Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko”


dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan
orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan
sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-
resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati
bersama bahwa tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas
keuntungan kompetitif dalam organisasi maka perlu untuk mengetahui
konsep resiko untuk lebih tau mengenai jenis resiko, prinsip resiko, esensi,
klarifikasi resiko dan konsep lain yang berkaitan dengan resiko.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Resiko?

2. Apa saja jenis-jenis risiko?

3. Bagaimana prinsip-prinsip risiko?

4. Apa saja klasifikasi manajemen risiko?

5. Bagaimana esensi konsep manajemen risiko?

6. Apa saja konsep lain yang berkaitan dengan manajemen risiko?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian resiko

2. Untuk Mengetahui jenis-jenis risiko

1
3. Mengetahui prinsip-prinsip manjemen risiko

4. Mengetahui klasifikasi manjemen risiko

5. Mengetahui esensi konsep manajemen risiko

6. Mengetahui konsep lain yang berkaitan dengan manjemen risiko

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RESIKO

Pengertian risiko dalam kaitan dengan asuransi, dapat dirumuskan


sebagai berikut : “Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti.
Ketidakpastian yang dominan adalah ketidakpastian akan selalu dihadapi
semua manusia dalam seluruh aktivitas kehidupannya, baik kehidupan
pribadi (personal) maupun kegiatan usaha (Business)”. Ketidakpastian
yang dominan adalah ketidakpastian akan terjadinya peristiwa dan
ketidakpastian akan dialaminya kerugian (Uncertainlty of Occurrence &
Uncertainty of Loss) dari konsep inilah kita bertitik tolak mempelajari
asuransi. Gambaran lebih jelas dapat kita proyeksikan dengan berita-berita
atau catatan tentang peristiwa kecelakaan lalu lintas, bencana alam,
kejahatan manusia, dan kejadian – kejadian lain, yang sering kita baca di
surat kabar , majalah dan hampir setiap hari kita lihat melalui layar kaca
televisi.

B. JENIS – JENIS RISIKO

Jenis-jenis risiko pada dasarnya dikelompokkan dalam beberapa


jenis bergantung pada sudut pandang pelaku industri keuangan sesuai
dengan kegiatan usaha pada lembaga keuangan.

1. Risiko berdasarkan sifat

a. Risiko spekulatif (speculative risk) yaitu risiko yang memang


sengaja diadakan untuk mengharapkan hal-hal yang
menguntungkan. Contoh risiko yang disebabkan dalam utang
piutang, membangun proyek, perjudian, dan menjual produk.

b. Risiko murni (pure risk) yaitu risiko yang tidak disengaja yang jika
terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh:
perampokan dan pencurian

3
2. Risiko berdasarkan dapat tidaknya dialihkan

a. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat


dipertanggungkan sebagai objek yang terkena risiko kepada
perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan
demikian, kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban)
perusahaaan asuransi.

b. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang


termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat
dipertanggungkan pada perusahaan asuransi.

3. Risiko berdasarkan asal timbulnya

a. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan.


Misalnya, risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena
kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja dan risiko
mismanagement.

b. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan perusahaan. Misalnya, risiko pencurian, penipuan,
fluktasi harga, dan perubahan politik.

C. PRINSIP-PRINSIP RISIKO

Prinsip-prinsip Manajemen Risiko :

1. Transparasi

Seluruh potensi resiko yang ada dalam aktivitas harus dipaparkan


secara terbuka karena risiko yang tersembunyi dapat menjadi sumber
permasalahan terbesar.

2. Pengukuran yang akurat

Investasi harus berkesinambungan dengan berbagai teknik dan alat


yang akan digunakan sebagai syarat dari manajemen resiko yang kuat.

4
3. Informasi berkualitas yang tepat waktu

Prinsip ini menentukan akurasi pengukuran dan kualitas keputusan


yang diambil.

4. Diversifikasi

Sistem manajemen risiko yang baik menempatkan konsep diversifikasi


sebaga sesuatu yang penting dicermati, hal ini menuntut pola
pemantauan yang konstan dan konsisten.

5. Independensi

Membahas tentang kewenengan dan tanggung jawab dari kelompok


manajemen risiko dan kelompok/unit lainnya dalam perusahaan,visi
perusahaan dan kualitas interaksi antara kelompok manajemen risiko
dan kelompok/unit lainnya, serta antar kelompok/unit yang
melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

6. Pola keputusan yang disiplin

Pola keputusan yang diambil harus bergantung pada upaya manajemen


dalam memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat/teknik
tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat/teknik
tersebut.

7. Kebijakan

Mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi manajemen risiko suatu


perusahaan harus dirumuskan dalam sebuah policy, manual and
procedure yang jelas. Tujuan utama hal tersebut adalah memberikan
kejelasan mengenai proses manajemen risiko, baik untuk pihak
internal maupun pihak eksternal.

D. KLASIFIKASI MANAJEMEN RISIKO

Dalam dunia asuransi yang dimaksud risiko adalah, apabila risiko tersebut
diartikan sebagai ketidak pastian yang menimbulkan kerugian

5
(Uncertainty of loss), yang dimaksud disini kerugian daIam arti financial
(financial risk), dimana kerugian tersebut dapat dinilai secara financial
atau dinilai dengan uang. Risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Resiko operasional

yaitu jenis resiko yang muncul akibat tidak berfungsinya bagian


internal perusahaan dan beberapa penyebab lainnya seperti human
error dan sistem yang gagal. Penyebab timbulnya resiko operasional
ini diklaim sebagai penyebab yang paling luas bila dibandingkan
dengan jenis resiko lainnya. Selain disebabkan oleh beberapa hal yang
telah disebutkan di atas, ada penyebab lain timbulnya resiko
operasional, seperti akuntansi, kegiatan operasional (baik kegiatan
operasional untuk barang dan jasa), sistem informasi manajemen,
sistem teknologi informasi, dan sistem manajemen sumber daya
manusia (HRM).

2. Resiko hazard/ resiko bahaya

yaitu sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi berbagai akibat yang


timbul akibat suatu peristiwa. Kerugian yang dialami oleh sebuah
perusahaan merupakan contoh penyimpangan yang tentunya tidak
diinginkan oleh semua perusahaan. Adapun beberapa faktor yang
diklaim sebagai sumber alias kerugian yang dialami oleh suatu
perusahaan, antara lain resiko sosial, resiko ekonomi, dan resiko fisik.
Sangat penting bagi manajer resiko untuk mengidentifikasi sumber
resiko yang ada pada sebuah perusahaan agars manajer dapat langsung
mengambil langkah tepat untuk menanganinya.

3. Resiko financial

yaitu suatu resiko yang umumnya dialami oleh investor. Resiko ini
muncul sebaagi akibat saham dan obligasi emiten yang tidak mampu
mampu membayar deviden atau bunga, atau pokok pinjaman beserta
bunganya.

6
4. Resiko strategic

yaitu resiko yang biasanya muncul akibat terjadi suatu rangkaian


peristiwa atau kondisi yang tak diduga di mana kejadian atau
peristiwa tersebut dapat menurunkan kemampuan seorang manajer
untuk mengaplikasikan ide atau strateginya.

E. ESENSI KONSEP MANAJEMEN RISIKO

Esensi Konsep Manajemen Risiko

1. Manajemen Risiko menurut Basel Committee on Banking Supervision


(BCBS). Saat ini acuan ketetntuan yang digunakan oleh seluruh bank
di dunia dalam menjalankan kegiatan operasionalnya adalah mengacu
pada Basel II (yang sebelumnya adalah Basel I). Basel I merupakan
output dari The Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)
dalam menciptakan metodologi standart dalam penerapan maanajemen
risiko, khususnya dalam melakukan perhitungan penyediaan modal
yang berdasarkan risiko yang dimiliki oleh bank (risk-based capital).
Tujuan BCBS mengembangkan Basel I ini adalah sebagai berikut :

a. Memperkuat stabilitas dan kendala dari sistem perbankan


internasional.

b. Menciptakan kerangka yang adil dalam mengukur kecukupan


modal bank internasional.

c. Mengembangkan kerangka yang dapat diimplementasikan secara


konsisten dengan tujuan untuk mengurangi persaingan yang tidak
seimbang di antara bank internasional.

Akan tetapi, Basel I ini dinilai belum cukup mengatur manajemen


risiko di perbankan karena memiliki kelemahan, antara lain
menggunakan pendekatan “one-size-fits-all” yang tidak relevan lagi,
yaitu tidak membedakan kualitas aset atau kualitas pengelolaan aset
yang dimiliki oleh bank. Selain itu, pengelolaan risikonya belum

7
mencakup seluruh risiko yang dihadapi bank (misalnya risiko
operasional, reputasi, strategi, likuiditas, dan lain-lain), melainkan
hanya pasar dan risiko kredit.

Hal ini mempengaruhi ruang gerak ekspansi bank-bank yang telah


menerapkan manajemen risiko dengan lebih baik dan dapat
menimbulkan moral hazard bagi bank-bank yang menjadi risikonya
buruk.

Dengan adanya pengenbangan dan telah disadarinya kelemahan-


kelemahan pada Basel I, dikeluarkannya Basel II. Pada intinya
penyediaan modal minimum dengan Basel II ini lebih menyelaraskan
antara prosfil risiko yang dimiliki oleh bank dalam membentuk
economic capital dan minimum capital requirement yang ditetapkan
oleh regulator.

Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem


keuangan, dengan menitikberatkan pada perhitungan permodalan yang
berbasis risiko, supervision review process, dan market discipline.

2. Manajemen Risiko Menurut Ketentuan Bank Indonesia

Menurut Peraturan bank Indonesia No. 1 1/25/PBI/2010 mengenai


Perubahan atas PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang
Penerapan Manajemen Risiko, terdapat 8 jenis risiko yang wajib
dikelola atau dipertimbangkan oleh Bank Umum, yaitu sebagai
berikut.

a. Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah risiko kerugian pada posisi On Ballance Sheet


maupun Off Balance Sheet akibat perubahan faktor pasar yang
meliputi risiko suku bangsa, risiko nilai tukar, risiko ekuitas dan
komoditas, sedangkan risiko suku bangsa dan ekuitas hanya untuk
trading book, sedangkan risiko nilai tukar dan komoditas hanya

8
untuk trading book dan banking book. Ada lima pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur risiko pasar, yaitu:

1) Sensitivity Analysis

2) Stress Testing

3) Scenario Testing

4) Capital Aset Pricing Model (CAPM)

5) Value at Risk (VaR)

Pada BIS sendiri dalam Pilar 1 menyatakan bahwa ada dua


pendekatan yang dapat dilakukan oleh bank untuk mengukur
risiko pasar, yaitu:

a) Standardized Model Approach, dalam pendekatan ini biaya


modal dihitung secara terpisah untuk setiap risiko dan
dihitung sebagai tambahan modal untuk menutupi resiko
pasar.

b) Internal Model Approach, dalam pendekatan ini bank


menghitung seluruh resiko dengan menggunakan metode
yang telah divalidasi oelh pengawas (misal VaR).

b. Risiko Kredit

Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian karena kelalaian


dari peminjam atau dalam kejadian adanya penurunan kualitas
kredit dari peminjam. Ada dua pendekatan dalam mengukur resiko
kredit, yaitu:

1) Standardized Approach, yaitu menggunakan external credit


rating untuk menetapkan bobot risiko.

9
2) Internal Rating Based (IRB), yaitu menghitung probabilty of
default untuk tiap-tiap kelompok debitur atau dapat juga bank
menghitung seluruh parameter risiko kredit.

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang yang disebabkan bank tidak


mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Dapat
dikategorikan sebagai berikut:

1) Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank


tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga
pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau
terjadi gangguan di pasar (market disruption).

2) Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena


bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh
pendanaan dari sumber dana lain.

d. Risiko Hukum

Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,


yang disebabkan adanya tuntuntan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan
seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikat
agunan yang tidak sempurna.

e. Risiko Reputasi

Risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait


dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.

f. Risiko Strategik

Risiko yang disebabkan adanya penetapan dan perlaksanaan


strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

10
tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
internal.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak


melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain
yang berlaku. Pada praktiknya, risiko kepatuhan melekat pada
risiko bank yang terkait pada peraturan perundangan-undangan dan
ketentuan lain yang berlaku.

h. Risiko Operasional

Risiko kerugian dari kegagalan operasional, mencakup berbagai


peristiwa dan tindakan serta kelambanan, misalnya kegagalan
untuk mengambil tindakan yang tepat pada waktu yang tepat.
Kegagalan operasional menyebabkan kerugian disebut kerugian
operasional.

F. KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN RISIKO

Pada umumnya orang sering mempersamakan pengertian risiko,


hazard, dan peril. Namun ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk
maksud-maksud kajian, maka istilah-istilah tersebut harus di bedakan
dengan tegas. kedua istilah tersebut peril dan hazard lebih erat
hubungannya pada kemungkinan dari pada risiko.

1. Peril ( bencana, musibah )

Peril dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang-


orang dapat terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau
bencana. Bencana yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan,
tubrukan, mati muda, penyakit, kecerobohan dan ketidak jujuran.
Bencana-bencana yang dapat menimpa harta dan penghasila haruslah
dipelajari oleh pengelola risiko sehingga perlindungan yang tepat dapat
di atur untuk mengendalikannya.

11
2. Hazard ( bahaya )

Hazard atau bahaya dapat di definisikan sebagai keadaan yang


menimbulkan atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu
bencana tertentu. Jadi, hal-hal seperti kecerobohan pemeliharaan rumah
tangga yang buruk, jalan raya jelek, mesin yang tidak terpelihara, dan
pekerjaan yang berbahaya adalah hazard, karena ini dalah keadaan yang
meningkatkan kemungkinan kerugian. Hazard terdiri dari beberapa tipe,
yaitu:

a. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada


karakteristik secara fisik dari objek yang dapat memperbesar
terjadinya kerugian.

b. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang


yang berkaitan dengan sikap mental, pandangan hidup dan
kebiasaan yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril.

c. Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa


sudah memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan
sehingga memungkinkan timbulnya peril.

d. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu


peraturan atau perundang-undangan yang bertujuan melindungi
masyarakat sehingga memperbesar terjadinya peril.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang


atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan sehinga kita perlu tau mengenai konsep risiko agar dapat
mempekirakan kemungkinan yang disebabkan oleh resiko.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sumani. 2009, Manajemen Resiko, Mojokerto : Insan Global.

Mulyawar Setia, 2015, Manajemen Resiko, Bandung : CV Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai