PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, analisis resiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai sebuah
prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian menganalisanya
untuk memastikan hasil pembongkaran, dan menyoroti bagaimana dampak-dampak
yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi. Analisis resiko juga dipahami
sebagai sebuah proses untuk menentukan pengamanan macam apa yang cocok atau
layak untuk sebuah sistem atau lingkungan (ISO 1799, “An Introduction To Risk
Analysis”, 2012).
1
mendisitribusikan biji kopi secara khusus kepada distributor asing, serta
mendistribusikan kopinya ke perusahaan lokal yaitu seperti perusahaan Indocafe. Dalam
menghasilkan hasil produksi perusahaan kemungkinan tidak selalu mulus. dalam
produksi pasti terdapat risiko -risiko yang terjadi baik dari pekerja maupun alat produksi
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang biasanya timbul dalam suatu perusahaan seperti PT indokom
Citra Persada yang Merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pemasokan kopi.
Pekerja pada perusahaan kemungkinan mengalami kecelakaan kerja. Sehingga hal
tersebut mendasari penulis untuk mengetahui : Bagaimanakah Analisis Risiko terhaap
pekerja di PT indokom Citra Persada ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis risiko terhaap pekerja di PT indokom Citra Persada
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui identifikasi risiko terhadap pekerja di PT indokom Citra Persada
2. Untuk mengetahui skala kemungkinan terhadap pekerja di PT indokom Citra
Persada
3. Untuk mengetahui skala dampak terhadap pekerja di PT indokom Citra Persada
4. Untuk mengetahui Level Resiko Peluang X Dampak terhadap pekerja di PT
indokom Citra Persada
5. Untuk mengetahui cara pengendalian risiko terhadap pekerja di PT indokom Citra
Persada.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Risiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut
Arthur J. Keown (2000),
Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang diharapkan (expectedreturn –ER) dengan tingkat pengembalian
aktual (actual return).
Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott (1978), risiko didefinisikan sebagai;
a. Kans kerugian – the chance of loss
b. Kemungkinan kerugian – the possibility of loss
c. Ketidakpastian – uncertainty
d. Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion of
actual from expected result
e. Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the
probability of any outcome different from the one expected
3
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam sebuah proyek adalah
:
a. Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.
b. Membuat daftar kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar erugian dan
peringkat kerugian yang terjadi.
c. Membuat klasifikasi kerugian.
1) Kerugian atas kekayaan (property).
a) Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti kekayaan
yang hilang atau rusak.
b) Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image perusahaan, dan
sebagainya.
2) Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya pribadi orang
lain.
3) Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian, ketidakmampuan, usia tua,
pengangguran, sakit, dan sebagainya.
Setelah proses identifikasi semua risiko – risiko yang mungkin terjadi pada suatu proyek
dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut untuk menganalisis risiko – risiko tersebut. Al
Bahar dan Crandall (1990) mengemukakan bahwa, yang dibutuhkan adalah menentukan
signifikansi atau dampak dari risiko tersebut, melalui suatu analisis probabilitas, sebelum
risiko – risiko tersebut dibawa memasuki tahapan respon manajemen.
Menurut Al Bahar dan Crandall (1990), analisis risiko didefinisikan sebagai sebuah proses
yang menggabungkan ketidakpastian dalam bentuk kuantitatif, menggunakan teori
probabilitas, untuk
mengevaluasi dampak potensial suatu risiko.
4
Langkah pertama untuk melakukan tahapan ini adalah pengumpulan data yang relevan
terhadap risiko yang akan dianalisis. Data – data ini dapat diperoleh dari data historis
perusahaan atau dari
pengalaman proyek pada masa lalu. Jika data historis tersebut kurang memadai, dapat
dilakukan teknik identifikasi risiko yang lain, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada
bagian lain bab ini. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan proses
evaluasi dampak dari sebuah risiko. Proses evaluasi dampak risiko dilakukan dengan
mengkombinasikan antara probabilitas (sebagai bentuk kuantitatif dari faktor ketidakpastian
/ uncertainty) dan dampak atau
konsekuensi dari terjadinya sebuah risiko.
Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan suatu parameter yang jelas untuk
dapat mengukur dampak dari suatu risiko dengan tepat. Menurut Loosemore, Raftery, Reilly
dan Higgon (2006), beberapa parameter untuk proses evaluasi risiko seperti pada Tabel 2.1
danTabel 2.2
NO Parameter Deskriptif
1 Jarang terjadi Peristiwa ini hanya muncul pada keadaan yang
luar biasa jarang
2 Mungkin terjadi Peristiwa ini kadang terjadi pada suatu waktu
3 Sering terjadi Peristiwa ini pernah terjadi dan mungkin terjadi
Lagi
4 Hampir Pasti Terjadi Peristiwa ini sering muncul pada berbagai
Keadaan
5
3 Sedang Perlu perawatan medis; kerugian finansial
cukup
4 Besar Cedera parah; kerugian finansial besar.
5 Sangat Signifikan kerugian finansial sangat besar.
Sumber: Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, (2006). Risk Management in
Projects (http://ilerning.com)
6
BAB III
HASIL
A. Profil PT Indokom Citra Persada
bisnis pemasokan, yang berkantorkan di jalan Ir. Sutami Km. 9 Bandar Lampung.
Perusahaan ini mendisitribusikan biji kopi secara khusus kepada distributor asing,
Indocafe.
PT. Indokom Citra Persada saat ini sedang berusaha untuk memperluas
daerah pemasarannya, agar dapat bersaing dengan para pesaingnya yaitu dengan
perusahaan.
Kekeringan yang melanda Brasil salah satu negara produsen kopi dunia
telah mempengaruhi harga kopi dan akan terus mendorong kenaikan harga di
pasar global. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) memprediksi
tren kenaikan harga akan berlanjut hingga enam bulan ke depan yaitu dimulai dari
7
Saimi Saleh, Presiden Direktur PT Indokom Citra Persada mengatakan,
fluktuasi harga kopi sangat dipengaruhi oleh hasil panen di negara produsen kopi
dunia. Selain itu kondisi ekonomi global seperti adanya perlambatan ekonomi di
1. Kantor Pusat
Jln Industri Km. 2.5 Buduran Sidoharjo Jawa Timur 61252 Tlp. 031
89451402
Jln Paya Bakung No 108 Dusun III Serba Jadi Kecamatan Deli Serdang
organisasi dalam mencapai tujuan tertentu dengan cara yang paling efektif.
Kerjasama yang baik dan koordinasi yang baik dalam organisasi sangat penting
untuk menciptakan kesatuan tindak usaha atau harmonisasi dari berbagai fungsi
yang berbeda untuk dapat menciptakan dan mencapai tujuan tertentu. Struktur
organisasi yang dipergunakan oleh PT Indokom Citra Persada mengacu pada tipe
organisasi garis lurus di mana terdapat satu kesatuan pimpinan dan perintah dan
8
kekuasaan mengalir dari direktur ke kepala bagian dan seterusnya kepada
karyawan-karyawan di bawahnya.
karyawan serta mengambil keputusan atau tindakan dengan cepat dan bawahan
berikut:
1. Direktur
dalam perusahaan.
2. Wakil Direktur
3. Bagian keuangan
9
pimpinan, menjamin pembuatan laporan evaluasi keuangan sesuai
4. Bagian Personalia
Tugas dari bagian ini adalah mengawasi dan mangatur seluruh kegiatan
5. Bagian Ekspor
baik dengan para agen ataupun buyer yang ada di luar negeri.
6. Bagian produksi
10
Gambar 1. Struktur Organisasi PT Indokom Citra Persada3
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
eksportir kopi biji khususnya kopi biji jenis robusta, dengan daerah pemasaran ke
berbagai negara di dunia terutama di Amerika Utara, Eropa Barat, Asia Timur dan
Australia. Total ekspor kopi ke negara-negara tersebut pada tahun 2015 sebanyak
1. Proses Produksi
kopi dan sebagai bahan pembantu yang digunakan adalah goni dan benang jahit,
listrik untuk menggerakkan electromotor dan dynamo, solar sebagai bahan bakar,
Dengan penentuan skor dapat dihitung nila cacat barang hasil produksi
dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian setiap barang cacat dengan skor
hasil perhitungan dengant tabel grading barang jadi. Biji-biji kopi dihasilkan PT
12
Tabel 2. Kualifikasi Mutu Hasil Produksi PT Indokom Citra Persada.
13
D. Kebijakan Harga Perusahaan
efektif, ditambah dengan nilai tambah yang sudah dimiliki perusahaan yang
selama ini selalu menjaga mutu dari produk perusahaan, ketepatan jadwal
1. Sistem Penjualan
terlebih dahulu mengirimkan contoh atau sample dari produk yang ditawarkan
ataupun jenis mutu produk yang diminta atau diminati oleh pembeli. Di
jenis produk atau mutu yang diminta, jumlah produk yang dikirim, jadwal
patokan pada harga yang terdapat di pasar komoditi kopi internasional yang
berada di New York. Setelah diketahui berapakah tingkat harga yang terjadi
dari luar negeri tersebut. Selain itu, meskipun tingkat harga yang terdapat
produk biji kopi tersebut dalam mutu yang lebih baik dari yang biasa
membina hubungan yang baik dan berkelanjutan terhadap para buyer ataupun
pembeli tersebut di samping untuk tetap menjaga hubungan baik dengan para
pedagang pengumpul atau pedagang lokal atau pemasok bahan baku sendiri.
unsur biaya dan laba yang ingin diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari penentuan
pedagang atau pedagang lokal yang menawarkan kopi biji robusta tersebut.
Keadaan dari bahan baku yaitu berupa kopi biji robusta tersebut
pedagang atau pengumpul lokal. Hal ini penting karena keadaan dari biji kopi
yang sesuai dengan mutu yang diminta oleh pembeli. Maka dari itu
Perusahaan dapat menentukan tingkat laba dari keadaan atau kualitas standar
beli dari pedagang lokal atau agen selain berdasarkan kepada tingkat laba
yang diperoleh, tetapi juga terhadap bahan baku yaitu kopi biji robusta
beli pada pedagang lokal atau agen tersebut ialah seluruh biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk kopi biji siap ekspor tersebut hingga
15
E. Proses Pengolahan Biji Kopi
Pengemasan dan
Sortasi biji kopi
Penyimpanan
Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran, buah berpenyakit
dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah yang kuning atau hijau.
Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah superior) dengan buah inferior berguna
untuk membedakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.
Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat dua jenis mesin
pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan, alirkan air secara terus
menerus kedalam mesin pengupas.
Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah agar mudah terlepas dari bijinya. Hasil
dari proses pengupasan kulit buah adalah biji kopi yang masih memiliki kulit tanduk, atau disebut
juga biji kopi HS.
16
c. Fermentasi biji kopi HS
Lakukan fermentasi terhadap biji kopi yang telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama dengan
merendam biji kopi dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji kopi basah dalam bak semen atau bak
kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi.
Lama proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi juga
bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji kopi. Apabila lapisan sudah hilang, proses
fermentasi bisa dikatakan selesai.
Setelah difermentasi cuci kembali biji kopi dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit buah
yang masih menempel pada biji.
Langkah selanjutnya biji kopi HS hasil fermentasi dikeringkan. Proses pengeringan bisa dengan
dengan mesin pengering.
Biasanya, pengeringan lanjutan dilakukan dengan bantuan mesin pengering hingga kadar air
mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat waktu dan tenaga.
Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji.
Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas (huller). Dianjurkan dengan mesin
untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut biji kopi
beras (green bean).
Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk memisahkan kotoran dan
biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan sebelum didistribusikan.
17
F. Identifikasi Risiko
2 Pengupasan kulit
buah
Gangguan Individu a. Bunyi mesin a. Ketulian a. Menggunakan APD (ear
plug)
pendengaran
b. Akibat debu b. Gangguan b. Menggunakan APD (
dari kopi pernapasan Masker)
Bahaya debu c. Selalu berhati hati dan
c. Air dari aliran c. Terluka, menggunakan APD
Dapat terjatuh pencucian lebam,lecet Seperti sepatu boot,
Selalu membersihkan
lantai.
3 Fermentasi biji kopi
Dapat terjatuh Individu a. Bahaya dari air a. Lebam,lecet a. Menggunakan APD
fermentasi (sepatu boot) , Selalu
membersihkan lantai
4 Pengeringan biji kopi
18
a. Terpapar Individu a. suhu dari mesin a. Terluka a. menggunakan APD (
suhu panas dryer b. Ketulian baju khusus kerja,
b. Gangguan Individu b. suara mesin c. Kecelakaan kerja sepatu, kacamata, sarung
pendengaran c. Kosentrasi tangan) sesuai dengan
c. Stress Kerja Individu berkurang, tidak SOP
bekerja sesuai dengan b. menggunakan ear plug
SOP c. istirahat yang cukup dan
melakukan pengecekan
dan pengawasan terhadap
mesin yang digunakan
5 Pengupasan Kulit
tanduk
a. Gangguan Individu a. suara mesin huller a. ketulian a. menggunakan APD (ear plug)
pendengaran sesuai dengan SOP
b. Bahaya debu b. proses pengupasan b.. gangguan pernapasan b. istirahat yang cukup,
dari kopi kulit tanduk menggunakan APD ( masker)
.
6 Sortasi Akhir Biji
Kopi
a. Gangguan Individu a. suara mesin grader a. . ketulian b. menggunakan APD ( ear
pendengaran plug) sesuai dengan SOP
19
G. Skala Kemungkinan
20
H. Skala Dampak
21
I. Analisis Resiko
2 Pengupasan kulit
buah
Gangguan pendengaran Individu / a. Bunyi mesin a. Ketulian 2 4 8
masyarakat/kelom
pok b. Akibat debu b. Gangguan 3 2 6
Bahaya debu
dari kopi pernapasan
Individu
Dapat terpleset
Individu c. Air dari aliran c. lebam,lecet 3 1 3
pencucian
22
4 Pengeringan biji kopi
d. Terpapar suhu Individu a. suhu dari a. Terluka 3 3 9
panas mesin dryer
e. Gangguan Individu b. suara mesin b. Ketulian 2 4 8
pendengaran Individu/kelompo c. Kosentrasi c. Kehilangan 3 1 3
k/masyrakat berkurang, Kosentrasi
f. Stress Kerja individu tidak bekerja
sesuai dengan
SOP
5 Pengupasan Kulit
tanduk
c. Gangguan Individu/kelompo a. suara mesin huller a. ketulian 2 2 4
pendengaran k/masyarakat
b. proses pengupasan b.. gangguan pernapasan 3 2 6
d. Bahaya debu Individu kulit tanduk
dari kopi
6 Sortasi Akhir Biji Kopi
c. Gangguan Individu / a. suara mesin grader a. . ketulian 2 4 8
pendengaran kelompok/
masyarakat
23
J. Level Resiko Peluang X Dampak
Adapted from the AS/NZS 4360 Standard Risk Matrix and NHS QIS Risk Matrix
24
b. Postur Tubuh Salah
a. Gangguan Pendengaran
25
b. Bahaya debu
c. Bahaya terjatuh
26
3. Fermentasi Biji Kopi
a. Bahaya Terpleset
4. Proses Pengeringan
27
b.gangguan Pendengaran
C. Stress kerja
28
5. Pengupasan Kulit Tanduk
a. gangguan Pendengaran
b.Bahaya debu
29
6. sortasi Biji kopi
a. gangguan pendengaran
30
K. Pengendalian Risiko
31
Bekerja sesuai
SOP yang ada
Adminitrasi :
pergantian pekerja
( shift kerja)
Gangguan M Perusahaan
Pendengaran
Engineering
control : menanam
pohon disekitar
untuk meredam
bunyi , memasang
alat peredam suara
PPE :
Penggunaan alat
seperti : Ear Plug
(alat penutup
telinga)
Adminitrasi :
melakukan
pergantian pekerja
( shift kerja)
32
Bahaya Debu M Engineering Perusahaan
control :
memasang alat
untuk mengurangi
debu ( filter,
scrubber, absorben
)
PPE :
Penggunaan alat
seperti : masker
Adminitrasi :
melakukan
pergantian pekerja
( shift kerja)
33
selalu
membersihkan
lantai
PPE :
penggunaan alat
seperti : boots
4. Kagiatan 4 : Proses Pengeringan
34
telinga)
35
Bahaya gangguan M Engineering Perusahaan
pendengaran control : menanam
pohon disekitar
pabrik untuk
meredam bunyi
PPE :
Penggunaan alat
seperti : Ear Plug
(alat penutup
telinga)
36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Level risiko yang paling tinggi berada pada bahaya Gangguan pendegaran dan
bahaya debu yaitu pada tingkat mendium. Karena masing masing bahaya tersebut
B. SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Lampiran
Kosekuensi
39
Dampak
40
41
42
43
44
45