yang melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja (Nugroho: 2011).
Resiko yang akan dihadapi oleh bank adalah sebagai berikut. Resiko likuiditas pasar dimana
resiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan offsetting tertentu dengan harga karena
kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan dipasar. Resiko likuiditas
pendanaan dimana resiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan assetnya atau
memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Resiko yang timbul akibat adanya perubahan
variabel pasar, seperti: suku bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai
portofolio/asset yang dimiliki bank menurun. Resiko Kredit, dimana resiko yang timbul akibat
kegagalan (default) dari pihak lain (nasabah/debitur) dalam memenuhi kewajibannya. Resiko
Operasional timbul akibat kurangnya sistem informasi atau sistem pengawasan internal yang
akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Resiko Kepatuhan timbul sebagai akibat
tidak dipatuhinya atau tidak dilaksanakannya peraturanperaturan atau ketentuan-ketentuan yang
berlaku atau yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal.
Resiko hukum adalah terkait dengan resiko bank yang menanggung kerugian sebagai akibat
adanya tuntutan hukum, kelemahan dalam aspek legal atau yuridis. Kelemahan ini diakibatkan
antara lain oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat-syarat syahnya kontrak dan pengikatan agunan yang
tidak sempurna. Resiko Reputasi yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank. Resiko Strategik yang
timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaan strategi usaha bank yang tidak tepat,
pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan-perubahan eksternal (Rianto, 2010).
2.1.2 Asas Transaksi Bank Syariah
Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip sebagai berikut (Wasilah, 2013) : pertama,
Persaudaraan (ukhuwah) yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di
atas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal, saling memahami,
saling menolong, saling menjamin, saling bersinergi dan saling beraliansi.

Kedua, Keadilan yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai pada posisinya. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Mewujudkan
kemaslahatan manusia dalam Islam dikenal sebagai Maqashidus Syariah (tujuan syariah).

Ketiga, Keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan antara aspek material dan spiritual,
antara aspek privat dan publik, antara sektor keuangan dan rill, antara bisnis dan sosial, serta antara
aspek pemanfaatan serta pelestarian. Prinsip ini merupakan saling membantu sesama dalam
meningkatkan taraf hidup melalui mekanisme kerjasama ekonomi dan bisnis.
Keempat, Universalisme (Syumuliyah), yaitu esensinya dapat dilakukan oleh, dengan dan
untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan sesuai
dengan semangat rahmatan lil’alamin (sebagai rahmat bagi semesta alam).

2.2 Rumusan Penelitian


Dalam tujuan utama dari penerapan Manajemen Risiko pada bank adalah untuk mengetahui
dari waktu ke waktu profil risiko yang dihadapi oleh bank saat ini dan untuk proyeksi 12 bulan ke
depan dengan menggunakan metode pengukuran yang tepat guna dan dapat dipercaya sehingga
(Nugroho, 2011) Manajemen dapat mengambil tindakan mitigasi risiko yang efektif dan efisien
dalam rangka mencapai visi dan misi serta target - target bisnis dari bank tersebut (Adimarwan,
2004). Penerapan Manajemen Risiko pada Bank (BUS/UUS) paling kurang mencakup:
Pengawasan aktif Dekom, Direksi dan DPS, Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit
Manajemen Risiko (Khan & Ahmed:2001), Bank Wajib menetapkan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan Penerapan Manajemen Risiko,
(Tedy;2015) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko
serta sistem informasi Manajemen Risiko dan Sistem pengendalian intern menyeluruh.Fokus
kajian dalam penelitian ini adalah: [1]. Praktik penerapan dan pengelolan manajemen resiko (risk)
yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam industri perbankanbelum mengacu kepada Bank
for International Settelment (BIS). [2]. Praktik pengelolaan manajemen resiko (risk) yang
dilakukan oleh perbankan syariah telah mampu menurunkan resiko kerugian.[3]. Praktik
penerapan dan pengelolan manajemen resiko (risk) yang dilakukan oleh perbankan syariah dalam
industri perbankan sesuai dengan syariat Islam (prinsip/asas transaksi syariah).

Anda mungkin juga menyukai