Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN RISIKO PEKERJAAN

1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Risiko” dan sudah biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Risiko merupakan bagian
dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam Risiko, seperti Risiko
dalam pekerjaan.
Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan
sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas
keuntungan kompetitif organisasi.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Ketidakpastian yang
menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity),
sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan
istilah risiko (Risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama
baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Tetapi selama mengalami kerugian
walau sekecil apapun hal itu dianggap Risiko.

2. Rumusan Masalah
 Pengertian Manajemen Risiko
 Macam- macam Manajemen Risiko
 Tahap- tahap Manajemen Risiko
 Mengidentifikasi Risiko

3. Pembahasan
3.1 Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen Risiko adalah suatu pendekatan metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian Risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
Risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang
dapat diambil antara lain adalah menghindari Risiko, mengurangi efek negatif Risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi Risiko tertentu. Manajemen Risiko
tradisional terfokus pada Risiko- Risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Sasaran dari pelaksanaan manajemen Risiko adalah untuk mengurangi Risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan
manajemen Risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia.
3.2. Macam – Macam Manajemen Risiko
Macam- macam manajemen risiko dalam agribisnis dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu :
3.2.1 Risiko berdasarkan sifatnya
 Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko spekulatif kadang-
kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (Business Risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang
dihadapi seperti adalah risiko spekulatif.
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian. Jenis risiko spekulatif adalah risiko
yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian
memberikan peluang keuntungan kepadanya. Umumnya tidak bisa diasuransikan.
 Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contohnya
adalah kebakaran, apabila perusahaan mengalami kebakaran, maka perusahaan tersebut
akan mengalami kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan
demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan,
kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu.
Salah satu cara menghindari risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan
demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. Itu sebabnya risiko murni dapat dikenal
dengan istilah risiko yang dapat diansuransikan (insurable risk).

3.2.2 Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan


 Risiko yang dapat dialihkan
Risiko yang dapat dialihkan yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan
sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar
sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban)
perusahaan asuransi.
 Risiko yang tidak dapat dialihkan,
Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam
risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.
3.2.3 Risiko berdasarkan asal timbulnya
 Risiko Internal
Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi,
risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
 Risiko Eksternal
Risiko Eksternal yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga,
perubahan politik, dan sebagainya.

3.3. Tahap – tahap Manajemen Risiko


Risiko dalam Manajemen Risiko yang berhubungan dengan ketidakpastian ini
terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan
terjadi. Adapun tahap – tahapnya yaitu :

Tahap-tahap manajemen risiko:

 Mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh


perusahaan
 Mengevaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan
frekuensinya
 Mengendalikan risiko, secara fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) dan
ataupun secara finansial (risiko ditahan, risiko ditransfer)
 Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya
kerugian, misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan
kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam
 Meminimalisasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan
kerugian, misalnya dalam produksi, peluang terjadinya produk gagal dapat
dikurangi dengan pengawasan mutu (quality control)
 Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari
risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk
menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri)
 Pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian atau
risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya perusahaan asuransi

3.4 Mengidentifikasi Risiko


Pengidentifikasian Risiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara
sistematis dan berkesinambungan atas Risiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis
dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian
kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban
mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel
losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan Risiko dan menjelaskan
jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka
diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :
 Questioner analisis Risiko (risk analysis questionnaire)
 Metode laporan Keuangan (financial statement method)
 Metode peta aliran (flow-chart)
 Inspeksi langsung pada objek
 Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
 Catatan statistik dari kerugian masa lalu
 Analisis lingkungan
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan,
lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer Risiko dapat mempelajari
kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi
Risiko tergantung pada kerja sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam
perusahaan.
4. Kesimpulan
Risiko adalah kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sedangkan Manajemen Risiko yaitu upaya-
upaya dalam bentuk aturan maupun tindakan yang ditujukan untuk mengoptimalkan
(meminimalisir) risiko atas suatu portfolio sesuai dengan Kebijakan Investasi masing-
masing dana kelolaan. Penerapan sistem manajemen risiko mengacu pada peraturan serta
ketentuan yang tertuang dalam kebijakan perusahaan.
Manajemen risiko dan pengendalian internal memiliki kesamaan materi dan
komponen, dan saling terkait satu dengan lainnya. Manajemen risiko yang ada perlu
dievaluasi keandalannya. Sementara itu, aktifitas pengendalian akan menjadi optimal
dengan menggunakan pendekatan risiko.

Manajemen Risiko

Pengertian Manajemen Risiko (Risk Management) dan Tahapan Prosesnya – Risiko


adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk atau hilangnya sesuatu yang bernilai.
Nilai yang dimaksud disini dapat berupa kesehatan, status sosial, kekayaan, barang, harta
ataupun kesejahteraan dan kebahagiaan. Nilai-nilai ini dapat diperoleh atau hilang ketika
kita mengambil keputusan untuk melakukan ataupun tidak melakukan suatu tindakan.

Dalam dunia bisnis, Risiko dapat diartikan sebagai faktor luar maupun faktor dalam yang
dapat menyebabkan ketidakpastian dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk
menghadapi risiko ini, kita harus mengidentifikasikan dan menganalisis risiko tersebut serta
mengevaluasi risiko tersebut agar bisa dikelola ataupun diatasi. Oleh karena itu, kita
memerlukan suatu manajemen yang disebut dengan Manajemen Risiko.
Baca juga : Pengertian Manajemen dan 4 Fungsi Dasar Manajemen.

Pengertian Manajemen Risiko (Risk Management)

Dalam dunia bisnis, manajemen risiko didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi,


memantau dan mengelola risiko potensial untuk meminimalkan dampak negatif yang
mungkin ditimbulkannya terhadap suatu organisasi. Setiap bidang dalam bisnis memiliki
risikonya tersendiri. Contohnya di bidang sistem informasi, risiko potensialnya adalah
seperti terjadinya pelanggaran keamanan data, kehilangan data, serangan dunia maya,
kegagalan sistem, dan bencana alam. Sedangkan potensi risiko yang akan terjadi di
perusahaan Manufaktur adalah gagal mencapai target produksi yang direncanakan,
kerusakan mesin, hilangnya pesanan dari pelanggan, terjadinya masalah kualitas produk
dan lain sebagainya.

Proses manajemen risiko yang efektif akan membantu mengidentifikasi risiko mana yang
menjadi ancaman terbesar bagi organisasi dan memberikan panduan untuk
menanganinya. Berikut ini adalah beberapa definisi dan pengertian Manajemen Risiko
menurut para ahli di bidangnya.
Pengertian Manajemen Risiko menurut Irham Fahmi (2010:2), Manajemen Risiko adalah
suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan
ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan
berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif dan sistematis.

Pengertian Manajemen Risiko menurut Djojosoedarso (2003:4), Manajemen Risiko


adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama
resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat.

Pengertian Manajemen Risiko menurut Djohanputro (2008,43), Manajemen Risiko


merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, dan memonitor dan
mengendalikan penanganan risiko.

Pengertian Manajemen Risiko menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor


142/PMK.010/2009 tentang MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR
INDONESIA, Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang
timbul dari kegiatan usaha.

Tahapan Manajemen Risiko

Untuk mencapai sebuah kesuksesan, setiap orang maupun organisasi perlu dan juga
harus mengambil risiko dalam perjalanan menuju kesuksesannya. Oleh karena itu, kita
perlu mengetahui tentang risiko apa yang akan dihadapi, mengawasi potensi risiko tersebut
dan mencari jalan dan tindakan untuk mengatasinya. Berikut ini adalah 5 langkah atau
tahapan Manajemen Risiko yang harus kita ketahui untuk menghasilkan proses
manajemen yang efektif.

1. Mengidentifikasikan Risiko (Identify the Risk)

Langkah pertama dalam Tahapan Manajemen Risiko adalah mengidentifikasikan Risiko.


Kita perlu memahami dan menemukan faktor risiko yang terlibat dalam suatu keputusan
ataupun proyek. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menemukan risiko-
risiko dalam suatu proyek atau suatu keputusan yang akan diambil. Kita perlu mencatat
semua poin-poin risiko dan menyiapkannya menjadi sebuah daftar risiko untuk proyek atau
keputusan tersebut.

2. Menganalisis Risiko (Analysis the Risk)

Setelah menemukan dan memahami risikonya, kita perlu menganalisis risikonya.


Menentukan kemungkinan dan konsekuensi dari setiap risiko tersebut. Kita perlu
mengembangkan pemahaman tentang potensi dan sifat risikonya yang akan memengaruhi
keberhasilan suatu proyek atau bisnis. Contohnya, Ada risiko yang dapat membuat seluruh
bisnis terhenti, sementara ada risiko yang hanya akan menjadi ketidaknyamanan kecil.

3. Mengevaluasi Risiko atau Peringkatan Risiko (Evaluate the Risk)

Setelah dianalisis, Risiko-risiko tersebut perlu diberikan peringkat dan prioritas. Sebagian
besar solusi manajemen risiko memiliki kategori risiko yang berbeda, tergantung pada
tingkat keparahan risiko tersebut. Risiko yang hanya dapat menyebabkan beberapa
ketidaknyamanan dinilai rendah (low risk), sedangkan risiko yang dapat menyebabkan
kerugian besar atau bencana dinilai lebih tinggi (high risk). Penentuan risiko ini sangat
penting karena akan menentukan cara penanganannya serta sumber daya yang akan
digunakannya pada penanganan risiko tersebut. Contohnya, pada beberapa risiko tingkat
rendah, penanganannya mungkin tidak memerlukan intervensi manajemen tingkat atas.
Namun apabila terdapat satu risiko dengan peringkat tertinggi maka diperlukan intervensi
segera dari manajemen tingkat atas.

4. Menanggapi Risiko (Response of the Risk)

Tahapan ini juga disebut dengan Risk Response Actions atau Tindakan Respon Risiko.
Setelah memperhitungkan setiap risikonya, kita perlu memutuskan bagaimana merespon
setiap risiko. Ada beberapa tanggapan risiko yang dapat kita ambil, diantaranya adalah

Mengambil tindakan untuk menghentikan semua kegiatan yang dapat menyebabkan


terjadinya risiko (Risk Avoidance).

Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampaknya (Risk Reduction).

Mengambil tindakan untuk memindahkan beberapa risiko atau semua risiko ke pihak lain
seperti melalui asuransi atau outsourcing (Risk Sharing atau Risk Transfer).

Menerima Risiko tersebut terjadi atau tidak mengambil tindakan apapun untuk
menganggulangi risikonya (Risk Acceptence).

5. Meninjau dan Memantau Risiko (Review and Monitor the Risk)

Tidak semuanya berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu,
diperlukan peninjauan ulang dan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan
faktor lainnya yang akan menyebabkan berubahnya risiko yang akan dihadapi sehingga
mengharuskan kita untuk merubah perencanaan manajemen risiko kita lagi.
Tujuan Manajemen Risiko

Secara umum ada enam tujuan risk management dalam perusahaan atau badan usaha,
diantaranya adalah:

1. Melindungi Perusahaan

Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa
menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.

2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja

Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas
ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.

3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif

Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan
menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja
perusahaan.

4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati

Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam menghadapi
risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.

5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko


yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan
strategi dan perbaikan proses risk management secara berkesinambungan.

6. Sosialisasi Manajemen Risiko

Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan


pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk management.

Jenis-Jenis Manajemen Risiko

1. Manajemen Risiko Operasional

2. Manajemen Hazard

3. Manajemen Resiko Finansial

 Resiko likuiditas
 Diskpntinuitas pasar
 Resiko kredit
 Resiko regulasi
 Resiko pajak
 resiko akuntansi

4. Manajemen Resiko Strategis

 Daftar resiko
 Penilaian resiko tersebut sesuai dengan kecenderungannya dan juga dampaknya
 Penilaian pada kondisi saat ini yang sedang terjadi
 Rencana tindakan bila resiko terburuk benar-benar muncul

Komponen Manajemen Risiko

1. Lingkungan Internal (Internal Environment)

2. Penentuan Sasaran (Objective Setting)

3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)

4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

5. Tanggapan Risiko (Risk Response)

 Menghindari risiko (avoidance)


 Mengurangi risiko (reduction)
 Memindahkan risiko (sharing)
 Menerima risiko (acceptance)

6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

 Pembuatan kebijakan dan prosedur


 Delegasi wewenang
 Pengamanan kekayaan perusahaan
 Pemisahan fungsi
 Supervisi

7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


 Kualitas informasi
 Arah komunikasi
 Alat komunikasi

8. Pemantauan (Monitoring)

LANGKAH – LANGKAH DALAM PROSES


MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko dibuat guna untuk melindungi suatu perusahaan atau organisasi yang
juga mencakup karyawan, properti, reputasi dan lainnya dari sebuah bahaya yang sewaktu
– waktu dapat terjadi. Dapat kita ketahui bahwa tidak semua risiko dapat dihilangkan atau
dihindari, oleh karena itu diperlukan tindakan – tindakan pencegahan atau tindakan untuk
menghadapi risiko yang telah teridentifikasi tersebut. Dalam artikel ini akan dijelaskan
beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam proses manajemen risiko untuk membantu
organisasi merancang dan mengimplementasikan rencana manajemen risiko yang efektif
dan proaktif. Berikut adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

Risk Identification

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kemungkinan risiko yang dapat
terjadi pada organisasi atau perusahaan. Ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang
akan dihadapi oleh organisasi atau perusahaan tersebut dalam berbagai aspek seperti
sosial, hukum, ekonomi, produk/jasa, pasar, dan teknologi yang ada. Risiko dari setiap
aspek akan diklasifikasikan menurut kategorinya masing – masing agar mempermudah
proses selanjutnya.

Risk Assessment

Setelah risiko telah diidentifikasi pada perusahaan atau organisasi tersebut, selanjutnya
akan dinilai potensi keparahan kerugian dan kemungkinan terjadinya. Dalam hal ini,
diperlukan kemampuan individu disetiap bidangnya untuk memberikan penilaian terhadap
risiko – risiko yang telah diidentifikasi. Tujuannya adalah agar setiap risiko berada pada
prioritas yang tepat.

Risk Response

Proses ini dilakukan untuk memilih dan menerapkan langkah – langkah pengelolaan risiko.
Tantangan bagi manajer risiko adalah untuk menentukan portofolio yang tepat untuk
membentuk sebuah strategi yang terintegrasi sehingga risiko dapat dihadapi dengan baik.
Tanggapan risiko umumnya terbagi dalam kategori seperti berikut:

Risk Avoidance, Mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan yang dapat


menyebabkan risiko terjadi

Risk Reduction, Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampak atau
keduanya, biasanya melalui pengandalian di bagian internal perusahaan/organisasi

Risk Sharing or Transfer, Mengambil tindakan untuk mentransfer beberapa risiko melalui
asuransi, outsourcing atau hedging.

Risk Acceptence, Tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi risiko,


melainkan menerima risiko tersebut terjadi.

Create a Risk Management Plan

Membuat penanggulangan risiko yang tepat untuk setiap masing – masing kategori risiko.
Mitigasi perlu mendapat persetujuan oleh level manajemen yang sesuai, berikut adalah
contoh tabel manajemen risiko:

Implementation

Melaksanakan seluruh metode yang telah direncanakan untuk mengurangi atau


menanggulangi pengaruh dari setiap risiko yang ada.

Evaluate and Review

Perencanaan yang telah direncanakan di awal tidak akan seluruhnya dapat berjalan
dengan lancar. Perubahan keadaan atau lingkungan yang tidak diprediksi sebelumnya
akan menyebabkan perubahan rencana manajemen risiko yang telah dibuat, oleh karena
itu perlu dilakukan perubahan rencana untuk menanggulangi risiko yang akan mungkin
terjadi.

Manfaat Manajemen Risiko dan


Tahapan Penerapannya

Manajemen risiko digunakan untuk memetakan berbagai risiko yang dapat timbul dengan
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko,
memonitor adanya risiko, dan mengendalikan penanganan atau pencegahan risiko.
Manajemen risiko bisa mengurangi kemungkinan gagal sehingga dampak kerugian internal
dan eksternal yang akan terjadi terhadap laba perusahaan, pelanggaran hukum, penurunan
produktivitas SDM, dan penurunan reputasi perusahaan dapat berkurang.

Manfaat Manajemen Risiko Bagi Perusahaan

 Manajemen risiko sangat penting untuk dilakukan karena bisa mempersiapkan


perusahaan untuk menghadapi kondisi tertentu yang menyebabkan kerugian bagi
perusahaan. Adapun manfaat manajemen risiko bagi perusahaan sebagai berikut.
 Manajemen risiko bisa mencegah kegagalan sehingga peningkatan laba bisa
dilakukan atau setidaknya kerugian perusahaan tidak terlalu besar.
 Manajemen risiko bisa melindungi perusahaan dari risiko murni karena kreditor
pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang terlindungi mungkin
dengan asuransi tertentu sehingga secara tidak langsung akan
meningkatkan public image.
 Manajemen risiko bisa memberikan informasi dan persektif kepada pihak
manajemen perusahaan tentang profil risiko serta perubahan yang mendasar
tentang produk, pasar, lingkungan bisnis, dan perubahan lainnya yang diperlukan
dalam proses manajemen risiko
 Manajemen risiko bisa membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi
risiko yang terukur sehingga potensi kerugian yang relatif lebih besar bisa dihindari.
 Manajemen risiko bisa menghitung dan mengukur besarnya risk exposure dan
menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko yang lebih tepat.

Seorang manajer pendanaan (fund manager) atau investor sangat jeli saat melakukan
manajemen risiko karena potensi kerugian yang mungkin dialami ketika berinvestasi harus
bisa diprediksi. Setelah mengetahui risiko yang mungkin terjadi, selanjutnya bisa
menyusun rencana dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi nilai risiko
tersebut sesuai dengan tujuan investasi. Risiko yang mungkin dihadapi dapat ditoleransi
berdasarkan beberapa kategori risiko. Risiko yang menimbulkan bahaya kecil biasanya
dibiarkan, sedangkan risiko yang menimbulkan bahaya besar bagi perusahaan cenderung
harus dihindari atau disiapkan strategi yang terperinci untuk mengatasinya.

Manajemen risiko harus menerapkan beberapa tahapan efektif yang harus


dilakukan. Tahapan-tahapan dalam manajemen risiko yang dimaksud sebagai berikut.

Lingkungan internal (internal environment) berhubungan dengan lingkungan internal


perusahaan sehingga struktur organisasi perusahaan, budaya kerja, dan pendelegasian
wewenang harus jelas dan tertulis.
Penentuan sasaran (objective setting) bagi perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas
dari organisasi yang sudah dibentuk sehingga risiko yang mungkin terjadi lebih mudah
diidentifikasi, diakses, dan dikelola sesuai tujuan yang telah dibuat.

Identifikasi peristiwa (event identification) dilakukan setelah tujuan organisasi dibuat.


Perusahaan juga harus mengidentifikasi kejadian yang berpotensi memengaruhi
pencapaian dan strategi dalam kegiatan operasional. Hal yang berisiko memengaruhi
tujuan organisasi yang menimbulkan efek positif dan negatif bagi perusahaan.

Penilaian risiko (risk assessment) dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa besar
kejadian atau keadaan yang bisa mengganggu pencapaian tujuan.

Tanggapan risiko (risk response) harus dilakukan oleh perusahaan setelah mengetahui
hasil dari penilaian risiko tersebut. Perusahaan bisa melakukan beberapa langkah tindakan
seperti menerima, memindahkan risiko, mengurangi, dan menghindari risiko sesuai dengan
penilai risiko yang telah dibuat.

Aktivitas pengendalian (control activities) harus dilakukan untuk menyusun kebijakan dan
prosedur agar manajemen risiko bisa terlaksana secara efektif.

Informasi dan komunikasi (information and communication) juga harus dilakukan untuk
menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait dengan kualitas informasi yang
tepat serta arah dan alat komunikasi yang sesuai prosedur.

Pemantauan (monitoring) harus dilakukan secara konsisten untuk menghindari pelaporan


yang tidak lengkap, berlebihan, atau terjadinya kecurangan/pemalsuan data tertentu.

Setelah mengetahui secara mendalam tentang manajemen risiko tentu akan


mempermudah untuk melaksanakan berbagai kebijakan dan keputusan pihak manajemen
agar perusahaan terhindar dari risiko atau kerugian yang mengancam keberlangsungan
perusahaan.

7 Cara Menerapkan Risk Management dalam Perusahaan


serta Contohnya

Seperti yang sudah dijelaskan di bagian atas, risk management dalam perusahaan
memiliki peran yang penting agar terhindar dari berbagai risiko yang tidak diinginkan. Jadi
apapun perusahaan dan usaha yang dikembangkan, sangat penting untuk dilakukan
penerapan dari risk management. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerapkan risk
management ini? Anda bisa menerapkan risk management dengan mengikuti langkah-
langkahnya berikut ini.
Internal Environment and Objective Setting (Lingkungan Internal dan Sasaran)

Agar dapat menerapkan risk management di perusahaan dengan baik, Anda harus
memulai dari pengenalan lingkungan internal. Pahami definisi dari manajemen risiko dan
berbagai istilah di dalamnya. Hal ini akan membantu Anda untuk melakukan penerapan
risk management dengan lebih baik dan tepat. Setelah mengenal berbagai hal terkait risk
management, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran organisasi
untuk mengidentifikasi risiko secara dini. Contohnya, suatu perusahaan memiliki dua tujuan
dalam risk management, yaitu tujuan objektif untuk mewujudkan visi-misi dan tujuan
aktivitas untuk melaksanakan operasional.

Risk Identification (Identifikasi Risiko)

Tahapan selanjutnya, penerapan risk management dilanjutkan pada dilakukannya


identifikasi risiko dalam perusahaan. Beberapa kejadian yang potensial mengganggu
strategi dan pencapaian tujuan yang disebutkan sebelumnya digolongkan sebagai risiko.
Biasanya kejadian yang potensial menjadi risiko adalah kejadian yang memberikan
dampak negatif pada operasional perusahaan. Tujuan perusahaan pun akan sulit tercapai.
Setelah setiap kejadian yang mungkin menjadi risiko selesai diidentifikasi, maka Anda bisa
melanjutkan ke langkah penerapan berikutnya untuk melakukan penilaian. Contohnya, ada
beberapa kejadian tidak pasti di mana setiap 1 minggu sekali terjadi pemadaman listrik.
Tentunya pemadaman listrik akan menyebabkan terhambatnya produksi usaha dan
dikategorikan sebagai risiko.

Risk Assessment (Penilaian Risiko)

Beberapa kejadian yang potensial menjadi risiko pada perusahaan kemudian harus
dilakukan penilaian. Penilaian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan
seberapa besar dampak dari terjadinya kejadian ini. Misalkan suatu kejadian dalam daftar
risiko terjadi di perusahaan Anda, apa saja efeknya bisa diketahui dengan melakukan
analisis dalam dua perspektif. Perspektif analisis yang pertama adalah perspektif peluang
risiko dan yang kedua perspektif efek risiko. Jadi analisis risiko tersebut seberapa besar
peluangnya terjadi dan seberapa besar efeknya jika terjadi. Contohnya, risiko listrik padam
yang berpeluang terjadi 1 minggu sekali dan efeknya yang cukup besar dalam hal produksi
perusahaan.

Risk Response (Tanggapan Risiko)

Tahap berikutnya adalah memberikan tanggapan pada risiko yang sudah dinilai
sebelumnya. Tanggapan yang dimaksud adalah sebuah sikap yang dibutuhkan dalam
menghadapi risiko yang terjadi pada perusahaan. Tentu bisa dikatakan fokus utama dari
risk management ada pada tahapan ini. Beberapa jenis tanggapan terhadap suatu risiko
yang telah diidentifikasi dan dinilai adalah avoidance (hindari), reduction (kurangi), sharing
(pindahkan), atau acceptance (terima). Misalnya untuk jenis risiko pemadaman listrik tadi,
tanggapan yang dilakukan tentu adalah menerima.

Control Activities (Pengendalian Aktivitas)

Selain menentukan tanggapan dari suatu risiko, risk management juga memiliki tahapan
untuk mengendalikan aktivitas pelaksanaannya. Tahapan ini menjadi tahapan yang
memastikan bahwa semua prosedur dari risk management dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang diatur. Contoh berbagai aktivitas pengendalian dalam suatu risk
management adalah pembuatan kebijakan dan panduan pelaksanaan, pengamanan aset
organisasi, pemberian wewenang dan pemisahan tugas, juga supervisi atasan. Semuanya
akan memastikan bahwa aktivitas risk management telah dikendalikan dengan baik.

Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)

Tahap berikutnya adalah penyampaian informasi yang sesuai terkait risk management
yang telah dilakukan ke berbagai pihak terkait. Penyampaian informasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis media komunikasi. Pada tahapan ini, harus
dipastikan bahwa penyampaian informasi dan komunikasi dilakukan dengan jelas pastikan
kualitasnya, arahnya, dan alat yang digunakannya. Semua informasi yang disampaikan
kemudian akan digunakan pada tahapan terakhir risk management dalam perusahaan.

Monitoring and Evaluation (Pemantauan dan Evaluasi)

Terakhir, jangan lupa untuk menggunakan semua informasi dan komunikasi yang
didapatkan dari risk management sebagai bahan monitoring dan evaluasi. Monitoring
adalah pemantauan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui apakah risk
management sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedurnya. Selain
monitoring, dilakukan juga evaluasi untuk mengetahui apakah ada kendala dan yang perlu
diperbaiki dari risk management yang sudah dilakukan.

Pengertian Manajemen Risiko adalah: Jenis,


Tujuan, Elemen, Proses
Dalam kegiatan sehari-hari kita sudah sangat akrab dengan risiko. Misalnya saat akan

mandi, kita berisiko terpeleset lantai licin. Saat sedang berjalan kita berisiko tertabrak atau

menabrak sesuatu. Apalagi dalam bisnis dan marketing setiap tindakan kita akan

menghadapi berbagai risiko.

Manajemen risiko menjadi hal yang saat ini banyak dibahas karena sering digunakan

dalam beberapa situasi tertentu. Pentingnya manajemen risiko tentu bukan tanpa alasan.

Hidup yang senantiasa berhadapan dengan resiko memang sudah seharusnya bisa

mengatur banyak hal dengan memahami apa itu manajemen risiko dan apa tujuannya

yang sebenarnya.

Secara umum, manajemen risiko ialah suatu pendekatan terstruktur maupun metodologi

dalam mengelola ketidakpastian yang tentu saja berkaitan dengan yang namanya

ancaman. Suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan

beberapa strategi untuk pengolahannya serta mengurangi risiko dengan pemberdayaan

dan juga pengelolaan sumberdaya.

Strategi yang bisa diambil antara lain ialah memindahkan risiko kepada pihak lain,

mengurangi berbagai efek negatif risiko ,menghindari risiko, dan juga menampung

sebagian maupun semua yang sudah menjadi konsekuensi atas risiko-resiko tertentu.

Manajemen strategi pengurangan risiko tradisional akan terfokus pada risiko-risiko yang

timbul oleh penyebab fisik maupun legal seperti halnya bencana alam maupun kebakaran,

kematian, serta juga tuntutan hukum. Biasanya dalam manajemen risiko pdf hal ini akan

turut dibahas.

Di sisi lain, terfokus pada risiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-

instrumen keuangan. Terkait dengan sasaran, manajemen risiko ini bertujuan untuk

mengurangi risiko yang berbeda-beda yang masih berkaitan dengan bidang yang telah

dipilih pada tingkat yang bisa diterima oleh masyarakat.


Hal ini pun bisa berupa jenis ancaman yang disebabkan oleh teknologi, manusia,

lingkungan, organisasi dan juga politik. Pelaksanaan manajemen risiko bisa melibatkan

segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko.

Setiap tindakan yang kita ambil pasti berisiko. Entah itu risikonya kecil atau besar. Karena

itu kita perlu memanajemen risiko agar bisa mengurangi dan mengatasi risiko yang kita

hadapi. Nah sebelum kita tahu bagaimana caranya melakukan manajemen risiko kita harus

tahu apa itu manajemen risiko.

Daftar Isi
Definisi Risiko Menurut KBBI
Pengertian Manajemen risiko terdiri dari dua kata berbeda. Seperti yang kita tahu

manajemen secara umum berarti mengorganisir. Sedangkan dalam KBBI kata risiko berarti

: akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan

atau tindakan. Dalam bisnis sendiri, risiko berkaitan dengan hasil aktual yang tidak sesuai

dengan hasil harapan.

Artikel Lain : Konsep Manajemen Menurut Henry Fayol dan Fungsinya

Definisi Umum Manajemen Risiko


Jadi bagaimana dengan manajemen resiko? Seperti yang dikutip

dari businessdictionary.com, manajemen risiko adalah proses identifikasi, analisis,

penilaian, pengendalian, dan penghindaran, minimalisasi, atau penghapusan risiko yang

tidak dapat diterima.

Manajemen risiko biasanya dilakukan oleh investor atau fund manager saat melakukan

analisis untuk mengukur potensi kerugian dalam investasi. Kemudian mereka mengambil

tindakan yang tepat sesuai dengan tujuan investasi dan toleransi risiko yang telah

dianalisis.

Kategori risiko yang bisa ditoleransi ini bisa dilihat dari besarnya risiko yang dihadapi.

Biasanya risiko dengan tingkat bahaya yang kecil akan dibiarkan. Namun berbeda dengan

hal dengan risiko besar sebagian besar perusahaan akan menghindarinya kalaupun tidak

dihindari perusahaan harus menyiapkan strategi yang sangat hati-hati.


Artikel Lain : Info Lengkap Manajemen Modal Kerja, Pengertian dan Manfaatnya

Pengertian Manajemen Risiko Menurut Ahli


Berikutnya adalah mengetahui pengertian manajemen risiko menurut para ahli. Adapun

beberapa ahli yang mengutarakan pendapatnya adalah sebagai berikut:

1. Fahmi
Menurut Fahmi “manajemen risiko adalah bidang ilmu yang secara spesifik membahas

mengenai bagaimana organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan semua

permasalahan dengan menggunakan pendekatan manajemen secara sistematis dan

komprehensif”.

2. Djojosoedarso
Menurut Djojosoedarso, “manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,

keluarga dan masyarakat”.

3. Tampubolon
Menurut Tampubolon, “pengertian manajemen risiko adalah proses yang terarah dan

bersifat proaktif yang bertujuan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu

atau sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen”.

4. Dorfman
Menurut Dorfman “manajemen risiko adalah suatu proses logis dalam usaha untuk

memahami eksposur terhadap suatu kerugian”.

5. Smith
Menurut Smith, “manajemen risiko adalah proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol

keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah

perusahaan atau proyek yang bisa mengakibatkan kerugian perusahaan”.

6. Djohanputro
Menurut Djohanputro, “manajemen risiko adalah proses identifikasi, mengukur,

memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan pengendalian


penanganan risiko, yang dilakukan secara terstruktur dan sistematis”. Dalam makalah

manajemen risiko, pendapat ini juga akan selalu ditemukan.

Jenis Manajemen Risiko


Berikutnya adalah membahas mengenai jenis manajemen risiko yang terdiri atas:

1. Manajemen Risiko Operasional


Pertama, Manajemen Risiko Operasional yang berkaitan dengan resiko yang timbul

sebagai akibat gagal fungsi proses internal, misalnya saja dikarenakan human error,

kegagalan sistem, faktor luar seperti bencana dan lain sebagainya. Dalam manajemen

risiko operasional, terdapat 4 faktor penyebab resiko antara yakni proses, manusia, sistem

dan juga kejadian eksternal.

2. Manajemen hazard
Kedua, Manajemen hazard yang berkaitan dengan kondisi potensial yang bisa

mengakibatkan kebangkrutan dan juga kerusakan. Ketika membahas hazard, tentu saja

turut membahas peril.

Risiko perilaku yakni peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini

terdapat tiga macam hazard yang memang harus diketahui, antara lain physical hazard,

moral hazard dan legal hazard.

3. Manajemen Resiko Finansial


Ketiga, Manajemen Resiko Finansial yakni upaya pengawasan risiko dan juga

perlindungan hak milik, keuntungan, harta dan juga aset sebuah badan usaha.

Pada prakteknya, proses pengelolaan risiko ini akan meliputi identifikasi, evaluasi dan

melakukan pengendalian resiko apabila ditemukan hal yang mengancam keberlangsungan

organisasi. Biasanya hal ini juga akan diterapkan untuk manajemen risiko perusahaan. Ada

beberapa risiko yang terkait dengan finansial ini yaitu:

 Resiko likuiditas
 Resiko akuntansi

 Diskontinuitas pasar

 Risiko regulasi

 Resiko kredit

 Resiko akuntansi

 Resiko pajak

4. Manajemen Resiko Strategis


Keempat manajemen resiko strategis yakni berkaitan dengan pengambilan sebuah atau

beberapa keputusan. Resiko yang pada muncul ialah kondisi tidak terduga yang bisa

mengurangi kemampuan pelaku bisnis dalam menjalankan strategi yang direncanakan.

Dalam hal ini terdapat beberapa faktor seperti resiko operasi, resiko kompetitif , resiko

asset impairment, bahkan juga resiko frenchise jika memang ada.

Tujuan Manajemen Risiko


Sebuah manajemen memang selalu memiliki memiliki tujuan, tidak terkecuali manajemen

risiko. Beberapa tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Melindungi Perusahaan
Melindungi Perusahaan dalam hal ini, manajemen akan memberikan perlindungan

terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa menghambat proses

pencapaian tujuan perusahaan.

2. Membuat Kerangka Kerja


Membantu Pembuatan Kerangka Kerja dimana dalam proses pembuatan kerangka kerja

manajemen risiko ini dilakukan secara konsisten atas risiko yang ada pada proses bisnis

dan juga fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.

3. Supaya Pro Aktif


Tujuan manajemen risiko selanjutnya ialah mendorong manajemen Agar Proaktif dalam

mengurangi potensi risiko, dan juga menjadikan manajemen risiko sebagai sumber

keunggulan bersaing dalam kinerja sebuah perusahaan.


4. Lebih Hati-Hati
Sebagai peringatan untuk berhati-hati guna mendorong semua individu dalam perusahaan

supaya bertindak hati-hati dalam menghadapi risiko perusahaan agar tercapai tujuan yang

diinginkan bersama.

5. Meningkatkan Kinerja
Dapat meningkatkan kinerja perusahaan dimana dalam membantu meningkatkan kinerja

perusahaan dengan cara menyediakan informasi tingkat risiko yang disebutkan dalam peta

risiko atau yang biasa disebut dengan risk map.

Hal ini juga berguna dalam hal pengembangan strategi dan perbaikan proses risk

management secara berkelanjutan. Dalam manajemen risiko perbankan, hal ini juga sering

dirasakan manfaatnya.

6. Sosialisasi
Bisa mensosialisasikan Manajemen Risiko dimana dalam hal ini dibangun kemampuan

individu maupun manajemen guna mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan

pentingnya risk management.

Komponen Manajemen Risiko

Gambar SIklus Proses Manajemen Risiko

Untuk melakukan manajemen risiko kita perlu melelui beberapa proses. Seperti yang

dikutip dari id.wikipedia.org, COSO atau Committee of Sponsoring Organizations of the

Treadway Commission menyebutkan ada delapan kerangka yang berkaitan dalam

Manajemen Risiko Korporasi (MRK) yaitu

1. Lingkungan internal (internal environment)

2. Penentuan sasaran (objective setting)


3. Identifikasi peristiwa (event identification)

4. Penilaian risiko (risk assessment)

5. Tanggapan risiko (risk response)

6. Aktivitas pengendalian (control activities)

7. Informasi dan komunikasi (information and communication)

8. Pemantauan (monitoring)

1. Lingkungan Internal (Internal Environment)


Proses pertama ini berkaitan dengan lingkungan perusahaan beroperasi. Mulai dari risk-

management philosophy, integrity, risk-perspective, risk-appetite (penerimaan risiko),

ethical values, struktur organisasi, hingga pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh

perusahaan.

Artikel Lain : Apa dan Bagaimana Manajemen SDM itu?

2. Penentuan sasaran (objective setting)


Langkah selanjutnya adalah penentuan tujuan dari organisasi agar risiko dapat

didentifikasi, diakses, dan dikelola sesuai dengan tujuan tersebut. Objective ini bisa kita

klasifikasikan menjadi dua yaitu strategic objective yang berfokus pada perwujudan visi

misi dan activity objective bertujuan pada aktivitas seperti operasi, reportasi, dan

kompliansi.

3. Identifikasi peristiwa (event identification)


Berikutnya adalah mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial yang mempengaruhi

strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tidak pasti tersebut bisa

berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya yang lebih sering kita

sebut sebagai risiko (risks).

4. Penilaian risiko (risk assessment)


Langkah ini menilai sejauh mana kejadian atau keadaan tadi dapat mengganggu

pencapaian tujuan. Besarnya dampak dapat dianalisis melelui dua perspektif, yaitu:

likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari

terealisirnya risiko).
5. Tanggapan risiko (risk response)
Setelah itu organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Tanggapan ini

dapat berupa menghindari (avoidance) risiko, mengurangi (reduction) risiko, memindahkan

(sharing) risiko, dan menerima (acceptance) risiko, tergantung dengan risiko yang

dihadapi.

6. Aktivitas pengendalian (control activities)


Proses ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur

untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian ini berupa

pembuatan kebijakan dan prosedur, pengamanan kekayaan organisasi, delegasi

wewenang dan pemisahan fungsi, dan supervisi atasan.

7. Informasi dan komunikasi (information and communication)


Fokus dari langkah ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait

melalui media komunikasi yang sesuai dan tepat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan

dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah

komunikasi, dan alat komunikasi.

8. Pemantauan (monitoring)
Langkah terakhir adalah monitoring. Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus

menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Pada proses monitoring, perlu

dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap

atau bahkan berlebihan (tidak relevan).

Tiga Langkah Efektifkan Mananjemen Risiko


Delapan proses tadi bisa dibilang cukup panjang. Agar lebih mudah kita akan meringkas

kedelapan langkah tadi menjadi tiga langkah yang bisa mengefektifkan manajemen risiko.

Dikutip dari business.tutsplus.com, ketiga langkah tersebut yaitu perencanaan,

penanganan, dan monitoring.

1. Perencanaan
Proses perencanaan ini bisa disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Untuk perusahaan

besar misalnya perencanaan manajemen risiko membutuhkan persiapan banyak.


Sedangkan perusahaan kecil mungkin hanya memerlukan beberapa spreadsheet yang

fokus pada risiko dari beberapa produk.

Perencanaan ini dimulai dengan mendaftar risiko yang mungkin terjadi. Kemudian

dilanjutkan dengan penilaian risiko mana yang mungkin terjadi dan bagaimana tingkat

keberhasilan mengatasi risiko tersebut. Terakhir menentukan rencana tindakan yang akan

diambil.

Tujuan perencanaan ini adalah mengidentifikasi risiko utama, memprioritaskan risiko

tersebut berdasarkan kecendrungan dan dampak, dan menilai seberapa efektifit kendali

saat ini pada risiko yang dihadapi.

Gambar Tips manajemen risiko (Central Insurance Companies)

2. Penanganan
Untuk penangan risiko kita bisa menggunakan empat cara yang sama seperti pada proses

yang diberikan COSO yaitu menghindar, mengurangi, memindahkan dan menerima

Menangani risiko dengan menghindar bisa sangat efektif bila keuntungan yang didapat

tidak sebanding dengan risiko yang akan diterima. Tapi strategi ini juga tidak bisa

digunakan sebagai cara utama karena kita mungkin melewatkan keuntungan besar dari

risiko yang kita hadapi. Jadi kita harus tahu secara jelas bagaimana karakteristik dari risiko

tersebut dan telah mengujinya dengan bebrapa cara lain.

Cara yang kedua adalah dengan mengurangi risiko yang diterima. Cara ini bisa dibilang

paling umum dan cocok pada rentang risiko yang luas. Kita tetap bisa beraktivitas seperti
biasa namun dengan bahaya yang berkurang. Namun kekurangannya adalah saat kontrol

kita tidak efektif risiko yang kita takutkan bisa terjadi.

Memindahkan risiko ini sering sekali kita gunakan. Risiko dapat dipindahkan melalui

asuransi. Properti, kendaraan, rumah yang memiliki risiko seperti hilang, rusak atau

terbakar bisa kita pindahkan risikonya ke perusahaan asuransi dengan asuransi yang kita

pilih sehingga menjadi lebih aman.

Dalam kasus risiko yang ringan, langkah terbaik yang bisa kita pilih adalah

menerimanya. Untuk risiko yang mendapatkan nilai dampak dan kecendrungan yang

rendah, solusi sederhana dan murah akan lebih menguntungkan jika kita menerimanya dan

melanjutkan bisnis seperti biasa.

3. Monitoring
Langkah terakhir yang dilakukan adalah monitoring atau mengontrol sistem yang sudah

dibuat. Kontrol ini dilakukan mulai dari proses awal, apakah perlu ada modifikasi pada

perencanaan atau yang lainnya. Begitu juga pada penanganan agar tetap berjalan dengan

baik.

Dengan ketiga langkah ini jalannya manajemen risiko akan lebih efektif. Semua tindakan

yang diambil dapat lebih menguntungkan dan minim risiko. Perusahaan pun dapat

berkembang dan lebih maju lagi dengan tingkat kerugian yang berkurang.

Proses Manajemen Risiko


Hal selanjutnya yang menjadi pembahasan adalah proses manajemen risiko yang

didalamnya akan terdapat beberapa langkah. Berdasarkan ISO 31000:2009, proses

manajemen risiko merupakan bagian yang penting dari manajemen risiko sebab

penerapan atas prinsip dan kerangka kerja manajemen risiko yang telah dibangun.

Adapun proses manajemen risiko terdiri atas tiga proses utama, yaitu penetapan konteks,

penilaian risiko, dan juga penanganan risiko.


Adapun Penetapan konteks manajemen risiko ini bertujuan guna mengidentifikasi dan

mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak

dicapai, stakeholders yang turut berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko. Hal-hal

tersebut tentu saja akan membantu untuk mengungkapkan dan menilai sifat dan

kompleksitas dari risiko.

Penetapan konteks manajemen risiko ini juga erat kaitannya dengan melakukan

penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan juga parameter-parameter lain yang masih

berhubungan dengan proses pengelolaan risiko dalam suatu perusahaan.

Proses ini akan menunjukkan kaitan atau pun hubungan antara permasalahan hal yang

akan dikelola risikonya dengan lingkungan perusahaan baik itu eksternal maupun internal.

Proses manajemen risiko, dan juga ukuran maupun kriteria risiko yang hendak dijadikan

standar. Dalam jurnal manajemen risiko, hal ini selalu dibahas.

Itulah informasi mengenai manajemen risiko yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat dan

bisa menambah wawasan dan arti penting manajemen risiko.

Nah itulah tadi semua hal mengenai manajemen risiko mulai dari pengertian, langkah-

langkah, dan cara mengoptimalkan manajemen risiko. Semoga dapat bermanfaat, saya

mohon maaf untuk kesalahan yang ada sekian dan terima kasih.

MAKALAH Manajemen Risiko

BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian
dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko
kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan
sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak
kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan
sepakati bersama bahwa tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas
keuntungan kompetitif dalam organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam
Kasidy, Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko lainnya
yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan
disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko
menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini
secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang
atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika
kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang
yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko?
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil
apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan
sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah
kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah
jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak
langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga
menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada
supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan
kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.

BAB II
KERANGKA TEORI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko
dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi adanya
kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidi, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko adalah
suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan, namun
penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko adalah
ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari beberapa definisi
yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah sesuatu yang belum
pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan kerugian bagi usaha
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
A. MANAJEMENT RESIKO
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah
suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif
resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen
resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal
(seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua wirausaha.
Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang
terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari
semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara
mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan
(sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari
semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko
meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan
ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses
yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu
permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam
suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior.
Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang
manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko mendukung
akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi
operasional dari semua tingkatan.
B. SASARAN MANAJEMENT RESIKO
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan
manajemen resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas
manajemen resiko (manusia, staff, organisasi).

C. KATEGORI RESIKO
Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi
melalui suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan dan penanggulangan resiko.
2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi
melalui diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara
sistematis akan mempengaruhi posisi pasar (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-
kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang
menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Resiko yang
dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.

2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah
kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan
demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali
ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah
sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi.
Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang
dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama
antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada
kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua
kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari
risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak
mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko
murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif
memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik,
dan resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat
dibagi sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
D. MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara
sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam
menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian
dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti
kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses). Checklist
yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian
yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka
diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang
dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

E. MENGANALISA RESIKO
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan
probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang
mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian
yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan
dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu
resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain
itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset
immaterial.
F. MONITORING RESIKO DAN EVALUASI
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian
penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti
sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah
penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan
pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk
mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko
terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
G. KONSEP RESIKO
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki
beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang
dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisas

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan,


lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari
kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi
resiko tergantung pada kerja sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam
perusahaan. Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses
mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan manajemen resiko.
Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka membatasi proses hanya pada resiko
yang diasuransikan saja. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk menentukan
metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi

a. Faktor Penyebab Resiko


Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir,
tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang secara
langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas
bangunan suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat
mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya resiko
moral. Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai suatu badan/perusahaan
misalnya yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang terlibat pada permasalahan
penggelapan dana nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian
finansial, tapi juga resiko reputasi, bahkan kepatuhan. Resiko reputasi dan kepatuhan lebih
membahayakan keberlangsungan perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan
masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut kehilangan dana karena masyarakat
akan menarik kembali seluruh dana yang telah tertanam di bank tersebut karena takut akan
mengalami kerugian besar. Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk
menjalankan kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan
ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat terancam
likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menutup bank.

b. Sumber Penyebab Resiko


Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1. Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan orang-
orang menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan. Misalnya : pencurian, huru-hara,
peperangan.
2. Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku
manusia. Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian maupun kerusakan harta.
3. Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

H. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko
terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi
merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui
besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
I. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa memindahkan
resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat
kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko
bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa
yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan
lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke
dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai
indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila
resiko terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan
untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang
bertanggung jawab melakukannya.

J. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara
penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam register
resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.
K. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis
yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat
tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan
berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan
(pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan
konsumen air bersih).

L. CARA PENGENDALIAN RESIKO


Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1.
2. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung jawab
dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan
Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk management dan unit
business yang telah berinteraksi dan bersinerji secara optimal.
3. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan digunakan
sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko
yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
4. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan persiapan
untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi penanggung jawab dari seluruh
inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
5. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan pemeliharaan
cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit resiko likuiditas,
merancang analisis scenario dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan
mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006).

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah
suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko
yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko

7 Cara Menerapkan Risk Management


(Manajemen Risiko) dalam Perusahaan serta
Contohnya
By Martina, 18 April 2019

Pernahkah Anda mendengar mengenai risk management (Manajemen Risiko)


sebelumnya? Tahukah Anda apa manfaat dari dilakukannya risk management ini?
Biasanya, setiap perusahaan memiliki staf yang bertanggung jawab dalam hal ini guna
meminimalisir kemungkinan risiko menyerang perusahaan dalam bidang usahanya. Risiko
adalah faktor yang mungkin menimbulkan masalah dalam suatu usaha dan harus segera
ditangani. Jika tidak ditangani dengan serius, maka Anda harus berhati-hati dengan
efeknya pada usaha itu nanti. Cara menangani risiko adalah dengan menerapkan risk
management. Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih banyak yang
belum memahami apa itu risk management dan bagaimana cara menerapkannya. Oleh
sebab itu, Anda harus menyimak pembahasan lengkap mengenai cara menerapkan risk
management pada bagian berikut ini.
Risk management atau manajemen risiko adalah upaya yang dilakukan untuk menghindari
timbulnya konflik dalam perusahaan dan pengembangan usahanya. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya risk management dalam suatu perusahaan. Adanya risk management ini
mendatangkan manfaat bagi perusahaan. Sebelum mengetahui apa saja manfaat dari
penerapan risk management dalam perusahaan, cobalah Anda simak dahulu bagaimana
cara menerapkan risk management di perusahaan Anda.

7 Cara Menerapkan Risk Management dalam


Perusahaan serta Contohnya
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian atas, risk management dalam perusahaan memiliki
peran yang penting agar terhindar dari berbagai risiko yang tidak diinginkan. Jadi apapun
perusahaan dan usaha yang dikembangkan, sangat penting untuk dilakukan penerapan dari
risk management. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerapkan risk management
ini? Anda bisa menerapkan risk management dengan mengikuti langkah-langkahnya
berikut ini.

1. Internal Environment and Objective Setting (Lingkungan Internal dan Sasaran)


Agar dapat menerapkan risk management di perusahaan dengan baik, Anda harus memulai
dari pengenalan lingkungan internal. Pahami definisi dari manajemen risiko dan berbagai
istilah di dalamnya. Hal ini akan membantu Anda untuk melakukan penerapan risk
management dengan lebih baik dan tepat. Setelah mengenal berbagai hal terkait risk
management, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menentukan sasaran organisasi
untuk mengidentifikasi risiko secara dini. Contohnya, suatu perusahaan memiliki dua
tujuan dalam risk management, yaitu tujuan objektif untuk mewujudkan visi-misi dan
tujuan aktivitas untuk melaksanakan operasional.

2. Risk Identification (Identifikasi Risiko)


Tahapan selanjutnya, penerapan risk management dilanjutkan pada dilakukannya
identifikasi risiko dalam perusahaan. Beberapa kejadian yang potensial mengganggu
strategi dan pencapaian tujuan yang disebutkan sebelumnya digolongkan sebagai risiko.
Biasanya kejadian yang potensial menjadi risiko adalah kejadian yang memberikan
dampak negatif pada operasional perusahaan. Tujuan perusahaan pun akan sulit tercapai.
Setelah setiap kejadian yang mungkin menjadi risiko selesai diidentifikasi, maka Anda
bisa melanjutkan ke langkah penerapan berikutnya untuk melakukan penilaian.
Contohnya, ada beberapa kejadian tidak pasti di mana setiap 1 minggu sekali terjadi
pemadaman listrik. Tentunya pemadaman listrik akan menyebabkan terhambatnya
produksi usaha dan dikategorikan sebagai risiko.
3. Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Beberapa kejadian yang potensial menjadi risiko pada perusahaan kemudian harus
dilakukan penilaian. Penilaian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan
seberapa besar dampak dari terjadinya kejadian ini. Misalkan suatu kejadian dalam daftar
risiko terjadi di perusahaan Anda, apa saja efeknya bisa diketahui dengan melakukan
analisis dalam dua perspektif. Perspektif analisis yang pertama adalah perspektif peluang
risiko dan yang kedua perspektif efek risiko. Jadi analisis risiko tersebut seberapa besar
peluangnya terjadi dan seberapa besar efeknya jika terjadi. Contohnya, risiko listrik padam
yang berpeluang terjadi 1 minggu sekali dan efeknya yang cukup besar dalam hal produksi
perusahaan.
4. Risk Response (Tanggapan Risiko)
Tahap berikutnya adalah memberikan tanggapan pada risiko yang sudah dinilai
sebelumnya. Tanggapan yang dimaksud adalah sebuah sikap yang dibutuhkan dalam
menghadapi risiko yang terjadi pada perusahaan. Tentu bisa dikatakan fokus utama dari
risk management ada pada tahapan ini. Beberapa jenis tanggapan terhadap suatu risiko
yang telah diidentifikasi dan dinilai adalah avoidance (hindari), reduction (kurangi),
sharing (pindahkan), atau acceptance (terima). Misalnya untuk jenis risiko pemadaman
listrik tadi, tanggapan yang dilakukan tentu adalah menerima.

5. Control Activities (Pengendalian Aktivitas)


Selain menentukan tanggapan dari suatu risiko, risk management juga memiliki tahapan
untuk mengendalikan aktivitas pelaksanaannya. Tahapan ini menjadi tahapan yang
memastikan bahwa semua prosedur dari risk management dilakukan sesuai dengan
kebijakan yang diatur. Contoh berbagai aktivitas pengendalian dalam suatu risk
management adalah pembuatan kebijakan dan panduan pelaksanaan, pengamanan aset
organisasi, pemberian wewenang dan pemisahan tugas, juga supervisi atasan. Semuanya
akan memastikan bahwa aktivitas risk management telah dikendalikan dengan baik.

6. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)


Tahap berikutnya adalah penyampaian informasi yang sesuai terkait risk management
yang telah dilakukan ke berbagai pihak terkait. Penyampaian informasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis media komunikasi. Pada tahapan ini, harus
dipastikan bahwa penyampaian informasi dan komunikasi dilakukan dengan jelas pastikan
kualitasnya, arahnya, dan alat yang digunakannya. Semua informasi yang disampaikan
kemudian akan digunakan pada tahapan terakhir risk management dalam perusahaan.
7. Monitoring and Evaluation (Pemantauan dan Evaluasi)
Terakhir, jangan lupa untuk menggunakan semua informasi dan komunikasi yang
didapatkan dari risk management sebagai bahan monitoring dan evaluasi. Monitoring
adalah pemantauan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui apakah risk
management sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan dan prosedurnya. Selain
monitoring, dilakukan juga evaluasi untuk mengetahui apakah ada kendala dan yang perlu
diperbaiki dari risk management yang sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai