Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Risiko – Sesi 2 – Bab 1

Kelompok 9
1. Aldo Fernandus / 202160258
2. Gustavo Mesias Karel Rampengan / 202160259
3. Russelino Matthew / 202160269
BAB 1 (RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO)
Risiko
Risiko adalah dampak dari ketidak pastian untuk mencapai tujuan perusahaan
(ISO 31000). Setiap kegiatan selalu menghadapi dan berhubungan dengan risiko karena
risiko melekat dalam proses bisnis dan merupakan potensi terjadi kerugian. Risiko dapat
berupa ancaman (threat) dapat juga berupa peluang (opportunity).
Risiko dapat diklasifiasikan dalam beberapa pengertian antara lain :
 Risiko murni adalah suatu peristiwa yang terjadi menimbulkan kerugian dan risiko
tersebut dapat dialihkan (transfer the risk). Contoh: kebakaran, huru-hara,
kecelakaan.
 Risiko spekulatif adalah suatu peristiwa yang terjadi dapat menimbulkan
kerugian dan risiko tersebut tidak dialihkan ke pihak lain. Artinya risiko
tersebut ditanggung sendiri (retention). Contoh: investasi di saham, pemasaran
produk baru.
 Risiko dasar adalah suatu peristiwa dimana disebabkan dan ditimbulkannya oleh
alam dan bersifat catatropic (dalam skala besar) dimana peristiwa-peristiwa jarang
terjadi, apabila terjadi menyebabkan kerugian yang sangat besar. Contoh: gempa
bumi, tsunami, angin topan.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko (ISO 31000). Tujuan manajemen
risiko perusahaan adalah melaksanakan fungsi manajemen risiko di perusahaan (entitas)
di pasar modal untuk memastikan semua risiko yang dihadapi perusahaan dapat
dikelola dengan efektif, efisien secara menyeluruh (terintegrasi) agar Visi, Misi dan
Sasaran Perusahaan dapat tercapai dan sesuai dengan prinsip-prinsip Manajemen Risiko
(SKK Manajemen Risiko Pasar Modal, 2015).
Cakupan manajemen risiko adalah pada konteks perusahaan dan penerapan
manajemen risiko ditujukan untuk mendorong dan menjaga aset tangible dan intangibleyang
membentuk model bisnis perusahaan. Fokus manajemen risiko adalah penilaian risiko secara
signifikan dan pelaksanaan respon risiko yang sesuai. Tujuannya adalah untuk mencapai
nilai maksimum dari semua kegiatan perusahaan.
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen risiko untuk
menghindarkan kemungkinan munculnya hasil-hasil yang mengejutkan (surprise) secara
biaya sehingga merugikan perusahaan. Dalam membuat keputusan dari lebih terbuka dan
transparansi serta sistematis dan tepat waktu. Pelaporan yang lebih efektif dan
terstruktur dalam memenuhi kebutuhan perusahaan dan yang hasil diperoleh lebih baik
serta efisiensi dan efektivitas.

Proses Manajemen Risiko


Proses ini agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. Proses harus sesuai
dengan: visi dan misi perusahaan; target perusahaan; identifikasi kepentingan stakeholders;
artikulasi lingkungan eksternal dan internal; konteks penerapan proses manajemen risiko; dan
kriteria risiko. Sasaran perusahaan harus sesuai kondisi perusahaan agar tercapai dan terukur.
Kriterianya yaitu: harus jelas dan spesifik untuk dinilai risikonya; harus selaras dengan
sasaran; beberapa sasaran harus saling berkaitan. Sasaran memenuhi SMART yaitu: Spesifik
(jelas/ tidak ambigu), Measurable (dapat diukur pencapaiannya), Achievable (realistis),
Relevant (sesuai strategi bisnis), dan Timely (ada jangka waktu).
Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi diseluruh organisasi agar efisien dan
efektif biaya. Manajemen risiko harus diterapkan secara sinergi dengan manajemen lainnya
sebagai peringatan dini terjadinya kegagalan. Seluruh elemen bisnis harus memiliki
kesadaran dan kepedulian risiko dalam setiap aktivitas bisnis sesuai wewenang dan tanggung
jawabnya. Seluruh risiko harus diidentifikasi, diukur, ditangani, dikomunikasikan dan
dimonitor secara bersamaan.

Manajemen Risiko Tradisional dan Perusahaan


Manajemen risiko tradisional berfokus pada risiko yang dapat diukur dan sering mengabaikan
risiko yang sulit diukur. Perbedaan manajemen risiko tradisional dan perusahaan:
Manajemen Risiko Tradisional Manajemen Risiko Perusahan
Dipantau auditor internal Dipantau CEO dengan pengawasan Dewan
Risiko = faktor negative yang dikendalikan Risiko = ancaman sebagai peluang
Risiko dikelola secara terpisah Risiko dikelola secara terpadu
Tanggung jawab milik tingkat rendah Tanggung jawab milik senior management
Pengukuran risiko subyektif Pengukuran risiko kuantitatif
Tidak terstruktur dan fungsi yang berbeda Dibangun dalam semua system perushaan
Penyebab kegagalan penerapan manajemen risiko yaitu: terbatasnya pemahaman risiko;
mengabaikan risiko; risiko tersembunyi tidak dilaporkan pegawai; gagalnya komunikasi
kepada Dewan Direksi; dan tidak memantau secara berkala. Kriteria menerapkan risiko
perusahaan: penerapan secara menyeluruh; semua risiko masuk dalam risk register; focus
pada risiko utama; risiko terintegrasi dengan unit perusahaan; menyeimbangkan hasil dan
risiko; identifikasi risiko transparan; dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Budaya Risiko
Budaya risiko adalah istilah yang menggambarkan nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan dan
pemahaman tentang risiko secara bersama oleh sekelompok orang dengan memiliki tujuan
yang sama. Hal ini berlaku apakah perusahaan swasta, badan usaha milik negara (BUMN)
atau perusahaan nirlaba. Budaya risiko suatu perusahaan adalah elemen penting yang dapat
memastikan bahwa doing the right thing lebih baik atas doing whatever it takes.

Budaya manajemen risiko merupakan bagian dari proses manajemen risiko yang meliputi:
1. Organisasi manajemen risiko dan struktur tata kelola.
2. Peran, kemampuan dan akuntabilitas staf manajemen risiko.
3. Komunikasi manajemen risiko dan transparansi.
4. Kebijakan manajemen risiko.
5. Pengaruh manajemen risiko untuk penganggaran dan manajemen kompensasi.

Manajemen perusahaan dalam mensosialisasikan budaya risiko harus memperhatikan:


• Apakah budaya risiko saat ini di perusahaan sudah berjalan baik dan bagaimana
meningkatkan manajemen risiko ke dalam budaya perusahaan?
• Bagaimana merubah budaya tidak perduli dengan risiko menjadi budaya perduli dengan
risiko?
• Bagaimana budaya risiko perusahaan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghadapi
persaingan?

Ada lima langkah dalam menerapkan kerangka kerja budaya risiko di perusahaan:
1. Memberi pemahaman mengenai risiko dan manfaatnya untuk perusahaan.
2. Membentuk etika karyawan terhadap budaya perusahaan.
3. Membentuk lingkungan kerja yang mendukung terbentuknya budaya risiko.
4. Meningkatkan penerapan budaya perusahaan.
5. Membentuk dan menerapkan budaya risiko yang merupakan bagian penting dari buadaya
perusahaan.

Pertanyaan (Question) :
Apa yang harus kita lakukan jika terdapat beberapa risiko besar yang datang secara
bersamaan dan tidak berkaitan?

Anda mungkin juga menyukai