Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah didefinisikan sebagai buangan padat atau setengah padat yang terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang kehadirannya tidak dibutuhkan atau tidak diinginkan lagi.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, jumlah produksi sampah yang dihasilkan semakin besar
karena setiap aktivitas manusia menghasilkan sampah. Hal ini dapat menimbulkan masalah
sampah yang mulai mengganggu baik terhadap kesehatan manusia ataupun terhadap lingkungan
yang pada akhirnya berdampak pada pencemaran tanah, air dan udara. Oleh karena itu, poduksi
sampah yang dihasilkan perlu dilakukan pengelolaan khusus agar tidak membahayakan
kesehatan manusia, lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Tchobanoglous, 1993)

Sampah menurut SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah
Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa
makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-
kaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagainya. Pengelolaan persampahan dapat diartikan sebagai
suatu usaha atau kegaiatan yang mengontrol jumlah timbulan sampah, pewadahan,
pengumpulan, transfer dan transpor, daur ulang serta pembuangan sampah dengan
memperhatikan faktor kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi lingkungan, estetika,
dan pertimbangan lingkungan lainnya (Tchobanoglous, 1993).

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera di masa yang akan
datang, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek
persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah
dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia
beraktifitas di dalamnya (Permen PU nomor: 21/PRT/M/2006).
Visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan Departemen Kimpraswil, yaitu
“Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah” menggambarkan keinginan terwujudnya suatu
kondisi lingkungan yang baik dan sehat.
Secara umum, menurut Peraturan Menteri PU nomor: 21/PRT/M/2006. daerah yang
mendapatkan pelayanan persampahan yang baik akan dapat ditunjukkan memiliki kondisi
sebagai berikut:
a. Seluruh masyarakat memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari
aktifitas sehari-hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran,
maupun tempat-tempat umum lainnya.
b. Masyarakat memiliki lingkungan permukiman yang bersih karena sampah yang
dihasilkan dapat ditangani secara benar.
c. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang
berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diare, tipus, disentri, dan lain-
lain; serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran udara, air atau tanah.
d. Masyarakat dan dunia usaha/swasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi
kesejahteraannya.
Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan
adalah masalah sampah sedangkan laju pertumbuhan ekonomi di kota dimungkinkan menjadi
daya tarik luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi). Akibatnya jumlah
penduduk semakin membengkak, konsumsi masyarakat perkotaan melonjak, yang pada akhirnya
akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat.
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah
lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Lebih jauh
lagi, penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya masalah estetika,
sosial maupun kesehatan.
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan
beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan
fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal.Semakin banyaknya jumlah sampah yang
dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume
sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber.
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup pasal 16 mengamanatkan
bahwa masyarakat bertanggungjawab sebagai produsen timbulan sampah.Diharapkan
masyarakat sebagai sumber timbulan yang beresiko sebagai sumber pencemar, untuk ikut serta
dalam sistem pengelolaan sampah.
Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran
dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan.
(Suryati, 2009)

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk membuat perencanaan pengelolan sampah di perumahan di Desa
Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun maksud dan tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk menganalisis timbulan komposisi sampah dan karakteristik sampah
di Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten
Lampung Selatan.
2. Untuk mengetahui kondisi eksisting system pengolahan persampahan
mengenai pewadahan, pengumpulan, dan pembuangan sampah di Desa
Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung
Selatan.
3. Untuk mengetahui perencanaan system pengolahan persampahan
mengenai pewadahan, pengumpulan, dan pembuangan sampah di Desa
Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung
Selatan.
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 ANALISI KONDISI EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN

2.1.1 Kondisi Eksisting Pengolahan Sampah Dan Prediksi Timbulan Sampah

Kondisi sistem pengelolaan sampah di desa Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan


Natar, kabupaten Lampung Selatan. pada saat ini belumlah optimal. Hal ini bisa dilihat dari
pewadahan, pengumpulan dan sistem pengangkutan sampah hingga ke TPA.

2.1.1.1 Pewadahan

Pewadahan sampah yang menggunakan kotak / bak sampah di desa Desa Hajimena RW : 01 ,
Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan. pada umumnya tidak terpilah dengan
baik antara sampah organik dan anorganik bahkan ada yang tercampur dengan sampah beracun.

3.4.1 Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah di desa Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar,
kabupaten Lampung Selatan. Menggunakan truck sampah , mobil ini mengangkut sampah dari
rumah penduduk langsung ke TPA Teluk Betung . Petugas yang bertugas mengangkut sampah
berjumlah 2 orang, yang terdiri dari satu orang supir dan satu orang petugas yang bertugas
mengangkut sampah dari rumah penduduk ke mobil sampah. Pengangkutan sampah dilakukan 2
kali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan jumat .

2.1.2 Gambaran Umum Wilayah

Wilayah Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung


Selatan. Desa hajimena ini terletak di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105° -
105°45' Bujur Timur dan 5°15' - 6° Lintang Selatan. Mengingat letak yang demikian ini daerah
Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia merupakan daerah
tropis.
Desa Hajimena termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan dengan jarak kurang lebih 50 km dari ibu kota Kabupaten Lampung Selatan dan 20 km
dengan Ibu Kota Provinsi Lampung. Desa Hajimena terletak pada ketinggian 85 m di atas
permukaan laut dengan bentang wilayah dari datar hingga berbukit. Desa Hajimena terdiri atas 7
dusun, yakni: Dusun I Induk Kampung, Dusun II Way Layap, Dusun III Sinar Jati, Dusun IV
Bataranila, Dusun V Perum Polri, Dusun VI Puri Sejahtera, Dusun VII Sidorejo. Adapun batas-
batas wilayah Desa Hajimena adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Pemanggilan
b. Sebelah Barat : Desa Rajabasa, Bandar Lampung
c. Sebelah Selatan : Desa Kurungan Nyawa, Pesawaran
d. Sebelah Timur : Desa Sidosar

2.1.3 Timbulan Sampah

Untuk menghitung jumlah timbulan sampah di wilayah studi, dibutuhkan nilai satuan timbulan
sampah dan jumlah sumber sampah.

Timbulan Sampah = Satuan Timbulan x Jumlah sumber sampah

Satuan timbulan sampah yang digunakan pada perhitungan timbulan sampah di desa Desa
Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan ini adalah
ketetapan dari SNI 19-3983-1995 spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di
Indonesia.

a. Perhitungan Timbulan Sampah di desa Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan


Natar, kabupaten Lampung Selatan
Jumlah penduduk = 278 jiwa
Komponen Jumlah Volume Berat
sumber sampah penduduk (Liter) (kg)
2,25 – 2,50 0,350 – 0,400
Rumah pernanen 278 278 𝑥 2,25 = 625,5 𝑙 278 𝑥 0,350 = 97,3 𝑘𝑔
278 𝑥 2,50 = 695 𝑙 278 𝑥 0,400 = 111,2 𝑘𝑔

Jumlah timbulan sampah di desa Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar,


kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah penduduk 278 jiwa dibagai dalama 2 berat
jenis sampah yaitu dalam bentuk satuan volume (liter) dengan berat minimal yaitu
625,5 𝑙 , maksimal yaitu 695 𝑙 dan dalam bentuk satuan berat Kg minimal 97,3 𝑘𝑔 ,
berat maksimal yaitu 111,2 𝑘𝑔 .

b. Jumlah Kontainer
No Komponen Kapasitas Jumlah
1 Kotak sampah 100 L 22
2 Kotak sampah 90 L 15
3 Kotak sampah 80 L 18
4 Kotak sampah 60 L 10
5 Kotak sampah 40 L 9
Jumlah 74 kontainer

Di Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan.


Setiap rumah memiliki 1 kontainer sampah .

2.1.4 Data kependudukan

Perumahan Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten Lampung


Selatan. memiliki jumlah penduduk 74 KK dengan jumlah seluruh jiwa adalah 278 jiwa.
JUMLAH DATA PENDUDUK
NO Jumlah KK 74 KK
1 Laki – laki 122 jiwa
2 Perempuan 156 jiwa
Jumlah 278 jiwa

2.1.5 komposisi dan karakteristik sampah

Berdasarkan kondisi Lingkungan di desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar,


kabupaten Lampung Selatan, komposisi sampah didaerah tersebut terbagi menjadi 2 yaitu :

a. komposisi sampah
1. Sampah organic
Sisa – sisa atau sampah organic yang berasal dari hasil kegiatan masyarakat ataupun
alam di daerah tersebut terdiri dari dedaunan , sayur- sayuran, buah- buahan
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik yang dihasilkan dari kegiatan – kegiatan manusia di daerah hajimena
berupa plastic bekas makanan, plastic detergen, kertas dan kaleng.

b. Karakteristik Sampah

No. Jenis bahan C/N rasio Kadar air Jumlah C Jumlah N


(%) (%) (%)
1. Potongan kertas 20 85 6 0,3
2. Gulma 19 85 6 0,3
3. Daun 60 40 24 0,4
4. Kertas 170 10 36 0,2
5. Limbah buah- 35 80 8 0,2
buahan
6. Limbah makanan 15 80 8 0,5
7. Serbuk gergaji 450 15 34 0,08
8. Kotoran ayam 7 20 30 4,3
9. Sekam alas 10 30 25 2,5
10. Kandang ayam 10 30 25 2,5
11. Jerami padi 100 10 36 0,4
12 Kotoran sapi 12 50 20 1,7
13 Potongan sayuran 20 80 - -
2.2 PERENCANAAN ASPEK TEKNIS OPERASIONAL

2.2.1 Pewadahan

Di daerah pemukiman pada umumnya mempergunakan pewadahan berupa gentong plastik


(bin/tong sampah), keranjang bekas, kaleng bekas cat, kantong plastik bekas dan ada juga yang
tidak mempunyai pewadahan. Dari segi operasional pewadahan seperti disebutkan di atas cukup
layak dipergunakan, akan tetapi dari segi kesehatan/kebersihan (kecuali kantong plastik,
gentong plastik) harus ekstra hati-hati karena kalau sampahnya tidak cepat dibuang akan
menimbulkan bau dan adanya lalat, hal ini tentunya tidak baik.

Pewadahan di pemukiman yang direncanakan adalah kantong plastik dengan kapasitas 10-40liter
dan bin/ tong plastik dengan kapasitas ±40liter. Sedangkan untuk komunal adalah bin/ tong
(100liter-1000liter). Alat pewadahan disarankan tidak bertipekan tertanam (dapat diangkat) agar
memudahkan operasi pengumpulan. Wadah sebaiknya memiliki tutup agar mampu mengisolasi
sampah dari lingkungan. Wadah ditempatkan dihalaman muka (tidak di luar pagar) dan mudah
diambil

2.2.2 Sistem Pengangkutan

Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpilan
terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan
pola individual langsung atau dari tempat pemindahan (Transfer Depo,transfer station),
penampungan sementara (TPS, LPS, TPS 3R) atau tempat penampungan komunal sampai ke
tempat pengolahan/pembuangan akhir (TPA/TPST). Sehubungan dengan hal tersebut, metoda
pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergangtung dari pola pengumpulan yang
dipergunakan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan waktu kerja yang tidak efesien.


2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat
3. Rute pengangkutan yang tidak efesien.
4. Tingkah laku petugas.
5. Aksebilitas yang kurang baik.

Untuk mendapatkan sistem pengangkutan yang efisien dan efektif maka operasional
pengangkutan sampah sebaiknya mengikuti prosedur sebagai berikut:

 Menggunakan rute pengangkutan yang sependek mungkin dan dengan hambatan yang
sekecil mungkin.
 Menggunakan kendaraan angkut dengan kapasitas/daya angkut yang semaksimal
mungkin.
 Menggunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar.
 Dapat memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah
beban kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja/ritasi
pengangkutan.
Untuk sistem door-to-door, yaitu pengumpulan sekaligus pengangkutan sampah, maka sistem
pengangkutan sampah dapat menggunakan pola pengangkutan sebagai berikut (Gambar 1):
 Kendaraan keluar dari pool dan langsung menuju ke jalur pengumpulan sampah.
 Truk sampah berhenti di pinggir jalan di setiap rumah yang akan dilayani, dan pekerja
mengambil sampah serta mengisi bak truk sampah sampai penuh.

Gambar 1. Skema Pola Pengangkutan Sampah Secara Langsung (Door to door)

Setelah terisi penuh truk langsung menuju ke tempat pemerosesan atau ke TPA
Dari lokasi pemerosesan tersebut, kendaraan kembali ke jalur pelayanan berikutnya sampai shift
terakhir, kemudian kembali ke Pool.

2.2.3 Sistem Pembuangan

System pembuangan sampah di Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten


Lampung Selatan, setelah proses pengangkutan dengan system door to door, sampah yang sudah
terkumpul didalam mobil langsung dibawa menuju TPA Teluk Betung

2.3 RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB)

2.3.1 RAB

Anggara biaya pengelolaan sampah di desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar,


kabupaten Lampung Selatan.

Iuran pemungutan sampah = Rp 20.000

Jumlah KK = 74 KK

= 20.000 𝑋 74

= Rp 1.480.000

2.3.1 Kelambagaan/ Organisasi Pengelolaan Sampah

Organisasi Pengelolaan sampah perlu dibentuk organisasi oleh Kelurahan, organisasi


merupakan aspek /sub sistem inti dalam sistem pengelolaan persampahan, karena aspek ini
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan fungsi organisasi dalam hal perencanaan,
pelaksanaan , pengawasan dan pengkomunikasian seluruh kegiatan
Struktur organisasi di desa Desa Hajimena RW : 01 , Dusun 5 , kecamatan Natar, kabupaten
Lampung Selatan haruslah menggambarkan aktivitas utama dalam pengelolaan persampahan
saat, seperti Adanya seksi kebersihan jalan dan Lingkungan yang tugas utamanya adalah
bertanggung jawab atas perencanaan, pengawasan dan pengendalian serta koordinasi
penyelenggaraan kegiatan kebersihan lingkungan dan jalan. Seksi Operasional & Pengangkutan
yang tugas utamanya adalah menyusun petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan operasional pengangkutan sampah dan melaksanakan pengawasan serta pengendalian
operasional pengangkutan sampah. Seksi penyuluhan masyarakat, agar adanya peningkatan
partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan sampah, terutama di bidang 3R (Reuse, Reduce,
Recycle

2.3.2 Peraturan Hukum

Beberapa peraturan dan undang-undang di Indonesia yang terkait dengan pengelolaan limbah
antara lain :

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 163 tentang Kesehatan
Lingkungan : Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 69 : Setiap orang dilarang:

 melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan


hidup;
 memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ke
media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 membuang limbah ke media lingkungan hidup;
 membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
 melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
 melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
 menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/ atau
 memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
 merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
Pada asal 88 : Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
pembuktian unsur kesalahan. Sedangkan pada Pasal 58 : Setiap orang yang memasukkan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan
pengelolaan B3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pasal 22 tentang


Pengelolaan, Penanganan Sampah :

 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
 Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke
tempat pemrosesan akhir.
 Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah.
 Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Keputusan menteri kesehatan Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit: Bahwa Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan
kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan;

2.3.3 Peran Serta Masyarakat


Anonim. 2012. Dasar – Dasar Pengolahan Sampah
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/02/dasar-dasar-sistem-pengelolaan-persampahan/

Anda mungkin juga menyukai