Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN KE 5 :

MANAJEMEN RISIKO

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
5.1 Menjelaskan beberapa risiko yang dapat dan tidak dapat diasuransikan
5.2 Menjelaskan manajemen risiko yang formal dan terintegrasi
5.3 Menjelaskan pengembangan infrastruktur risiko
5.4 Menjelaskan pengembangan budaya sadar risiko
5.5 Menjelaskan contoh kasus manajemen risiko

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 5.1 :

Menjelaskan beberapa risiko yang dapat dan tidak dapat diasuransikan

RISIKO YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT


DIASURANSIKAN

Macam-macam risiko yang dapat diasuransikan menurut jenisnya antara


lain (Ferdinand Silalahi, 1997) sebagai berikut:
1) Risiko kehilangan daya penghasilan (Loss of earning) baik risiko perorangan
maupun risiko usaha.
Risiko perorangan antara lain:
 Kematian di waktu muda
 Kehilangan pekerjaan
 Sakit
 Usia lanjut
Risiko usaha, meliputi:
 Kehilangan keuntungan

56
 Gangguan usaha

2) Risiko kerusakan properti (Loss of property), meliputi risiko:


 Kerugian
 Pengangkutan
 Kendaraan bermotor
 Risiko kegagalan terhadap orang lain seperti hilangnya jaminan kredit, dan
tidak dapat mengembalikan kredit.
 Risiko tanggung jawab hukum terhadap masyarakat atau pihak ketiga
seperti produksi dan profesi.
Adapun karakteristik risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Risiko-risiko yang mungkin menimbulkan kerugian tersebut bersifat
homogen atau banyak mempunyai persamaan.
2) Kerugian-kerugian yang mungkin timbul tersebut terbatas serta dapat diukur
secara matematis.
3) Kerugian tersebut merupakan suatu kecelakaan, artinya: tidak dapat diduga
sebelumnya, datangnya dari luar, dan tidak disengaja.
4) Kerugian tersebut tidak menimbulkan malapetaka yang besar pada waktu
bersamaan.
Sedangkan macam-macam risiko yang tidak dapat diasuransikan adalah
risiko-risiko yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dari segi teknis asuransi,
(Ferdinand Silalahi, 1997) antara lain:
1) Risiko politik
Risiko ini merupakan tindakan pengambil-alihan oleh pemerintah atas aktiva
perusahaan sampai campur tangan dan pengawasan yang ketat oleh
pemerintah terhadap kegiatan usaha perusahaan-perusahaan asing di
negaranya. Adapun konsekuensi dari perubahan-perubahan kebijakan politik
yang diambil terhadap negara asing dapat merusak program perluasan industri
yang telah didesain dan direncanakan dengan baik. Tindakan pemerintah
tersebut bisa berupa:
 Penyitaan
 Pengambil-alihan

57
 Rasionalisasi
 Pengawasan devisa
 Larangan impor
 Pengawasan harga
2) Risiko sosial
Sumber utama risiko sosial adalam masyarakat, artinya tindakan orang-orang
yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita.
Beberapa contoh yang dapat menggambarkan sifat dan peranan sumber risiko
sosial adalah sebagai berikut:
 Di Amerika serikat terdapat lebih dari 77.780 pencurian mobil setiap tahun
 Dengan berkembangnya toko-toko swalayan di kota-kota besar, toko-toko
swalayan menghadapi risiko pengutilan atau penjarahan toko.
 Kerusuhan dimana para perusuh merampas isi toko dan merusak segala
harta benda.
 Pemogokan yang kadang-kadang menjurus kepada kekerasan yang dapat
menimbulkan kerusakan harta benda perusahaan.
3) Risiko pemasaran
Menurunnya pendapatan, susutnya market share, serta kurangnya distribusi
barang merupakan sebagian dari tanda-tanda kegagalan pemasaran.
Kegagalan pemasaran menjadi ancama besar bagi perusahaan dan jika terjadi
terus menerus maka perusahaan akan bangkrut. Kegagalan pemasaran dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor, yakni kebijakan pemerintah, siklus
kehidupan produk, persaingan, pemalsuan, performa produk yang lemah,
promosi yang kurang baik dan tepat, kesalahan dalam merek, kegagalan
dalam mengembangkan produk baru, kegagalan produksi, dan ketergantungan
pada segelintir pelanggan.
4) Risiko keuangan
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan utang dalam strktur
keuangan perusahaan, yang menyebabkan perusahaan harus menanggung
beban tetap secara periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi
kepastian besarnya imbalan bagi pemegang saham, karena perusahaan harus
membayar bunga sebelum memutuskan pembagian laba bagi pemegang

58
saham. Dengan demikian, risiko keuangan dapat menyebabkan variabilitas
laba bersih (net income) lebih besar.
5) Risiko produksi
Kegiatan produksi pada dasarnya adalah proses transformasi atau perubahan
input menjadi output. berikut ini risiko-risiko yang terdapat pada tahap
produksi adalah sebagai berikut:
a) Masalah dalam risiko produksi
Masalah dalam risiko produksi terdiri dari:
 Kualitas bahan yang rendah
 Tidak terjaminnya ketersediaan bahan
 Lemahnya tenaga kerja di bagian produksi
 Lemahnya mesin dan alat-alat produksi
 Lemahnya lokasi
 Lemahnya tata letak dan desain fasilitas
b) Meminimalkan risiko produksi
Upaya untuk menimimalkan risiko produksi atau operasi antara lain
dengan melakukan perencanaan dan pengendalian produksi yang baik,
mulai dari input, proses produksi, dan output produksi. Upaya-upaya
tersebut adalah sebagai berikut:
 Pemilihan lokasi usaha yang strategis
 Penyusunan tata letak yang tepat
 Desain fasilitas yang baik
 Manajemen mutu
 Perencanaan dan pengendalian persediaan lahan, barang dalam proses
dan produk jadi termasuk pergudangannya
 Pemilihan teknologi dan peralatan atau mesin yang tepat.
6) Risiko teknologi
Risiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang
digunakan tidak sesuai lagi dengan kondisi. Misalnya transaksi terhambat
karena teknologi perusahaan dengan teknologi klien tidak compatible. Atau
karena terjadinya perubahan kualitas dan spesifikasi bahan baku yang
menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak sesuai.

59
7) Risiko lain
Risiko lainnya yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian akan tetapi
dapat memberikan keuntungan.

Tujuan pembelajaran 5.2 :


Menjelaskan manajemen risiko yang formal dan terintegrasi

MANAJEMEN RISIKO YANG FORMAL DAN


TERINTEGRASI

Menurut Kasidi (2010) untuk memperoleh keefektifan yang tinggi dalam


mengelola risiko suatu usaha, perusahaan harus dapat membuat manajemen risiko
formal yang didukung oleh manajemen puncak. Manajemen risiko formal tersebut
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Infrastruktur keras, meliputi ruang kerja, struktur organisasi, komputer, model
statistik, dan sebagainya.
b) infrastruktur lunak, meliputi budaya hati-hati, bersikap responsif terhadap
risiko, menanamkan sifat kejujuran dalam bekerja, dan sebagainya.
c) Proses manajemen risiko meliputi identifikasi risiko, pengukuran risiko,
metode penanganan risiko, dan sebagainya.
Di samping pengelolaan risiko secara formal, risiko perlu dikelola secara
terintegrasi, artinya harus ada komunikasi secara kontinu antar unit untuk
memberikan laporan secara periodik, sehingga risiko sekecil apapun dapat segera
terdeteksi. berkut ini disajikan perbandingan antara paradigma manajemen risiko
lama dengan paradigma manajemen risiko yang baru (Kasidi, 2010), yakni
sebagai berikut:

Paradigma lama Paradigma baru


 Pengelolaan risiko dilakukan secara  Terintegrasi, manajemen risiko
terpisah oleh masing-masing dikordinasikan oleh manajer puncak
departemen atau fungsi. atau manajer risiko. Setiap orang
harus melihat manajemen risiko
sebagai bagian tak terpisahkan dari

60
pekerjaan yang dilakukan.
 Ad-hoc, manajemen risiko  Berkesinambungan, pengelolaan
dilakukan bila manajer merasa manajemen risiko harus dilakukan
perlu. secara terus menerus dengan
memonitor ke setiap unit.
 Fokus lebih sempit, terutama  Fokus lebih luas, semua risiko bisnis
difokuskan pada risiko ysng dapat dan kesempatan bisnis diperhatikan.
diasuransikan dan risiko keuangan.

Langkah-langkah untuk menjalankan manajemen risiko secara formal dan


terintegrasi, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi semua tindakan yang mungkin dapat menimbulkan risiko
2) Membuat peringkat berdasarkan prioritasnya. Misalnya berdasarkan tingkat
keparahan, frekuensi, dan cara penanganannya.
3) Menghitung probabilitas risiko dan dampaknya terhadap operasi perusahaan
secara kuantitatif berdasarkan metode-metode yang dapat dipakaikan, karena
tidak semua risiko dapat dikuantitatifkan.
4) Menggunakan ukuran yang secara umum sudah lazim digunakan untuk
mengukur risiko dan mudah dipahami oleh organisasi secara keseluruhan,
misalnya digunakan ukuran value at risk (VAR).
5) Memonitor semua kegiatan antarunit yang tidak konsisten dalam rangka
mencapai tujuan perusahaan dan sejauh mana diverifikasi risiko yang terjadi
sehingga dapat dirancang cara pengendaliannya.

Tujuan pembelajaran 5.3 :


Menjelaskan pengembangan infrastruktur risiko

MENGEMBANGKAN INFRASTRUKTUR RISIKO


Menurut Kasidi (2010) untuk melakukan pengelolaan risiko yang memadai
dibutuhkan infrastruktur yang mendukung kegiatan tersebut, dalam hal ini adalah
struktur organisasi. Setiap perusahaan menggunakan infrastruktur yang tidak
sama. Hal ini tergantung pada karakteristik usaha yang dilakukan, chase misalnya,
menggunakan komite risiko yang terdiri dari lima subkomite, yaitu risiko kredit,
risiko modal, risiko pasar, risiko operasi, dan risiko fidusia. Kelima subkomite

61
tersebut melaporkan pada komite eksekutif yang memberikan pandang strategis
dan integratif terhadap pengelolaan risiko perusahaan. Komite ini mempunyai
otoritas dan tanggung jawab berkaitan dengan manajemen risiko organisasi.
Melalui komite tersebut tugas-tugas manajemen risiko dapat dikembangkan dan
dievaluasi.

Tujuan pembelajaran 5.4 :


Menjelaskan pengembangan budaya sadar risiko

MENGEMBANGKAN BUDAYA SADAR RISIKO


Membangun budaya sadar risiko bagi setiap pegawai yang melakukan
aktivitas dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menciptakan suasana kerja yang kondusif dengan tetap waspada terhadap
kemungkinan risiko yang dihadapi setiap pegawai.
2) Menegaskan kepada semua pegawai tentang tujuan yang akan dicapai oleh
perusahaan dengan tetap mengutamakan kesejahteraan pegawai.
3) Menetapkan prinsip-prinsip dan tata kerja bagi setiap pegawai pada unitnya
masing-masing.
4) Mendorong komunikasi yang terbuka untuk memonitor dan mendikusikan
kemungkinan terjadinya risiko yang merugikan dan dampaknya terhadap
operasional perusahaan.
5) Mempelajari peristiwa-peristiwa lampau yang menimbulkan kerugian untuk
membangun sikap kehati-hatian dalam bekerja.
6) Memberikan pelatihan dan pengembangan yang berkaitan dengan
pengelolaan risiko usaha.
7) Melakukan evaluasi kinerja untuk mendapatkan umpan balik yang dapat
digunakan sebagai dasar pembenahan pada pola perilaku pegawai.

Tujuan Pembelajaran 5.5


Menjelaskan contoh kasus manajemen risiko

CONTOH KASUS MANAJEMEN RISIKO

1. Contoh Kasus I: Asuransi Jiwa

62
Ustad Jefri Al-Buchori semasa hidupnya adalah orang yang baik, bijaksana,
rendah hati, serta merupakan contoh seorang ustad kepada masyarakatnya
bagaimana menghadapi kehidupan ini dengan “KASIH”. Beliau tidak punya
rencana dan mengira akan meninggal dalam kecelakaan maut. Namun beliau
sudah siap dengan segala risiko yang mungki terjadi dalam kehidupan ini.
Beliau memiliki asuransi Prudential dengan menabung Rp 2 juta/bulan, beluai
dicover jiwa dengan total mencapai Rp 1,7 miliar. Sehingga sewaktu kejadian
naas itu menimpa beliau, maka asuransi jiwa Prudential membayar pihak
keluarga beliau sebesar Rp 1,7 miliar. Memang angka tersebut tidak sebanding
dengan nyawa sang ustad. Namun setidaknya bisa meringankan beban keluarga
yang ditinggalkan.
2. Contoh Kasus 2 : Perusahaan Life Insurance
PT. BNI Life Insurance (BNI Life) merupakan perusahaan asuransi yang
menyediakan berbagai produk asuransi seperti asuransi kehidupan (jiwa),
kesehatan, pendidikan, investasi, pensiun, dan syariah. Dalam
menyelenggarakan kegiatan usahanya, BNI Life telah memiliki izin usaha
dalam bidang asuransi jiwa berdasarkan surat dari menteri keuangan nomor
305/KMK.017/1997 tanggal 07 Juli 1997. Pendirian BNI Life sejalan dengan
kebutuhan perusahaan induknya, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
atau BNI, untuk menyediakan layanan dan jasa keuangan terpadu bagi semua
nasabahnya.
Saat ini BNI telah hadir melalui 4 saluran distribusi yaitu Agency, Banc
Assurance, Employee Benefits, dan Syariah. Agency dipasarkan melalui agen-
agen yang memasarkan produk individu sedangkan Banc Assurance dipasarkan
melalui jaringan BNI di seluruh Indonesia. Employee Benefits dikhususkan
bagi produk-produk asuransi kumpulan ke perusahaan-perusahaan. Sedangkan
Syariah memasarkan produk asuransi, baik individu maupun kumpulan-
kumpulan dengan prinsip syariah.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Carilah dua contoh kasus yang terkait dengan manajemen risiko perusahaan!

63
2. Dari ke tujuh contoh manajemen risiko yang tidak dapat diasuransikan, yakni
risiko politik, sosial, pemasaran, keuangan, produksi, dan lain sebagainya.
Berikan masing-masing satu contoh dari risiko sosial dan keuangan
berdasarkan pengalaman saudara sebagai mahasiswa!

D. DAFTAR PUSTAKA

Sunyoto, Danang dan Putri, Wika Harisa. 2017. Manajemen Risiko dan Asuransi:
Tinjauan Teoretis dan Implementasinya. Jakarta: Center for Academic
Publishing Service (CAPS)

64

Anda mungkin juga menyukai