Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan
belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa
kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor
pembangunan lainnya. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak aspek
kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber
air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit
pada balita, turunnya daya saing maupun citra kota, hingga menurunnya perekonomian
ditingkat daerah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan
kualitas pengelolaan sanitasi di daerah, terutama untuk menghindari dampak dari kondisi
buruknya sanitasi di Indonesia. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah antara lain:
a) Konferensi Sanitasi Nasional yang dilaksanakan bulan November tahun 2007, yang
menghasilkan kesepakatan mengenai langkah- langkah penting bagi pembangunan sanitasi
ke depan yang juga sejalan dengan pencapaian sasaran Millennium Development Goals
(MDGs); dan b) Konvensi Strategi Sanitasi Perkotaan yang dilaksanakan bulan April tahun
2009. Pada event ini telah diidentifikasikan permasalahan dan sasaran pembangunan sanitasi
ke depan serta menyepakati pendekatan Strategi Sanitasi Kota (SSK) sebagai dasar
pembangunan sanitasi di daerah.

Puskesmas Susunan Baru terdapat 2 (dua) wilayah binaan yaitu keluarahan susunan baru
dan kelurahan segala mider. Untuk sanitasi permukiman di Kelurahan Susunan Baru di lihat
dari kondisi eksistingnya wilayah tersebut sudah ODF (Open Difection Free) atau sudah stop
buang air besar sembarangan. Untuk sampah masyarakat di wilayah tersebut sudah sebagian
dari masyarakat yang membuang sampah pada tempatnya. Untuk kelurahan Segala Mider
lingkungan atau sanitasi permukimannya jauh kurang baik di bandingkan dengan wilayah
kelurahan susunan baru dikarenan wilayah segala mider belum menerapkan ODF (Open
Difection Free) atau sudah stop buang air besar sembarangan. Masyarakat di Kelurahan
Segala Mider masih banyak yang membuang limbah (tinja) ke sungai, hanya sebagian yang
sudah memiliki septic tank, untuk sampah ada sebagian yang sudah membuang sampah pada
tempatnya.

Penurunan kualitas lingkungan memiliki peran penting terhadap kesehatan masyarakat,


penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap penyakit diare, insfeksi saluran
pernapasan akut(ISPA), malaria, DBD, scabies dan penyakit vector lainnya. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa udara dapat meningkatkan insiden penyakit saluran
pernapasan. Hal ini terlihat dengan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama
pada bayi dan anak balita.

Menurut Sastra (2005), salah satu kendala dalam pembangunan perumahan dan
permukiman yang terjadi di Indonesia antara lain berupa, kondisi sosial ekonomi
masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah. Kondisi ini diperparah lagi dengan
kurang pahamnya masyarakat akan pentingnya pemeliharaan lingkungan yang bersih bagi
kesehatan mereka.

1.2 Permasalahan
2. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sanitasi permukiman
3. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
4. Banyak rumah di wilayah binaan susunan baru yang belum memenuhi syarat sesuai
dengan KEP/MENKES 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui apakah sanitasi pemukiman di wilayah kerja
Puskesmas Susunan Baru yaitu Kelurahan Susunan Baru dan Kelurahan Segala
Mider sesuai dengan kriteria rumah sehat
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisa kasus yang terjadi di pemukiman di wilayah
kerja Puskesmas Susunan Baru yaitu Kelurahan Susunan Baru dan Kelurahan
Segala Mider
2. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel lingkungan
pemukiman
3. Mahasiswa mampu mengetahui kegiatan pelayanan sanitasi yang ada di
puskesmas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Instrumen


Sumadi (2008:52) Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai
perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non tes. Instrumen
bentuk tes mencangkup tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda,
jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio.
Instrumen bentuk non tes mencakup wawancara, angket dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik
penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya. Instrumen
dikatakan valid (tepat/absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam lingkup evaluasi
didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil
belajar dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor.Bentuk instrumen dapat berupa tes dan
non tes. Instrumen bentuk tes mencangkup tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes
pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performance test),
dan portofolio. Instrumen bentuk non tes mencakup wawancara, angket dan pengamatan.
Langkah – langkah Langkah-langkah menyusun Instrumen Menurut Sugiyono (2013:
149) titik tolak dari penyusunan intrumen adalah variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel- variabel tersebut diberikan deinisi perasionalnya, dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan
melalui butir-butir pertanyaan dan pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen,
maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi- kisi instrumen. Untuk bisa
menetapkan indikator- indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan
yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya.
2.2 Syarat Rumah Sehat
Menurut UU No. 4/1992 yang dimaksud rumah adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Jenis rumah yaitu terdiri rumah permanen dan rumah tidak permanen. Rumah permanen
yaitu rumah yang sedikit atau tidak menggunakan bahan kayu dan bambu. Bahan pokoknya
adalah tembok, besi baja atau bahan lain yang lebih kuat dari pada kayu sedangkan rumah
tidak permanen adalah perumahan yang buruk akan menimbulkan permasalaan kesehatan.
Rumah atau tempat tinggal tidak hanya pantas untuk dihuni, dilihat atau dilihat saja, tetapi
rumah atau tempat tinggal harus nyaman, aman dan harus sehat.
Rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, jarak dari tempat
pembuangan sampah lebih dari 100 meter, dekat dengan sarana pembersihan , berada di
tempat dimana air hujan dan air kotor tidak tergenang.Beberapa peryaratan yang harus
dipenuhi menurut WHO dan American Public health association (APHA) antara kain
1) Syarat Fisiologis
Perumahan harus memenuhi persyaratan fisiologis agar kebutuhan faal tubuh terpenuhi
melalui fasilitas yang tersedia. Yang termasuk di dalam kebutuhan fisiologis untuk
perumahan adalah:
a. Pencahayaan
Pencahayaan yang diperlukan untuk suatu ruangan didalam rumah dapat berbentuk
cahaya alami yaitu sinar matahari dan juga cahaya buatan yaitu sinar lampu. Cahaya
yang diperlukan perorang yang tinggal didalamnya.
b. Penghawaan
Penghawaan untuk suatu ruangan di dalam rumah harus diperhitungkan yaitu aliran
udara yang masuk kedalam ruangan serta jumlah udara yang diperlukan perorang
yang tinggal didalamnya
c. Kebisingan
Tidak terdapat gangguan ketenangan akibat adanya kebisingan baik yang bersumber
dari luar maupun dari dalam rumah.

d. Ruangan (space)
Tersedia ruang yang cukup untuk kegiatan bermain bagi anak-anak, dan untuk
belajar, selain itu harus tersedia ruangan utama yaitu ruang tamu, ruang tidur, ruang
makan dan sebagainya.
2) Syarat Psikologis
a. Menjamin privacy
Setiap anggota keluarga harus terjamin ketenangan dan kebebasan dalam hunia,
sehingga tidak terganggu baik oleh keluarga yang lain, tetangga maupun orang yang
kebetulan lewat diluar.
b. Tersedianya ruang keluarga.
Ruang keluarga sangat penting untuk saling melepaskan kerinduan atau malah
psikologis yang lain. Ruang keluarga adalah sarana untuk menjalin hubungan sosial
maupun emosional keluarga.
c. Lingkungan yang sesuai
Seseorang akan dapat memilih hunian mana yang sesuai dengan strata sosial
keluarganya. Kesenjangan strata antar penghuni atau pemukiman akan menimbulkan
rasa tidak nyaman.
d. Tersedia sarana yang sifatnya memerlukan “privacy”
Rumah dilengkapi dengan kamar mandi dan kloset sendiri. Setidaknya harus tersedia
sarana tersebut., akan terasa tidak etis bila suatu anggota keluarga mandi ataupun
buang hajat di fasilitas milik tetangganya.
e. Jumlah kamar tidur yang cukup
Jumlah kamar tidur disesuaikan dengan usia penghuninya. Usia di bawah 2 tahun
dipisahkan ataupun boleh satu kamar dengan orang tuanya. Tetapi untuk anak usia di
atas 10 tahun harus di pisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan untuk anak umur 17 tahun ke atas diberikan kamar tersendiri.
f. Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan atau taman.
Fungsi dari halaman rumah disamping menimbulkan rasa keindahan bagi
penghuninya berfungsi juga untuk membersihkan udara dan menahan /melindungi
pencemaran udara dari luar.
g. Untuk Hewan peliharaan dibuatkan kandang tersendiri yang terpisah dari rumah.
Untuk menghindari tertularnya penyakit zoonosis, ataupun keributan yang
ditimbulkan oleh binatang peliharaan, sebaiknya dibuatkan kandang terpisah
dari ruangan yang biasa dihuni.
3) Mencegah penularan penyakit
Pada dasarnya persyaratan perumahan harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan
gangguan kesehatan, baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Beberapa persyaratan
berikut berkaitan dengan tersedianya fasilitas sanitasi agar kesehatan penghuninya tetap
terhindar dari penyakit, tidak tertular penyakit infeksi baik antar penghuni maupun
dengan kehadiran anggota warga lain dari sekitar.
a. Tersedianya persediaan air bersih / air minum
Air bersih sangat diperlukan untuk keperluan sehari-hari . Penyediaan air bersih
harus memenuhi syarat kualitas yaitu fisik, kimia, dan bakteriogis maupun
kuantitas(jumlah).
b. Keadaan rumah maupun halaman serta lingkungannya menjamin tidak
terdapatnya tempat perindukan vektor penyakit. Hal ini terkait dengan konstruksi
maupun keadaan rumah seperti adanya tempat penyimpanan sampah yang baik,
kebersihan yang selalu terjaga dan sebagainya.
c. Tersedianya tempat pembuangan tinja dan air limbah yang memenuhi syarat sanitasi
d. Luas / ukuran kamar yang tidak menimbulkan suasana kumuh
Luas kamar minimum ukuran 2,5m, 3m dengan ketinggian langit-langit berkisar
dari 2,75m sampai 3m. Hal ini khususnya yang menyangkut kepadatan penghuni
kamar dan luas jendela berpengaruh terhadap timbul dan menularnya
penyakit saluran pernafasan. Sekalipun pencahayaan alami juga berperan penting
dalam menekan kejadian penyakit dalam saluran pernafasan.
e. Fasilitas untuk pengolahan makanan / memasak dan penyimpanan makanan yang
terbebas dari pencemaran maupun jangkauan vektor maupun binatang pengerat.
4) Mencegah terjadinya kecelakaan
Beberapa hal untuk menghindari timbulnya kecelakaan misalnya adalah:
a. Adanya ventilasi di dapur. Untuk mengeluarkan gas seandainya terjadi
kebocoran dari tabung gas. Bukalah jendela agar gas segera dapat keluar dari
ruangan
b. Cukup intestitas cahaya, untuk menghindari kecelakaan seperti tersandung, Teriris /
tersayat, tertusuk jarum waktu menjahit dan sebagainya.
c. Jauh dari pohon besar, Bangunan rumah jauh dari pepohonan besar yang mudah
tumbang atau runtuh.
d. garis rooi. Bangunan harus mengikuti garis rooi ( garis sempadan ). Jarak pagar
dengan bangunan minimal lebar jalan.
e. Lantai yang selalu basah (kamar mandi, kamar kecil) tidak licin, baik karena
konstruksinya maupun pemeliharaannya.
f. Bagian bangunan yang dekat api atau listrik terbuat dari bahan tahan api
g. Cara mengatur / meletakkan barang dalam ruangan. Pengaturan ruangan memberikan
keleluasaan untuk bergerak pada penghuninya, terutama untuk keselamatan anak-
anak. Cara menyimpan bahan beracun. Hindarkan dari jangkauan anak minyak
tanah, deterjen, obat-obatan dan sebagainya.

2.3 Indikator Penilaian Rumah Sehat


Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan.meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu:
1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan
air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah
pada tempat sampah.
Adapun aspek komponen rumah yang memenuhi syarat rumah sehat adalah:
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan
kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah
dibersihkan.
2. Dinding
Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat dinding sendiri, beban tekanan
angin dan bila sebagai dinding pemikul harus dapat memikul beban diatasnya, dinding
harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik
sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
3. Lantai
Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak licin, stabil waktu dipijak,
permukaan lantai mudah dibersihkan.Menurut Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya
tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat
menimbulkan gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi
dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk
mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan ± 20 cm dari
permukaan tanah.
4. Pembagian ruangan/ tata ruang Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang
sesuai dengan fungsinya. Adapun syarat pembagian ruangan yang baik adalah:
a. Ruang untuk istirahat/tidur.
Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur orang tua dengan kamar
tidur anak, terutama anak usia dewasa. Tersedianya jumlah kamar yang cukup
dengan luas ruangan sekurangnya 8m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2
orang agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya untuk melakukan kegiatan.
b. Ruang dapur
Dapur harus mempunyai ruangan tersendiri, karena asap dari hasil pembakaran
dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan. Ruang dapur harus memiliki
ventilasi yang baik agar udara/asap dari dapur dapat teralirkan keluar.
c. Kamar mandi dan jamban keluarga
Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit memiliki satu lubang ventilasi
untuk berhubungan dengan udara luar.
5. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan pengeluaran
udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar
diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya:
a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah
keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap kendaraan, dari
pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua lubang
jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses aliran udara lebih
lancar.
6. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan
manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya alami dan
cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan, pencahayaan jangan sampai menimbulkan
kesilauan.
a) Pencahayaan Alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan
melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah yang terbuka, selain untuk
penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau
serangga lainnya dan membunuh kuman penyebab penyakit tertentu (Azwar, 1996).
Suatu cara sederhana menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam
sebuah rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila
samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar yang
terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
b) Pencahayaan Buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu minyak
tanah, listrik dan sebagainya.
7. Luas Bangunan Rumah.
Luas bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
bangunan harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninyaakan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, disamping menyebabkan kurangnya konsumsi
oksigen, bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi akan mudah
menular kepada anggota keluarga yang lain. Sesuai kriteria Permenkes tentang rumah
sehat, dikatakan memenuhi syarat jika ≥ 8 m2/ orang.

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan
dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut:
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Di Indonesia
standar untuk air bersih diatur dalam Permenkes RI No. 01/Birhubmas/1/1975
(Chandra, 2009).Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama, antara lain:
a) Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu di bawah suhu udara
sehingga menimbulkan rasa nyaman.
b) Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama yang
berbahaya bagi kesehatan,
c) Syarat bakteriologis.
Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme.Misal sebagai petunjuk bahwa
air telah dicemari oleh feses manusia adalah adanya E. coli karena bakteri ini
selalu terdapat dalam feses manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta
relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air.[i]
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran). Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan
yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Cara
pembuangan tinja, prinsipnya yaitu:
a. Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
b. Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/ air tanah.
c. Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d. Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
e. Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
f. Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan
tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan atau zat yang membahayakan
kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra,
2007).Menurut Azwar (1996), air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat, dapat dikatakan makin tinggi tingkat kehidupan masyarakat, makin
kompleks pula sumber serta macam air limbah yang ditemui. Air limbah adalah air
tidak bersih mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena hasil
perbuatan manusia.Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim
dikenal adalah:
a. Limbah rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
b. Limbah perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang.
c. Limbah industri.
d. Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat aktifitas manusia,
yang dianggap sudah tidak bermanfaat lagi.Entjang (2000), berpendapat agar sampah tidak
membahayakan kesehatan manusia maka perlu pengaturan pembuangan, seperti tempat
sampah yaitu penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk
dibuang. Syarat tempat sampah:
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan
b. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik seranga atau binatang lainnya

2.4 Pelayanan Sanitasi Pemukiman


Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap
pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan
Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) sebagai cetak
biru bagi pembangunan Sanitasi komprehensif di kawasan perkotaan. Roadmap ini akan
diterapkan secara bertahap di 330 Kabupaten/kota di seluruh Indonesia mulai tahun 2010
hingga 2014.
Di samping untuk mengejar ketertinggalan dari sektor-sektor lain, roadmap Sanitasi juga
dimaksudkan untuk mendukung upaya pemerintah Indonesia memenuhi tujuan-tujuan
Millennium Development Goals (MDGs), khususnya yang terkait dengan Butir 7 target ke-
10 MDG, yakni “mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak punya akses
berkelanjutan pada air yang aman diminum dan Sanitasi yang layak pada tahun 2015”.
Target ini bisa dipenuhi secara kuantitif, tetapi secara kualitatif layanan yang tersedia masih
belum memadai.
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) atau roadmap Sanitasi merupakan
muara berbagai aktifitas terkait pembangunan sektor Sanitasi yang berlangsung beberapa
tahun terakhir. Dimulai dengan Konferensi Sanitasi Nasional, November 2007, yang
merintis kesepakatan langkah-langkah penting pembangunan Sanitasi seiring pencapaian
MDGs, penyelenggaraan International Year of Sanitation, 2008, yang mampu meningkatkan
kesadaran dan komitmen pemerintah pusat dan daerah, dan Konvensi Strategi Sanitasi
Perkotaan, April 2009, yang berhasil mengidentifikasi isu-isu terkait sektor Sanitasi dan
memperkenalkan pendekatan Strategi Sanitasi Kabupaten yang lebih praktis.Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diarahkan pada upaya memenuhi tiga sasaran,
yakni : menghentikan perilaku Buang Air Besar sembarangan (BABs) pada tahun 2014, di
perkotaan dan pedesaan. Pengurangan timbunan sampah dari sumbernya dan penanganan
sampah yang ramah lingkungan serta pengurangan genangan di 100 Kabupaten/kota seluas
22.500 hektar.
Data tersebut akan ditindaklanjuti dalam pertemuan-pertemuan yang akan datang serta
siapa yang bertanggungjawab terhadap hasil data-data tersebut. Hasil pengumpulan data
tersebut dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut Buku Putih Sanitasi.

2.5 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat merupakan lini terdepan dalam promosi kesehatan dan
wajib dilaksanakan oleh seluruh puskesmas. Kepmenkes No. 128/MenKes/SK/2/2004,
Dinas Kesehatan bertanggung jawab menyelenggarakan kesehatan masyarakat, salah satu
fungsi peran puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat dengan strategi
kemitraan dengan kelompok masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan upaya pengembangan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat agar lebih berkemampuan menangani persolan
kesehatan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan oleh puskesmas.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota, mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disatu wilayah kecamatan melalui pemberdayaan masyarakat
sesuai dengan Kepmenkes No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Puskesmas dan salah satu
fungsi peran puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat dengan strategi
kemitraan dengan kelompok masyarakat banyak model dan strategi pemberdayaan
masyarakat yang telah dikembangkan, khususnya di bidang kesehatan.
Menurut (Sumaryadi, 2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah “upaya
mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah memperkuat kelembagaan masyarakat
agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana
keadilan sosial yang berkelanjutan”. Selain itu pemberdayaan masyarakat menurut
Sumaryadisebagai berikut:
a. Membantu pengembangan manusiawi yang autentik dan integral dari masyarakat
lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang terbelakang, kaum muda
pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita yang
didiskriminasikan/dikesampingkan.
b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
mereka, namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat. Dari
pendapat tersebut maka pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Menurut (Widjaja, 2003:169) pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat sehingga masyarakat dapat mewujudkan
jati diri harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri
secara mandiri baik di bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.
(Abu Huraerah, 2008:87) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self-reliance
atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis
masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta
diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai kemampuan yang dimiliki.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengembangan Instrumen

No Komponen yang Kriteria Nilai Bobot Hasil


diperiksa Penilaian
I KOMPONEN RUMAH 31%
1 Langit-langit 1 Tidak ada 0
2 Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1
kecelakaan
3 Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 2
2 Dinding 1 Bukan tembok (anyaman 1
bambu/ilalang)
2 Semi permanen,/setengah 2
tembok/pasangan bata/bata tidak
diplester/papan tidak kedap air
3 Permanen/tembok/pasangan bata 3
diplester/papan kedap air
3 Lantai 1 Tanah 0
2 Papan/anyaman bambu dekat dengan 1
tanah/plesteran retak dan berdebu
3 Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 2
panggung)
4 Jendela kamar tidur 1 Tidak ada 0
2 Ada 1
5 Jendela ruang 1 Tidak ada 0
keluarga 2 Ada 1
6 Ventilasi 1 Tidak ada 0
2 Tidak ada (buatan/AC) 1
3 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% 2
luas lantai
4 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% 3
luas lantai
7 Lubang asap dapur 1 Tidak ada 0
2 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% 1
luas lantai dapur
3 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% 2
luas lantai dapur
8 Pencahayaan 1 Tidak terang, tidka dapat untuk 0
membaca
2 Kurang terang, kurang jelas untuk 1
membaca
3 Terang dan tidak silau dapat untuk 2
membaca dengan normal
II KOMPONEN SARANA SANITASI 25%
1 Sarana Air Bersih1 Tidak ada 0
2 Ada, bukan milik sendiri, tidak 1
memenuhi syarat kesehatan
3 Ada, milik sendiri, tidak memenuhi 2
syarat kesehatan
4 Ada, bukan milik sendiri, memenuhi 3
syarat kesehatan
5 Ada, milik sendiri, memenuhi syarat 4
2 Sarana 1 Tidak ada 0
pembuangan 2 Ada, bukan leher angsa, tidak ada 1
kotoran manusia tutup, disalurkan kesungai/kolam
(Jamban) 3 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 2
disalurkan kesungai/kolam
4 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 3
septictank
5 Ada, leher angsa, ada tutup, septictank 4
3 Sarana 1 Tidak ada, sehingga tergenang tidak 0
pembuangan air teratur dihalaman rumah
limbah (SPAL) 2 Ada, diresapkan tetapi mencemari 1
sumber air (jarak dengan sumber air <
10m)
3 Ada, dialirkan ke selokan terbuka 2
4 Ada, diresapkan tetapi mencemari 3
sumber air (jarak dengan sumber air ≥
10m)
5 Ada, dialirkan ke selokan tertutup 4
(saluran kota) untuk diolah
4 Sarana 1 Tidak ada 0
pembuangan 2 Ada, tidak kedap air, tidak tertutup 1
sampah 3 Ada, kedap air, tidak tertutup 2
4 Ada, kedap air, tertutup 3
5 Binatang penular 1 Ada jentik nyamuk dan tikus 0
penyakit 2 Tidak ada jentik, ada tikus 1
3 Ada jentik nyamuk, tidak ada tikus 1
4 Tidak ada jentik nyamukdan tidak ada 2
tikus
6 Pekarangan 1 Kotor, tidak dimanfaatkan 0
2 Bersih, tidak dimanfaatkan 1
3 Bersih, dimanfaatkan 2
7 Kandang hewan 1 Tidak ada 0
peliharan 2 Ada, tidak terpisah dengan rumah 1
3 Ada, terpisah dengan rumah 2
III PERILAKU PENGHUNI 44%
1 Membuka jendela 1 Tidak pernah dibuka 0
kamar tidur 2 Kadang-kadang 1
3 Dibuka setiap hari 2
2 Membuka jendela 1 Tidak pernah dibuka 0
ruang keluarga 2 Kadang-kadang 1
3 Dibuka setiap hari 2
3 Membersihkan 1 Tidak pernah dibuka 0
rumah dan halaman 2 Kadang-kadang 1
3 Dibuka setiap hari 2
4 Membuang tinja 1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang 0
balita ke jamban tempat
2 Kadang-kadang ke tempat jamban 1
3 Ke jamban 2
5 Membuang sampah 1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang 0
pd tempat sampah tempat
2 Kadang-kadang ke tempat sampah 1
3 Dibuang ke tempat sampah 2
6 Kebiasaan 1 Ada anggota keluarga yang merokok 0
merokok didalam rumah
2 Ada anggota keluarga yang merokok 1
diteras rumah
3 Tidak ada yang merokok 2
7 Penggunaan obat 1 Menggunakan obat nyamuk bakar 0
nyamuk 2 Kadang-kadang menggunakan obat 1
nyamuk
3 Menggunakan kelambu 2

3.2 Penemuan Kasus dan Analisis Kasus Akibat Pemukiman Tidak Sehat
3.3 Pengambilandan Pemeriksaan Sampel Lingkungan Perumahan

Survey sanitasi pemukiman yang dilakukan di 2 (dua ) binaan wilayah kerja Puskesmas Susunan
Baru sebanyak 92 rumah, 80 rumah di Kelurahan Susunan Baru dan 12 rumah di Kelurahan
Segala Mider. Pemeriksaan sampel Sanitasi pemukiman di 2 ( dua) kelurahan tidak bisa
dibandingkan karena jumlah sampel yang tidak seimbang.

Dibawah ini adalah hasil survey kunjungan rumah di kelurahan susunan baru dan kelurahan
segala mider

Persentase Sanitasi Pemukiman di kelurahan Susunan Baru

41.25%

Rumah Sehat
Rumah Tidak Sehat

58.75%

Grafik 3.2 Persentase Sanitasi Pemukiman di kelurahan Susunan Baru

Dari hasil survey yang dilakukan dapat di lihat grafik diatas dari 80 rumah yang telah dilakukan
pemeriksaan di Kelurahan susunan baru terdapat 59% (47) rumah Sehat atau memenuhi kriteria
rumah sehat dan 415% (33) Rumah tidak sehat atau tidak memenuhi kriteria rumah sehat.

Sehingga dari 80 rumah di kelurahan susunan baru lebih banyak yang sudah sadar akan
pentingnya sanitasi pemukiman terutam di rumah masyarakat kelurahan susunan baru.
Persentase Sanitasi Pemukiman di Kelurahan Segala Mider

Rumah Sehat ; 16.67%

Rumah Tidak Sehat ; 83.33%

Grafik 3.3 Persentase Sanitasi Pemukiman di kelurahan Segala Mider

Dari survey yang telah dilakukan dapat di lihat dari grafik diatas dari 12 sampel rumah yang
diambil di kelurahan segala mider, 17% (2) rumah termasuk dalam kriteria rumah sehat dan
83,34 ( 10 ) rumah tidak termasuk dalam kriteria rumah sehat.

Sehingga di lihat dari hasilnya, masih banyak masyarakat di kelurahan segala mider belum sadar
akan pentingnya sanitasi pemukiman yang sehat.

Dibawah ini adalah hasil survey kunjungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Susunan Baru
kelurahan Susunan Baru pada tanggal 22-23 april 2019

Tabel 3.1 Distribusi Pengamatan Langit-langit

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 38 47,5%
2 Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 4 5%
kecelakaan
3 Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 38 47,5%
Total 80 100%
Dari table diatas dapat dilihat bahwa 47,5% tidak memiliki langit – langit, 5% terdapat
ventilasi namun kotor dan sulit untuk dibersihkan dan 47,5 % terdapat ventilasi yang
bersih dan tidak rawan akan terjadinya kecelakaan.

Tabel 3.2 Distribusi Pengamatan Dinding

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Bukan tembok (anyaman bambu/ilalang) 3 3,75 %
2 Semi permanen,/setengah tembok/pasangan 21 26,25%
bata/bata tidak diplester/papan tidak kedap
air
3 Permanen/tembok/pasangan bata 56 70%
diplester/papan kedap air
Total 80 100%

Dilihat dari table diatas 3,75% dinding rumah milik warga berupa anyaman bambu atau
ilalang, 26,25% dinding rumah berupa semi permanen atau setengah tembok dan 70%
dinding rumah berupa permanen atau tembok. Dari 80 rumah, 56 rumah sudah permanen,
hanya 3 rumah yang berupa dinding anyaman

Tabel 3.3 Distribusi Pengamatan Lantai

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tanah 0 0%
2 Papan/anyaman bambu dekat dengan 14 17,5%
tanah/plesteran retak dan berdebu
3 Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 66 82,5%
panggung)
Total 80 100%

Hasil survey yang dilakukan daeri 80 rumah, 14 (17,5%) lantai rumah berbentuk
plesteran yang sudah retak, 66(72,5%) lantai rumah warga sudah di plester. Sehingga dari
hasil presentase lantai rumah warga sudah baik.
Tabel 3.4 Distribusi Pengamatan Jendela Kamar Tidur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 1 1,25%
2 Ada 79 98,75%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 1,25 % tidak memiliki jendela kamar tidur. 98,75 %
sudah memilki jendela kamar tidur.

Tabel 3.5 Distribusi Pengamatan Jendela Ruang Keluarga

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 1 1,25%
2 Ada 79 98,75%
Total 80 100%

Dari table diatas dapat dilihat bahwa hanya ada 1 rumah dari 80 rumah yang tidak
terdapat jendela ruang keluarga. Dan sisanya yaitu 79 rumah sudah terdaoat jendel ruang
keluarga.

Tabel 3.6 Distribusi Pengamatan Ventilasi

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 0 0%
2 Tidak ada (buatan/AC) 0 0%
3 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% luas 66 82,5%
lantai
4 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas 14 17,5%
lantai
Total 80 100%

Dari table diatas dapat dilihat 82,5% dari 80 rumah sudah ada ventilasi permanen namun
< 10% luas lantai dan 17,5 % terdapat ventilasi permanen ≥ 10% luas lantai
Tabel 3.7 Distribusi Pengamatan Lubang Asap Dapur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 19 23,75%
2 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% luas 39 48,75%
lantai dapur
3 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas 22 27,5%
lantai dapur
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan di 80 rumah di kelurahan susunan baru , 19 rumah tidak
terdapat lubang asap dapur, 39 rumah sudah ada lubang ventilasi permanen < 10% luas
lantai dapur, dan 22 rumah sudah ada , lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas lantai
dapur.

Tabel 3.8 Distribusi Pengamatan Pencahayaan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak terang, tidka dapat untuk membaca 1 1,25%
2 Kurang terang, kurang jelas untuk membaca 33 41,25%
3 Terang dan tidak silau dapat untuk membaca 44 55%
dengan normal
Total 80 100%

Dari hasil survey yang telah di lakukan di kelurahan Susunan Baru dari 80 rumah, 1
rumah pencahayaannya tidak terang. 33 rumah pencahayaannya kurang terang, sehingga
kurang terang untuk membaca, dan 44 rumah terang dan cukup untuk membaca dengan
normal

Tabel 3.9 Distribusi Pengamatan Sarana Air Bersih

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada
2 Ada, bukan milik sendiri, tidak memenuhi 12 15%
syarat kesehatan
3 Ada, milik sendiri, tidak memenuhi syarat 11 13,75%
kesehatan
4 Ada, bukan milik sendiri, memenuhi syarat 31 38,75%
kesehatan
5 Ada, milik sendiri, memenuhi syarat 29 36,25%
Total 80 100%

Dari table diatas dapat dilihat bahwa 15 % (12) rumah ada sarana air bersih, namun bukan
milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan, 13,75 % ( 11) rumah ada air bersih
yang dimiliki sendiri tetapi tidak memenuhi syarat kesehatan, dan 38,75% ( 31 ) rumah
ada saranan air bersih yang dimiliki sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 3.10 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada
2 Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, 1 1,25%
disalurkan kesungai/kolam
3 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 2 2,5%
disalurkan kesungai/kolam
4 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 15 18,75%
septictank
5 Ada, leher angsa, ada tutup, septictank 62 77,5%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan dari 80 rumah, 1,25 % (1) memiliki sarana
pembuaangan kotoran manusia,bukan leher angsa dan di salurkan ke kolam 2,5 % ( 2)
rumah memiliki sarana pembuangan kotoran manusia tetapi bukan leher angsa, 18,75 % (
18) rumah memiliki , tetapi bukan leher angsa dan ada septic tank, dan 62 rumah ada dan
berbentuk leher angk dan juga ada septick tank.

Tabel 3.11 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Air Limbah

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur
dihalaman rumah
2 Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 7 8,75%
air (jarak dengan sumber air < 10m)
3 Ada, dialirkan ke selokan terbuka 54 67,5%
4 Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 17 21,25 %
air (jarak dengan sumber air ≥ 10m)
5 Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 2 2,5%
kota) untuk diolah
Total 80 100%

Dilihat dari hasil table diatas 8,75 % ( 7 ) rumah ada SPAL, diresapkan tetapi mencemari
sumber air , 67,5% ( 54) rumah ada SPAL dan di alirkan ke selokan, 21,25 % ( 17 )
rumah ada SPAL diresapkan tetapi mencemarai sumber air air ≥ 10m dan 2,5 % ( 2)
rumah ada SPAL dialirkan ke selokan tertutup.

Tabel 3.12 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Sampah

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 5 6,25%
2 Ada, tidak kedap air, tidak tertutup 23 28,75%
3 Ada, kedap air, tidak tertutup 31 38,75%
4 Ada, kedap air, tertutup 21 26,25%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 5 rumah tidak ada saranan pembuangan sampah, 23 ada
namun tidak kedap air dan tidak tertutup, 31 rumah ada,kedap air tetapi tidak tertutup.
Dan 21 rumah ada, kedap air dan tertutup.

Tabel 3.13 Distribusi Pengamatan Binatang Penular Penyakit

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Ada jentik nyamuk dan tikus 30 37,5
2 Tidak ada jentik, ada tikus 17 21,25%
3 Ada jentik nyamuk, tidak ada tikus 17 21,25
4 Tidak ada jentik nyamukdan tidak ada tikus 16 20%
Total 80 100%

hasil survey yang dilakukan dari 80 rumah, 30 rumah terdapat jentik nyamuk dan tikus,
17 ruamh tidak terdapat jentik tetapi ada tikus, 17 rumah terdaoat jentik dan tidak ada
tikus, dan 16 rumah tidak ada jentik nyamuk dan tida ada tikus.
Tabel 3.14 Distribusi Pengamatan Pekarangan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Kotor, tidak dimanfaatkan 14 17,5 %
2 Bersih, tidak dimanfaatkan 51 63,75%
3 Bersih, dimanfaatkan 15 18,75%
Total 80 100%

Dilihat dari table diatas, 14 pekarangan warga kotor, tidak dimanfaatkan. 51 pekarangan
bersih, tidak dimanfaatkan dan 15 pekarangan warga bersih dan dimanfatkan dengan
ditanami bunga, dan tumbuhan lainnya.

Tabel 3.14 Distribusi Pengamatan Kandang Hewan Peliharaan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 64 80%
2 Ada, tidak terpisah dengan rumah 10 12,5%
3 Ada, terpisah dengan rumah 6 7,5%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 80 % tidak memiliki hewan peliharaan, 12,5% memiliki
hewan peliharaan dan kandangnya tidak terpisah dengan rumah, dan 7,5 % memiliki
hewan peliharaab dan terpisah dengan rumah.

Tabel 3.15 Distribusi Pengamatan Membuka Jendela Kamar Tidur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah dibuka 8 10%
2 Kadang-kadang 17 21,25%
3 Dibuka setiap hari 55 68,75%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 10 % jendela kamar tidur tidak pernah dibuka, 21,25%
jendela kamar tidur tidak teralau sering dibuka, dan 68,75 % jendela kamar tidur dibuka
setiap hari.
Tabel 3.16 Distribusi Pengamatan Membuka Jendela Ruang Keluarga

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah dibuka 9 11,25%
2 Kadang-kadang 23 28,75%
3 Dibuka setiap hari 48 60%
Total 80 100%

Di lihat dari table diatas 11,25 % jendela Ruang keluarga tidak pernah dibuka, 28,75 %
jendela ruang keluarga jarang di buka, dan 60 % jendela kamar tidur dibuka setiap hari.

Tabel 3.17 Distribusi Pengamatan Membersihkan Rumah dan Halaman

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah 3 3,75%
2 Kadang-kadang 27 33,75%
3 Dibersihkan setiap hari 50 62,5%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan di 80 rumah, 3 rumah tidak pernah membersihkan
rumah dan halaman, 27 rumah tidak terlalu sering membersihkan rumah dan halaman,
dan 50 rumah membersihkan rumah dan halaman setiap hari.

Tabel 3.18 Distribusi Pengamatan Tinja Balita Ke Jamban

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang tempat 13 16,25%
2 Kadang-kadang ke tempat jamban 3 3,75%
3 Ke jamban 40 50%
4 Tidak ada balita 24 30%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan di 80 rumah, 16,25 % tinja balita di bunag kesungai
/kebun, ,75 % kadang – kadang dibuang kejamban, dan 50% tinja dibuang kejamban, dan
30% tidak ada balita

Tabel 3.19 Distribusi Pengamatan Membuang Sampah Pada Tempat Sampah


No Kriteria Jumlah Presentase
(%)
1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang tempat 3 3,75 %
2 Kadang-kadang ke tempat sampah 2 2,5 %
3 Dibuang ke tempat sampah 75 93,75%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 3,75 % membuang sampah ke sungai, 2,5 % kadang –
kadang membuang ke tempat sampah dan 93,75 % di buang ketempat sampah lalu
diangkut oleh petugas sampah.

Tabel 3.20 Distribusi Pengamatan Kebiasaan Merokok

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Ada anggota keluarga yang merokok 27 33,75%
didalam rumah
2 Ada anggota keluarga yang merokok diteras 34 42,5%
rumah
3 Tidak ada yang merokok 19 23,75%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan dari 80 rumah 33,75 % terdapat anggota keluarga yang
merokok didalam rumah, 42,5 % terdapat anggota keluarga yang merokok di teras rumah,
dan 23,75 % tidak ada anggota keluarga yang merokok.

Tabel 3.21 Distribusi Pengamatan Penggunaan Obat Nyamuk

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Menggunakan obat nyamuk bakar 21 26,25%
2 Kadang-kadang menggunakan obat nyamuk 16 20%
3 Menggunakan kelambu 11 13,75%
4 Tidak menggunakan 32 40%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan dari 80 rumah 26,25 % menggunakan obat nyamuk
bakar, 20% kadang – kadang menggunakan obat nyamuk, 13,75 % menggunakan
kelambu dan 40% tidak menggunakan obat nyamuk dan kelambu.
Dibawah ini adalah hasil survey kunjungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Susunan Baru
kelurahan Segala Mider pada Hari/tanggal, Jumat, 26 april 2019

Tabel 3.1 Distribusi Pengamatan Langit-langit

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 4 33,34%
2 Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1 8,33%
kecelakaan
3 Ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan 7 58,33%
Total 12 100%

Dari table diatas dapat dilihat bahwa 33,34% tidak memiliki langit – langit, 8,33%%
terdapat ventilasi namun kotor dan sulit untuk dibersihkan dan 58,33% terrdapat ventilasi
yang bersih dan tidak rawan akan terjadinya kecelakaan.

Tabel 3.2 Distribusi Pengamatan Dinding

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Bukan tembok (anyaman bambu/ilalang) 0
2 Semi permanen,/setengah tembok/pasangan 4 33,34%
bata/bata tidak diplester/papan tidak kedap
air
3 Permanen/tembok/pasangan bata 8 66,64%
diplester/papan kedap air
Total 12 100%

Dilihat dari table diatas tidak ada dinding rumah milik warga berupa anyaman bambu
atau ilalang, 33,34% % dinding rumah berupa semi permanen atau setengah tembok dan
66,64% % dinding rumah berupa permanen atau tembok. Dari 12 rumah, 8 rumah sudah
permanen.

Tabel 3.3 Distribusi Pengamatan Lantai

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tanah 0 0%
2 Papan/anyaman bambu dekat dengan 3 25%
tanah/plesteran retak dan berdebu
3 Diplester/ubin/keramik/papan (rumah 9 75%
panggung)
Total 80 100%

Hasil survey yang dilakukan daeri 12 rumah, 3 (2 5%) lantai rumah berbentuk plesteran
yang sudah retak, 9 (75%) lantai rumah warga sudah di plester. Sehingga dari hasil
presentase lantai rumah warga sudah baik.

Tabel 3.4 Distribusi Pengamatan Jendela Kamar Tidur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 0 0%
2 Ada 12 100%
Total 12

Dari hasil survey diatas semua 12 rumah warga dari 12 sampel rumah yang diamhil
semua mempunyai jendela kamar tidur

Tabel 3.5 Distribusi Pengamatan Jendela Ruang Keluarga

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 0 0%
2 Ada 12 100%
Total 12 100%

Dari hasil survey diatas semua 12 rumah warga dari 12 sampel rumah yang diamhil
semua mempunyai jendela ruang keluarga

Tabel 3.6 Distribusi Pengamatan Ventilasi

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 1 8,34%
2 Tidak ada (buatan/AC) 0 0%
3 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% luas 10 83,34%
lantai
4 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas 1 8,34%
lantai
Total 12 100%

Dari hasil survey diatas dapat di lihat bahwa 83,34% ( 10 ) rumah memiliki lubang
ventilasi permanen < 10% luas lantai dan 8,34 % ( 1) rumah memiliki lubang ventilasi
permanenen ≥ 10% luas lantai

Tabel 3.7 Distribusi Pengamatan Lubang Asap Dapur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 1 8,34%
2 Ada, lubang ventilasi permanen < 10% luas 9 75 %
lantai dapur
3 Ada, lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas 2 16,67%
lantai dapur
Total 12 100%

Dari hasil survey yang dilakukan di 12 rumah di kelurahan susunan baru , 1 rumah tidak
terdapat lubang asap dapur, 9 rumah sudah ada lubang ventilasi permanen < 10% luas
lantai dapur, dan 2 rumah sudah ada , lubang ventilasi permanen ≥ 10% luas lantai dapur

Tabel 3.8 Distribusi Pengamatan Pencahayaan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak terang, tidka dapat untuk membaca 1 8,34%
2 Kurang terang, kurang jelas untuk membaca 6 50%
3 Terang dan tidak silau dapat untuk membaca 5 41,67%
dengan normal
Total 12 100%

Dari hasil survey yang telah di lakukan di kelurahan Susunan Baru dari 12 rumah, 1
rumah pencahayaannya tidak terang. 6 rumah pencahayaannya kurang terang, sehingga
kurang terang untuk membaca, dan 5 rumah terang dan cukup untuk membaca dengan
normal

Tabel 3.9 Distribusi Pengamatan Sarana Air Bersih

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 0 0%
2 Ada, bukan milik sendiri, tidak memenuhi 0 0%
syarat kesehatan
3 Ada, milik sendiri, tidak memenuhi syarat 4 33,34%
kesehatan
4 Ada, bukan milik sendiri, memenuhi syarat 5 41,67%
kesehatan
5 Ada, milik sendiri, memenuhi syarat 3 5%
Total 12 100%

Dari table diatas dapat dilihat 33,34% (4) rumah ada air bersih yang dimiliki sendiri tetapi
tidak memenuhi syarat kesehatan, 5 %(3) rumah ada saranan air bersih yang dimiliki
sendiri dan memenuhi syarat kesehatan. Dan 41,67 % ( 5) rumah ada sarana air bersih
namun bukan milik sendiri tetapi memenuhi syarat kesehatan.

Tabel 3.10 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Kotoran Manusia

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 0 0%
2 Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, 2 16,67%
disalurkan kesungai/kolam
3 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 1 8,34%
disalurkan kesungai/kolam
4 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, 0 0%
septictank
5 Ada, leher angsa, ada tutup, septictank 4 33,34%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang dilakukan dari 12 rumah, 16,67 % ( 2) rumah memiliki sarana
pembuangan kotoran manusia tetapi bukan leher angsa, 8,34 % (1) rumah memiliki ,
tetapi bukan leher angsa dan ada septic tank, dan 4 rumah ada dan berbentuk leher angsa
dan juga ada septick tank.

Tabel 3.11 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Air Limbah

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur 1 8,33%
dihalaman rumah
2 Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 0 0%
air (jarak dengan sumber air < 10m)
3 Ada, dialirkan ke selokan terbuka 11 91,67%
4 Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 0 0%
air (jarak dengan sumber air ≥ 10m)
5 Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 0 0%
kota) untuk diolah
Total 12 100%

Di lihat dari hasil table 1 rumah warga tidak memiliki sarana pembuangan air limbah,
sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah dan11 rumah ada sarana ai rlimbah
dan alirkan ke selokan terbuka

Tabel 3.12 Distribusi Pengamatan Sarana Pembuangan Sampah

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 2 16,67%
2 Ada, tidak kedap air, tidak tertutup 4 33,34%
3 Ada, kedap air, tidak tertutup 4 33,34%
4 Ada, kedap air, tertutup 2 16,67%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang di lakukan 16,67% (2) rumah tidak memiliki sarana pembuangana
air limbah, 33,34 %( 4) rumah memiliki sarana pembuangan air limbah tetapi tidak kedap
air, dan tidak tertutup, 33,34 % ( 4) rumah memiliki sarana pembuangan air limbah kedap
air tetapi tidak tertutup, dan 2 rumah memiliki sarana pembuangan air limbah yang kedap
air dan tertutup.

Tabel 3.13 Distribusi Pengamatan Binatang Penular Penyakit

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Ada jentik nyamuk dan tikus 9 75%
2 Tidak ada jentik, ada tikus 2 16,67%%
3 Ada jentik nyamuk, tidak ada tikus 1 8,34%
4 Tidak ada jentik nyamukdan tidak ada tikus 0 0%
Total 12 100%
hasil survey yang dilakukan dari 12 rumah, 9 rumah terdapat jentik nyamuk dan tikus, 2
ruamh tidak terdapat jentik tetapi ada tikus, 1 rumah terdapat jentik dan tidak ada tikus,
dan tidak ada rumah yang tidak ada jentik nyamuk dan tida ada tikus

Tabel 3.14 Distribusi Pengamatan Pekarangan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Kotor, tidak dimanfaatkan 1 8,34 %
2 Bersih, tidak dimanfaatkan 10 83,34%
3 Bersih, dimanfaatkan 1 8,34%
Total 12 100%

Dilihat dari table diatas, 1 pekarangan warga kotor, tidak dimanfaatkan. 10 pekarangan
bersih, tidak dimanfaatkan dan 1 pekarangan warga bersih dan dimanfatkan dengan
ditanami bunga, dan tumbuhan lainnya.

Tabel 3.14 Distribusi Pengamatan Kandang Hewan Peliharaan

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak ada 9 75%
2 Ada, tidak terpisah dengan rumah 3 25%
3 Ada, terpisah dengan rumah 0 0%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 75% tidak memiliki hewan peliharaan, 25% memiliki
hewan peliharaan dan kandangnya tidak terpisah dengan rumah, dan tidak ada rumah
yang memiliki hewan peliharaab dan terpisah dengan rumah

Tabel 3.15 Distribusi Pengamatan Membuka Jendela Kamar Tidur

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah dibuka 0 0%
2 Kadang-kadang 3 25%
3 Dibuka setiap hari 9 75%
Total 12 100%
Dari hasil survey yang dilakukan 25% jendela kamar tidur tidak teralau sering dibuka,
dan 75 % jendela kamar tidur dibuka setiap hari.

Tabel 3.16 Distribusi Pengamatan Membuka Jendela Ruang Keluarga

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah dibuka 1 8,34%
2 Kadang-kadang 4 33,34%
3 Dibuka setiap hari 7 58,34%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang di lakukan terdapat 8,34 % jendela ruang keluarga tidak pernah di
buka, 33,34% jendela ruang keluarga jarang dibuka, dan 58,34 % jendela ruang keluarga
di buka setiap hari

Tabel 3.17 Distribusi Pengamatan Membersihkan Rumah dan Halaman

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Tidak pernah dibuka 0 0%
2 Kadang-kadang 3 25%
3 Dibuka setiap hari 9 75%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang dilakukan di 12 rumah, tidak ada rumah yang tidak pernah
membersihkan rumah dan halaman, 3 rumah tidak terlalu sering membersihkan rumah
dan halaman, dan 9 rumah membersihkan rumah dan halaman setiap hari

Tabel 3.18 Distribusi Pengamatan Tinja Balita Ke Jamban

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang tempat 0 0%
2 Kadang-kadang ke tempat jamban 2 16,67%
3 Ke jamban
4 Tidak ada balita 10 83,34%
Total
Dari hasil survey yang di lakukan 16,67 % tinja balita kadang – kadang di buang ke
jamban, dan 10 rumah yang di kunjungi tidak memiliki balita

Tabel 3.19 Distribusi Pengamatan Membuang Sampah Pada Tempat Sampah

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Kesungai/kebun/kolam/sembarang tempat 1 8,34%
2 Kadang-kadang ke tempat sampah 1 8,34 %
3 Dibuang ke tempat sampah 10 83,34%
Total 80 100%

Dari hasil survey yang dilakukan 8,34 % membuang sampah ke sungai, 8,34% kadang –
kadang membuang ke tempat sampah dan 83,34 % di buang ketempat sampah lalu
diangkut oleh petugas sampah.

Tabel 3.20 Distribusi Pengamatan Kebiasaan Merokok

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Ada anggota keluarga yang merokok 0 0%
didalam rumah
2 Ada anggota keluarga yang merokok diteras 7 58,34%
rumah
3 Tidak ada yang merokok 5 41,67%
Total 12 100%

Dari hasil survey yang dilakukan dari 12 rumah 58,34 terdapat anggota keluarga yang
merokok didalam rumah, 41,67 % terdapat anggota keluarga yang merokok di teras
rumah,

Tabel 3.21 Distribusi Pengamatan Penggunaan Obat Nyamuk

No Kriteria Jumlah Presentase


(%)
1 Menggunakan obat nyamuk bakar 1 8,33%
2 Kadang-kadang menggunakan obat nyamuk 4 33,34%
3 Menggunakan kelambu 3 5%
4 Tidak menggunakan 4 33,34%
Total 12 100%
Dari hasil survey yang dilakukan dari 12 rumah 83,34 % menggunakan obat nyamuk
bakar, 33,34% % kadang – kadang menggunakan obat nyamuk, 5 % menggunakan
kelambu dan 8,33 % tidak menggunakan obat nyamuk dan kelambu.

3.4 Pelayanan Sanitasi Perumahan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. “Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman”
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/ssk/kab.aceh
tenggara/Pembekalan%20SSK.pdf. Diakes 30 april 2019
Anonim. “Pemberdayaan Masyarakat”
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/11521/BAB
%202.pdf?sequence=7&isAllowed=y. diakses tanggal 30 april 2019
Anonim.2014. “Parameter penilaian rumah sehat”
https://hendronurcahyo.wordpress.com/2014/10/28/parameter-dan-
indikator-penilaian-rumah-sehat/. Diakses 30 april 2019
Anonim. “Sanitasi pemukiman”
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22479/Chapter
%20I.pdf?sequence=6&isAllowed=y. Diakses 30 april 2019
Anonim. 2015 “Syarat Rumah Sehat”
http://informasikesling.blogspot.com/2015/03/syarat-rumah-sehat.html.
Diakses 30 april 2019

Anda mungkin juga menyukai