Anda di halaman 1dari 6

Ada beberapa risiko yang sering dihadapi oleh perusahaan baik risiko keuangan, risiko operasional,

risiko eksternalitas maupun risiko strategis. Bagaimana sebaiknya antisipasi yang harus dilakukan agar
perusahaan dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko-risiko tersebut.

Jawab :

Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak
berbagai variable makro. Risiko keuangan terdiri atas empat jenis risiko yaitu risiko likuiditas, risiko
kredit, risiko permodala, dan risiko pasar.

Pengertian risiko likuiditas dapat dilihat dari risiko likuiditas dana dan risiko likkuiditas aset. Risiko
likuiditas dana adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga, sehingga memberi pangaruh kepada
terganggunya aktivitas perusahaan ke posisi tidak berjalan secara normal. Sedangkan risiko likuiditas
aset berarti kemungkinan penjualan suatu aset perusahaan dengan diskon yang tinggi karena sulitnya
mencari pembeli.

Risko kredit adalah ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam
menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun
sesudah jatuh tempo seperti tertuang dalam kesepakatan. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai
aktivitas penjualan kredit atau di industry perbankan aktivitas fungsional bank seperti penyaluran
pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat
dalam buku bank.

Risiko permodalan disebut juga risiko sovensi yaitu risiko yang dihadapi perusahaan berupa
kemungkinan tidak dapat menutup kerugian. Besarnya risiko permodalan dapat dilihat dari rasio antara
pinjaman dan ekuitas.

Risiko pasar adalah risiko yang berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil keuangan karena
pergerakan variable pasar. Risiko pasar disebut juga systemic risk atau correlation risk karena perubahan
nilai pasar dari aset perusahaan bertalian dengan faktor-faktor yang bersifat sistematik.

Risiko Operasional (operational risk) adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena
tidak berfungsinya suatu sistme, SDM, teknologi, prosedur, kebijakan dan struktur organisasi. Khusus
dalam industry perbankan dapat diidentifikasikan sejumlah jenis operational failure yang dapat menjadi
akar dari operational risk.

Resiko SDM adalah risiko yang terkait dengan permasalahan SDM suatu perusahaan. Risiko SDM terjadi
akibat dari tindakan yang sengaja maupun yang secara kebetulan dilakukan SDM pada bagian tertentu
dari suatu organisasi.

Risiko teknologi merupakan potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi
sesuai dengan kondisi saat ini. Risiko teknologi juga dapat terjadi karena adanya perubahan kualitas dan
spesifikasi bahan baku yang menyebabkan teknologi pengolahan saat ini tidak lagi sesuai.

Risiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pembaharuan, modernisasi, atau
transformasi dalam beberapa aspek bisnis. Sedangkan risiko sistem (system risk) yaitu potensi
penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam operasi perusahaan

Resiko Esternalitas (external risk) adalah potensi penyimpangan hasil pada eksposur perusahaan
strategis, dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal.
Ada beberapa risiko eksternalitas yang dihadapi oleh perusahaan, antara lain: reputasi, lingkungan,
sosial, dan hokum

Risiko reputasi adalah potensi hilangnya atau hancurnya image perusahaan karena penerimaan
lingkungan eksternal yang rendah, atau bahkan bisa terjadi penolakan. Risiko lingkungan adalah potensi
penyimpangan hasil, bahkan potensi penutupan perusahaan karena ketidakmampuan perusahaan
dalam mengelola polusi dan dampaknya yang ditimbulkan oleh perusahaan.
Risiko sosial adalah potensi penyimpangan hasil karena tidak akrabnya perusahaan dengan lingkungan
tempat perusahaan berada. Risiko sosial timbul karena perbedaan persepsi dan budaya yang
mengakibatkan terjadinya rasa ketidakpuasan (legal risk) adalah kemungkinan penyimpangan hasil
karena perusahaan tidak mematuhi peraturan dan norma yang berlaku.

Pengelolaan Risiko Kredit :

Ada beberapa cara pengelolaan resiko kredit yang dapat diterapkan perusahaan.

a) Penyaringan
Cara ini menekankan pada pencegahan supaya gagal bayar terhindar, atau sekecil mungkin. Perusahaan
perlu memiliki tim yang baik untuk melakukan analisis dan pemeringkatan nasabah atau pembeli
sehingga pembeli yang cenderung melakukan moral hazard bisa dikeluarkan dari daftar calon nasabah
atau pembeli.

b) Sistem Pembatasan

Perusahaan menetapkan kebijakan untuk membatasi besarnya kredit yang diterima oleh satu nasabah
atau satu grup nasabah. Dunia perbankan mengenal BMPK, batas maksimum pemberian kredit, atau 3L
(legal lending limit), yang bertujuan untuk membatasi pemberian kredit berlebihan kepada satu nasabah
atau satu grup nasabah.

c) Diversifikasi Kredit

Perusahaan juga perlu menetapkan kebijakan mengenai diversifikasi pinjaman. Diversifikasi dapat
dikaitkan dengan sistem pembatasan diatas. Kebijakan diversifikasi dapat berupa :

(1) Sebaran kredit berdasarkan perusahaan

(2) Sebaran kredit berdasarkan industry

(3) Ketetapan kredit berdasarkan industry

(4) Sebaran berdasarkan ukuran perusahaan : ketetapan mengenai persentase untuk masing-masing
kelas ukuran perusahaan

(5) Sebaran berdasarkan sektor : ketetapan mengenai persentase pinjaman untuk masing-masing sektor.

Pengelolaan Risikio Permodalan

Beberapa waktu yang lalau saat Indonesia mengalami krisis berat, banyak pengusaha membanggakan
diri tidak mengalami musibah sekalipun ditempa krisis. Dari sisi keuangan, hal itu sangatlah wajar,
karena selama periode tersebut banyak perusahaan yang menghindari pinjaman, sehingga mereka tidak
menanggung risiko permodalan.

Perlu mendapat penekanan disini, selam perusahaan meminjam uang, tidak mungkin menghindari risiko
permodalan. Perusahaan dapat mengusahakan untuk meminimumkan risiko sampai tingkat yang paling
menguntungkan, tetapi tidak dapat menghilangkannya.

Pada dasarnya ada empat variable yang perlu mendapat perhatian manajemen berkaitan dengan risiko
permodalan: Jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan struktur modal.

Pengelolaan Risiko Reputasi

Pilihan yang terbaik bagi perusahaan adalah mencegah terhadap kemungkinan terjadinya risiko reputasi.
Upaya pencegahan biasanya tidak terlalu menampakkan hasil. Seolah-olah tanpa upaya pencegahan pun
perusahaan berjalan normal. Pencegahan akan terasa sangat penting setelah perusahaan mengalami
musibah yang mencurkan reputasi. Semua karyawan, direksi, dan komisaris akan berkomentar “kalau
saja kita menerapkan sistem pencegahan terhadap reputasi, kita tidak terpuruk seperti ini”. Ada
beberapa hal agar risiko tidak terjadi antara lain :

a) Maksimalkan Peran Kehumasan


Langkah pencegahan yang paling umum dilakukan adalah dengan mendayagunakan kehumasan. Unit
kehumasan berperan ganda. Pertan pertama, Tentu informasi ke masyarakat mengenai hal-hal yang
terjadi di perusahaan. Tentu saja hal-hal yang positif. Informasi positif berarti mampu meningkatkan
persepsi positif bagi penerima informasi, menimbulkan optimism, dan dampaknya meningkatkan
kepercayaan berbagai pihak terhadap perusahaan. Tentu saja ujungnya adalah semakin kecilnya gejolak
eksposur dan semakin tinggi kinerja keuangan dan, pada akhirnya, nilai perusahaan dan kekayaan
pemegang saham. Ada aturan yang membatasi kappa berita negative harus dipublikasikan. Salah satu
aturan keharusan tersebut merupakan bagian dari persyaratan laporan keuangan.

Peran kedua berupa tindakan “penjelasan” terhadap berita negatif, baik berita negatif yang hanya
sekedar gossip maupun yang benar-benar ada dukungan data atau fakta tentang kejadian tersebut.

b) Prosedur dan Budaya Kerja

Prosedur dan sistem operasional sangat membantu dalam membenahi reputasi perusahaan. Karena
reputasi berkaitan dengan kualitas produk dan layanan maka prosedur dan sistem juga berkaitan
dengan cara-cara memastikan pemenuhan kualitas tersebut.

Risiko adalah sesuatu yang tidak mungkin kita hindari dalam kegiatan apapun, termasuk dalam
menjalankan sebuah bisnis. Risiko berkaitan dengan adanya ketidakpastian yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kerugian pada bisnis Anda.

Berikut beberapa jenis resiko dan solusinya :

1. Risiko Strategik

Risiko strategik merupakan salah satu jenis risiko yang berkaitan dengan strategi yang Anda gunakan.
Risiko ini dapat muncul akibat dari ketidakmatangan atau ketidakpastian strategi Anda dalam
menjalankan sebuah bisnis.

Sebuah strategi sangat dibutuhkan dan perlu dipersiapkan dengan matang dalam menjalankan sebuah
bisnis. Strategi juga perlu diterapkan ketika muncul kompetitor baru yang dapat mengancam bisnis
Anda.

Salah satu contohnya dapat kita lihat pada kasus produsen smartphone Nokia yang salah mengambil
strategi bisnis. Nokia dianggap gagal melihat peluang ketika mereka mengabaikan sistem operasi
Android besutan Google yang kala itu baru saja diluncurkan, dan lebih memilih sistem operasi Windows
Phone buatan Microsoft. Sedangkan beberapa pesaingnya seperti Sony, HTC, dan Samsung memilih
Android sebagai sistem operasi di smartphone buatannya. Hasilnya, Nokia mengalami kerugian yang luar
biasa dan kehilangan pangsa pasar yang sangat besar.

Solusi dari Risiko Strategik

Solusi dari risiko strategik adalah menyusun suatu strategi yang benar-benar matang. Salah satu langkah
yang bisa diambil adalah melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman yang mungkin muncul dalam keberlangsungan bisnis Anda.

2. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan berkaitan dengan regulasi dari pemerintah. Dengan kata lain, risiko ini mungkin
muncul akibat ketidakpatuhan Anda terhadap aturan atau regulasi yang ditetapkan pemerintah, baik
pusat atau daerah.

Seperti kita ketahui, suatu daerah memiliki hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undang.

Contoh, Aceh secara umum melarang perdagangan minuman beralkohol, sehingga Aceh bukanlah lokasi
yang strategis bagi Anda yang berbisnis dalam bidang tersebut. Jika Anda tidak mematuhi aturan
tersebut, Anda sendirilah yang akan merasakan kerugiannya, karena dianggap melanggar hukum yang
berlaku.

Solusi dari Risiko Kepatuhan

Saat menjalankan sebuah bisnis, Anda perlu memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Pelajari aturan
mana saja yang sekiranya dapat bergesekan dengan bisnis Anda. Dengan demikian, Anda dapat
meminimalisir risiko yang mungkin muncul akibat aturan tersebut.

3. Risiko Operasional

Risiko operasional berkaitan dengan segala sesuatu yang terlibat dalam kegiatan operasional
perusahaan setiap harinya, misalnya seperti kegagalan teknis dan masalah perseorangan. Kegagalan
teknis contohnya kendala pada website, masalah pada server, dan sebagainya. Sedangkan masalah
perseorangan misalnya, kesalahan input data oleh karyawan, penanganan konsumen yang tidak sesuai
SOP dan sebagainya.

Risiko operasional mungkin terlihat lebih kecil dibandingkan risiko strategik yang bahkan dapat
menyebabkan kebangkrutan. Namun, risiko operasional juga dapat memiliki dampak yang signifikan bagi
perusahaan.

Solusi Risiko Operasional

Risiko operasional dapat diminimalisir misalnya dengan menggunakan SDM yang terlatih dan
profesional, ataupun dengan meningkatkan kualitas SDM yang sudah ada. Anda juga perlu melakukan
revitalisasi terhadap aspek-aspek yang berkaitan langsung dalam kegiatan operasional perusahaan
dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 bulan sekali.

4. Risiko Finansial

Risiko finansial merupakan risiko yang mungkin dihadapi perusahaan terkait urusan finansial, seperti
mengalami kerugian ataupun mengeluarkan biaya ekstra karena sebab tertentu. Kategori risiko finansial
biasanya lebih mengacu pada arus kas bisnis yang memungkinkan menyebabkan kerugian finansial.

Salah satu risiko finansial adalah utang. Memiliki banyak utang, baik utang produktif atau nonproduktif
dapat memiliki risiko bagi bisnis Anda, terutama jika bisnis Anda tidak mampu menghasilkan
keuntungan. Bahkan perusahaan besar pun bisa mengalami hal demikian.

Solusi Risiko Finansial

Jika memungkinkan, sebaiknya sebuah perusahaan tidak perlu memiliki utang terlalu banyak. Lalu
bagaimana jika perusahaan membutuhkan tambahan modal? Caranya bisa dengan menjual sebagian
saham, atau mencari investor baru.

Agar nantinya penjualan online berjalan dengan lancar dan efektif, pastikan Anda dapat menyediakan
metode pembayaran yang sesuai dengan preferensi pelanggan.

Menerima pembayaran sesuai dengan preferensi pelanggan dapat meningkatkan penjualan bagi bisnis
Anda. Dengan Xendit, Anda dapat menerima pembayaran melalui berbagai metode, mulai dari e-wallet,
virtual account (transfer bank), kartu kredit/debit, gerai retail, hingga cicilan tanpa kartu kredit. Daftar
sekarang tanpa dikenakan biaya pengaturan dan perawatan, hanya bayar sesuai penggunaan.

Antisipasi yang harus dilakukan agar perusahaan dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko-risiko
tersebut.

a. Identifikasi Risiko

Pengertian identifikasi risiko secara singkat adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan secara
sistematis dan terus-menerus dalam mengidentifikasi properti, liabilitas (liability), dan personnel
exposures sebelum terjadinya peril. Jadi yang diidentifikasi adalah peril yang dapat menimpa harta milik,
personal perusahaan, serta kewajiban yang menimbulkan kerugian.

Dalam hal ini terdapat tiga unsur penting yang perlu diketahui dalam proses identifikasi risiko, yakni :

(1) mengetahui keberadaan risiko,

(2) mengetahui penyebab timbulnya risiko, dan

(3) mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko.

b. Evaluasi dan Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko perusahaan sebagai acuan untuk
memutuskan apakah perlu dilakukan proses pengendalian. Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan
berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya risiko itu harus diukur. Perlunya diukur
adalah untuk menentukan relatif pentingnya dan memproleh informasi yang akan menolong untuk
menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya.

Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu:

(1) Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi.

(2) Keparahan dari kerugian itu.

c. Pengelolaan Risiko

Setelah analisis dan evaluasi risiko, langfcah b&ikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus dikelola.
Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian
yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention),
diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah
pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

1) Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)

Risk avoidance adalah teknik mengelola risiko dengan cara menghidari risiko. Cara ini paling mudah dan
aman pada saat perusahaan menghadapi risiko, maka risiko tersebut dihindari. Namun, hal tersebut bisa
dilakukan jika dengan menghidari risiko tersebut tidak ada pengaruh negatif terhadap pencapaian
tujuan perusahaan. Misalkan saja perusahaan mempunyai dua pilihan untuk mencari gudang, satu di
daerah rawan banjir, yang lainnya di daerah aman banjir. Jika segala sesuatunya sama (misal harga
sewanya sama), perusahaan seharusnya memilih gudang yang di daerah aman banjir.

2) Penahan Risiko (Risk Retention).

Risk retention adalah upaya perusahaan dalam menghadapi risiko, dimana risiko tersebut dihadapi
sendiri. Jika risiko benar-benar terjadi, perusahaan harus menyediakan dana untuk menanggung risiko
tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kendaraan roda empat, jelas mempunyai risiko
kehilangan, risiko menabrak trotoar, atau spion ada yang mencuri. Apabila salah satu risiko benar-benar
terjadi, maka ia harus menanggung sendiri risiko tersebut.

3) Diversifikasi.

Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau dua
eksposur saja. Sebagai contoh, kita barangkali akan memiliki aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa
aset, misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi kerugian pada satu aset,
kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset lainnya.

4) Pengendalian Risiko (Risk Control).

Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Pengendalian
risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang
tidak kita inginkan. Dengan menggunakan dua dimensi yaitu probabilitas dan severity. Pengendalian
risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan
(severity), atau keduanya.

Dalam upaya mengendalikan risiko, ada hal yang harus diperhatikan.

a) Fokus Pengendalian Risiko

b) Timing Pengendalian Risiko

5) Pengalihan Risiko (Risk Transfer)

Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mengalihkan risiko tersebut ke pihak lain yang
lebih mampu menghadapi risiko tersebut. Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang
lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa
mendiversifikasikan risiko lebih baik, atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen
risiko lebih baik. Risk transfer bisa dilakukan melalui beberapa cara:

(a) Asuransi

(b) Hedging

(c) Incorporated

Sumber :

https://www.xendit.co/id/blog/mengenal-4-jenis-risiko-bisnis-dan-solusi-yang-bisa-anda-ambil/

Buku Materi Pokok (BMP) - Manajemen Risiko Dan Asuransi - ADBI4211

Anda mungkin juga menyukai