1. KERZNER (1998)
Manajemen risiko adalah sebuah proses yang mengidentifikasi, mengukur,
mengembangkan, menyeleksi dan mengatur pilihan-pilihan untuk menangani risiko-
risiko tersebut (Kerzner, 1998).
2. HINSA SIAHAAN (2007)
Manajemen risiko adalah proses sistematik untuk mengelola risiko. Empat langkah dalam
proses manajemen risiko meliputi: (1) identify risk, (2) evaluate risk, (3) select risk
managemet techniques, dan (4) implement and review techniques. Integreted dan
enterprise risk management adalah pendekatan baru manajemen risiko yang menganggap
pentingnya semua bentuk risiko dikelola, terlepas risiko murni atau risiko spekulasi, yang
dapat memengaruhi kemampuan perusahaan mencapai tujuan strategisnya.
Untuk mempermudah dalam menangani risiko maka perlu di identifikasi terlebih dahulu menjadi
risiko dinamis dan risiko statis yang mempunyai karakteristik sendiri.
1. Risiko dinamis
Risiko dinamis kerap terjadi akibat perubahan situasi perekonomian, misalnya tingkat
harga, selera dan teknologi yang berkembang pesat. Risiko manajemen meninggalkan
macam risiko manajemen, risiko pasar dan risiko akibat inovasi.
a. Risiko manajemen
Risiko keuangan menyangkut kebijakan yang akan diambil, apakah pembiayaan akan di
lakukan dengan kredit jangka panjang atau jangka pendek dan atau menggunakan modal
sendiri atau meminjam/hutang.
b. Risiko pasar
Risiko pasar timbul dari ketidakpastian apakah produk dapat di jual dengan harga yang
cukup tinggi untuk menghasilkan laba yang wajar atas investasi perusahaan. Gambaran
pasar produk perusahaan selalu berubah. Selera konsumen yang berubah membuat
saingan mengubah strategi mereka.
c. Risiko akibat inovasi
Risiko inovasi terjadi bilamana perusahaan beritikad untuk melakukan perubahan
terhadap konsep produk, dalam bentuk, isi maupun metode baru dalam teknik
pembuatannya. Misalnya pengusaha memperkenalkan produk baru yang menurut
keyakinannya dibutuhkan konsumen, akan tetapi dalam kenyataannya produk tersebut
ternyata tidak laku di pasarkan.
2. Risiko statis
Risiko statis adalah risiko yang kerap kali terjadi dalam kondisi ekonomi statis dan tidak
berubah karena perkembangan zaman. Risiko statis dapat di bedakan menjadi risiko murni
dan risiko spekulatif.
1) Risiko murni (pure risk)
Risiko murni kemungkinan terjadinya suatu bersifat murni risiko dan biasanya sumber
risiko itu adalah dari alam. Misalnya kebakaran, ledakan, gempa bumi, dan
2) Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko untung rugi seperti yang terjadi dalam perjudian dan
perdagangan. Risiko spekulatif dapat menyebabkan terjadinya chance of loss dan chance
of gain, artinya risiko yang terjadi dapat menimbulkan kerugian atau keuntungan
c. Dalam menetapkan apakah perusahaan akan membeli peralatan yang mahal atau
gedung baru maka manajer finansial seharusnya mempertimbangkan risiko murni yang
tercipta karena tindakan itu.
3. Fungsi Manajemen Risiko dengan Bagian Marketing
Dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat yang akan
diperoleh, yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan,
sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-
ukuran dalam berbagai keputusan.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan
menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi finansial.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk manajemen concept) yang dirancang
secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara
sustuinable (berkelanjutan).
IDENTIFIKASI RISIKO
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam manajemen risiko. Salah satu
aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak
mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
a. Brainstorming
b. Survei
c. Wawancara
d. Informasi historis
e. Kelompok kerja, dll.
ANALISA RISIKO
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan
cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya
risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untukmenentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen
risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko
karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
PENGELOLAAN RISIKO
1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali.
Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan
yang dihasilkan oleh suatu risiko.
3. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi)
maupun hedging.
4. Risk deferral
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu
proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.
5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun
mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari
aktivitas.
PENANGANAN RISIKO
1. High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.
2. Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah dihindari. Dan
jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan contingency plan.
3. High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan
4. Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja
melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari
risiko tersebut.
5. Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency
plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap
dampak risiko tersebut.