Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

OLEH :

WINDA SARI
18612259

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PEMBANGUNAN


TANJUNGPINANG
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1. Definisi Manajemen Risiko ......................................................................... 3
2.2. Identifikasi Risiko........................................................................................ 3
2.3. Pengukuran Risiko ....................................................................................... 8
2.4. Pengendalian Risiko .................................................................................... 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15


3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari terkadang menyimpang dari perkiraan
(expectation), ada yang menguntungkan ada pula yang merugikan. Wideman
mengatakan, ketidakpastian yang dapat menimbulkan kemungkinan
menguntungkan disebut dengan istilah peluang (opportunity).
Kerugian adalah suatu penyimpangan yang tidak diharapkan karena dapat
mengandung risiko. Risiko adalah ketidakpastian yang terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya informasi yang cukup tentang yang akan terjadi. Risiko adalah
suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terjadi
kemungkinan yang merugikan. Kegiatan didalamnya juga mengandung risiko yang
harus ditangani agar tidak menimbulkan kerugian yang fatal. Untuk menangani
risiko tersebut dapat dilakukan dengan manajemen risiko.
Menurut Smith : 1990, manajemen risiko adalah proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari suatu risiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari suatu perusahaan atau proyek yang bisa menimbulkan kerusakan
atau kerugian dalam perusahaan tersebut. Manajemen risiko adalah suatu cara untuk
mengorganisir suatu risiko yang nantinya akan dihadapi baik itu sudah diketahui
ataupun yang belum diketahui, juga yang tak terpikirkan dengan cara memindahkan
risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif dari risiko,
dan menampung baik sebagian atau semua konsekuensi risiko. Manajemen risiko
juga dapat disebut suatu pendekatan terstruktur untuk mengelola suatu
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh sebab itu, melalui manajemen
risiko, diharapkan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian dapat dikurangi
bahkan dihilangkan untuk keberlangsungan kegiatan di bidangnya.
Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan
bisnisperusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan serta
meningkatnyakompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya
tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Sasaran utama dari implementasi

1
manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin
timbul. Manajemen risiko juga digunakan untuk memberikan informasi yang
mendasar mengenai konsep manajemen risiko serta perlunya penerapan manajemen
risiko dalam suatu perusahaan.
Risiko secara umum didefinisikan sebagai potensi terjadinya suatu peristiwa
baik yang diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan dan dapat
menimbulkan dampak bagi pencapaian tujuan. Dalam melakukan suatu aktivitas
usaha, akan selalu dihadapi oleh suatu tantangan risiko, karena apa yang akan
terjadi di masa akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Besarnya tingkat
kerugian karena risiko yang dihadapi sangat bervariasi bergantung penyebab dan
efek pengaruhnya. Jika saja suatu risiko sudah dapat diketahui secara pasti bentuk
dan besarannya maka tentu saja ini dapat diperlakukan seperti biaya karena risiko
merupakan suatu ketidakpastian maka akan menjadi suatu masalah penting bagi
semua pihak (Mc Neil, 1999). Namun suatu usaha untuk mengurangi atau
memperkecil risiko tetap dapat dilakukan dengan melakukan suatu
pengendalianrisiko terhadap ketidakpastian seperti kecelakaan kerja, bencana
alam,perampokan, pencurian dan kebangkrutan (Muslich, 2007).

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengidentifikasi manajemen risiko?
2. Bagaimana pengukuran manajemen risiko?
3. Bagaimana pengendalian risiko?

1.3. Tujuan Penulisan


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui tentang manajemen risiko
2. Mengetahui tatacara pengukuran manajemen risiko
3. Mengetahui pengendalian risiko

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Manajemen Risiko


Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat
yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau
tindakan. Menurut Arthur J. Keown (2000), risiko adalah prospek suatu hasil yang
tidak disukai (operasional sebagai deviasi standar).
Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko adalah suatu proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari suatu resiko yang mengancam aset dan
penghasilan dari sebuah perusahaan atau suatu proyek yang bisa menimbulkan
kerusakan ataupun kerugian pada perusahaan tersebut.
Menurut Clough dan Sears, 1994, Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian. Menurut William, et.al., 1995, p.27 Manajemen risiko adalah suatu
aplikasi dari manajemen umum dengan mencoba untuk mengidentifikasi,
mengukur, dan juga menangani sebab akibat dari ketidakpastian suatu organisasi.
Dari pendapat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko dapat
mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi rendah, resiko tersebut dapat timbul
dari dalam perusahaan ataupun pengaruh dari luar perusahaan. Manajemen resiko
menyangkut identifikasi atas kemungkinan resiko yang akan dihadapi dan juga
berusaha melakukan proteksi agar pengaruh dari resiko tersebut dapat
diminimalkan, bahkan ditiadakan sama sekali.

2.2. Identifikasi Risiko


Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang
secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan
personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang

3
terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Masih menurut Darmawi (2008) proses identifikasi harus dilakukan secara
cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat dilakukan dengan
beberapa teknik, antara lain:
a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah
proyek adalah :
a. Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.
b. Membuat daftar kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar kerugian
dan peringkat kerugian yang terjadi.
c. Membuat klasifikasi kerugian.
1) Kerugian atas kekayaan (property).
a) Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk
mengganti kekayaan yang hilang atau rusak.
b) Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image
perusahaan, dan sebagainya.
2) Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya
pribadi orang lain.
3) Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian,
ketidakmampuan, usia tua, pengangguran, sakit, dan sebagainya.

4
Dalam mengidentifikasi risiko, beberapa ahli membaginya menjadi beberapa
kategori, di antaranya :
Tabel 2.1.
Kategori Risiko
No Kategori Risiko Sumber Referensi
1 Risiko eksternal Kerzner, 1995
2 Risiko internal
3 Risiko teknis
4 Risiko legal
1 Risiko yang berhubungan dengan konstruksi Fisk, 1997
2 Risiko fisik
3 Risiko kontraktual dan lehal risiko pelaksanaan
4 Risiko ekonomi
5 Risiko politik dan umum
1 Risiko finansial Shen, Wu, Ng, 2001
2 Risiko legal
3 Risiko manajemen
4 Risiko pasar
5 Risiko politik dan kebijakan risiko teknis
1 Risiko teknologi Loosmore, Raftery,
2 Risiko manusia Reilly dan Higgon,
3 Risiko lingkungan 2006
4 Risiko komersial dan legal
5 Risiko manajemen
6 Risiko ekonomi dan finansial
7 Risiko politik

Untuk kepentingan ini, kategori – kategori risiko yang dikemukakan oleh Al


Bahar dan Crandall (1990), dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kondisi yang diinginkan, yaitu risiko yang diperhitungkan dari sudut pandang

5
perusahaan developer properti. Adapun kategori risiko tersebut dimodifikasi
sehingga menjadi sebagai berikut :
a. Finansial dan Ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya fluktuasi
tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar, kenaikan upah pekerja,
dan lain sebagainya.
b. Politik dan Lingkungan. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya perubahan
dalam hukum dan peraturan, perubahan politik, perang, embargo, bencana
alam, dan lain sebagainya.
c. Konstruksi, Yang termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja,
pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
Dari ketiga kategori risiko tersebut, proses identifikasi risiko dikembangkan
menjadi beberapa jenis risiko yang didapat dari berbagai sumber, antara lain :
1. Al Bahar dan Crandall, 1990
2. Shen, Wu, Ng, 2001
3. Keppres RI No 80 Tahun 2003
4. Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, 2006
Setelah proses identifikasi semua risiko – risiko yang mungkin terjadi pada
suatu proyek dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut untuk menganalisis risiko –
risiko tersebut. Al Bahar dan Crandall (1990) mengemukakan bahwa, yang
dibutuhkan adalah menentukan signifikansi atau dampak dari risiko tersebut,
melalui suatu analisis probabilitas, sebelum risiko – risiko tersebut dibawa
memasuki tahapan respon manajemen.
Menurut Al Bahar dan Crandall (1990), analisis risiko didefinisikan sebagai
sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian dalam bentuk kuantitatif,
menggunakan teori probabilitas, untuk mengevaluasi dampak potensial suatu
risiko.
Langkah pertama untuk melakukan tahapan ini adalah pengumpulan data
yang relevan terhadap risiko yang akan dianalisis. Data – data ini dapat diperoleh
dari data historis perusahaan atau dari pengalaman proyek pada masa lalu. Jika data
historis tersebut kurang memadai, dapat dilakukan teknik identifikasi risiko yang
lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian lain bab ini.

6
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan proses
evaluasi dampak dari sebuah risiko. Proses evaluasi dampak risiko dilakukan
dengan mengkombinasikan antara probabilitas (sebagai bentuk kuantitatif dari
faktor ketidakpastian / uncertainty) dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya
sebuah risiko.
Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan suatu parameter yang
jelas untuk dapat mengukur dampak dari suatu risiko dengan tepat. Menurut
Loosemore, Raftery, Reilly dan Higgon (2006), beberapa parameter untuk proses
evaluasi risiko seperti pada Tabel 2.2 dan tabel 2.3.
Tabel 2.2.
Parameter Probabilitas Risiko
Parameter Deskripsi
Jarang terjadi Peristiwa ini hanya muncul pada keadaan yang luar
biasa jarang.
Agak jarang terjadi Peristiwa ini jarang terjadi.
Mungkin terjadi Peristiwa ini kadang terjadi pada suatu waktu.
Sering terjadi Peristiwa ini pernah terjadi dan mungkin terjadi lagi.
Hampir pasti terjadi Peristiwa ini sering muncul pada berbagai keadaan.
Sumber : Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, (2006). Risk Management in
Projects (http://ilerning.com)
Tabel 2.3.
Parameter Konsekuensi Risiko
Parameter Deskripsi
Tidak signifikan Tidak ada yang terluka; kerugian finansial kecil.
Kecil Pertolongan pertama; kerugian finansial medium
Sedang Perlu perawatan medis; kerugian finansial cukup
besar.
Besar Cedera parah; kerugian finansial besar.
Sangat Signifikan Kematian; kerugian finansial sangat besar.
Sumber : Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, (2006). Risk Management in
Projects (http://ilerning.com)

7
Setelah risiko – risiko yang mungkin terjadi dievaluasi dengan parameter –
parameter probabilitas dan konsekuensi risiko diatas, selanjutnya dapat dilakukan
suatu analisa untuk mengevaluasi dampak risiko secara keseluruhan, dengan
menggunakan matriks evaluasi risiko.

2.3. Pengukuran Risiko


Jika Risiko tidak bisa diidentifikasi, maka risiko tidak bisa diukur. Jika risiko
tidak bisa diukur, maka manajemen tidak bisa mengelola risiko dengan baik.
Setelah risiko diidentifikasi, tahap berikutnya adalah mengukur risiko. Jika risiko
bisa diukur maka manajer risiko bisa melihat tinggi rendah dan besar kecilnya risiko
yang dihadapi dan bisa diketahui dampaknya terhadap operasional perusahaan.
Dengan pengukuran risiko maka bisa dilakukan prioritisasi risiko (yang
paling relevan). Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko
dengan metode yang sederhana sampai metode yang sangat kompleks. Pengukuran
dan kuantifikasi risiko akan sangat tergantung dari karakteristik risiko. Contoh :
risiko pasar dengan risiko kredit akan menghasilkan teknik kuantifikasi yang
berbeda sehingga pengukuran pun berbeda.
Tabel 2.4.
Pengukuran untuk Beberapa Risiko
Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran
Risiko Pasar Harga pasar bergerak kearah Value At Risk (VAR),
yang tidak menguntungkan stress testing
(merugikan)
Risiko Kredit Konsumen tidak bisa membayar Credit Rating,
kewajibannya kepada Creditmetric
perusahaan
Risiko Perubahan Tingkat bunga berubah yang Metode pengukuran
Tingkat Bunga mengakibatkan kerugian pada jangka waktu, durasi
portfolio perusahaan

8
Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran
Risiko Kerugian yang terjadi melalui Matriks frekuensi
Operasional operasional perusahaan (produk kerugian
gagal, mesin rusak)
Risiko Kematian Manusia mengalami kematian Probabilitas kematian
dini (lebih cepat dari usia dengan tabel mortalitas
kematian wajar)
Risiko Kesehatan Manusia terkena penyakit Probabilitas terkena
tertentu penyakit
Risiko Teknologi Perubahan teknologi mempunyai Analisis Skenario
konsekuensi negatif terhadap
perusahaan

Tabel tersebut menunjukkan tipe risiko yang berbedam yang menghadirkan


teknik pengukuran yang berbeda. Tingkat pengukuran berbeda tingkat
kecanggihannya dari mulai yang paling sederhana yaitu matriks frekuensi sampai
pada stress-testing yang lebih rumit. Untuk beberapa risiko sulit dikuantifikasi
misal risiko teknologi. Tipe risiko ini menggunakan teknik analisis skenario, yaitu
mengembangkan beberapa skenario dan melihat dampaknya terhadap organisasi.
Teknik pengukuran yang cukup sederhana adalah mengelompokkan risiko
dalam dua dimensi yaitu frekuensi dan Signifikansi. Proses tersebut melakukan dua
hal yaitu :
1. Mengembangkan standar risiko
2. Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi
Contoh : Manajer risiko membuat standar frekuensi munculnya kejadian yang
merugikan dengan menggunakan tiga kriteria, misal frekuensi rendah, sedang dan
menengah atau membuat signifikansi kerugian dengan normal, menengah serius.
Setelah ditetapkan standar untuk dua dimensi maka langkah berikutnya adalah
menerapkan teknik tersebut untuk menerapkan evaluasi risiko tertentu.
Evaluasi terhadap kesalahan manusia (human error) dalam pemrosesan
transaksi dengan menggunakan dua standar baik untuk frekuensi atau signifikansi.

9
Berdasarkan pengalaman masa lalu kejadian seperti ini sering terjadi. Manusia
gampang melakukan kesalahan jika kelelahan atau tidak konsentrasi. Berdasarkan
informasi risiko kesalahan manusia dalam proses transaksi bisa dikategorikan
frekuensi tinggi, signifikansi rendah.
Gambar 2.1.
Matriks Frekuensi dan Signifikansi
Tinggi
Signifikansi

Risiko Kesalahan
Rendah

Manusia

Rendah Tinggi

2.4. Pengendalian Risiko


Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi
akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan
perusahaan (Ramli, 2010).
Lima cara atau metode yang biasa digunakan dalam Pengendalian Risiko,
(risk control) adalah;
1. Menghindari Risiko
Menghindari risiko berarti perusahaan tidak bersedia melakukan kegiatan-
kegiatan yang dianggapnya berisiko pada perusahaan, perusahaan menghindarkan
harta, personel /orang atau kegiatan dari hal yang dapat menimbulkan risiko
tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan :
• Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun
hanya untuk sementara, contoh ;

10
o Menolak menggunakan nuklir agar terhindar dari risiko terkena
radiasi o Tidak bersedia menerima tenaga kerja yang suka judi dan
minuman keras agar terhindar dari tuntutan hukum pihak ketiga atau
kemungkinan terjadi kecelakaan
o Menolak penjualan secara kredit atau menolak menerima kartu kredit
untuk menghindari risiko kredit macet atau penipuan
• Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung risiko. Contoh
o Membatalkan kontrak pengiriman barang melalui laut karena kapal
secara teknis tidak laik berlayar
o Membatalkan pembelian barang setelah mengetahui barang tersebut
adalah barang selundupan
o Menolak penggunaan TKA (tenaga kerja asing) tidak dilengkapi
dengan dokumen keimigrasian atau merupakan pendatang
gelap/haram
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa menghindari risiko berarti
menghilangkan risiko tersebut. Penggunaan metode ini perlu memperhatikan, hal-
hal sebagai berikut :
• Semakin luas risiko yang dihadapi, maka makin besar ketidakmungkinan
menghindarinya. Misal menghindari semua risiko berarti sema kegiatan
harus dihentikan.
• Manfaat atau laba potensial yang mungkin timbul dari aktivitas akan
hilang, jika metode menghindari risiko dilaksanakan sepenuhnya. Contoh
o Menghindari risiko naik-turunnya harga saham, maka perusahaan
atau individu tidak akan memperoleh capital gain.
o Menghindari risiko kecelakaan di laut, maka perusahaan akan
kehilangan keuntungan dari perdagangan antarpulau.
o Menghindari risiko kecelakaan lalu lintas, maka perusahaan akan
kehilangan keuntungan dari usaha transportasi

11
o Menghindari risiko membayar honor yang mahal, maka perusahaan
tidak akan dapat menikmati jasa konsultan yang mungkin
diperlukannya.
• Menghindari suatu risiko, maka semakin besar kemungkinan timbul
risiko yang baru. Contoh:
o Menghindari perjalanan dengan pesawat udara dan mengganti dengan
mobil maka akan muncul risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas
Dua langkah menghindari risiko;
o Membuat daftar semua bentuk risiko yang dihindari
o Menyusun peraturan yang harus ditaati oleh semua lapisan dalam
perusahaan.
• Jika perusahaan ingin menghindari risiko kecelakaan pesawat terbang
maka harus dibuat peraturan agar setiap perjalanan baik harta maupun
orang dapat menggunakan semua jenis kendaraan kecuali pesawat
terbang.
2. Mengendalikan kerugian
Mengendalikan kerugian (loss control) mempunyai dua tujuan yaitu pertama
meminimalisir kemungkinan/probabilitas terjadinya kerugian dan kedua
mengurangi keparahan bila risiko kerugian memang terjadi.
Cara-cara untuk mencapai tujuan pengendalian kerugian (loss control) antara
lain ;
a) Membuat program pencegahan dan pengurangan kerugian, yaitu melakukan
usaha untuk menghilangkan risiko atau memperkecil kemungkinan/probabilitas
terjadinya, sedangkan program pengurangan kerugian adalah usaha mengurangi
keparahan bila risiko benar-benar terjadi. Contoh :
• Mengurangi kemungkinan kerugian dengan menggunakan konstruksi tahan
api.
• Memperketat pengawasan mutu dan seleksi tenaga pemasaran dan biro iklan
untuk memperkecil kemungkinan gugatan konsumen karena mutu yang
tidak baik/tidak sesuai dengan promosi.

12
• Mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja dengan kampanye-kampanye
tentang keselamatan kerja misalnya karyawan harus memakai peralatan
kerja seperti masker, sarung tangan dan lain-lain saat sedang bekerja
b) Membuat Program Minimisasi dan Penyelamatan (Minimization & Salvage
program). Program minimisasi adalah program yang dijalankan sebelum atau
ketika peril terjadi, sedangkan salvage program adalah program penyelamatan
barang-barang yang selamat dari peril. Contoh ;
• Program minimisasi: tindakan memadamkan kebakaran
• Program penyelamatan : mengangkat kapal tenggelam
c) Membuat Program Pengendalian Kerugian Berdasarkan SebabSebab
Terjadinya.
• Program Pendekatan Engineering yaitu program yang menekankan pada
pengendalian sebab-sebab yang bersifat fisik dan teknis. Contoh ;
o Memperbaiki kabel-kabel listrik untuk mencegah kebakaran karena arus
pendek
o Inspeksi bangunan, inspeksi mesin dan lain-lain
• Program Pendekatan Human Relation (hubungan antarmanusia) yaitu
program pencegahan terjadinya kecelakaan karena faktor manusia seperti
kelengahan, kecerobohan, suka menantang bahaya dan lain-lain
d) Membuat Program Pengendalian Kerugian Berdasarkan Lokasi Adalah
program perbaikan lingkungan untuk mencegah terjadinya risiko atau
mengurangi keparahan. Contoh;
• Program perbaikan lingkungan jalan raya
• Program pengetatan syarat-syarat memperoleh SIM
3. Pemisahan
Pemisahan Risiko adalah menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang
sama, jadi penempatannya tidak dalam satu lokasi. Dengan cara ini berarti
menambah independent exposure unit (unit yang berdiri sendiri) sehingga
probabilitas kerugian diperkecil, dan berarti memperbesar kemampuan meramalkan
potensi kerugian bila terjadi peril. Contoh : Perusahaan Taxi, menaruhnya taxinya

13
dalam beberapa lokasi (pool) sehingga memperkecil kerugian bila terjadi
kebakaran.
4. Kombinasi atau pooling
Kombinasi atau pooling pada dasarnya sama dengan pemisahan risiko hanya
menambah banyaknya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang
bersangkutan, dengan tujuan potensi kerugian yang mungkin dialami lebih dapat
diramalkan. Contoh memperbanyak jumlah taxi agar probabilitas terjadinya
kecelakaan dapat diperkecil.
5. Pemindahan risiko
Pemindahan risiko adalah cara pengendalian risiko, yang tidak memerlukan
pengerahan dana karena :
• Memindahkan harta atau kegiatan kepada pihak lain. Misalnya
menggunakan pemasok bersedia menanggung risiko, contoh ; mencari
pemasok sayur mayur yang bersedia menanggung jika sayur mayur busuk
dalam perjalanan.
• memindahkan tanggung jawab perusahaan kepada pihak lain Contoh
melakukan subkontrak pekerjaan berisiko kepada vendor.
• Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain. misalnya
dalam suatu kerjasama proyek maka risiko dianggap dipikul oleh
perusahaan yang menjadi pimpinan proyek (project leader).

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Manajemen Resiko adalah suatu proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol
keuangan dari suatu resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah
perusahaan atau suatu proyek yang bisa menimbulkan kerusakan ataupun kerugian
pada perusahaan tersebut.
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang
secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan
personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang
terpenting, karena dari proses inilah, semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Dengan pengukuran risiko maka bisa dilakukan prioritisasi risiko (yang
paling relevan). Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko
dengan metode yang sederhana sampai metode yang sangat kompleks. Pengukuran
dan kuantifikasi risiko akan sangat tergantung dari karakteristik risiko. Contoh :
risiko pasar dengan risiko kredit akan menghasilkan teknik kuantifikasi yang
berbeda sehingga pengukuran pun berbeda.
Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam
keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi
akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan
perusahaan (Ramli, 2010).

15
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sweeny, and Williams. (1999). Statistics for Business and Economics,
South-Western Publishing, Cincinnati.
AS/NZS 4360 (2004), 3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on
Risk Management, Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW
Australia.
Bessis, Joel. 1998, Risk Management in Banking, John Wiley & Sons, New York.
Boodie, Zvi and Robert C. Merton. (2000). Finance. New Jersey: Prentice Hall.
Bank Indonesia. 2001, “Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum”
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tanggal 19 Mei 2003,
Jakarta.
Bramantio : Manajemen Risiko Terintegrasi, Penerbit PPM 2001.
Barton, Thomas, William G. Shenkir, Paul L. Walker. (2002). Making Enterprise
Risk Management Pay Off. New Jersey: Prentice Hall.
Dennis G. Uyemura, Donald R. Van Deventer, Financial Risk in Managing
Banking, McGraw-Hill, 1993.
Down, Kevin. 1998, Beyond Value at Risk : The New Science of Risk
Management”, John Wiley & Sons, New York.
Doherty, Neil. (2000). Integrated Risk Management. New York: McGraw Hill.
Dunil, Z. 2005, Risk Based Audit Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank Umum,
Indeks PT, Jakarta.
Darma, Eka R (2009) Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja Menggunakan Fault
Tree Analysis Pada Proyek Pembangunan The Adiwangsa Surabaya,
Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP-ITS,
Surabaya.
Djohanputro, Bramantyo, 2010, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi, Edisi
Kedua, PPM Manajemen.
George E.Rejda :Principles of Risk Management and Insurance, Fifth Edition,
HARPERCOLLINS CollegePublishers,1995.

16

Anda mungkin juga menyukai