Anda di halaman 1dari 38

Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan lingkungan menjadi topik yang sering dibicarakan di era
ini. Hal tersebut dikarenakan dampak kerusakan lingkungan sudah tampak,
dan dapat dirasakan efeknya secara luas. Salah satu faktor penyebab
kerusakan iklim, bersumber dari sikap dan perilaku manusia. Masalah
muncul dari adanya gaya hidup konsumtif, namun tidak diimbangi dengan
literasi pengelolaan sampah. Di Indonesia permasalahan sampah yang tidak
terkelola mencapai 32,75 % dalam per tahun (SIPSN, 2021). Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi laju peningkatan sampah di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA), yaitu dengan mengelola serta mendaur ulang
sampah sebelum dibuang ke TPA. Tempat Pengelolaan Sampah dengan
model reduce, reuse dan recycle (TPS-3R), menjadi salah satu alternatif
penanganan sampah di tingkat komunitas. Konsep 3R dapat disebarluaskan
dan diadopsi oleh masing-masing rumah tangga. Akan lebih baik jika dapat
dikembangkan secara luas di tingkat komunitas, desa, kecamatan,
kabupaten, provinsi atau nasional. Model 3R menjadi wujud dari penerapan
pola hidup minim sampah.
Pembangunan, menurut KBBI, diartikan sebagai suatu proses, cara, serta
perbuatan membangun. Berdasarkan pengertian ini maka pembangunan
TPS-3R adalah suatu proses untuk membuat bangunan fisik dan non-fisik
yang difungsikan sebagai tempat, aktivitas, koordinasi dan proses
pengelolaan sampah dengan metode 3R, yaitu reuse, recycle dan reduce. Salah
satu bentuk pengelolaan sampah yang umum ditemukan adalah pengolahan
dari bahan organik, anorganik diubah menjadi produk turunan.
Pembangunan TPS-3R merupakan proses membangun suatu bangunan fisik,
komunitas pensuplai sampah, kelompok pengelola dan koordinasi kerja
dalam mengumpulkan, memilah, mendaur-ulang sampah dan mengelola
TPS3R secara keseluruhan. Hal ini senada dengan pandangan Direktorat
Jenderal Cipta Karya, bahwa Tempat Pengolahan Sampah (TPS) dengan
model reduce, reuse dan recycle diselenggarakan dengan perlu dilakukan
dengan menggunakan pola pendekatan kelola sampah dalam skala kawasan
atau komunal. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya (2017), pendekatan

Laporan Akhir 1
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

ini melibatkan peran aktif pemerintah (desa) bersama dengan komunitas


setempat. Hal ini terutama karena pembangunan TPS-3R merupakan bentuk
pembangunan yang berbasis pada komunitas, yang bertujuan untuk
memperbaiki situasi serta mendorong perubahan sosial. Selain itu, karena
tujuan pembangunan adalah untuk memperkuat tatanan sosial masyarakat
lokal, maka dengan pembangunan TPS-3R ini maka tata-sosial setempat
diperluas untuk melingkupi aktivitas TPS-3R di desa ini. Menurut Eversole
(2015), pembangunan sepatutnya memerhatikan dinamika sosial, lokal serta
keterlibatan tindakan bottom up untuk membawa perubahan. Oleh karena
itu, dalam konteks ini, pembangunan TPS-3R melibatkan pula
pemberdayaan komunitas sebagai bagian dari satu kerangka utuh
pengelolaan sampah. Pembangunan fisik saja tidak cukup, karena perlu
dibarengi dengan upaya peningkatan SDM setempat, melalui proses
pemberdayaan. Dengan demikian, pembangunan TPS-3R dimaknai sebagai
suatu proses membangun dua aspek sekaligus, yaitu aspek fisik maupun non
fisik.
Tidak adanya pengelolaan sampah merupakan salah satu penyebab
pencemaran lingkungan. Faktor produksi sampah dengan pengolahannya
yang tidak seimbang, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Di satu
sisi, jumlah sampah terus bertambah dengan laju yang cukup cepat, di sisi
lain, pengolahan sampah masih belum memadai (Firmansyah & Noor,
2016). Disaat pengelolaan sampah dan produksi sampah tidak seimbang
dapat menimbulkan masalah seperti penumpukan sampah yang jika tidak
diatasi dapat berdampak pada lingkungan dan juga mengganggu kesehatan
masyarakat.
Penyelenggaraan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle
(TPS 3R) merupakan pola pendekatan pengelolaan persampahan pada skala
komunal atau kawasan, dengan melibatkan peran aktif pemerintah dan
masyarakat, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, termasuk untuk
masyarakat berpenghasilan rendah dan/atau yang tinggal di permukiman
yang padat dan kumuh.
Pada prinsipnya, penyelenggaraan TPS 3R diarahkan pada konsep Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (daur ulang),
dimana dilakukan upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya
pada skala komunal atau kawasan, untuk mengurangi beban sampah yang

Laporan Akhir 2
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

harus diolah secara langsung di TPA sampah. Dengan demikian dapat


membantu memperpanjang umur penggunaan TPA.
Menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat. Sampah yang dihasilkan jumlahnya semakin
bertambah seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan hidup
manusia. Tidak seimbangnya jumlah sampah yang dihasilkan dan
kemampuan untuk mengolah sampah membuat permasalahan sampah
menjadi permasalahan utama di tiap daerah. Keadaan ini menyebabkan
perlunya penanganan sampah yang tepat. Salah satu langkah penanganan
sampah adalah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) yang dapat
mengurangi kuantitas dan memperbaiki kualitas sampah yang akan diolah
di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Hal ini sejalan dengan himbauan
kepada pemerintah daerah untuk memfasilitasi kegiatan daur ulang.
Sistem daur ulang, memanfaatkan kembali sampah organik maupun
sampah anorganik menjadi bentuk lain yang dapat digunakan dan memiliki
nilai ekonomis. Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, TPS-
3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, dan pendauranulang skala kawasan. Seperti TPST, TPS
3R juga dilengkapi dengan kontainer penampungan residu untuk diangkut
ke TPA. Keberadaan TPS-3R merupakan peranan penting dalam
menanggulangi permasalahan persampahan dengan reduksi volume
sampah.
Usaha pemanfaatan sampah sebagai sumber daya, dapat menjadi nilai
tambah yang bermanfaat. Nilai tambah ini merupakan suatu pendekatan
atau paradigma baru bukan hanya untuk memperlambat laju esploitasi
sumber daya alam namun jugan pemanfaatan sampah dari produk proses
pengolahan sampah itu sendiri. Hasil penjualan sampah dari proses daur
ulang akan memberikan nilai jual yang cukup tinggi, semisal plastic dan
kertas. Di samping itu masih banyak cara lain untuk memanfaatkan dan
meningkatkan nilai jual sampah itu sendiri, misalnya proses pengomposan,
dimana dari komposisi sampah kota di Indonesia 70% (volume) adalah
sampah basah. (Damanhuri, 2006).

Laporan Akhir 3
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Tujuan pembangunan TPS-3R ini adalah sebagai sarana dan prasarana


untuk pengabdian dan pengolahan sampah secara kawasan agar tercipta
kondisi lingkungna yang bersih sehat dan nyaman di Kelurahan Kaliwadas.
Selain itu kebaradaan TPS juga diharapkan dapat membawa peningkatan
perekonomian. (lapangan kerja) di samping sarana edukasi bagi
masyarakat/warga/anak sekolah yang memiliki rasa peduli terhadap
kelestarian lingkungan melalui pengelolaan sampah serta sebagai sarana
ibadah untuk ikut peduli serta menjaga dan melestarikan lingkungan.

1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan


Maksud dari kegiatan Pengawasan Pembangunan TPS-3R di Kelurahan
Kaliwadas ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil pembangunan yang
optimal sehingga memenuhi harapan akan infrastruktur yang berkualitas
dan menunjang aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat. Selain itu untuk
mendukung pembangunan kawasan permukiman khususnya pada kegiatan
Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber.
Tujuan dari kegiatan Pengawasan Bangunan TPS-3R adalah:
1. Untuk mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki karakteristik
sampah.
2. Menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah yang
berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pengelolaan sampah dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi masyarakat.

1.3. Sasaran Kegiatan


Sasaran dari kegiatan ini adalah:
a. Mengawasi kegiatan sehingga terlaksananya pekerjaan pembangunan
TPS-3R sesuai dengan rencana.
b. Terawasinya pelaksanaan pembangunan fisik bangunan TPS-3R.
c. Menyelesaikan pekerjaan konstruksi pembangunan TPS-3R dengan tepat
waktu.

Laporan Akhir 4
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

1.4. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan


Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R
Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber dilakukan di Kelurahan
Kaliwadas Kecamatan Sumber.

Laporan Akhir 5
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

BAB II
GAMBARAN UMUM

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat


yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus sebagai pintu
gerbang Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kecamatan yang terletak sepanjang
jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki letak ketinggian
antara 0 – 10 m dari permukaan air laut, sedangkan wilayah kecamatan yang
terletak di bagian selatan memiliki letak ketinggian antara 11 – 130 m dari
permukaan laut.

Secara astronomis Kabupaten Cirebon berada pada 108°40’-108°48’ Bujur


Timur dan 6°30’-7°00 Lintang Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Cirebon
1.070,29 km² atau 107,029 hektar, Tahun 2022, wilayah administrasi
Kabupaten Cirebon terdiri dari 40 Kecamatan dengan 424 Desa/Kelurahan.
Luas Wilayah Kecamatan terluas adalah Kecamatan Kapetakan dengan luas
67,04 km², diikuti kecamatan Gegesik dengan luas wilayah 63,83 km²,
sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Weru 9,11
km², dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, Kota


Cirebon dan Laut Jawa
 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kuningan Dan
Kabupaten Majalengka
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Majalengka
Kabupaten Indramayu

Laporan Akhir 6
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Sumber: Kabupaten Cirebon dalam Angka 2022


Gambar 2.1 Peta Geografis dan Administratif Kab. Cirebon, 2022

2.1 Kondisi Wilayah Kecamatan Lokasi Pembangunan TPS-3R


2.1.1 Kecamatan Sumber
Kecamatan Sumber adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Cirebon
yang mempunyai luas wilayah ±25,65 Km2 . Jumlah penduduk
Kecamatan Sumber sebanyak 89.607 jiwa. Adapun batas – batas
administratif Pemerintahan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon
sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Plumbon
 Sebelah Timur : Kecamatan Talun
 Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan
 Sebelah Barat : Kecamatan Dukuhpuntang

Gambar 2.1 Peta Administratif Kec. Sumber

Laporan Akhir 7
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Kependudukan
Berikut data jumlah penduduk di Kecamatan Sumber:
Tabel 2.1 Kependudukan dan Luas Wilayah Kec. Sumber
Jumlah Luas Wilayah
No. Nama Desa
Penduduk (𝐊𝐦𝟐 )
1 Matangaji 4512 2,48
2 Sidawangi 6958 4,64
3 Babakan 4342 1,38
4 Sumber 7833 2,50
5 Perbutulan 4318 0,53
6 Kemantren 4573 0,75
7 Sendang 4427 0,74
8 Gegunung 5203 1,72
9 Pejambon 4581 1,44
10 Watubelah 7279 1,93
11 Pasalakan 8157 1,62
12 Kaliwadas 8130 1,76
13 Tukmudal 11082 2,30
14 Kenanga 8212 1,86
Sumber : Kecamatan Sumber, 2022

2.2 Sistem Pengelolaan Sampah 3R Di Kabupaten Cirebon


2.2.1 Sistem Pengelolaan Sampah 3R Kab. Cirebon
Sistem pengelolaan sampah merupakan salah satu infrastruktur
penunjang pemukiman. Infrastruktur ini memegang peranan penting bagi
kehidupan penduduk yang mendiami suatu kawasan pemukiman yang
padat penduduk. Dalam upaya pengelolaan sampah di Kabupaten
Cirebon, pemerintah memiliki peran yang besar. Pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan
sampah dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga dan kedua yaitu pengelolaan
sampah spesifik. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab
pemerintah, sedangkan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan
penanganan sampah, pengurangan sampah yang meliputi pembatasan
timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah.

Laporan Akhir 8
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Tempat Pengolahan Sampah di TPS-3R Kabupaten Cirebon terdiri


dari ruang pengolahan sampah organik yaitu ruang pencacah, ruang
pengomposan, ruang pengayakan, ruang penggilingan, serta ruang
pengemasan sampah organik.
Sedangkan ruang pengolahan sampah anorganik terdiri dari ruang
pengolahan anorganik, ruang pengemasan, ruang penggilingan, serta
pengemasan sampah anorganik.
Pemerintah berupaya untuk menanggulangi persampahan yang ada di
kawasan pemukiman. Untuk melihat kondisi penanganan sampah yang
tinggi perlu merencanakan fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana
pengurangan volume sampah.
Khususnya di Kabupaten Cirebon, maka perlu dilakukan kajian agar
permasalahan sampah yang terus meningkat tidak terulang kembali di
masa yang akan datang. Adapun standar minimum pengelolaan sampah,
diantaranya:
1. UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. PERMEN PU Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

2.2.2 Sektor Pembangunan TPS-3R


Sarana dan prasarana di suatu wilayah, seperti sarana dan prasarana
bangunan TPS-3R merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan
agar aktifitas masyarakat pada wilayah tersebut tidak terganggu akibat
peluapan sampah dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Penyediaan
sarana bangunan TPS-3R merupakan salah satu kebutuhan bagi
masyarakat, dan pemerintah berkewajiban untuk mengupayakan
pemenuhannya, mengingat pada faktor penting dalam kehidupan dan
kesehatan masyarakat.
Pertumbuhan populasi penduduk dan berkembangnya aktifitas
ekonomi di suatu wilayah berdampak pula pada meningkatnya beragam
sampah yang termasuk di wilayah Kabupaten Cirebon. Perkembangan
aktivitas perdesaan di wilayah Kabupaten Cirebon memungkinkan akan
permintaan pembangunan bangunan TPS3R menjadi meningkat.

Laporan Akhir 9
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Menurut Handoko dkk., (2004) Secara umum, sektor pengelolaan


sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu Pengelolaan oleh
swadaya masyarakat, Pengelolaan Formal dan Pengelolaan Informal.
1. Pengelolaan oleh swadaya masyarakat
Pengelolaan sampah mulai dari sumber sampai ke tempat
pengumpulan, atau ke tempat pemprosesan lainnya. Pengelolaan di
kota/kabupaten biasanya dilaksanakan oleh RT/RW, dengan kegiatan
mengumpulkan sampah dari bak sampah di sumber sampah, misalnya
di rumah-rumah, diangkut dengan sarana yang disiapkan sendiri oleh
masyarakat, menuju ke tempat penampungan sementara.
2. Pengelolaan Formal
Pembuangan sampah tahap pertama dilakukan oleh penghasil sampah.
Daerah pemukiman biasanya kegiatan ini dilaksanakan oleh RT/RW,
dimana sampah diangkut dari bak sampah ke TPS. Tahap berikutnya
sampah dari TPS diangkut ke TPA oleh truk pengangkut sampah milik
pengelola kota atau institusi yang ditunjuk. Biasanya anggaran suatu
kota/kab belum mampu menangani seluruh sampah yang dihasilkan.
3. Pengelolaan Informal
Terbentuk karena adanya dorongan kebutuhan untuk hidup dari
sebagian masyarakat, yang secara tidak disadari telah ikut berperan
serta dalam penanganan sampah kota/kab. Sistem informal ini
memandang sampah sebagai sumber daya ekonomi melalui kegiatan
pemungutan, pemilahan, dan penjualan sampah untuk didaur-ulang.
Rangkaian kegiatan ini melibatkan pemulung, tukang loak, lapak,
bandar, dan industri daur-ulang dalam rangkaian sistem perdagangan.
Berdasarkan pada ketiga sektor pengelolaan sampah tersebut, persoalan
penyediaan bangunan TPS-3R di Kabupaten Cirebon juga dapat dilihat
baik untuk perekonomian masyarakat. Untuk itu diperlukan
pembangunan TPS-3R di Kabupaten Cirebon yang mampu
menyelesaikan berbagai kendala persampahan.

2.3 Pembangunan TPS-3R


Pembangunan TPS-3R di Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon merupakan suatu hal yang penting dan menjadi prioritas
dalam pembangunan suatu daerah. Semakin bertambahnya jumlah

Laporan Akhir 10
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

penduduk di suatu daerah akan berakibat semakin meningkatnya volume


sampah sehingga akan menjadi suatu tantangan dalam pembangunan sarana
dan prasarana persampahan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk
menanggulangi masalah timbulan sampah yang telah terjadi saat ini, maka
akan direncanakan gambar teknis TPS-3R di Kabupaten Cirebon khususnya
di Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber. Pembangunan tersebut
diharapkan dapat mereduksi jumlah volume sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat, serta dapat mengurangi biaya operasional pengangkutan
sampah.

1. Pembuatan Bangunan TPS-3R

Dalam pekerjaan pembuatan bangunan TPS-3R terdapat beberapa hal


yang harus diperhatikan dan dilakukan diantaranya: letak pada
area/lokasi yang sudah dipersiapkan (sudah dibebaskan), pembersihan
dan pematangan tanah agar tidak terjadi kerusakan pada bangunan.

2. Pembuatan Tempat Pengelolaan sampah 3R


Dalam pekerjaan pembuatan tempat pengelolaan sampah 3R diperlukan
ruang pengolahan sampah organik yaitu ruang pencacah, ruang
pengomposan, ruang pengayakan, ruang penggilingan, serta ruang
pengemasan sampah organik. Sedangkan ruang pengolahan sampah
anorganik terdiri dari ruang pengolahan anorganik, ruang pengemasan,
ruang penggilingan, serta pengemasan sampah anorganik.

BAB III

Laporan Akhir 11
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

PEMBAHASAN PEMBANGUNAN TPS-3R

Kelurahan Kaliwadas termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sumber Kabupaten


Cirebon. Kelurahan Kaliwadas mempunyai luas wilayah 170.8 Hektar. Luas
tanah tersebut terdiri dari beberapa bagian seperti halnya pemukiman umum,
bangunan, sawah, perkantoran, dan lain-lain (Statistik, 2020).

Kelurahan Kaliwadas merupakan salah satu Kelurahan yang secara sosial dan
ekonomi dikatakan wilayah maju dan dinamis yang berada di Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon. Hal tersebut jelas terlihat karena wilayahnya berada dekat
dengan pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon. Dalam kehidupan sosial di
kelurahan Kaliwadas telah tumbuh sebuah entitas kemajemukan budaya yakni
budaya kota yang sedang bertumbuh tetapi masih terdapat pula pola kehidupan
masyarakat desa, seperti bertani, berkebun, hingga aktivitas kerajinan tangan
menganyam rotan.

Letak Geografis Kelurahan Kaliwadas termasuk ke dalam wilayah Kecamatan


Sumber Kabupaten Cirebon. Adapun wilayah yang menjadi perbatasan adalah
sebagai berikut:

a. Sebelah Utara, berbatasan dengan kelurahan Pasalakan.


b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan kelurahan sumber.
c. Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Cempaka.
d. Sebelah Timur, berbatasan dengan kelurahan perbetulan.

Kelurahan kaliwadas berada dalam wilayah Kecamatan Sumber Kabupaten


Cirebon, Kelurahan Kaliwadas berjarak 3,5 km ke Ibukota Kabupaten Cirebon
dan 15 km menuju Ibukota Cirebon dengan waktu tempuh satu jam lamanya.
Kelurahan kaliwadas mempunyai luas wilayah 170.8 Hektar tanah. Dengan
jumlah penduduk 90.891 jiwa. Seluruh luas wilayah itu terdiri dari beberapa
bagian seperti halnya pemukiman umum, bangunan, sawah, perkantoran,
pemukiman belum dibangun, dan lain-lain. Sarana komunikasi yang ada di
Kelurahan Kaliwadas sudah sangat memadai karena dengan adanya
perkembangan teknologi yang cukup pesat.

3.1 Pembangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Laporan Akhir 12
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

3.1.1 Timbulan Sampah


Dari data survey setiap lingkungan dilakukanlah analisa timbulan sampah
yang bertujuan untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah di Kelurahan
Kaliwadas Kecamatan Sumber dalam kg/hari/jiwa dan m3/hari/jiwa.
Timbulan sampah di Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Data Volume dan Berat Timbulan Sampah Perorang Perhari di
Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber
Desa/Kelurahan Volume Berat
(m3/orang/hari) (Kg/orang/hari)
Kaliwadas 0,003 0,5

Dari tabel di atas diperoleh volume timbulan sampah Kelurahan


Kaliwadas sekitar 0,003 m3/orang/hari dan berat timbulan sampah
Kelurahan Kaliwadas sekitar 0,5 Kg/orang/hari.

Dari hasil tersebut juga dapat diperoleh timbulan sampah perharinya di


Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber yang dapat dilihat dari tabel
berikut.

Tabel 3.2. Timbulan Sampah Perhari di Kelurahan Kaliwadas Kecamatan


Sumber.
Desa/Kelurahan Jumlah Volume Berat (Kg/hari)
Penduduk (m3/hari)
Kaliwadas 8130 24,39 4065

Maka dapat dilihat dari hasil tabel di atas diperoleh volume timbulan
sampah yang dihasilkan Masyarakat Kelurahan Kaliwadas sekitar 24,39
m3/hari dan berat timbulan sampah yang dihasilkan Masyarakat
Kelurahan Kaliwadas sekitar 4065 Kg/hari.
Sehingga dari hasil volume dan berat timbulan sampah tersebut dapat
direncanakan berapa besar lahan dan perhitungan bangunan yang
diperlukan untuk membangun TPS-3R di Kelurahan Kaliwadas
Kecamatan Sumber.

3.1.2 Pekerjaan Pembangunan TPS-3R

Laporan Akhir 13
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Berikut merupakan perkerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk


membangun TPS-3R:
a. Pekerjaan Persiapan
Berikut merupakan beberapa hal yang dilakukan pada pekerjaan
persiapan:
1. Pembuatan Papan Nama Proyek
2. Pembuatan kantor sementara lantai plesteran (direksikeet)
3. Keselamatan & Kesehatan Kerja
b. Pekerjaan Pembuatan Akses Jalan
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan pada pembuatan akses
jalan:
1 Pengurugan Sirtu Cimalaka Padat
2 Pengurugan Sirtu Cimalaka Padat (U/ Profillering)
3 Pengurugan Sirtu Cimalaka Padat (U/ Bahu Jalan)
4 Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal,
(fc’30 MPa)
5 Lapis Pondasi bawah Beton Kurus, (fc’10 MPa)
c. Pekerjaan Pembangunan Gorong – Gorong
Berikut merupakan beberapa pekerjaan yang dilakukan pada
pembuatan gorong-gorong:
1. Penggalian tanah biasa
2. Gorong-gorong Kotak Beton Bertulang, 60 cm x 60 cm
3. Pasangan Batu dengan Mortar untuk Box Culvert
d. Pekerjaan Pembangunan Tembok Penahan Tanah
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk pembangunan
tembok penahan tanah:
1. Pekerjaan Tembok Senderan Kiri
2. Pekerjaan Tembok Senderan Kanan
e. Pekerjaan Pembangunan Gedung Pengolahan Sampah (3r)
Berikut merupakan beberapa pekerjaan yang dilakukan untuk
pembangunan gedung pengolahan sampah (3R):
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Konstruksi Beton
4. Pekerjaan Struktur Baja

Laporan Akhir 14
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

5. Pekerjaan Dinding
6. Pekerjaan Atap
7. Pekerjaan Instalasi Listrik
f. Pekerjaan Pembangunan Gedung Kantor
Berikut merupakan beberapan pekerjaan yang dilakukan untuk
pembangunan gedung kantor:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Konstruksi Beton
4. Pekerjaan Dinding
5. Pekerjaan Lantai Keramik
6. Pekerjaan Pintu dan Jendela
7. Pekerjaan Atap
8. Pekerjaan Sanitasi
g. Pekerjaan Instalasi Listrik
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk instalasi listrik:
1. Pengadaan Tiang Listrik 9 Meter + Pasang
2. Pengadaaan dan Pemasangan Kabel Listrik
3. Biaya Penyambungan Listrik 1300 Watt
h. Pekerjaan Pengeboran Air Tanah
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk pengeboran air
tanah:
1. Pek. Pengeboran sederhana dia. 6"
2. Pemasangan Konstruksi Pipa Casing PVC AW 4"
3. Pemasangan Pipa Hisap Pvc AW 2"
4. Pompa air Jet pump Pc 260 Bit
5. Pengadaan dan Pemasangan Torn 1000 Liter
i. Pekerjaan Tangki Septic
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk tanki septic:
1. Penggalian tanah biasa
2. Beton mutu f’c = 7,4 Mpa (K 100) Untuk Lantai Septic Tank
3. Pemasangan dinding bata merah tebal ½ bata, 1SP :8PP
4. Pemasangan plesteran 1sp : 8pp tebal 15 mm
5. Pekerjaan beton bertulang untuk Tutup
6. Septic Tank kapasitas 1 m3

Laporan Akhir 15
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

7. Manhole Bulat dia 40 Cm


8. Pemasangan pipa PVC tipe AW diameter 3” Untuk Inlet dan
Outlet
9. Pemasangan pipa PVC tipe AW diameter 1 ½ ” Untuk Pipa Hawa
10. Tee PVC diameter 1 ½ ” Untuk Pipa Hawa
11. Knee PVC diameter 3”
j. Pengadaan Dan Penanaman Pohon
Berikut merupakan pekerjaan yang dilakukan untuk penanaman
pohon:
1. Pengadaan dan Penanaman Pohon Tabebuya
k. Pengadaan Dan Pemasangan Alat
Berikut yang harus yang dipersiapkan untuk pengadaan dan
pemasangan alat:
1. Pengadaan dan Pemasangan Alat Pemilah dengan belt Conveyor
Panjang 6 Meter (Pujobae / Jaya Teknik)

BAB IV

Laporan Akhir 16
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

LANDASAN TEORI

4.1 Pengertian Sampah


Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Sementara setiap orang atau kelompok orang atau
badan hukum yang menghasilkan timbulan sampah adalah penghasil
sampah (UU No.18, 2008). Sampah sebagai limbah yang bersifat padat
terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan (SNI 19-2454, 2002).
Sampah dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek seperti sifat
dan wujudnya. Jenis sampah berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua jenis,
yaitu sampah organik (degradable) sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat
diolah lebih lanjut menjadi kompos. dan anorganik (undegradable) sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan,
kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik
yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan
gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas.
Dan sampah berdasarkan wujudnya dapat dilihat dari bentuk fisik
material sisa. Ada tiga jenis sampah jika dilihat dari wujudnya, yaitu sampah
padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan
sampah cair. Dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal,
gelas dan lain-lain. Sampah cair adalah material sisa yang berbentuk cairan.
Sampah jenis ini sering sekali menimbulkan pencemaran pada aliran sungai,
selokan, hingga laut. Beberapa contohnya adalah air sabun, air cucian, dan
minyak goreng. Sampah gas adalah material sisa berbentuk gas yang sudah
tidak dibutuhkan manusia. Jenis sampah ini termasuk gas karbon dioksida
(CO2) sebagai hasil pembuangan pernapasan dan karbon monoksida (CO)
sebagai sisa pembakaran.

4.2 Pengertian Jalan

Laporan Akhir 17
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan
umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dan jalan
khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. (UU
38/2004 Pasal 1).
Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting
dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan
dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. (UU 38/2004 Pasal 5).
Menurut Soedarsono (1979) konstruksi jalan raya merupakan suatu
konstruksi plat elastis yang berlapis – lapis dan terletak di atas tanah dasar.
Konstruksi jalan raya bertujuan untuk membangun sarana dan prasarana
sebagai salah satu penyedia akses transportasi berupa barang maupun jasa
yang menghubungkan antar wilayah dimana masyarakat mempunyai hak
untuk menggunakannya serta dalam penggunaannya diatur oleh hukum
yang berlaku. Konstruksi jalan raya sebagai salah satu kegiatan
pembangunan moda transportasi darat mempunyai peranan penting dalam
sebuah komponen pembangunan di dalam sektor wilayah ataupun regional
yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi salah satu
unsur pengembang dari potensi – potensi sumber daya baik yang belum ada
ataupun yang sudah ada agar lebih berdaya – guna.
Perkerasan jalan merupakan bagian berupa struktur susunan lapisan yang
diletakkan di atas tanah dasar yang dikerjakan dari campuran bahan pengikat
dan material agregat yang berfungsi memikul beban lalu lintas di atasnya.
Wignall, dkk (2003) menjelaskan bahwa permukaan perkerasan jalan
memikul beban statis dan dinamis kemudian terdistribusi menuju lapisan
dibawahnya secara vertikal berbentuk piramida menerus sampai ke dalam
lapisan tanah dasar.
Pembuatan perkerasan jalan bertujuan untuk mengurangi tegangan dan
tekanan pada tanah yang dihasilkan dihasilkan oleh beban langsung (statis)

Laporan Akhir 18
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

serta beban roda kendaraan atau bergerak (dinamis) sehingga menjadi solusi
agar tanah dapat menyokong beban di atasnya. Hal ini dapat terjadi karena
arah distribusi beban yang berbentuk piramid ke arah vertikal menyebabkan
peningkatan distribusi tegangan ke seluruh lapis perkerasan, kemudian
tegangan diteruskan dari lapisan perkerasan menuju lapisan tanah dasar
dengan nilai tegangan yang relatif kecil, menyebabkan lapisan tanah dasar
tidak mengalami kerusakan.
Jenis – jenis perkerasan pada umumnya terbagi menjadi 3 jenis menurut
bahan pengikatnya (Sukirman, 1999) diantaranya:
1. Perkerasan Kaku/Beton Semen (Rigid Pavement)
Menurut Wignall, dkk (2003) perkerasan ini merupakan jenis konstruksi
jalan berbahan pengikat semen. Struktur utama perkerasan kaku
diletakkan di atas tanah dasar berupa lembaran pelat beton yang
dibawahnya terdapat atau tanpa lapisan pondasi bawah. Perkerasan ini
tidak mengalami lendutan akibat beban lalu lintas karena kekuatan
lembaran pelat beton yang tinggi. Berbeda dengan perkerasan lentur, lapis
aus dan struktur utama terdapat pada pelat beton, maka dalam
perencanaannya beton yang digunakan harus memiliki mutu tinggi,
permukaannya harus rata serta tahan dari berbagai cuaca sehingga dalam
masa operasionalnya nyaman untuk dilalui kendaraan.

Gambar 2.1 Struktur Lapisan Perkerasan Kaku


Ada 4 jenis perkerasan kaku/beton semen, di antaranya:
 Perkerasan kaku bersambung tidak menggunakan tulangan (Jointed
Unreinforced Rigid Pavement).
 Perkerasan kaku bersambung menggunakan tulangan (Jointed
Reinforced Rigid Pavement).
 Perkerasan kaku menerus menggunakan tulangan (Continously
Reinforced Concrete Pavement).
 Perkerasan kaku pra-tegang (Prestressed)
Komponen – komponen perkerasan kaku adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir 19
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

1. Tulangan
Menurut Alamsyah (2006) fungsi dasar pendistribusian tulangan
baja pada perkerasan jalan kaku adalah untuk meminimalisir luas
kerusakan akibat retak yang muncul pada titik beban terpusat
supaya menghindari perkerasan mengalami pembelahan akibat
retakan sehingga kekuatan pelat beton dapat dipertahankan.
Idealnya banyak unit pelat beton diterapkan pada perkerasan jalan
kaku yang disatukan menggunakan sambungan melintang dan
sambungan memanjang pengecualian terhadap perkerasan kaku
menerus hanya mempunyai sambungan memanjang dengan
persyaratan lebar perkerasan melebihi 6 meter. Kelemahan setiap
sambungan adalah adanya celah yang membuat air dan material
lain masuk, sehingga dibutuhkan sealant untuk menutup
sambungan. Sambungan dibedakan menjadi sambungan melintang
dan sambungan memanjang.
2. Penulangan
Tulangan besi baja yang dirangkai atau difabrikasi biasa disebut
juga dengan pelat besi rol dengan suhu tinggi dengan mutu 250
maupun 460 atau pelat besi putih merupakan komponen umum
penulangan dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku. Besi
tulangan yang digunakan syaratnya bersih dari berbagai kotoran,
oli, karat, dan tidak terkelupas. Kebutuhan penulangan pada
perkerasan dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari
kebutuhannya yaitu penulangan pada perkerasan kaku bersambung
dengan atau tanpa tulangan.
3. Sambungan Melintang
Sambungan melintang patut didesain secara tegak lurus atas sumbu
memanjang jalan kecuali pada kawasan persimpangan atau
bundaran. Untuk mencegah gerakan vertikal yang tidak sama antar
pelat satu dengan lainnya, maka sambungan membutuhkan ruji
(dowel). Pada bagian tengah tebal pelat dipasang ruji yang letaknya
sejajar dengan sumbu memanjang jalan. Bagian sisi ujung ruji
terikat dengan beton sama untuk sisi lainnya tetapi terikat pada
pelat lainnya.
4. Sambungan Memanjang

Laporan Akhir 20
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Pemasangan sambungan memanjang tergantung dari lebar


perkerasan kaku yang akan direncanakan, jika lebar perkerasan
melebihi 4,20 m maka memerlukan lebih dari satu sambungan
didesain secara tipikal posisinya terhadap pembagian lajur lalu
lintas. Tie bar dipasang untuk menghindari perbedaan lendutan
antar pelat dalam arah memanjang yang terbuat dari baja lunak.
Pada bagian tengah tebal pelat dipasang Tie bar.
5. Lapisan Pondasi Bawah
Pada umumnya material yang bersifat keras, kuat, tahan lama,
tidak mengalami reaksi kimia serta dapat dipadatkan dengan baik
seperti material berbutir menggunakan semen sebagai bahan
pengikatnya atau beton tumbuk digunakan untuk lapis pondasi
bawah.
Menurut Alamsyah (2006) tujuan dan keuntungan penggunaan
lapisan pondasi bawah pada struktur perkerasan di antaranya:
 Daya dukung tanah bertambah besar. - Membuat kestabilan pada
lantai kerja.
 Daya dukung permukaan yang sama.
 Meminimalisir deformasi pada sambungan pelat beton untuk
menjamin pendistribusian beban melewati sambungan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
 Mencegah pemuaian atau penyusutan yang diakibatkan dari
volume lapisan tanah dasar yang berubah.
 Untuk menghindari pumping, air yang keluar dari sambungan
maupun tepi pelat.

2. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


Perkerasan lentur adalah jenis perkerasan yang terdiri dari beberapa
lapisan dengan bahan pengikat aspal dan dibangun diatas lapisan tanah
dasar yang sudah dilakukan pemadatan terlebih dahulu (Sukirman, 1999).
Memiliki lapisan – lapisan yang bekerja sama untuk menahan dan
mendistribusikan beban lalu lintas secara vertikal menuju tanah dasar.

Laporan Akhir 21
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Gambar 2.2 Struktur Lapisan Perkerasan Lentur

Berdasarkan Gambar 2.2 struktur lapisan perkerasan terbagi menjadi 4


yaitu:
1. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Bagian teratas perkerasan yaitu lapisan permukaan dengan fungsi
sebagai:
 Sebagai lapisan aus, karena sangat dibutuhkan dalam lapis
permukaan memiliki sifat kedap air dan memberikan efek gesekan
bagi kendaraan. Pada umumnya bahan yang digunakan sama
dengan lapis pondasi tetapi memiliki persyaratan yang lebih tinggi.
Dalam hal ini faktor kegunaan, umur rencana jalan serta langkah –
langkah pelaksanann kontruksi harus diperhatikan agar dicapai
manfaat yang semaksimal mungkin.
 Penahan beban roda selama pengoperasiannya, maka dari itu
lapisan permukaan harus mempunyai stabilitas yang tinggi.
 Lapisan perkerasan mampu menyebarkan beban ke lapisan bawah
dengan baik.
2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Bagian ini terletak setelah lapisan permukaan yang memiliki beberapa
fungsi, di antaranya :
 Penahan gaya geser dari roda kendaraan.
 Bantalan bagi lapisan permukaan.
 Lapisan yang mendistribusikan beban dinamis ke lapisan di
bawahnya.
3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Bagian yang terletak di bawah lapisan pondasi atas yang memiliki
beberapa fungsi, diantaranya :
 Lapisan yang mendistibusikan beban di atasnya menuju lapisan
tanah dasar.

Laporan Akhir 22
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

 Penyerap air berfungsi untuk mengurangi kadar air di lapisan


pondasi.
 Lapisan pertama yang selanjutnya akan dilapisi lapisan – lapisan di
atasnya.
 Pencegah tanah dasar supaya tidak bercampur dengan lapisan
podasi.
4. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Merupakan bagian paling bawah sebagai tempat konstruksi lapisan
diletakkan. Pada bagian ini, lapisan berupa tanah asli yang langsung
dilakukan proses pemadatan. Jika memiliki tanah asli yang cenderung
jelek harus dilakukan stabilisasi dengan bahan tertentu atau
penambahan tanah dari tempat lain.

3. Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


Merupakan jenis perkerasan kombinasi antara perkerasan rigid dan
diatasnya dilapisi dengan perkerasan lentur dimana kedua perkerasn
tersebut bersama – sama dalam memikul beban lalu lintas. Struktur
perkerasan terdiri atas beberapa lapisan, lapisan pondasi bawah terbuat
dari campuran beton dengan bahan pengikat semen sedangkan lapisan di
atasnya menggunakan perkerasan lentur. Pada struktur ini, perkerasan
kaku berupa pelat beton digunakan sebagai lapisan pondasi, sedangkan
untuk lapisan pondasi bawah disesuaikan sesuai dengan struktur lapisan
perkerasan lentur.

4.3 Pengertian Gorong-gorong


Sistem drainase adalah suatu sistem yang terdiri dari serangkaian
bangunan air antara lain parit, gorong-gorong, kolam retensi dan waduk
yang berfungsi untuk mengalirkan, membuang, mengalihkan, dan
menampung air sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. Pada sistem
drainase terdapat dua macam bangunan air yaitu bangunan air yang terletak
di atas dan di bawah permukaan tanah. Salah satu bangunan air yang terletak
di bawah permukaan tanah adalah gorong-gorong. Gorong–gorong
berfungsi mengalirkan air di bawah jalan sehingga tidak mengganggu
aktivitas yang ada di atasnya seperti lalu lintas dan konstruksi lainnya.
Gorong-gorong biasanya digunakan sebagai jembatan kecil karena ukuran
konstruksinya yang lebih kecil dari pada jembatan.

Laporan Akhir 23
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Gorong-gorong adalah sebuah lubang pembuangan air atau pipa yang


memungkinkan air untuk mengalir di bawah jalan, kereta api, jalan, atau
obstruksi lainnya. Gorong-gorong berbeda dari jembatan terutama dalam
ukuran dan konstruksi. Gorong-gorong umumnya lebih kecil dari pada
jembatan, mulai dari pipa 0,3 meter (1ft) hingga struktur beton bertulang.
Gorong-gorong biasanya dkelilingi oleh tanah.
Gorong-gorong merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa
aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya
(biasanya saluran), di bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-
gorong juga digunakan sebagai jembatan ukuran kecil, digunakan untuk
mengalirkan sungai kecil atau sebagai bagian drainase ataupun selokan jalan.
Fungsi gorong-gorong adalah sebagai berikut :
- Mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk itu disainnya harus
juga mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya gorong-
gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung
terhadap beban lalu lintas dan timbunan tanah.
- Sebagai jalan penghubung atau jembatan.
Ada beberapa jenis bentuk gorong–gorong sesuai dengan bentuk dan
bahan–bahan yang dipergunakannya. Dari jenis–jenis ini gorong– gorong
bundar dan gorong–gorong persegi yang paling banyak dipergunakan,
karenanya pembahasan dalam pasal ini ditekankan pada jenis gorong–
gorong persegi atau yang biasa disebut Box Culvert. Gorong–gorong dengan
penampang bundar digunakan bila tanah pondasi cukup kuat dan luas
penampang gorong–gorong terpaksa melebar, atau bila pelaksanaan pelat
lantai terlalu sukar untuk membangun gorong–gorong persegi mengingat
keadaan setempat. Untuk gorong– gorong dari bahan logam yang
bergelombang, ini merupakan gorong–gorong yang fleksibel dengan sifat–
sifat yang dinamis.

4.4 Pekerjaan Pembangunan Tembok Penahan Tanah


Menurut Nur dan Hakam (2010) dinding penahan tanah adalah suatu
bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu, yang
pada umumnya dipasang pada daerah tebing yang labil. Jenis konstruksi

Laporan Akhir 24
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

antara lain pasangan batu dengan mortar, pasangan batu kosong, beton,
kayu dan sebagainya. Dinding penahan tanah merupakan suatu struktur
yang direncanakan dan dibangun untuk menahan tekanan tanah lateral yang
ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil, sehingga dinding
penahan tanah aman terhadap pergeseran, penggulingan dan keruntuhan
kapasitas dukung tanah. Fungsi utama dari konstruksi dinding penahan
tanah ialah menahan tanah yang berada di belakangnya dari bahaya longsor
akibat:
1. Benda-benda yang berada di atas tanah (perkerasan dan konstruksi jalan,
jembatan, kendaraan dan lain-lain).
2. Berat tanah.
3. Berat air (tanah).
Menurut Hyo dkk. (2016) dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi
penahan agar tanah tidak longsor. Konstruksi ini digunakan untuk suatu
tebing yang agak curam atau tegak yang jika tanpa dinding penahan tebing
tersebut akan longsor. Dinding penahan tanah juga digunakan bila suatu
jalan dibangun berbatasan dengan sungai, danau atau tanah rawa. Bahan
yang digunakan di belakang dinding penahan tanah disebut tanah urugan
(backfill). Tanah urugan ini sebaiknya dipilih dari bahan yang lolos air atau
tanah berbutir seperti pasir, kerikil atau batu pecah. Tanah lempung sangat
tidak disarankan untuk digunakan sebagai tanah urugan. Pemilihan macam
dinding penahan tanah tergantung dari pertimbangan teknik dan ekonomi.
Yang perlu diperhatikan adalah sifat-sifat tanah asli, kondisi tanah urugan,
kondisi lingkungan setempat dan kondisi lapangan.
Menurut Syofyan dan Frizaldi (2017), dinding penahan tanah (retaining
wall) dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Dinding penahan gravitasi (gravity wall)
Dinding penahan tanah ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa
tulangan) atau dari pasangan batu kali, walaupun kadang beberapa dibuat
dengan beton bertulang namun dengan tulangan yang sedikit.
Penggunaan dinding penahan ini biasanya untuk menahan tanah pada
lereng yang terlalu tinggi dan pada tepi sungai. Stabilitas konstruksinya
diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri dari konstruksinya.
Untuk mendapatkan total tekanan tanah yang bekerja, perhitungan
dilaksanakan dengan grafis, apabila digunakan cara teori Coulomb. Pada

Laporan Akhir 25
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

umumnya dihitung dengan cara teori Rankine, apabila tinggi dinding


penahan tanah kurang dari 6 meter.

Gambar 2.3 Dinding penahan tanah gravitasi (gravity wall) (Muhyamin, 2016)

2. Dinding penahan kantilever (cantilever retaining wall)


Dinding penahan tanah kantilever dibuat dari beton bertulang yang
tersusun dari suatu dinding vertikal dan tapak lantai. Masing-masing
berperan sebagai balok atau pelat kantilever. Stabilitas konstruksinya
diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit
telapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai
kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung
kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7
meter.

Gambar 2.4 Dinding penahan tanah kantilever (cantilever wall) (Muhyamin,


2016)

3. Dinding penahan counterfort (counterfort wall)


Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka
bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan (counterfort).
Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan
ditempatkan pada bagian timbunan dengan interval jarak tertentu.
Dinding counterfort akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian
dinding lebih dari 7 meter.

Laporan Akhir 26
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Gambar 2.5 Dinding penahan tanah counterfort (counterfort wall) (Muhyamin,


2016)

4. Dinding penahan butters (butters wall)


Dinding butters hampir sama dengan dinding counterfort, hanya bedanya
bagian counterfort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur
counterfort berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian
tumit lebih pendek dari pada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya
diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit
tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter.

Gambar 2.6 Dinding penahan tanah butters (butters wall) (Muhyamin, 2016)

4.5 Pembangunan Gedung Pengolahan Sampah (3R)


Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya poduk-produk yang dihasilkan setelah dan
selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan makan sampah dapat
dibagi menurut jenis-jenisnya.
Berikut ini merupakan jenis-jenis sampah:
1. Sampah Alam

Laporan Akhir 27
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Sampah yang diproduksi di kehidupan alam diintegrasikan melalui proses


daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai
menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah Manusia
Sampah manusia adalah istilah biasa digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat
menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai
vector (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan oleh virus dan
bakteri.
3. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh (manusia)
pengguna barang dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang
ke tempat sampah.
4. Sampah Nuklir
Sampah nuklir merupakan hasil fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi
lingkungan hidup dan juga manusia. Hal ini dikarenakan kedua senyawa
yang terbentuk bersifat korosif atau merusak susunan partikel ketika
bersentuhan ataupun ketika melakukan kontak langsung. Oleh karena itu
sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi
umtuk melakukan aktivitas, tempat yang dituju biasanya bekas tambang
garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan).

5. Sampah Industri
Sampah industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industry-
industri, pengolahan hasil bumi.
6. Sampah Pertambangan
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan.

Menurut Permen PU No.3 Tahun 2013, Tempat Pengolahan Sampah


Dengan Prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle), yang selanjutnya disingkat TPS
3R, adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Sedangkan menurut
Petunjuk Teknis TPS 3R, TPS 3R merupakan sebuah program yang

Laporan Akhir 28
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

bertujuan untuk mengurangi kuantitas produksi sampah dan/atau


memperbaiki karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dan berperan dalam menjamin
semakin sedikitnya kebutuhan lahan untuk penyediaan TPA sampah di
perkotaan. Dalam penyelenggaraannya, kegiatan ini menekankan pada
pelibatan masyarakat dan pemerintah daerah, pemberdayaan masyarakat
dan pemerintah daerah serta pembinaan dan pendampingan Pemerintah
Daerah untuk keberlanjutan TPS-3R.
Menurut Permen PU No.3 Tahun 2013 Pasal 30, TPS-3R harus
memenuhi persyaratan teknis seperti:
1. Luas TPS-3R, lebih besar dari 200 m2;
2. Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5
(lima) jenis sampah;
3. TPS-3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah
organik, gudang, zona penyangga dan tidak mengganggu estetika lalu
lintas.
4. Jenis pembangunan penampung sisa pengolahan sampah di TPS-3R
bukan merupakan wadah permanen;
5. Penempatan lokasi TPS-3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan
dalam radius tidak lebih dari 1 km;
6. Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;
7. Lokasinya mudah diakses;
8. Tidak mencemari lingkungan; dan
9. Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
Bangunan TPS 3R terdiri atas:
a. Areal Pengomposan: 50%
b. Areal Pemilahan: 10%
c. Areal Penyaringan/Pengemasan: 15%
d. Gudang: 10%
e. Tempat barang lapak: 5%
f. Areal Penumpukan Residu: 5%
g. Kantor: 5%

Menurut Azmiyah (2014) Kegiatan pokok yang dilakukan di TPS-3R adalah


sebagai berikut:
a. Pengolahan sampah lebih lanjut

Laporan Akhir 29
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

b. Pemisahan dan pengolahan langsung komponen sampah


c. Peningkatan mutu produk
Dalam pembangunan TPS-3R, terdapat beberapa zona yang memiliki fungsi
yang berbeda-beda. Adapun zona-zona tersebut yaitu:
a) Zona penerimaan dan pemilahan sampah
Zona ini berfungsi untuk menerima dan memilah-milah sampah yang
masuk ke area TPS, sampah yang masuk di pilah sesuai jenisnya untuk
masuk ke proses selanjutnya.
b) Zona komposting
Zona ini terbagi menjadi 2 areal utama, yaitu pencacahan dan
pematangan.
a. Lahan pencacahan
Setelah di lakukan pemilahan terhadap sampah yang akan di
komposkan, sampah masuk ke area pencacahan. Di sini sampah akan
di seragamkan ukuranya agar memudahkan proses terbentuknya
kompos.
b. Lahan pematangan
Lahan yang digunakan untuk proses pematangan kompos.
c) Gudang Untuk penyimpanan material daur ulang yang telah terpilah.
Selain beberapa metode yang sudah disebutkan tadi, pengelolaan sampah
di Indonesia juga menggalakkan metode 3R, yaitu reduce atau
pengurangan penggunaan, reuse atau penggunaan kembali, dan
recycle atau daur ulang.

1. Reduce
Reduce merupakan upaya pengelolaan sampah dengan cara mengurangi
dan menghentikan penggunaan barang-barang yang berpotensi untuk
menghasilkan material sisa setelah dipakai. Saat ini metode reduce sudah
mulai banyak digalakkan oleh masyarakat Indonesia khususnya dalam
penggunaan barang plastik.
Contoh reduce adalah memakai produk yang kemasannya bisa didaur
ulang, mengurangi pemakaian produk sekali pakai, meminimalisir
kegiatan belanja barang yang tidak dibutuhkan, dan meningkatkan
penggunaan produk isi ulang.
2. Reuse

Laporan Akhir 30
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Reuse adalah usaha untuk mengurangi material sampah dengan cara


menggunakan kembali barang yang sudah tidak dipakai, selama barang
tersebut masih bisa difungsikan baik sesuai fungsi aslinya ataupun tidak.
Contoh upaya ini adalah memakai kembali botol plastik atau kaca air
mineral sebagai wadah air minum atau minyak goreng, menggunakan
kantong plastik secara berulang-ulang, dan memanfaatkan kertas kosong
tidak terpakai untuk menulis.
3. Recycle
Recycle atau disebut juga daur ulang artinya mengolah material sisa
menjadi produk baru yang mempunyai nilai manfaat. Kegiatan ini tidak
hanya mampu menyelamatkan lingkungan, tetapi juga bisa meningkatkan
nilai ekonomi karena produk akhis bisa dijual kembali.
Contoh recycle yaitu membuat kompos sebagai pupuk tanaman yang
terbuat dari sampah organik, membuat kerajinan dari sampah anorganik
seperti rak buku dari kartin ataupun keranjang dari anyaman plastik, serta
mengolah kertas menjadi karton.

4.6 Pembangunan Gedung Kantor


Gedung kantor merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan fasilitas
infrastruktur dalam meningkatan roda perekonomian yang lebih baik.
Pekerjaan utama dalam perkantoran adalah kegiatan penanganan informasi
dan kegiatan manajemen ataupun pengambilan keputusan berdasarkan
informasi yang telah tersedia. Maka dari itu hal tesebut akan menjadikan
variasi ukuran kantor yang berbeda-beda berdasarkan manajemen, struktur
organisasi dan teknologinya. Sehingga dalam merencanakan bangunan
gedung kantor ini perlu perencanaan yang baik dan matang ditinjau dari segi
keamanan, biaya, kegunaan, bentuk, arsitektural, struktural ataupun jasa
yang tersedia. Pada umumnya ruang kerja pada bangunan gedung kantor
tidak dapat berpindah-pindah karena telah dilengkapi dengan ruang-ruang
fasilitas penunjang seperti ruang mesin, ruang arsip, dan ruang fasilitas
penunjang lainnya. Maka dari itu keamanan dan kenyamanan dalam
bangunan gedung kantor ini perlu diperhatikan dengan baik.
Lokasi juga dapat memengaruhi gaya atau tema dari kantor yang akan
dibangun. Bangunan kantor harus terletak pada lokasi yang strategis
keberadaanya dan berada di area yang aman, memiliki kemudahan akses dan
jauh dari pemukiman warga.

Laporan Akhir 31
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Pondasi adalah struktur bangunan paling bawah yang berfungsi untuk


menahan dan menyalurkan beban dari atas ke tanah. Pondasi juga berguna
untuk penentu letak struktur bangunan diatasnya yang berupa kolom.
Sampai saat ini dan waktu yang akan datang pondasi akan masih menjadi
struktur terpenting dari sebuah bangunan khususnya pada bangunan gedung.
Walaupun bukan hal baru, perencanaan dan perhitungan pondasi selalu
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus agar mendapat kualitas
dan keamanan yang baik nantinya. Berdasarkan jenis tanah dan kedalaman
tanah keras, pondasi dibedakan menjadi dua yaitu pondasi dangkal dan
pondasi dalam.
Beton bertulang merupakan material komposit yang terdiri dari beton dan
baja tulangan yang ditanam didalam beton. sifat utama beton adalah sangat
kuat didalam menahan beban tekan (kuat tekan tinggi) tetapi lemah didalam
menahan gaya tarik. baja tulangan didalam beton berfungsi menahan gaya
tarik yang bekerja dan sebagian gaya tekan.
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai
dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban. Apabila suatu gelagar balok
bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan adanya momen
lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut.
Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang
harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik
dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari
sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan
tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik
bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai
bertulangan baja tarik saja (Dipohusodo,1996).

4.7 Instalasi Listrik


Salah satu komponen yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus sesuai dengan peraturan listrik yang
berlaku di Indonesia. Pada tahap ini, pekerjaan meliputi pengadaan dan
pemasangan seluruh komponen-komponen kelistrikan tidak terkecuali
sakelar, stop kontak, lampu, panel listrik, hingga tahap percobaan sampai
listrik dapat menyala dengan baik.

Laporan Akhir 32
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

4.8 Pekerjaan Pengeboran Air Tanah


Pemboran adalah pembuatan lubang silindris dalam tanah atau batuan
dengan menggunakan pahat bor. Cara pemboran dengan penumbukan dan
pemutaran pahat disertai tekanan, atau dengan memadukan kedua gerakan
tersebut. Pemboran yang menguntungkan yaitu dengan kecepatan tinggi,
waktu pendek, biaya murah, dan dapat mencapai kedalaman yang besar.

4.9 Pekerjaan Tangki Septic


Septic tank atau tanki septik adalah suatu ruangan atau tangki yang
terbuat dari bahan kedap air / beberapa kompartment yang berfungsi
menampung dan mengendapkan air limbah dengan kecepatan aliran yang
lambat untuk memberikan kesempatan terjadinya pengendapan suspensi
benda – benda padat dan bakteri kemudian membentuk badan larut air dan
gas dalam waktu tertentu. Septic tank Merupakan cara yang disukai individu
atau rumah tangga dan lembaga yang memiliki suplai air yang cukup tapi
tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran kotoran masyarakat.

Ada 2 jenis Septic Tank yaitu:


1) Septic Tank Konvensional
Proses pengolahan limbah dengan cara ditampung, diendapkan, dan
dibiarkan terurai oleh bakteri, cairan hasil akhir disalurkan keresapan
khusus. Perlu waktu berkala akan penuh dan perlu disedot.
2) Septic Tank Biologis
Proses pengolahan biologi merupakan proses pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak
dengan air limbah, sehingga mikroorganisme tersebut dapat menggunakan
materi organik pencemar yang ada sebagai bahan makanan dalam kondisi
lingkungan tertentu dan mendegradasi atau menstabilisasinya menjadi
bentuk yang lebih sederhana. (Mubin, 2016)
Konstruksi Septic Tank yang baik

Laporan Akhir 33
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Gambar 2.7 Pendimensian Tangki Septik sumber SNI-23982017

Konstruksi septic tank untuk ukuran kecil (1KK = 5 jiwa) dapat


berbentuk bulat dengan d=1,20 m dan tinggi=1,5 m. Ukuran tangki septik
sistem tercampur dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 1 KK, ruang
basah 1,2 m³, ruang lumpur 0,45 m³, ruang ambang bebas 0,4 m³ dengan
Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6 m) dan sistem terpisah dengan
periode pengurasan 3 tahun (untuk 2 KK, ruang basah 0,4 m³, ruang lumpur
0,9 m³, ruang ambang bebas 0,3 m³ dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan
Tinggi 1,3 m). Tangki dapat dibuat dengan dua ruang dengan panjang tangki
ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik
dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan
Sumur resapan air hujan 5 m. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1
jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi. (SNI: 2398-2017)
Desain utama septic tank untuk keperluan rumah tangga adalah sebagai
berikut:
1) Perbandingan panjang dan lebar adalah (2-3):1
2) Lebar tangki minimal 0,75 m
3) Panjang tangki min 1,5 m
4) Tinggi tangki min 1,5 m (tinggi air limbah tangki + tinggi ruang bebas 0,3
m).
5) Dasar dibuat miring kearah ruang lumpur
6) Ada lubang air masuk dan keluar (pipa masuk dan keluar).
7) Dinding septic tank dilapisi dengan plesteran yang baik dan tebalnya
sama. (SNI-2398-2017)
Mekanisme kerja septic tank dimulai dengan masuknya bendabenda yang
berasal dari WC kemudian dihancurkan oleh bakteri anaerob menjadi

Laporan Akhir 34
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

senyawa kimia yang sederhana. Cairan yang keluar melalui pipa


pengeluaran disebut effluent yang mengandung bakteri, kista, telur cacing,
dan bahan-bahan organik dalam bentuk cair atau suspensi. Bahan-bahan
organik dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil, seperti nitrat dan air.
Stadium ini dinamakan stadium oksidasi anaerob. Kedua stadium ini terjadi
di dalam septic tank.
Model septic tank double chamber lebih baik dibandingkan dengan septic
tank biasa karena air kotor tidak langsung dialirkan ke selokan tetapi masuk
ke dalam ruangan II. Model ini dapat bertahan sampai 10-15 tahun serta
tidak mencemari sumur yang ada disekitarnya.

Gambar 2.8 Kompartmen septic tank sumber: (Chandra, 2009)


Ruangan I merupakan zona stabilisasi yang berfungsi untuk proses stabilisasi
lumpur yang baru mengendap melalui proses pencernaan secara anaerobik
(anaerobic digestion), dan zona lumpur sebagai tempat terakumulasinya
lumpur yang telah stabil dan memerlukan pengurasan secara berkala.
Ruangan II merupakan zona dimana proses purifikasi secara alamiah terjadi.

4.10 Pekerjaan Pengadaan dan Penanaman Pohon


Pekerjaan pengadaan dan pemasangan alat pemilah dengan belt
conveyor. Belt conveyor (konveyor sabuk) memiliki komponen utama
berupa sabuk yang berada diatas roller penumpu. Sabuk digerakkan oleh
motor penggerak melalui suatu pulley, sabuk bergerak secara translasi
dengan melintas datar atau miring tergantung kepada kebutuhan dan
perencanaan. Material diletakkan diatas sabuk dan bersama sabuk bergerak
kesatu arah. Pada pengoperasiannya konveyor sabuk menggunakan tenaga
penggerak berupa motor listrik dengan perantara roda gigi yang dikopel

Laporan Akhir 35
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

langsung ke pulley penggerak. Sabuk yang berada diatas roller akan bergerak
melintasi roller sesuai dengan kecepatan putaran dan pulley penggerak.
Peletakan tumbuhan pada jalur hijau jalan merupakan jarak tumbuhan
dengan perkerasan serta jarak antara tumbuhan di jalur tanam. Penentuan
tipe vegetasi yang hendak ditanam dalam perencanaan penanaman jalur
hijau jalan butuh memikirkan segi ekologis (iklim, tanah, sinar matahari,
drainase, keadaan lokasi), bentuk tumbuhan, khasiat, serta pertimbangan
lain. Tumbuhan yang dijadikan jalur hijau jalan hendaknya tidak cuma
memiliki satu peranan, namun pula guna lain ialah segi ekologis, segi
estetika, segi keselamatan, serta segi kenyamanan, dan bagaikan pemberi
identitas sesuatu wilayah (Menteri PU, 2012).
Menutut Arifin HS (1993) menyatakan jika ketepatan pemilihan tipe
vegetasi dengan mencermati mutu tumbuhan gunanya hendak lebih berguna
daripada hanya mengandalkan jumlah. Bagian tumbuhan yang
dipertimbangkan gunanya merupakan organ batang, daun, buah, bunga,
serta perakarannya, dan watak perkembangannya yang bisa memunculkan
kesan keelokan, menghasilkan aroma fresh, serta corak yang menarik.
Terdapat sebagian guna tumbuhan yang lebih diutamakan dalam
penyusunan jalur hijau, ialah tumbuhan buat guna penyangga, guna
keselamatan, guna identitas. serta guna estetika.
Mutu udara yang kurang baik bisa pengaruhi kesehatan warga perihal
tersebut bisa memunculkan penyakit berbentuk kendala saluran pernafasan,
kendala organ dalam, kendala syaraf, gangguang reproduksi merendahkan
kecerdasan anak dan bisa memunculkan kematian (Devianti muziansyah
dkk, 2015). Sehingga dari itu perlu terdapatnya upaya buat kurangi kasus
pencemaran tersebut, dengan metode penuhi kebutuhan jalur hijau yang
mempunyai peranan selaku penyerap emisi gas buang kendaraan.
Keberadaan tanaman ialah salah satu pemecahan yang bisa menanggulangi
pencemaran udara disebabkan sifat alamiah tanaman yang bisa mengganti
gas CO sebagai Oksigen lewat proses yang dinamakan fotosintesis tidak
hanya berperan bagaikan pemecahan untuk menanggulangi pencemaran
udara tanaman bisa berperan selaku peneduh yang bisa memperbaiki iklim
mikro, bagaikan pengarah pandang serta membagikan nilai estetika
kawasan. Berikut ini merupakan tipe tanaman yang sanggup menyerap emisi
gas buang kendaraan berbentuk gas CO serta NO2 yaitu Tumbuhan

Laporan Akhir 36
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

Tabebuya sejatinya berasal dari Brazil, serta sangat sesuai berkembang di


udara semacam di Indonesia. Banyak yang mengaitkan tabebuya ini mirip
dengan bunga ikonik dari Jepang, yakni Sakura. Meski memiliki batang yang
keras, akarnya tidak akan merusak jalan maupun tembok. Oleh karena itu,
pemerintah daerah di berbagai provinsi di Indonesia lebih cenderung
memilih pohon ini menjadi perindang di pinggir jalan. (Ardiansyah, 2019)

BAB V
HASIL PENGAWASAN BANGUNAN TPS-3R

5.1 Pembangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber


5.1.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Berikut merupakan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan TPS3R
Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber:
Tabel 5.1. Rencana Anggaran Biaya Pembangunan TPS3R Kelurahan
Kaliwadas Kecamatan Sumber

Laporan Akhir 37
Konsultan Pengawasan Bangunan TPS-3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber

5.1.2 Dokumentasi Bangunan TPS-3R


Gambar Pembangunan TPS3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan Sumber
akan dilampirkan pada lampiran laporan akhir.

5.1.3 Laporan Progres Akhir Bangunan TPS-3R


Laporan Progres Pembangunan TPS3R Kelurahan Kaliwadas Kecamatan
Sumber akan dilampirkan pada lampiran laporan akhir.

Laporan Akhir 38

Anda mungkin juga menyukai