Anda di halaman 1dari 14

Nama : Halifa Hanufo

Nim : 202167040
Kelas B
RANGKUMAN

BAB 2 MANAJEMEN RISIKO

A. Pengenalan Risiko

The Institute of Charterd Accountans in England and Wales (ICAEW, 2016) menyebutkan
bahwa risiko adalah kemungkinan variasi hasil (outcome) dari apa yang diperkiraka.
Berdasarkan definisi ini maka terdapat tiga komponen berkaitan dengan risiko yaitu:

1. Variasi, adanya variasi karena masa yang akan datang sifatnya tidak dapat diprediksi
dengan pasti.

2. Harapan/ekspetasi, memperkirakan suatu kejadian akan terjadi atau tidak terjadi.

3. Hasil (outcomes), keadaan yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan keadaan


yang diperkirakan terjadi.

Meskipun risiko sering dikaitan dengan ketidakpastian, akan tetapi risiko berbeda dengan
ketidakpastian, risiko menggambarkan berbagai kemungkinan atau variasi suatu keadaan
akan terjadi, sedangkan ketidakpastian menggambarkan adanya informasi sehingga kita
dapat memprediksi apakah suatu keadaan akan terjadi atau tidak.

Sangat penting bagi pelaku bisnis untuk mengenal jenis risiko. Pada umumnya risiko yang
dihadapi bisa menjadi risiko yang baik bisa juga menjadi risiko yang buruk. Risiko yang baik
(upside risk) merupakan risiko yang memberikan peluang (opportunity) sehingga perlu untuk
dieksploitasi, sedangkan risiko yang buruk (downside risk) adalah risiko yang menimbulkan
ancaman (threat) sehingga harus dimitigasi/dihilangkan.

Apabila dikaitkan dengan seberapa jauh risiko mempengaruhi kesuksesan dan pencapaia
tujuan suatu entitas bisnis maka dikenal adanya risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif
(speculative risk). Risiko murni digambarkan sebagai kemungkinan bahwa suatu keadaan
akan memburuk misalnya: risiko yang timbul karena bencana sehingga mengakibatkan
kerusakan aset, risiko hukum yang terjadi karena adanya kelalaian masalah legalitas sehingga
berdampak buruk pada perusahaan. Risiko spekulatif menggambarkan kemungkinan bahwa
sesuatu bisa berjalanlebih baik atau lebihburuk dari yang diprediksikan, misalnya: fluktuasi
harga pasar ada kemungkinan harga naik ada kemungkinan harga turun, perkembangan
teknologi bisa menguntungkan bisa juga merugikan bagi perusahaan.

Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commissiion (COSO) adalah


sebuah organisasi internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan melalui etika bisnis, pengendalian internal yang efektif dan corporate governance.
COSO mengkaitkan risiko dengan pencapaian tujuan perusahaan. Dalam kerangka kerja
Enterprise Risk Management yang dikembangkan COSO menyebutkan bahwa risiko adalah
kemungkinan suatu kejadian akan terjadi dan memberikam dampak buruk terhadap
pencapaian tujuan perusahaan, sedangkan kesempatan (opportunity) adalah kemungkinan
suatu kejadian akan terjadi dan memberika dampak positif terhadap pencapaian tujuan
perusahaan.

B. Risiko untuk Bisnis dan Investor

1. Risiko bagi Bisnis

Jika tujuan utama bisnis adalah memaksimalkan nilai bisnis dan memaksimalkan kekayaan
pemegang sahamnya, maka risiko yang dihadapi bisnis adalah risiko tidak menghasilkan
keuntungan atau risiko kerugian. Perusahaan yang rugi langsung akan berdampak
mengganggu arus kas. Aliran kas negative menjadi indikasi bahwa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) yang bisa mengarah pada kebangkrutan/likuidasi
perusahaan.

Risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan pada umumnya mencakup tiga hal yaitu:

a) Keadaan pasar yang memburuk (poor market conditions)

b) Penendalian yang lemah (poor control)

c) Keputusan keuangan yang tidak tepat

Meskipun secara umum perusahaan menghadapi risiko berkaitan dengan ketiga hal tersebut
diatas, akan tetapi ada risiko inheren yang melekat pada perusahaan-perusahaan tertentu
karena karakteristik bisnisnya seperti: perusahaan transportasi secara inheren berisiko karena
menyangkut keselamatan public, begitu juga perusahaan obat-obatan.

Selain faktor karakteristik bisnis, skala perusahaan juga menentuka risiko yang dihadapi.
Semakin besar ukuran perusahaan dan semakin komplek lini bisnis perusahaan akan semakin
besar jenis risiko yang dihadapi.

2. Risiko bagi Investor

Sumber pendanaan perusahaan berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Disatu sisi
perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan dana, di lain pihak investor adalah pihak
yang mempunyai/menyediakan dana. Investor dapat menyalurkan dana kepada perusahaan
melalui dua cara: apakah dana tersebut dipinjamkan sehingga kedudukan investor sebagai
lenders, ataukah dana tersebut diikutsertakan dalam kepemilikan perusahaan sehingga
investor berkedudukan sebagai pemilik (shareholders).

Apabila perusahaan mengalami penurunan laba atau merugi, lendres akan menanggung
risiko berupa kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yaitu: kegagalan membayar
bunga pinjaman, kegagalan membayar pokok pinjaman, bahkan risiko kebangkrutan
perusahaan hingga perusahaan berstatus pailit. Risiko tersebut tidak akan dihadapi lendres
jika perusahaan memperoleh laba, sehingga dapat dikatakan tidak ada volatilitas
pengembalian bagi lenders. Shareholders berkedudukan sebagai penangung risiko terakhir
karena apabila perusahaan bangkrut maka hilanglah semua investasinya. Risiko yang
dihadapi shareholders bersifat spekulatif.

Apabila perusahaan mengalami penurunan laba atau merugi maka risiko yang ditanggung
oleh shareholders adalah: penurunan dividen, tidak memperoleh dividen, bahkan
penurunan harga saham. Sebaliknya jika perusahaan memperoleh kenaikan laba maka
kemungkinan dividen yang diterima shareholders lebih besar dari yang diprediksikan,
begitu juga harga sahamnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko yang
ditanggung oleh shareholders lebih besar dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh
lenders. Risiko yang dihadapi oleh shareholders berupa kemungkinan variasi keuntungan
yang diperoleh perusahaan yang berpotensi pada volatilitas pengembalian bagi
shareholders.  Dengan mengidentifikasi semua kesempatan dan hambatan yang ada maka
dapat diformulasikan bagaimana mangelola risiko spesifik tersebut. Sangat berguna bagi
perusahaan menghubungkan risiko dengan critical success factors yang ditentukan
perusahaan sehingga dapat diketahui risiko mana yang signifikan. Sebagai bagian dari
rencana strategis perusahaan harus menentukan "risk appetite" sehingga diperoleh strategi
yang tepat.
Sikap terhadap risiko dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. A risk averse attitude, sikap menghindari risiko yaitu suatu investasi akan dipilih
jika memberikan kepastian yang lebih besar meskipun tingkat pengembaliannya
rendah, dibandingkan investasi yang kurang pasti meskipun memberikan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi.
b. A risk neutral attitude, sikap netral terhadap risiko yaitu suatu investasi akan
dipilih sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan terlepas dari
risikonya.
c. A risk seeking attitude, sikap mencari risiko yaitu suatu investasi akan dipilih
berdasarkan tingkat risiko yang ditawarkan meskipun tingkat pengembalian yang
diharapkan lebih rendah dari alternatif investasi tanpa risiko dengan pengembalian
yang lebih tinggi. 

C. Tipe – Tipe Risiko


Berdasarkan sumber dan karakteristik risiko, terdapat tiga tipe risiko yaitu:
1) Risiko Bisnis (Business Risk) 
Risiko bisnis adalah risiko yang timbul dari karakteristik perusahaan, industrinya dan
keadaan dimana bisnis tersebut dioperasionalkan. Suatu entitas bisnis mau mengambil
risiko bisnis sebagai bagian dari tujuannya untuk memperoleh keuntungan. Termasuk
dalam risiko bisnis antara lain:
a) Strategy risk
b) Enterprise risk
c) Product risk
d) Financial risk
e) Operational risk

2) Risiko Keuangan (Financial Risk) Risiko keuangan menjadi perhatian utama bagi
pelaku bisnis dan akuntan professional. Risiko keuangan dibedakan menjadi: 

a) Controllable Financial Risk, yaitu risiko keuangan yang berasal dari faktor-faktor
yang secara langsung dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti:

1. Bagaimana perusahaan didanai apakah dari utang atau saham.


2. Bagaimana kebijakan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Bagaimana struktur beban operasional perusahaan, apakah beban tetap
terlalu besar sehingga bisa menggangu likuiditas perusahaan.
b) Uncontrollable Financial Risk, yaitu risiko keuangan yang disebabkan karena
faktor-faktor yang terpisah dari operasional perusahaan yang pada umumnya
dipicu oleh risiko pasar seperti: 
1. Volatilitas harga pasar baik harga saham, harga komoditas harga jasa.
2. Volatilitas tingkat bunga. 
3. Volatilitas nilai tukar mata uang. 
3) Risiko Operasional (Oprational Risk)

Risiko operasional merupakan risiko yang tidak diinginkan perusahaan sebagai bagian
dalam upaya untuk memperoleh keuntungan. Risiko operasional pada umumnya
bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko operasional terjadi karena
lemahnya sistem pengendalian manajemen (management control system) yang dilakukan
oleh pihak internal perusahaan. Termasuk dalam risiko operasional adalah:

a. Process risk, terjadi karena proses bisnis tidak berjalan secara efektif dan efisien.
b. People risk, terjadi karena faktor kesalahan manusia seperti: SDM yang
tidak kompeten, ketidak-cukupan SDM, ketidakharmonisan hubungan antar SDM
dan bisa juga karena perusahaan tidak menumbuhkan budaya kesadaran risiko.
c. Systems risk, terjadi karena ketidakcukupan kapasitas, ketersediaan sistem
informasi dan komunikasi serta akses dan penggunaan sistem yang tidak ter-
autorisasi. 
d. Event risk, yaitu risiko operasional yang menyebabkan kerugian karena suatu
kejadian tertentu seperti: disaster risk, regulatory risk, reputation risk, systemic
risk, physical risk, social risk, political risk, legal risk, economic risk dan
technology risk. 

D. Konsep Risiko
Seberapa besar risiko yang dihadapi oleh suatu bisnis diukur dengan empat konsep risiko
yaitu:

1) Exposure, mengukur bagaimana perusahaan terpapar risiko. Beberapa perusahaan


bisa saja secara natural terpapar risiko yang lebih rendah dibandingkan perusahaan
lain. Misalnya perusahaan penerbangan lebih berisiko terkait dengan keselamatan
penumpang dibandingkan perusahaan kantor akuntan.
2) Volatility, mengukur faktor dimana suatu bisnis akan terpapar risiko. Misalnya
perusahaan fashion sangat dipengaruhi oleh perubahan selera konsumen, bisnis
pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca. 
3) Impact, mengukur konsekuensi risiko, seberapa besar kerugian yang ditimbulkan
oleh suatu kejadian. Besarnya kerugian bisa saja dalam bentuk kerugian finansial
atau kerugian lainnya sesuai dengan risiko yang dihadapi.
4) Probability atau likelihood, mengukur tingkat kemungkinan suatu kejadian akan
terjadi. Probabilitas suatu kejadian dapat diprediksi menggunakan data historis
dilengkapi dengan informasi faktor-faktor yang terlibat dan bagaimana faktor
tersebut berinteraksi. 

Risiko bisnis dikategorikan sebagai risiko yang tinggi apabila: eksposure risiko tinggi,
faktor- faktor yang mendasari bersifat volatile, dampak kerugian yang ditimbulkan besar,
dan sering terjadi.

E. Tujuan Manajemen Risiko


Tujuan manajemen risiko adalah untuk memahami kemudian meminimalisir biaya
pengelolaan risiko dan dampak buruk dari risiko tersebut dengan cara:
- Menurunkan probabilitas terjadinya risiko,
- Menurunkan impak risiko apabila risiko telah terjadi.
Manajemen risiko mempunyai peran dan manfaat yang sangat besar dalam suatu
perusahaan. Peran manajemen risiko antara lain:
1. Medukung pencapaian tujuan perusahaan yakni meningkatkan shareholders
value.
2. Memberikan informasi untuk membuat keputusan yang tepat sehingga
memungkinkan perusahaan untuk melakukan aktivitas yang memberikan hasil
yang jauh lebih besar dengan mengambil risiko yang lebih tinggi dengan
dukungan sikap dan solusi yang tepat terhadap risiko.
3. Mengurangi kesalahan yang fatal.
4. Menyadari bahwa risiko bisa terjadi pada setiap aktifitas dan tingkatan organisasi
sehingga membangun budaya kepedulian risiko oleh setiap individu sesuai
dengan wewenang dan tanggungjawabnya.
Tujuan dan manfaat manajemen risiko akan tercapai hanya apabila perusahaan
menerapkan manajemen risiko yang efektif. Penerapan manajemen risiko yang efektif
ditentukan oleh empat faktor yaitu:
1. Adanya pengawasan aktif dari dewan komisaris dan dewan direksi.
2. Kecukupan kebijakan dan prosedur serta penetapan batasan risiko. 
3. Kecukupan proses manajemen risiko dan kecukupan sistem informasi
manajemen risiko.
4. Diterapkannya sistem pengendalian inernal yang menyeluruh.
Pentingnya perusahaan menerapkan manajemen risiko adalah:
1. Untuk memenuhi ketentuan regulator.
2. Mengelola risiko dalam mencapai tujuan perusahaan.

F. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas yang terkait di
dalam perusahaan. Sesuai dengan definisi manajemen risiko maka proses manajemen risiko
meliputi:

1. mengidentifkasi risiko,
2. melakukan pengukuran risiko mencakup eksposur, voalitilitas, impak dan probabilitas
risiko guna menentukan peringkat risiko,
3. merespon dan mengendalikan risiko,
4. monitoring dan pelaporan risiko.

Proses Manajemen Risiko

1) Risk awareness and indentification

Ditahap ini manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa peduli dan


mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami termasuk risiko yang mungkin
akan dialami. Identifikasi dapat dilakukan menggunakan teknik brainstorming dan
analisis kejadian masa lampau untuk menentukan jenis risiko dan faktor penyebabnya.
Identifikasi risiko harus dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kepedulian dan
pemahaman bahwa potensi timbulnya risiko baru selalu ada dan risiko yang ada
mungkin bisa berubah.

2) Risk assessment and measurement 

Ditahap ini manajemen perusahaan melakukan pengukuran setiap jenis risiko yang
dihadapi. Penilaian dan pengukuran mencakup: volatilitas, probabilitas dan impak
risiko. Pengukuran dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif sedangkan penilaian dapat
menggunakan metodologi yang ditentukan. Kombinasi antara probabilitas dan impak
risiko akan menghasilkan total risiko (gross risk) yang menggambarkan potensi total
kerugian yang disebabkan oleh risiko.
3) Risk response and control

Ditahap ini manajemen perusahaan melakukan pengelolaan risiko dengan


memberikan respon dan pengendalian risiko. Beberapa alternatif merespon risiko
adalah: 

a. menghindari risiko (risk avoidance) yang dapat dilakukan dengan cara tidak
menjalankan aktifitas yang menimbulkan risiko tersebut.
b. memperkecil risiko (risk reduction) dengan cara menerapkan pengendalian yang
kuat, membagi risiko (risk sharing) dengan cara asuransi, dan
c. meneriman risiko (risk acceptance).

Beberapa bentuk pengendalian yang dilakukan sehubung dengan respon terhadap


risiko dapat melalui:

a) Pengendalian secara fisik,


b) Pengendalian keuangan
c) Pengendalian system
d) Pengendalian manajemen

4) Risk monitoring and reporting

Proses monitoring dan pelaporan manajemen risiko merupakan kegiatan yang


berkelanjutan. Untuk meyakinkan seluruh entitas dalam perusahaan atas pelaksanaan
manajemen risiko maka manajemen perusahaan harus membuat laporan penerapan
manajemen risiko dan melakukan monitoring secara berkelanjutan. Adanya tindakan
monitoring ditunjukkan dengan adanya tindakan korektif terhadap kesalahan, apabila
respon dan pengendalian risiko tidak berjalan dengan efektif maka apakah perlu
dilakukan perubahan atau prosedur baru. 

G. Manajemen Krisis

Krisis adalah suatu kejadian tak terduga yang dapat mengancam kelangsungan hidup bisnis
atau menimbulkan gangguan signifikan terhadap operasional normal bisnis sehingga
berdampak pada pelanggan, pekerja, investor dan stakeholders lainnya.

Jenis krisis dapat dibedakan berdasarkan berbagai aspek.

Apabila dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap bisnis, jenis krisis dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:

1) Financial crisis, berupa kesulitan likuiditas atau masalah aliran kas dalam jangka
pendek, dan masalah solvensi jangka panjang.
2) Public-relation crisis, adanya publikasi negatif yang dapat berpengaruh buruk
terhadap keberhasilan bisnis.
3) Strategic crisis, lingkungan bisnis yang berubah menjadi ancaman terhadap
kelangsungan hidup suatu bisnis, misalnya lahirnya teknologi baru dapat
menyebabkan produk dan proses produksi yang sudah ada menjadi usang.

Apabila dilihat dari penyebab krisis maka dibedakan: 

1) Natural event, disebabkan oleh peristiwa alam, bersifat fisik, terjadi pada
lingkungan tertentu, kerusakan disebabkan faktor alami misalnya adanya gempa bumi
2) Industrial accident, kecelakaan industri misalnya: runtuhnya gedung, kebakaran,
bocornya gas beracun, tenggelamnya kapal dan sebagainya
3) Product or service failure, kegagalan produk sehingga terjadi penarikan produk yang
rusak atau membahayakan konsumen, kegagalan produk bisa juga disebabkan karena
kerusakan sistem atau mesin produksi sehingga terjadi penurunan kapasitas yang
masiv, adanya ancaman kesehatan berkaitan dengan mengkonsumsi suatu produk. 
4) Public relation disaster, berupa tekanan media, publikasi negative yang
merugikan perusahaan, adanya penuntutan terhadap CEO dan jajaran manajemen
lainnya.
5) Business crisis, terjadi karena peristiwa-peristiwa seperti: pemogokan tenaga kerja
yang tiba tiba, kolapse-nya pemasok yang tiba-tiba, lepasnya konsumen secara besar-
besaran, kompetitor mengeluarkan produk baru, menurunnya permintaan secara tiba-
tiba dalam jumlah yang besar dan sebagainya.
6) Management crisis, krisis yang disebabkan antara lain: adanya pengambil-alihan
oleh manajemen, pembajakan manajer oleh pesaing, konflik antar dewan direksi dan
sebagainya.
7) Legal/regulatory crisis, munculnya peraturan baru bisa saja menimbulkan kenaikan
biaya, hilangnya keunggulan kompetetive, timbulnya masalah ketenaga kerjaan
hingga terjadinya fraud.

Manajemen krisis adalah suatu proses yang mencakup: identifikasi krisis, membuat
perencanaan merespon krisis, pengendalian dan solusi terhadap krisis. Pada saat sekarang
nampaknya perusahaan menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen krisis
dikarenakan hal-hal berikut:

a. Krisis seperti bencana alam dan terorisme nampaknya memiliki dampak yang lebih
ekstrim dalam konteks bisnis secara global sehingga perusahaan lebih termotivasi
untuk mengelola krisis dengan lebih baik.
b. Kesadaran hukum masyarakat pada saat ini sudah lebih baik dibandingkan dimasa
lampau sehingga diharapkan perusahaan mampu menghadapi krisis dengan lebih baik
dibandingkan dimasa lampau
c. Perkembangan sistem teknologi informasi dan sistem lainnya memungkinkan
perusahaan untuk dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah dan atau mengelola
krisis
d. Media cenderung mempublikasikan secara gencar adanya krisis sehingga bisa
menjadi bumerang bagi perusahaan yang mengancam reputasi apabila perusahaan
tidak segera menangani kerusakan akibat krisis. 
Krisis terjadi ketika risiko menjadi kenyataan. Perusahaan harus berusaha mencegah
krisis, memiliki rencana kontingensi (contingent plan) jika krisis terjadi, dan tindakan
penyelesaian krisis secara efektif. 

 Pencegahan krisis dapat dilakukan dengan membuat perencanaan kedepan dan


memproyeksikan hasil yang dicapai, selanjutnya harus menghindari pengambilan
keputusan yang berpotensi menimbulkan krisis lagi.
 Perusahaan harus membuat rencana darurat (contingency plan) untuk keadaan
terburuk dan atau ketika krisis besar terjadi. Contingency plan ini harus selalu di-
update dan perlu adanya pelatihan kepada karyawan tentang bagaimana rencana
tersebut dilakukan jika krisis benar benar terjadi. Pelatihan karyawan bisa
dilaksanakan dalam bentuk simulasi kejadian.
 Tindakan penyelesaian krisis yang efektif dapat dilakukan melalui:

- penilaian secara objektif terhadap penyebab krisis,


- menentukan penyebab krisis yang mana yang mempunyai dampak jangka
pendek dan mana yang mempunyai dampak jangka panjang, 
- memproyeksikan kemungkinan terbesar terjadinya krisis,
- fokus pada sumber daya untuk aktivitas mitigasi/eliminasi krisis, dan
- mencari kesempatan yang mungkin timbul karena adanya krisis. 

H. Pemulihan Bencana 

Bencana dapat diartikan sebagai kerusakan operasi bisnis atau bagian yang signifikan dari
operasi bisnis yang disebabkan oleh berbagai hal, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian
baik kerugian peralatan, kerusakan data maupun kerugian uang. Berikut beberapa contoh
berkaitan dengan respon dan pengendalian terhadap penurunan risiko apabila terjadi bencana:

1. A fire safety plan, merupakan fitur penting dalam prosedur keselamatan untuk
mencegah terjadinya kebakaran, mendeteksi kebakaran dan memadamkan kebakaran.
Pengendalian terhadap bencana kebakaran bisa meliputi:

- bangunan yang layak, 


- instalasi listrik yang aman,
- tersedianya pintu-pintu darurat,
- tersedia alat deteksi asap,
- tersedia alat pemadam kebakaran, dan 
- pelatihan kepada seluruh karyawan tentang prosedur menyelamatkan diri dari
bencana kebakaran.

2. Bencana banjir dan bencana air lainnya dapat diatasi dengan menggunakan plafon dan
lantai yang tahan air serta tersedianya sistem drainase yang memadai.
3. Pengendalian terhadap serangan teroris dapat dilakukan melalui pengendalian akses
fisik,berkonsultasi dengan pihak kepolisian dan regulator.
4. Bencana yang tiba-tiba terjadi atau kerusakan yang tidak disengaja dapat dicegah
dengan sikap yang bijaksana dalam perilaku baik dalam bekerja, dan adanya penataan
ruang kerja yang aman.

Kerusakan-kerusakan kecil mungkin sering terjadi sehingga membutuhkan pemulihan yang


cepat, hal ini bisa diatasi dengan komitmen perbaikan dan pemeliharaan yang diprogramkan
perusahaan. Sedangkan untuk kerusakan fasilitas dan instalasi yang besar tentu membutuhkan
adanya perencanaan jangka panjang. Rencana pemulihan bencana yang bersifat jangka
panjang pada umumnya meliputi standby procedures, recovery procedures, dan personal
management. Tanggungjawab harus dijabarkan secara jelas kepada setiap tugas (task).

Rencana pemulihan bencana jangka panjang pada umumnya berisi hal-hal berikut:

1) Definisi tanggungjawab, sangat penting bagi setiap orang yang terlibat


dalam penanggulangan bencana sehingga ada kejelasan apa yang menjadi wewenang
dan tanggungjawabnya. 
2) Prioritas, mungkin saja perusahaan terkendala dengan keterbatasan sumber daya dan
luasnya area pemulihan, sehingga perencanaan harus menetapkan area mana yang
menjadi prioritas.
3) Backup dan standby arrangement, tersedianya alternatif tindakan/proses lain ketika
tindakan/proses yang seharusnya mengalami gangguan.
4) Rencana harus dikomunikasikan kepada semua SDM yang ada dalam perusahaan,
sebuah bencana bisa menjadi lebih parah karena tidak adanya komunikasi antar
karyawan. 
5) Public relation, apabila bencana mempunyai dampak kepada publik maka team
pemulihan bencana bisa saja menghadapi tekanan publik maupun media sehingga
harus ada hubungan baik dengan media. 
6) Risk assessment, beberapa cara pemulihan diperoleh melalui asesmen khusus
terhadap suatu problem. 
Rangkuman Risiko dan Imbalan Hasil

 Definisi Risiiko dan Imbalan Hasil

Imbalan hasil (return) dari kepemilikan suatu investasi dalam periode tertentu
misalnya satu tahun adalah pembayaran yang diterima karena hak kepemilikakannya,
ditambah dengan perubahan dalam harga pasar, yang dibagi dengan harga awal.

Dt +( P1−P1−1 )
R=
Pt−1

Dimana R adalah imbalan hasil actual (diharapkan) ketika t mengacu pada periode
waktu tertentu dimasa lalu (masa depan); D t merupakan dividen kas pada akhir
periode waktu t; Pt adalah harga saham pada saat periode t ; dan Pt −1 adalah harga
saham pada periode waktu t−1.

Risiko

Kebanyakan orang akan menerima definisi dari imbalan hasil tanpa banyak kesulitan.
Jika risiko (risk) didefinisikan sebagai perbedaan imbal hasil dariyang diharapkan.
Maka T-note merupakan sekuritas yang bebas risiko, sedangkan saham biasa
merupakan sekuritas yang berisiko. Semakin besar perbedaannya, semakin berisiko
sekutitas tersebut.

 Menggunakan Distribusi Probabilitas untuk Mengukur Risiko

Imbal Hasil yang Diharapkan dan Devisiasi Standar

 Imbalan hasil yang diharapkan (expected retrun) R


n
R=∑ ( Ri ) (P1 )
i−1

 Pengukuran konvensional dari penyebaran adalah devisiasi standar (standar


deviation). Semakin besar deviasi standar dari imbal hasil, semakin besar variabel
dari imbalhasil, dan semakin tinggi risiko dari investasi tersebut. Deviasi standar,
σ , dapat dinyatakan secara matematis sebagai


n
σ= ∑ ¿¿¿
i−1

Pengunaan Informasi Deviasi Standar. Sejauh ini elah dibahas distribusi probabilitas
diskrit (tidak berkelanjutan), dimana variabel acak, imbal hasil, hanya menggunakan
nilaitertentu dalam suatu interval.
Koefisien Variasi, deviasi standar kadang-kadang bisa menyesatkan dalam
membandingkan risiko, atau ketidakpastian, dari berbagai alternative jika ukuran
alternative tersebut berbeda-beda.

 Sikap terhadap Risiko

Pada kenyataannya menghubungkan ekuivalen kepastian seseorang dengan nilai


moneter yang diharapkan dari investasi (atau peluang) yang berisiko investasi untuk
mendefinisikan sikap mereka terhadap risiko. Pada umumnya, jika:

 Ekuivalen kepastian < nilai yang diharapkan, maka oaring tersebut cenderung
suka menghindari risiko (risk aversion).
 Ekuivalen kepastian = nilai yang diharapkan, maka individu tersebut cenderung
berpendapat netral terhadap risiko (risk indifference).
 Ekuivalen kepastian > nilai yang diharapkan, maka individu tersebut cenderung
suka mengambil risiko (risk preference)

Dalam buku ini kita akan menggunakan pandangan umum bahwa sebagian besar
investor cenderung menghindari risiko (risk averse).

 Risiko dan Imbalan Hasil dalam Konteks Portofolio

Imbal Hasil Portofolio, adalah rata-rata tertimbang dari imbal hasil yang diharapkan
dari sekuritas yang ada dalam portofolio tersebut. Rumus umum untuk imbal hasil
yang diharapkan dalam portofolio R P adalah sebagai berikut.
m
R P= ∑ W j R j
j=1

Risisko Portofolio dan Pentingnya Kovarians

Meskipun imbal hasil yang diharapkan dari portofolio dapat langsung diketahui dari
rata-rata tertimbang dari setiap devisiasi standar sekuritas adalah dengan mengabaikan
relasi, atau kovarians, antar-imbal hasil sekuritas. Kovarians adalah ukuran statistic
dimana dua variabel (misalnya imbalhasil sekuritas) bergerak sama-sama. Kovarians
yang positif menunjukkan bahwa rata-rata dua variabel akan bergerak bersama-sama.
Kovarians negative menyatakan bahwa 2 variabel itu bergerak pada arah yang
berlawanan.

 Diverivikasi

Konsep diverivikasi sangat masuk akal, bahkan bahasa yang kita gunakan sehari-hari
berisi pernyataan yang mendorong kita untuk melakukan diverivikasi. Idenya adalah
menyebarkan risiko anda dalam sejumlah aset atau investasi.

Risiko Sistematis, adalah faktor-faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara


keseluruhan, seperti perubahan ekonomi suatu negara, perubahan peraturan pajak,
atau perubahan situasi energi dunia.
Total risiko=Risiko sistematis+risiko tidak sistematis

Risiko tidak sistematis, adalah risiko dari perusahaan atau industry tertentu.

 Model Penetapan Harga Modal-Aset.

Hubungan antara imbal hasil yang diharapkan dengan risiko sistematis dan penilaian
sekuritas adalah inti dari model penetapan harga modal-aset.

 Pasar Keuangan Yang Efesien

Pasar keuaangan yang efesien tercapai ketika harga sekuritas merefleksikan semua
informasi umum yang tersedia mengenal ekonomi, pasar keuangan, dan perusahaan
yang terlibat implikasinya adalah bahwa harga pasar dari masing-masing sekuritas
akan menyesuaikan diri dengan sangat cepat dengan informasi baru.

Soal Pilihan Ganda

Bab 2 MANAJEMEN RISIKO

1. Dibawah ini komponen yang berkaitan dengan risiko, kecuali…

a. Hasil
b. Variasi
c. Harapan/ekspetasi
d. Ketepatan

Jawaban : d. Ketepatan

2. Dibawah ini yang termasuk risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan pada umumnya
adalah…

a. A risk averse attitude


b. Volatilitas nilai tukar mata uang. 
c. Volatilitas tingkat bunga. 
d. Poor market conditions

Jawaban : d. Poor market conditions

3. Berikut yang bukan sikap terhadap risiko adalah..

a. A risk seeking attitude


b. A risk neutral attitude
c. Enterprise risk
d. A risk averse attitude

Jawaban : c. Enterprise risk

4. Berdasarkan sumber dan karakteristik risiko, terdapat tiga tipe risiko, kecuali…
a. Oprational Risk
b. Uncontrollable Financial
c. Financial Risk
d. Business Risk

Jawaban : b. Uncontrollable Financial

5. Jenis krisis dapat dibedakan berdasarkan berbagai aspek. Apabila dilihat dari dampak
yang ditimbulkan terhadap bisnis, maka dibawah ini yang bukan dampak yang
ditimbulkan terhadap bisnis adalah..

a. Financial crisis
b. Public-relation crisis
c. Strategic crisis
d. Industrial accident

Jawaban : d. Industrial accident

Anda mungkin juga menyukai