Npm: 19310545
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Setelah membahas pengertian manajemen risiko, kali ini kita akan membahas
dan keamanan bisnis. Proses pelacakan ini dapat dilakukan dengan riset
dan analisa prosedural dari setiap aktivitas perusahaan, mulai dari proses
dengan risiko perlu melakukan upaya agar risiko tidak sampai terjadi dan
pihak lain.
risiko adalah salah satu komponen pengelolaan bisnis terpenting yang bisa
kolaps. Ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan bisnis Anda bangkrut,
4. Menjaga Kepercayaan Stakeholder
juga akan tetap terjaga. Jika perusahaan Anda terbukti punya nama baik di
di antaranya:
atau leveling dari tiap jenis risiko yang ada. Valuasi ini dapat Anda
yaitu:
o Bencana (catastrophic)
yang dilakukan.
pada stakeholder terkait.
risiko, di bawah ini ada beberapa jenis risiko paling umum dihadapi bisnis.
1. Risiko Bisnis
Jenis risiko yang pertama dan paling umum adalah risiko bisnis, yaitu
2. Risiko Geografis
Jenis risiko yang berikutnya adalah risiko geografis, yaitu risiko akibat
dan jenis bencana alam lainnya. Contoh manajemen risiko yang bisa
3. Risiko Politik
Jenis risiko yang ketiga adalah risiko politik, yaitu ancaman-ancaman yang
terjadi akibat kondisi politik dan kebijakan suatu negara. Contoh risiko
politik misalnya anomali kebijakan, konflik perebutan kekuasaan, dan
sebagainya.
Selain risiko politik, jenis risiko yang juga dialami perusahaan adalah
5. Risiko Persaingan
Jenis risiko terakhir dan kerap dialami bisnis adalah risiko persaingan,
risiko ini misalnya dengan memiliki tim advokasi bisnis dan menyiapkan
Severity
B Gagal bayar
A Kesalahan pemrosesan
Frequency
Risk Map
s
i 10
g 9 Quadrant II Quadrant I
n High 8 (Detect and Monitor) (Prevent at Source)
Tipe resiko semacam ini seringkali muncul tapi besarnya kerugian relative kecil.
Biasanya resiko semacam ini muncul sebagai akibat perusahaan menjalankan
bisnisnya. Dengan kata lain, resiko semacam ini merupakan konsekuensi
perusahaan menjalankan bisnisnya. Misalnya, untuk perusahaan supermarket, ada
resiko shoplifting (pencurian oleh pembeli), pencurian oleh karyawan, barang
dagangan rusak karena busuk atau karena botol pecah, resiko semacam ini lebih
mudah dikenali, dan perusahaan bisa menghitung resiko tersebut. Kemudian
perusahaan bisa menganggapnya sebagai biaya dari kegiatan bisnis, dan
perusahaan bisa memasukannya dalam komponen harga. Kebanyakan perusahaan
memasukan biaya seperti itu ke dalam struktur harga mereka. Perusahaan bisa
memonitor resiko-resiko tersebut untuk memastikan bahwa resiko tersebut masih
berada pada wilayah normal. Jika resiko tersebut bergerak melebihi batas tertentu,
maka perusahaan perlu melakukan tindakan untuk menangani resiko tersebut.
Misalnya, jika frekuensi pencurian oleh pembeli supermarket menunjukkan
kecenderungan menin gkat maka manajer perlu melakukan perbaikan. Perbaikan-
perbaikan tersebut pada intinya memperbaiki prosedur dan proses bisnis.
Misalnya, pada kasus pencurian diatas, manajer supermarket bisa meminta
pembeli untuk meninggalkan tas, memasang supermarket di supermarket,
memasang barcode pada setiap produk yang dipajang (sehingga jika tidak di lepas
dan melewati tiang scanner akan berbunyi).
Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at
source.
Tipe resiko seperti ini tidak releven lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam
ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan resiko, dan bisa
berakibat pada kebangkrutan. Misalnya, jika perusahaan tidak bisa mengendalikan
penggelapan uang dengan jumlah besar oleh karyawannya (tipe resiko ini berada
dalam kuadran frekuensi rendah/signifikansi tinggi), maka ada kemungkinan
resiko ini berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikansi tinggi). Jika hal
ini terjadi, maka perusahaan praktis akan bangkrut dalam waktu singkat. Dengan
perspektif semacam ini, maka tugas manajemen resiko adalah mencegahnya
migrasi resiko-resiko yang ada ke dalam kuadran frekuensi tinggi/signifikansi
tinggi.
S Tinggi
E Wilayah 1
V
Wilayah 2
E
R
I Wilayah 3
T
Y Rendah Wilayah 4
Rendah Tinggi
Frequency
` aspek dinamika resiko juga perlu diperhatikan. Resiko bisa berubah dari
wilayah 4 ke wilayah lainya, misal ke wilayah 2. Misalnya, resiko tuntutan hokum
barangkali tidak begitu kelihatan di masa lalu. Tetapi dengan semakin sadarnya
masyarakat akan hak dan kewajibanya, resiko tersebut bisa berubah menjadi
resiko yang semakin pentin. Pengukuran resiko oprasional dapat kita lakukan
dengan penempatan tingkatan dari setiap bentuk resiko yang terjadi. Yaitu
semakin tinggi resiko maka semakin tinggi kem ungkinan untuk memperoleh
retrun yang di harapkan, dengan asumsi resiko dan retrun besifat linier.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat dalam gambar di bawah ini:
E(R)
IV I
1. Posisi 1 adalah dimana E(R) berada di posisi tertinggi dan σ juga berada di
posisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka
semakin tinggi kemungkinan terjadinya σ. Atau dengan kata lain disini kondisi
maksimalitas E(R) bersifat searah (linier) dengan resiko yang akan diterima.
Misalnya, pada saat suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas
atau profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat
pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu meningfkatkan
jumlah produksi per unitnya yaitu jika sebelumnyya perusahaan bisa
memproduksi 4.000 unit maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700 unit.
Kondisi ini akan menimbulkan beberapa dampak pada resiko operasional
perusahaan seperti:
a. Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena
dipakai dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b. Kebutuhan bahan baku yang di butuhkan akan mengalami peningkatan
yang tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhi
kelancaran produksi secara tepat waktu.
2. posisi II adalah dimana E( R) berada pada posisi rendah dan σ berada pada
posisi yang tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non
melakukan antisipasi dan menetapkan strategi yang maksimal guna menghindari
semakin terjadinya pergerakan terjadinya kenaikan resiko yang lebih tinggi,karena
semakin tingginya resiko yang terjadi akan menyebabkan beberapa hal pada
perusahaan, misalnya:
a. Peningkatan kerugin perusahaan akan terus bertambah dan lebih jauh
dana cadangan akan lebih banyak terkuras
b. Jika resiko kerugian ini di biarkan terus menerus maka akan
menyebabkan perusahaan berada dalam kondisi financial distress
(kesulitan keuangan).
3. posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada
posisi yang rendah, atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
4. pisisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
yang rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier)
pada kondisi yang seperti ini ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu di
cermati:
a. Resiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi mampu menempatkan posisi
perusahaan berada pada titik posisi II
b. Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat control resiko (risk control)
menjadi lemah karena perusahaan selama ini terbuai oleh profit yang terus
menerus mengalami kenaikan.
c. Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini bisa berdampak
pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harus
dikerjakan.
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://visimediapustaka.com/artikel-buku/323-strategi-antisipasi-risiko-pidana-
pengadaan-barang-dan-jasa
http://nurulazizaheducation.blogspot.com/2011/03/menejemen-risiko.html
http://gaharuchromeblogspot.wordpress.com/2010/07/19/makalah-manajemen-
resiko/
file:///C:/Users/USER/Downloads/Manajemen%20risiko%20-%20Wikipedia
%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm