Nim : 202167040
Kelas B
RANGKUMAN
A. Pengenalan Risiko
The Institute of Charterd Accountans in England and Wales (ICAEW, 2016) menyebutkan
bahwa risiko adalah kemungkinan variasi hasil (outcome) dari apa yang diperkiraka.
Berdasarkan definisi ini maka terdapat tiga komponen berkaitan dengan risiko yaitu:
1. Variasi, adanya variasi karena masa yang akan datang sifatnya tidak dapat diprediksi
dengan pasti.
Meskipun risiko sering dikaitan dengan ketidakpastian, akan tetapi risiko berbeda dengan
ketidakpastian, risiko menggambarkan berbagai kemungkinan atau variasi suatu keadaan
akan terjadi, sedangkan ketidakpastian menggambarkan adanya informasi sehingga kita
dapat memprediksi apakah suatu keadaan akan terjadi atau tidak.
Sangat penting bagi pelaku bisnis untuk mengenal jenis risiko. Pada umumnya risiko yang
dihadapi bisa menjadi risiko yang baik bisa juga menjadi risiko yang buruk. Risiko yang baik
(upside risk) merupakan risiko yang memberikan peluang (opportunity) sehingga perlu untuk
dieksploitasi, sedangkan risiko yang buruk (downside risk) adalah risiko yang menimbulkan
ancaman (threat) sehingga harus dimitigasi/dihilangkan.
Apabila dikaitkan dengan seberapa jauh risiko mempengaruhi kesuksesan dan pencapaia
tujuan suatu entitas bisnis maka dikenal adanya risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif
(speculative risk). Risiko murni digambarkan sebagai kemungkinan bahwa suatu keadaan
akan memburuk misalnya: risiko yang timbul karena bencana sehingga mengakibatkan
kerusakan aset, risiko hukum yang terjadi karena adanya kelalaian masalah legalitas sehingga
berdampak buruk pada perusahaan. Risiko spekulatif menggambarkan kemungkinan bahwa
sesuatu bisa berjalanlebih baik atau lebihburuk dari yang diprediksikan, misalnya: fluktuasi
harga pasar ada kemungkinan harga naik ada kemungkinan harga turun, perkembangan
teknologi bisa menguntungkan bisa juga merugikan bagi perusahaan.
Jika tujuan utama bisnis adalah memaksimalkan nilai bisnis dan memaksimalkan kekayaan
pemegang sahamnya, maka risiko yang dihadapi bisnis adalah risiko tidak menghasilkan
keuntungan atau risiko kerugian. Perusahaan yang rugi langsung akan berdampak
mengganggu arus kas. Aliran kas negative menjadi indikasi bahwa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan (financial distress) yang bisa mengarah pada kebangkrutan/likuidasi
perusahaan.
Risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan pada umumnya mencakup tiga hal yaitu:
Meskipun secara umum perusahaan menghadapi risiko berkaitan dengan ketiga hal tersebut
diatas, akan tetapi ada risiko inheren yang melekat pada perusahaan-perusahaan tertentu
karena karakteristik bisnisnya seperti: perusahaan transportasi secara inheren berisiko karena
menyangkut keselamatan public, begitu juga perusahaan obat-obatan.
Selain faktor karakteristik bisnis, skala perusahaan juga menentuka risiko yang dihadapi.
Semakin besar ukuran perusahaan dan semakin komplek lini bisnis perusahaan akan semakin
besar jenis risiko yang dihadapi.
Sumber pendanaan perusahaan berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Disatu sisi
perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan dana, di lain pihak investor adalah pihak
yang mempunyai/menyediakan dana. Investor dapat menyalurkan dana kepada perusahaan
melalui dua cara: apakah dana tersebut dipinjamkan sehingga kedudukan investor sebagai
lenders, ataukah dana tersebut diikutsertakan dalam kepemilikan perusahaan sehingga
investor berkedudukan sebagai pemilik (shareholders).
Apabila perusahaan mengalami penurunan laba atau merugi, lendres akan menanggung
risiko berupa kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yaitu: kegagalan membayar
bunga pinjaman, kegagalan membayar pokok pinjaman, bahkan risiko kebangkrutan
perusahaan hingga perusahaan berstatus pailit. Risiko tersebut tidak akan dihadapi lendres
jika perusahaan memperoleh laba, sehingga dapat dikatakan tidak ada volatilitas
pengembalian bagi lenders. Shareholders berkedudukan sebagai penangung risiko terakhir
karena apabila perusahaan bangkrut maka hilanglah semua investasinya. Risiko yang
dihadapi shareholders bersifat spekulatif.
Apabila perusahaan mengalami penurunan laba atau merugi maka risiko yang ditanggung
oleh shareholders adalah: penurunan dividen, tidak memperoleh dividen, bahkan
penurunan harga saham. Sebaliknya jika perusahaan memperoleh kenaikan laba maka
kemungkinan dividen yang diterima shareholders lebih besar dari yang diprediksikan,
begitu juga harga sahamnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko yang
ditanggung oleh shareholders lebih besar dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh
lenders. Risiko yang dihadapi oleh shareholders berupa kemungkinan variasi keuntungan
yang diperoleh perusahaan yang berpotensi pada volatilitas pengembalian bagi
shareholders. Dengan mengidentifikasi semua kesempatan dan hambatan yang ada maka
dapat diformulasikan bagaimana mangelola risiko spesifik tersebut. Sangat berguna bagi
perusahaan menghubungkan risiko dengan critical success factors yang ditentukan
perusahaan sehingga dapat diketahui risiko mana yang signifikan. Sebagai bagian dari
rencana strategis perusahaan harus menentukan "risk appetite" sehingga diperoleh strategi
yang tepat.
Sikap terhadap risiko dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. A risk averse attitude, sikap menghindari risiko yaitu suatu investasi akan dipilih
jika memberikan kepastian yang lebih besar meskipun tingkat pengembaliannya
rendah, dibandingkan investasi yang kurang pasti meskipun memberikan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi.
b. A risk neutral attitude, sikap netral terhadap risiko yaitu suatu investasi akan
dipilih sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan terlepas dari
risikonya.
c. A risk seeking attitude, sikap mencari risiko yaitu suatu investasi akan dipilih
berdasarkan tingkat risiko yang ditawarkan meskipun tingkat pengembalian yang
diharapkan lebih rendah dari alternatif investasi tanpa risiko dengan pengembalian
yang lebih tinggi.
2) Risiko Keuangan (Financial Risk) Risiko keuangan menjadi perhatian utama bagi
pelaku bisnis dan akuntan professional. Risiko keuangan dibedakan menjadi:
a) Controllable Financial Risk, yaitu risiko keuangan yang berasal dari faktor-faktor
yang secara langsung dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti:
Risiko operasional merupakan risiko yang tidak diinginkan perusahaan sebagai bagian
dalam upaya untuk memperoleh keuntungan. Risiko operasional pada umumnya
bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko operasional terjadi karena
lemahnya sistem pengendalian manajemen (management control system) yang dilakukan
oleh pihak internal perusahaan. Termasuk dalam risiko operasional adalah:
a. Process risk, terjadi karena proses bisnis tidak berjalan secara efektif dan efisien.
b. People risk, terjadi karena faktor kesalahan manusia seperti: SDM yang
tidak kompeten, ketidak-cukupan SDM, ketidakharmonisan hubungan antar SDM
dan bisa juga karena perusahaan tidak menumbuhkan budaya kesadaran risiko.
c. Systems risk, terjadi karena ketidakcukupan kapasitas, ketersediaan sistem
informasi dan komunikasi serta akses dan penggunaan sistem yang tidak ter-
autorisasi.
d. Event risk, yaitu risiko operasional yang menyebabkan kerugian karena suatu
kejadian tertentu seperti: disaster risk, regulatory risk, reputation risk, systemic
risk, physical risk, social risk, political risk, legal risk, economic risk dan
technology risk.
D. Konsep Risiko
Seberapa besar risiko yang dihadapi oleh suatu bisnis diukur dengan empat konsep risiko
yaitu:
Risiko bisnis dikategorikan sebagai risiko yang tinggi apabila: eksposure risiko tinggi,
faktor- faktor yang mendasari bersifat volatile, dampak kerugian yang ditimbulkan besar,
dan sering terjadi.
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas yang terkait di
dalam perusahaan. Sesuai dengan definisi manajemen risiko maka proses manajemen risiko
meliputi:
1. mengidentifkasi risiko,
2. melakukan pengukuran risiko mencakup eksposur, voalitilitas, impak dan probabilitas
risiko guna menentukan peringkat risiko,
3. merespon dan mengendalikan risiko,
4. monitoring dan pelaporan risiko.
Ditahap ini manajemen perusahaan melakukan pengukuran setiap jenis risiko yang
dihadapi. Penilaian dan pengukuran mencakup: volatilitas, probabilitas dan impak
risiko. Pengukuran dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif sedangkan penilaian dapat
menggunakan metodologi yang ditentukan. Kombinasi antara probabilitas dan impak
risiko akan menghasilkan total risiko (gross risk) yang menggambarkan potensi total
kerugian yang disebabkan oleh risiko.
3) Risk response and control
a. menghindari risiko (risk avoidance) yang dapat dilakukan dengan cara tidak
menjalankan aktifitas yang menimbulkan risiko tersebut.
b. memperkecil risiko (risk reduction) dengan cara menerapkan pengendalian yang
kuat, membagi risiko (risk sharing) dengan cara asuransi, dan
c. meneriman risiko (risk acceptance).
G. Manajemen Krisis
Krisis adalah suatu kejadian tak terduga yang dapat mengancam kelangsungan hidup bisnis
atau menimbulkan gangguan signifikan terhadap operasional normal bisnis sehingga
berdampak pada pelanggan, pekerja, investor dan stakeholders lainnya.
Apabila dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap bisnis, jenis krisis dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Financial crisis, berupa kesulitan likuiditas atau masalah aliran kas dalam jangka
pendek, dan masalah solvensi jangka panjang.
2) Public-relation crisis, adanya publikasi negatif yang dapat berpengaruh buruk
terhadap keberhasilan bisnis.
3) Strategic crisis, lingkungan bisnis yang berubah menjadi ancaman terhadap
kelangsungan hidup suatu bisnis, misalnya lahirnya teknologi baru dapat
menyebabkan produk dan proses produksi yang sudah ada menjadi usang.
1) Natural event, disebabkan oleh peristiwa alam, bersifat fisik, terjadi pada
lingkungan tertentu, kerusakan disebabkan faktor alami misalnya adanya gempa bumi
2) Industrial accident, kecelakaan industri misalnya: runtuhnya gedung, kebakaran,
bocornya gas beracun, tenggelamnya kapal dan sebagainya
3) Product or service failure, kegagalan produk sehingga terjadi penarikan produk yang
rusak atau membahayakan konsumen, kegagalan produk bisa juga disebabkan karena
kerusakan sistem atau mesin produksi sehingga terjadi penurunan kapasitas yang
masiv, adanya ancaman kesehatan berkaitan dengan mengkonsumsi suatu produk.
4) Public relation disaster, berupa tekanan media, publikasi negative yang
merugikan perusahaan, adanya penuntutan terhadap CEO dan jajaran manajemen
lainnya.
5) Business crisis, terjadi karena peristiwa-peristiwa seperti: pemogokan tenaga kerja
yang tiba tiba, kolapse-nya pemasok yang tiba-tiba, lepasnya konsumen secara besar-
besaran, kompetitor mengeluarkan produk baru, menurunnya permintaan secara tiba-
tiba dalam jumlah yang besar dan sebagainya.
6) Management crisis, krisis yang disebabkan antara lain: adanya pengambil-alihan
oleh manajemen, pembajakan manajer oleh pesaing, konflik antar dewan direksi dan
sebagainya.
7) Legal/regulatory crisis, munculnya peraturan baru bisa saja menimbulkan kenaikan
biaya, hilangnya keunggulan kompetetive, timbulnya masalah ketenaga kerjaan
hingga terjadinya fraud.
Manajemen krisis adalah suatu proses yang mencakup: identifikasi krisis, membuat
perencanaan merespon krisis, pengendalian dan solusi terhadap krisis. Pada saat sekarang
nampaknya perusahaan menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen krisis
dikarenakan hal-hal berikut:
a. Krisis seperti bencana alam dan terorisme nampaknya memiliki dampak yang lebih
ekstrim dalam konteks bisnis secara global sehingga perusahaan lebih termotivasi
untuk mengelola krisis dengan lebih baik.
b. Kesadaran hukum masyarakat pada saat ini sudah lebih baik dibandingkan dimasa
lampau sehingga diharapkan perusahaan mampu menghadapi krisis dengan lebih baik
dibandingkan dimasa lampau
c. Perkembangan sistem teknologi informasi dan sistem lainnya memungkinkan
perusahaan untuk dapat berbuat lebih banyak untuk mencegah dan atau mengelola
krisis
d. Media cenderung mempublikasikan secara gencar adanya krisis sehingga bisa
menjadi bumerang bagi perusahaan yang mengancam reputasi apabila perusahaan
tidak segera menangani kerusakan akibat krisis.
Krisis terjadi ketika risiko menjadi kenyataan. Perusahaan harus berusaha mencegah
krisis, memiliki rencana kontingensi (contingent plan) jika krisis terjadi, dan tindakan
penyelesaian krisis secara efektif.
H. Pemulihan Bencana
Bencana dapat diartikan sebagai kerusakan operasi bisnis atau bagian yang signifikan dari
operasi bisnis yang disebabkan oleh berbagai hal, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian
baik kerugian peralatan, kerusakan data maupun kerugian uang. Berikut beberapa contoh
berkaitan dengan respon dan pengendalian terhadap penurunan risiko apabila terjadi bencana:
1. A fire safety plan, merupakan fitur penting dalam prosedur keselamatan untuk
mencegah terjadinya kebakaran, mendeteksi kebakaran dan memadamkan kebakaran.
Pengendalian terhadap bencana kebakaran bisa meliputi:
2. Bencana banjir dan bencana air lainnya dapat diatasi dengan menggunakan plafon dan
lantai yang tahan air serta tersedianya sistem drainase yang memadai.
3. Pengendalian terhadap serangan teroris dapat dilakukan melalui pengendalian akses
fisik,berkonsultasi dengan pihak kepolisian dan regulator.
4. Bencana yang tiba-tiba terjadi atau kerusakan yang tidak disengaja dapat dicegah
dengan sikap yang bijaksana dalam perilaku baik dalam bekerja, dan adanya penataan
ruang kerja yang aman.
Rencana pemulihan bencana jangka panjang pada umumnya berisi hal-hal berikut:
Imbalan hasil (return) dari kepemilikan suatu investasi dalam periode tertentu
misalnya satu tahun adalah pembayaran yang diterima karena hak kepemilikakannya,
ditambah dengan perubahan dalam harga pasar, yang dibagi dengan harga awal.
Dt +( P1−P1−1 )
R=
Pt−1
Dimana R adalah imbalan hasil actual (diharapkan) ketika t mengacu pada periode
waktu tertentu dimasa lalu (masa depan); D t merupakan dividen kas pada akhir
periode waktu t; Pt adalah harga saham pada saat periode t ; dan Pt −1 adalah harga
saham pada periode waktu t−1.
Risiko
Kebanyakan orang akan menerima definisi dari imbalan hasil tanpa banyak kesulitan.
Jika risiko (risk) didefinisikan sebagai perbedaan imbal hasil dariyang diharapkan.
Maka T-note merupakan sekuritas yang bebas risiko, sedangkan saham biasa
merupakan sekuritas yang berisiko. Semakin besar perbedaannya, semakin berisiko
sekutitas tersebut.
√
n
σ= ∑ ¿¿¿
i−1
Pengunaan Informasi Deviasi Standar. Sejauh ini elah dibahas distribusi probabilitas
diskrit (tidak berkelanjutan), dimana variabel acak, imbal hasil, hanya menggunakan
nilaitertentu dalam suatu interval.
Koefisien Variasi, deviasi standar kadang-kadang bisa menyesatkan dalam
membandingkan risiko, atau ketidakpastian, dari berbagai alternative jika ukuran
alternative tersebut berbeda-beda.
Ekuivalen kepastian < nilai yang diharapkan, maka oaring tersebut cenderung
suka menghindari risiko (risk aversion).
Ekuivalen kepastian = nilai yang diharapkan, maka individu tersebut cenderung
berpendapat netral terhadap risiko (risk indifference).
Ekuivalen kepastian > nilai yang diharapkan, maka individu tersebut cenderung
suka mengambil risiko (risk preference)
Dalam buku ini kita akan menggunakan pandangan umum bahwa sebagian besar
investor cenderung menghindari risiko (risk averse).
Imbal Hasil Portofolio, adalah rata-rata tertimbang dari imbal hasil yang diharapkan
dari sekuritas yang ada dalam portofolio tersebut. Rumus umum untuk imbal hasil
yang diharapkan dalam portofolio R P adalah sebagai berikut.
m
R P= ∑ W j R j
j=1
Meskipun imbal hasil yang diharapkan dari portofolio dapat langsung diketahui dari
rata-rata tertimbang dari setiap devisiasi standar sekuritas adalah dengan mengabaikan
relasi, atau kovarians, antar-imbal hasil sekuritas. Kovarians adalah ukuran statistic
dimana dua variabel (misalnya imbalhasil sekuritas) bergerak sama-sama. Kovarians
yang positif menunjukkan bahwa rata-rata dua variabel akan bergerak bersama-sama.
Kovarians negative menyatakan bahwa 2 variabel itu bergerak pada arah yang
berlawanan.
Diverivikasi
Konsep diverivikasi sangat masuk akal, bahkan bahasa yang kita gunakan sehari-hari
berisi pernyataan yang mendorong kita untuk melakukan diverivikasi. Idenya adalah
menyebarkan risiko anda dalam sejumlah aset atau investasi.
Risiko tidak sistematis, adalah risiko dari perusahaan atau industry tertentu.
Hubungan antara imbal hasil yang diharapkan dengan risiko sistematis dan penilaian
sekuritas adalah inti dari model penetapan harga modal-aset.
Pasar keuaangan yang efesien tercapai ketika harga sekuritas merefleksikan semua
informasi umum yang tersedia mengenal ekonomi, pasar keuangan, dan perusahaan
yang terlibat implikasinya adalah bahwa harga pasar dari masing-masing sekuritas
akan menyesuaikan diri dengan sangat cepat dengan informasi baru.
a. Hasil
b. Variasi
c. Harapan/ekspetasi
d. Ketepatan
Jawaban : d. Ketepatan
2. Dibawah ini yang termasuk risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan pada umumnya
adalah…
4. Berdasarkan sumber dan karakteristik risiko, terdapat tiga tipe risiko, kecuali…
a. Oprational Risk
b. Uncontrollable Financial
c. Financial Risk
d. Business Risk
5. Jenis krisis dapat dibedakan berdasarkan berbagai aspek. Apabila dilihat dari dampak
yang ditimbulkan terhadap bisnis, maka dibawah ini yang bukan dampak yang
ditimbulkan terhadap bisnis adalah..
a. Financial crisis
b. Public-relation crisis
c. Strategic crisis
d. Industrial accident