Anda di halaman 1dari 44

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

RISIKO
I. PENTINGNYA MEMPELAJARI
MANAJEMEN RISIKO
• Sebagai anggota organisasi: dapat
mengetahui cara/metode yang tepat untuk
menghindari/mengurangi besarnya kerugian
sebagai akibat ketidakpastian terjadinya suatu
peristiwa yang merugikan
• Sebagai pribadi : Dapat menjadi manajer
risiko yang profesional dari perusahaan &
dapat lebih berhati-hati dalam mengatur
kehidupan pribadinya sehari-hari.
II. PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO
DAN MANAJER RISIKO
• Manajemen Risiko adalah Proses identifikasi,
pengukuran, dan evaluasi untuk menolak,
memitigasi, atau menerima risiko dalam
kesuksesan Goal perusahaan
ISO 31000
MANAJER RISIKO
•Arti Sempit : Manajer risiko hanya berhubungan
dengan risiko yang dapat diasuransikan saja dikenal
sebagai manajer asuransi
•Arti Menengah : Manajer Risiko merupakan seorang
manajer yang bertanggung jawab atas risiko-risiko
murni (pure risk) dan risiko-risiko spekulatif (speculatif
risk) tertentu, akan tetati tidak bertanggung jawab
secara menyeluruh atas kemungkinan kerugian karena
timbulnya risiko yang terjadi di dalam perusahaan
•Arti Luas : Manajer risiko bertanggung jawab atas hasil
dan kehidupan perusahaan  entrepreneur
PERBEDAAN RiSIKO & KETIDAKPASTIAN

R1SIKO KETIDAKPASTIAN

Ada data pendukung Tidak ada data


probabilitas kejadian pendukung
probabilitas kejadian
Subyek dan obyek Subyek dan obyek
jelas tidak jelas
Memiliki pengalaman Tidak memiliki
pengalaman
III. FUNGSI POKOK MANAJEMEN
RISIKO
Ada 3 Fungsi Pokok Manajemen Risiko (Soeisno Djojosoedarso,
2003)
1.Menemukan Kerugian Potensial  Berupaya menemukan atau
mengidentifikasi seluruh risiko murni yang dihadapi perusahaan
2.Mengevaluasi Kerugian Potensial  evaluasi dan penilaian
terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan
(frekuensi terjadinya kerugian dan besarnya kerugian)
3.Memilih teknik yang tepat untuk menanggulangi kerugian
(umumnya ada 4 cara ) : Mengurangi kesempatan terjadinya
kerugian, Meretensi (Mengendailkan), Mengasuransikan dan
Menghindari
IV. TUJUAN DAN TARGET MANAJEMEN
RISIKO
Tujuan pengimplementasian manajemen risiko
(Tony Pramana, 2011) :
1.Mengurangi pengeluaran
2.Mencegah perusahaan dari kegagalan
3.Menaikkan keuntungan perusahaan
4.Menekan biaya produksi
Target  mengurangi risiko yang berbeda-beda
yang dapat diterima oleh masyarakat
V. MANFAAT MANAJEMEN RISIKO
1. Mengurangi risiko
2. Peluang menjadi manajer risiko
3. Menjaga arus kas
4. Mengurangi financial distresskesulitan
yang serius untuk memenuhi kewajiban
perusahaan
5. Mengurangi penerbitan surat berharga
VI. PRINSIP MANAJEMEN RISIKO
Ada 11 prinsip manajemen risiko (Hery, 2015) :
1.Manajemen risiko melindungi dan menciptakan nilai
tambah
2.Manajemen risiko merupakan bagian yang terintegrasi
dalam proses organisasi
3.Manajemen risikomerupakan bagian dari proses
pengambilan keputusan
4.Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidak
pastian
5.Manajemen risiko diterapkan secara sistematis,
terstruktur dan tepat waktu
6. Manajemen risiko diterapkan berdasarkan informasi
terbaik yang ada
7. Manajemen risiko diterapkan sesuai dengan konteks
perusahaan
8. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor
manusia dan budaya
9. Manajemen risiko diterapkan secara transparan dan
inklusif
10. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang dan
tanggap terhadapperubahan
11. Manajemen risiko memfasilitasi terjadinya perbaikan
dan perkembangan perusahaan secara berkelanjutan
VII. TAHAPAN ANALISIS MANAJEMEN
RISIKO
Tahapan Manajemen Risiko :
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Pengelolaan risiko
4. Implementasi manajemen risiko
5. Monitoring
1. IDENTIFIKASI RISIKO
•Proses ini meliputi identifikasi resiko yang
mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
•Identifikasi resiko secara akurat dan komplet
sangatlah vital dalam manajemen resiko.
•Salah satu aspek penting dalam identifikasi
resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin
terjadi sebanyak mungkin.
•Teknik teknik yang dapat digunakan dalam
identifikasi resiko antara lain Brainstorming,
Survei, Wawancara, Informasi historis,
Kelompok kerja dll
2. ANALISIS RISIKO
•Setelah melakukan identifikasi resiko maka tahap
berikutnya adalah pengukuran resiko dengan cara
melihat potensial terjadinya seberapa besar
severity kerusakan & probabilitas terjdnya risiko.
•Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subyektif & berdasarkan nalar/
pengalaman. Beberapa risiko memang mudah
untuk diukur namun sangatlah sulit untuk
memastikan probabilitas suatu kejadian yang
sangat jarang terjadi.
•Sehingga pada tahap ini sangatlah penting untuk
menentukan dugaan yang terbaik agar nantinya
kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko
Tahapan Analisis Risiko(Ferdinand Silalahi,
1997) :
1.Berusaha mengetahui kemungkinan timbulnya
kerugian  menyelidiki fakta-fakta
2.Analisis hazard  Jika kerugian cukup besar,,
untuk menghapuskan, mengurangi dan
menjauhkan kegiatan yang menimbulkan hazard
(bahaya)
3.Memindahkan risiko
3. PENGELOLAAN RISIKO
Beberapa jenis cara mengelola resiko :
•Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang
mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya
maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian
yang dihasilkan oleh suatu aktivitas
•Risk reduction
Disebut juga risk mitigation yaitu mrpk metode yg mengurangi
kemungkinan terjadinya suatu risiko/pun mengurangi dampak kerusakan
yang dihasilkan oleh suatu risiko
•Risk transfer
Yaitu memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui
suatu kontrak asuransi maupun hedging
•Risk deferral
Dampak suatu resiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi
menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya
resiko tersebut kecil
•Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi
maupun mentransfernya namun beberapa resiko harus tetap diterima
sebagai bagian penting dari aktivitas
Garis besar matriks penanggulangan
risiko

No Frekuensi Kerugian Kegawatan Kerugian Penanggulangan

1 Rendah Rendah Retensi/ Pengendalian

2 Tinggi Rendah Retensi/asuransi/pengendalian

3 Rendah Tinggi Asuransi/pengendalian

4 Tinggi Tinggi Menghindari


4. Implementasi Manajemen Risiko
Setelah memilih respon yang akan digunakan
untuk menangani risiko, maka saatnya untuk
mengimplementasi metode yang telah
direncanakan
5. Monitoring Risiko
Kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana & keputusan
mengenai penanganan suatu risiko untuk itu
penting untuk dilakukan monitor.
VIII. JENIS DAN PENYEBAB RISIKO
MACAM RISIKO MENURUT SIFATNYA
•Risiko murni adalah risiko yg apabila terjadi tentu
menimbulkan kerugian & tanpa disengaja,
misalnya: kebakaran, bencana alam, pencurian
•Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadi
ketidakpastian memberikan keuntungan
kepadanya, misalnya: risiko hutang piutang,
perjudian
• Risiko fundamental adalah risiko yang
penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada
seseorang dan yang menderita tidak hanya
satu misalnya: banjir, angin topan
• Risiko khusus adalah risiko yang bersumber
pada peristiwa mandiri & umumnya mudah
diketahui penyebabnya, misalnya: kapal
kandas, peswat jatuh
• Risiko dinamis adalah risiko yang timbul
karena kemajuan masyarakat dibidang
ekonomi, ilmu & teknologi. Kebalikannya
Risiko statis seperti hari tua, risiko kematian
DAPAT TIDAKNYA RISIKO DIALIHKAN
•Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain,
dengan mempertanggungkan suatu objek yang
akan terkena risiko kepada perusahaan asuransi

•Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada


pihak lain, umumnya semua jenis risiko
spekulatif
MENURUT SUMBER/PENYEBAB TIMBULNYA
•Risiko intern yaitu risiko yang berasal dari
dalam perusahaan sendiri, seperti kecelakaan
kerja, mismanajemen
•Risiko ekstern yaitu risiko yang berasal luar
perusahaan , seperti risiko pencurian,
persaingan.
Resiko pasar Resiko tingkat bunga
Resiko tingkat bunga
Resiko Resiko likuiditas
Resiko komoditas
Keuangan
Resiko kredit Resiko ekuitas
Resiko permodalan

Resiko SDM

Resiko produktivitas

Resiko teknologi
Resiko Resiko Resiko inovasi
Korporat Operasional
Resiko sistem

Resiko proses Resiko bisnis

Resiko Resiko leverage operasi


Strategis
Resiko transaksi strategis
Resiko lingkungan
Resiko
Resiko reputasi
Eksternalitas
Resiko hukum
IX. BEBERAPA RISIKO YANG DAPAT
DAN TIDAK DAPAT DIASURANSIKAN
Risiko yang dapat diasuransikan (Ferdinand
Silalahi, 1997) :
1.Risiko kehilangan daya penghasilan (loss of
earning) baik perorangan maupun usaha. Misal
kematian, sakit, usia lanjut, kehilangan
pekerjaan
2.Risiko kerusakan properti (loss of property).
Misal : kendaraan bermotor, pengangkutan
Karakteristik risiko yang dapat diasuransikan
dirumuskan sebagai berikut :
1.risiko-risiko yang menimbulkan kerugian tersebut
bersifat homogen
2.Kerugian-kerugian yang mungkin timbul itu terbatas
serta dapat diukur secara sistematis
3.Kerugian tersebut merupakan suatu kecelakaan
(tidak dapat diduga, datang dari luar dan tidak sengaja)
4.Kerugian tersebut tidak menimbulkan malapetaka
yang besar pada waktu bersamaan
Risiko yang tidak dapat diasuransikan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis (Ferdinand
Silalahi, 1997) misalnya:
1.Risiko politik  pengambil alihan oleh pemerintah
2.Risiko sosial tindakan orang-orang yang
menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari
harapan kita. Misalnya kerusuhan
3.Risiko pemasaran
4.Risiko keuangan
5.Risiko produksi
6.Risiko teknologi
X. MANAJEMEN RISIKO YANG FORMAL
DAN TERINTEGRASI
Untuk memperoleh keefektifan yang tinggi dalam
mengelola risiko, perusahaan harus dapat membuat
manajemen risiko formal yang didukung oleh manajemen
puncak (Kasidi, 2010), antara lain :
1.Infrastruktur keras, meliputi ruang kerja, struktur
organisasi,, komputer, model statistik, dan sebagainya
2.Infrastruktur lunak, meliputi budaya hati-hati, kejujuran,
respon terhadap risiko, dan sebagainya
3.Proses manajemen risiko, meliputi identifikasi rasio,
pengukuran rasio, metode penanganan risiko, dan
sebagainya
Selain dikelola secara formal,, risiko perlu dikelola secara
terintegrasi ada komunikasi yang kontinyu antar unit untuk
memberi laporan secara periodik sehingga risiko sekecil apapun
dapat terdeteksi.
Tabel perbandingan Paradigma manajemen Risiko Lama dan
yang Baru

Paradigma Lama Paradigma Baru

• Pengelolaan risiko dilakukan • Terintegrasi, manajemen risiko


secara terpisah oleh masing- dikordinasikan oleh manajer puncak atau
masing departemen atau fungsi manajer risiko. Setiap orang harus melihat
• Ad-hoc manajemen risiko manajemen risiko sebagai bagian tak
dilakukan bila manajer merasa terpisahkan dari pekerjaan yang dilakukan
perlu • Berkesinambungan, pengellaan risiko
• Fokus lebih sempit, terutama dilakukan dan dimonitor terus menerus
difokuskan pada risiko yang • Fokus lebih luas, semua risiko bisnis dan
dapat diasuransikan dan risiko kesempatan bisnis diperhatkan
keuangan
Langkah-langkah untuk menjalankan manajemen risiko
secara formal dan terintegrasi
1.Mengidentifikasi semua tindakan yang mungkin
dapat menimbulkan risiko
2.Membuat peringkat berdasarkan prioritasnya, misal
tingkat keparahan, frekuensi, dan sebagainya
3.Menghitung probabilitas risiko dan dampaknya
terhadap perusahaan
4.Menggunakan ukuran yang umum untuk mengukur
risiko misalnya VAR (Value at Risk)
5.Memonitor semua kegiatan antar unit
XI. MENGEMBANGKAN
INFRASTRUKTUR RISIKO
Menurut Kasidi (2010) untuk melakukan
pengelolaan risiko yang memadai dibutuhkan
infrastruktur yang mendukung kegiatan tersebut
yaitu Struktur Organisasi  tergantung dari
karakteristik usaha
XII. MENGEMBANGKAN BUDAYA
RISIKO
• Keberhasilan mengkomunikasikan dan mengintegrasikan
manajemen risiko dalam sebuah organisasi bank tidak terletak
pada tekniknya akan tetapi tergantung pada manusia
pengambil dan pengelola risiko tersebut

• Ada banyak pegawai, banyak karakter, sikap (attitude) dan


keterampilan yang berbeda dalam bank menuntut adanya
budaya organisasi dimana setiap orang harus menjadi manajer
risiko karena setiap pegawai bertanggung jawab atas kegiatan
dan hasil kerjanya

• Pengembangan budaya manajemen risiko jauh lebih penting


dibandingkan membangun sebuah kebijakan dan prosedur yang
paling komplit karena pengelolaan risiko harus di implantasikan
kepada setiap orang dari jenjang paling bawah sampai pada
jenjang paling atas
Langkah untuk membangun budaya risiko:
– Membentuk Satuan Kerja Manajemen Risiko sebagai pusat
untuk membangun dan menyebarluaskan kebijakan dan
prosedur risiko keseluruh jenjang organisasi
– Menyusun manual kode etik
– Merekrut pegawai yang memiliki sikap yang baik untuk
memberikan pelayanan yang terbaik pada nasabah
– Menjadikan manajemen risiko sebagai syarat untuk
menduduki semua posisi manajemen
– Menerapkan sanksi bagi pelaksana atau pengambil risiko
– Memberikan insentif guna mendorong pegawai mengelola
risiko dengan baik
– Menerapkan seperangkat aturan agar pegawai tidak berani
mengambil risiko yang berlebihan
– Memasukkan penilaian kinerja mengelola risiko kedalam
proses penilaian kinerja pegawai
XIII. KOMITE MANAJEMEN RISIKO

KMR terdiri dari


Regulasi otoritas Komite manajemen mayoritas
jasa keuangan risiko (KMR) harus anggota direksi
(OJK) bersifat dan pejabat
2016 nonsturktural ekslusif terkait
KEANGGOTAAN KOMITE MANAJEMEN
RISIKO
Anggota tetap : direksi dan pejabat eksekutif yang
di tunjuk direktur utama untuk melaksanakan
wewenang dan tanggung jawabsecara permanen
untuk jangka waktu tertentu, contoh : direktur
kepatuhan membawakan fungsi kepatuhan.

Anggota tidak tetap : direksi dan pejabat eksekutif


yang terkait dengan topik yang dibahas dan
direkomendasikan dalam komite manajemen
risiko, contoh : kepala divisi treasury untuk topik
pengelolaan eksposur suku bunga dan nilai tukar
Pejabat eksekutif : bertangung jawab langsung
kepada direksi atau mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan atau operasional
perusahaan.

Komite manajemen risiko : terdiri dari mayoritas


direksi da pejabat veksekutif terkait.

Mayoritas direksi : lebih dari 50% dari seluruh


jumlah anggota direksi, contoh : jika jumlah
ndireksi 4 orang maka mayoritas direksi adalah 3
orang
Komite majemen risiko berwenang dan
bertanggung jawab untuk memberikan
rekomendasi kepada direktur utama yang
mencakup :
 penyusunan kebijakan, strategi dan pedoman
penerapan manajemen risiko.
 Perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan
manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan manajemen risiko
 Penetapan hal-hal yang terkait dengan
keputusan bisnisyang tidak sesuai dengan
prosedur norma.
XIV. SATUAN KERJA MANAJEMEN
RISIKO (SKMR)
• struktur organisasi (bersifat struktural)
• Disesuaikan dengan ukuran kompleksitas usaha serta
risiko pada setiap perusahaan
• Menyesuaikan kondisi serta kemampuan keuangan
dan sumber daya manusia perusahaan.
• Satuan kerja manajeman risiko harus bersifat
“independen” terhadap satuan kerja operasional
(risk taking unit)
• Melaksanakan fungsi pengendalian intern
Dikatakan SKMR yang “independen “
tercermin dalam :
a)Pemisahan fungsi/ tugas antara satuan kerja
manajemen risiko, satuan kerja operasiona
(risk taking unit), dan satuan kerja yang
melaksanakan fungsi pengendalian intern.
b)Proses pengambilan keputusan yang tidak
memihakatau menguntungkan satuan kerja
operasioanal tertentu, atau mengabaikan
satuan kerja operasional lainya.
Wewenang Dan Tangung Jawab Satuan Kerja
Manajemen Risiko (SKMR)
1. pemantauan pelaksanaan strategi manajemen
risiko yang etah di setujui direksi.
2.Pemantauan posisi risiko secara keseluruhan
(composite), per jenis risiko, dan atau perjenis
aktivitas fungsional, serta melakukan stress
testing (dampak dari setiap kebijakan
manajemen)
3.Kaji ulang secara berkalaterhadap rposes
manajemen risiko
4. Pengkajian usulan aktivitas dan atau produk baru.
5. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data
yang digunakan untuk mengukur risiko bagi
perusahaanyang menggunakan model untuk
keperluan intern (internal model).
6. Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja
operasional ( risk tasking unit ) dan atau kepada
komite manajemen risiko sesuai kewenangan yang
dimiliki
7. Menyusun dan menyampaikan laporan profil/
komposisi risiko secara berkala kepada direktur
utama atau direktur yang ditugaskan secara khusus.
XV. HUBUNGAN SATUAN KERJA
OPERASIONAL DAN SKMR
Satuan kerja operasional (Risk Tasking Unit)
wajib menginformasikan eksposur risiko yang
melekat pada satuan kerja yang bersangkutan
kepada SKMR secara berkala.
frekuensi penyampaian informasi eksposur
risiko disesuaikan dengan karakreristik jenis
risiko secara berkala ( bulanan , triwulan serta
di sesuaikan dengan korporasi)
Yang termasuk dalam satuan kerja operasional
( Risk tasking unit )

• Satuan kerja perkreditan


• Treasury
• Pendanaan
• Atau bagian lain dari korporasi
CONTOH KASUS MANAJEMEN RISIKO
Analisis Manajemen Risiko pada Koperasi Kredit
Koperasi senantiasa terganjal oleh sejumlah masalah klasik,
diantaranya :
1.Lemahnya pasrtisipasi anggota
2.Kurangnya permodalan
3.Pemanfaatan pelayanan
4.Lemahnya pengambilan keputusan
5.Lemahnya pengawasan
6.Manajemen Risiko
Analisislah apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah
tersebut!

Anda mungkin juga menyukai