ABSTRAK
Sampah merupakan masalah yang intens dilirik masyarakat saat ini. Pengelolaan sampah di Kota
Denpasar menghadirkan kesulitan yang cukup signifikan. Setiap orang di Kota Denpasar rata-rata
menghasilkan 3,5 hingga 4 liter sampah. Padahal, kota lain memiliki batas sampah 2,5 hingga 3 liter
per orang.TPS (Tempat Pengolahan Sampah) di wilayah Monang Maning merupakan salah satu TPS
yang menghasilkan sampah cukup banyak. Ini adalah TPS terbesar dan dapat menampung sampah
paling banyak dari TPS lain di wilayah tersebut. Namun, TPS ini masih belum dapat menjalankan
prosedur pengelolaan secara optimal, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja TPS di Monang
Maning melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
ABSTRACT
Garbage is a problem that is currently being looked at by society. Waste management in Denpasar
City presents significant difficulties. Each person in Denpasar City produces an average of 3.5 to 4
liters of waste. In fact, other cities have a waste limit of 2.5 to 3 liters per person. The TPS (Waste
Treatment Site) in the Monang Maning area is one of the TPS that produces quite a lot of waste. This
is the biggest TPS and can accommodate the most waste from other TPS in the area. However, this
TPS is still unable to carry out management procedures optimally, efforts are needed to improve TPS
performance in Monang Maning through the 3R concept (Reduce, Reuse, Recycle).
1. PENDAHULUAN
Setelah melihat seberapa besar kerusakan yang dilakukan terhadap lingkungan, orang mulai lebih
peduli terhadap lingkungan. Orang di seluruh dunia sangat peduli terhadap masalah lingkungan
(Ekawati et al. 2016). Orang prihatin melihat dunia rusak oleh limbah yang semakin mencemari
lingkungan. Tidak menutup kemungkinan meningkatnya taraf hidup dan aktivitas manusia di berbagai
bidang akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan. Kuantitas limbah yang terus meningkat
merupakan salah satu yang paling signifikan faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas
lingkungan. (Tobing et al. 2005), sampah adalah suatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam
kehidupan sehari-hari karena selalu dihasilkan dalam segala aspek kehidupan dan akan terus
bertambah jumlahnya seiring dengan tingkat aktivitas manusia yang semakin banyak dan
pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Sisa atau limbah yang tidak berguna dianggap sebagai sampah. Menggali dan menutup, banyak
orang yang menangani sampah dengan cara membuang, membakar, atau menimbunnya. Namun, jika
dilakukan sembarangan dan tanpa perencanaan yang baik, dapat mengakibatkan tercemarnya
lingkungan. lingkungan sekitar serta pelumpuran sungai yang menghambat aliran air yang pada
akhirnya menyebabkan banjir (Hakim et al. 2006). Pemerintah telah mengeluarkan UU RI No. 18
Tahun 2008 sebagai pengakuan atas pentingnya pengelolaan sampah. Menurut undang-undang,
masalah sampah menyangkut berbagai aspek, sehingga pengelolaannya harus menyeluruh dan terpadu
dengan mencermati segala aspek, baik aspek sosial, ekonomi, dan teknis, guna memberikan manfaat
ekonomi, perbaikan lingkungan kesehatan, dan mempengaruhi perilaku. Akibatnya, penanganan
masalah sampah memerlukan peran serta masyarakat secara keseluruhan sebagai penghasil sampah
(Yuni dan Mardwi, 2012).
Indonesia akan menghasilkan 21,88 juta ton sampah pada tahun 2021, menurut data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Setiap satu orang masyarakat Indonesia
rata-rata mampu menghasilkan 0,7 kilogram sampah per hari. Indonesia menghasilkan sampah
sebanyak 64 juta ton setiap tahunnya, menurut hingga perhitungan. Sepanjang tahun 2021, Provinsi
Bali menghasilkan 915,5 ribu ton sampah, dengan Kota Denpasar menyumbang 349,5 ribu ton—
sumber sampah terbesar.
Pengelolaan sampah di Kota Denpasar menghadirkan kesulitan yang cukup signifikan. Setiap
orang di Kota Denpasar rata-rata menghasilkan 3,5 hingga 4 liter sampah. Padahal, kota lain memiliki
batas sampah 2,5 hingga 3 liter per orang. yang semakin banyak menggunakan produk untuk
menunjang kehidupannya sehari-hari menghasilkan residu produk berupa sampah, termasuk sampah
rumah tangga, yang mengakibatkan sampah yang diangkut ke TPA dalam jumlah yang cukup
signifikan. masyarakat di kawasan Monang Maning mengelola sampahnya dengan strategi tradisional
yaitu dengan membakar sampah saat penampungan sampah sudah penuh, tanpa ada pengelolaan lebih
lanjut selama bertahun-tahun. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah dan tidak
adanya fasilitas untuk pengelolaan sampah dapat menyebabkan hal ini (Yonathan, 2017), hal ini
menegaskan bahwa perilaku warga dipengaruhi secara signifikan secara simultan oleh pengetahuan
dan sikap mereka tentang pengelolaan sampah. Jika terus mengikuti paradigma lama, hal ini akan
menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, seperti pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan
barang tanpa memilahnya serta mengurangi konsumsi barang yang akan menjadi sampah (Tarigan,
2016).
Permasalahan seperti sampah tidak dapat terangkut, fasilitas yang tidak memadai dan
ketentuan teknis, serta semakin sedikitnya TPA akan muncul jika paradigma lama dimanfaatkan
dalam jangka waktu yang lama. Jika jumlah sampah terus meningkat dan tidak ditangani dengan
prosedur yang baik dan benar akan menimbulkan banyak masalah , seperti penyebaran penyakit,
tersumbatnya saluran air, pencemaran air dan tanah, serta hilangnya keindahan pantai dan ekosistem
laut, Mardiana (2019). Menggunakan konsep pengelolaan sampah 3R untuk mengurangi volume
sampah yang dikirim ke TPA, solusi untuk masalah ini adalah menangani dari hulu, atau sumbernya,
di lingkungan masing-masing.
Tempat Pengolahan Sampah (TPS) di kawasan Monang Maning merupakan salah satu TPS
yang banyak menghasilkan sampah. TPS ini juga merupakan TPS terbesar dan mampu menangani
sampah terbanyak dari TPS yang ada di kawasan tersebut. Desa Tegal Kertha, Desa Tegal Harum,
Desa Pemecutan, dan Desa Padangsambian semuanya memanfaatkan TPS ini. Mengingat ini adalah
pemukiman sampah rumah tangga merupakan mayoritas sampah di TPS ini. Jenis sampah ini
berpotensi untuk dimanfaatkan kembali dengan konsep 3R, namun kondisi TPS saat ini masih belum
memadai sehingga perlu dilakukan perancangan ulang. Reduce mengacu pada pengurangan sampah
baik organik maupun anorganik, reuse mengacu pada penggunaan kembali limbah yang telah dipilih
dan layak untuk digunakan Kembali, dan recycle mengacu pada daur ulang sampah anorganik.
Pendekatan pengelolaan sampah terpadu yang memasukkan upaya pengurangan, penggunaan
kembali, dan daur ulang sampah dikenal dengan pengelolaan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle). Karena dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, maka konsep 3R adalah suatu program
yang harus dilaksanakan oleh TPS Monang Maning. Penerapan sistem 3R adalah solusi pengelolaan
sampah yang lebih bernilai ekonomi, sederhana, dan murah. Oleh karena itu, akan dibuat rencana
gambar teknis TPS 3R di Monang Maning untuk menjawab permasalahan timbulan sampah saat ini.
Diharapkan rencana ini mampu mengurangi timbulan sampah yang dihasilkan masyarakat sekitar,
menekan biaya operasional pengambilan atau pengangkutan sampah, dan memperpanjang usia
penggunaan TPA.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Sampah di Denpasar
Jumlah penduduk Kota Denpasar khususnya di Desa Tegal Kertha (Monang Maning) setiap hari
tumbuh dengan laju yang sama dengan produksi sampah. Hal ini diikuti dengan peningkatan volume
sampah. Menurut data BPS Provinsi Bali, terdapat 21.663 jiwa yang bermukim di Desa Tegal Kertha
pada tahun 2016, banyak diantaranya berasal dari desa sekitar dan membuang sampah di TPS Monang
Maning. Dengan itu jumlah penduduk yang banyak, niscaya produksi sampah akan meningkat pula,
memenuhi jalan dengan sampah dan menyebabkan kemacetan lalu lintas di lokasi TPS. Tiga R
(reduce, reuse, recycle) perlu diterapkan disini, mulai dari titik dari produksi.
3. Tahap Ketiga
Tahapan ini meliputi Kegiatan Konstruksi:
a. Mendidik mandor dan tukang kayu;
b. Melaksanakan sarana dan prasarana TPS 3R
c. Pengendalian pembangunan TPS 3R, mulai dari tahap awal hingga penyelesaian proyek;
d. Pengukuran dan pengamatan berkala digunakan untuk memantau dan mengevaluasi
efektivitas pelaksanaan TPS 3R;
e. Pelatihan pengoperasian dan pemeliharaan;
f. Pengalihan kepemilikan gedung dan pengelolaannya;
g. Pengenalan struktur.
4.Tahap Keempat
Kegiatan operasional dan pemeliharaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi implementasi TPS 3R setelah pembangunan:
a. Membuat program pengelolaan, pembinaan, pendampingan, dan kemitraan antara pihak-pihak
yang terlibat dalam pengelolaan sampah (OPD terkait) dan pendaur ulang barang
(lapak/bandar, koperasi, dan organisasi sejenis lainnya) dengan KSM sebagai pengelola
sampah.
b. Menerima pelaksanaan TPS 3R dari Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Unit Kerja
PLP.
3. METODE PENELITIAN
Untuk memastikan bahwa pekerjaan pada tugas ini berjalan secara terencana dan sistematis,
metodologi disiapkan. Survei lapangan, identifikasi analisis data, pengumpulan data, dan perencanaan
Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPS 3R) di Monang Maning semuanya langkah-langkah
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang berkaitan dengan perencanaan teknis Tempat
Pengolahan Sampah Sementara (TPS 3R).
Di TPS Monang Maning, tiga R yakni pemilahan, mengubah sampah plastik menjadi pellet atau
biji plastik, dan pengomposan menjadi dasar strategi pengelolaan sampah yang akan diterapkan di
sana. Pemilahan dilakukan terhadap sampah yang diangkut ke TPS 3R untuk diproses ke tahap
selanjutnya. .Kompos akan dibuat dari sampah organik.Beberapa tahapan, meliputi pencacahan,
pengomposan, pematangan, dan pengayakan, akan diperlukan untuk mengubah sampah organik
menjadi kompos. Mesin peleburan akan digunakan untuk mengubah sampah plastik menjadi bijih
plastik, sementara sebagian dari sampah anorganik akan diolah dan dijual ke lapak penyalur. Kertas,
logam, dan sampah lainnya dijual ke pedagang lapak sebagai recovery. TPA tersebut kemudian akan
digunakan untuk membuang sisa sampah.
SOP TPS Monang Maning meliputi kegiatan isolasi limbah mulai dari pembuatan sumber,
pengangkutan, pemilihan, penataan, penanganan dan penyimpanan kepada pihak luar.
1. Timbunan sampah rumah tangga dan non rumah tangga dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu
sampah basah atau organik dan sampah kering atau anorganik seperti plastik. Tindakan yang
dapat dilakukan adalah menisahkan sampah organik meliputi sisa makanan, buah-buahan
sayuran, , beras, dan tulang ikan. Sampah anorganik meliputi sampah kertas, plastik, kaca,
logam, dan kaleng) sampah B3 meliputi sampah aki, neon, dan obat nyamuk bakar bekas.
Pemilahan dilakukan pada sumber timbulan sampah, masing-masing kegiatan domestik dan
non domestik (penyemprot, jarum suntik, dll), sampah sisa, seperti sampah pembalut,
steroform, pampers, puntung rokok, dan karet, kemudian sampah dipisahkan menjadi tiga
kategori yaitu campuran sampah organik, plastik, dan anorganik dan tempatkan dalam berbagai
kantong plastik. Untuk sampah campuran anorganik dan organik hitam, plastik putih, dan
sampah merah.
2. Pengangkutan dan pengumpulan sampah yang diambil dari langsung dari rumah ke rumah
maupun di titik-titik bak sampah bersama, dan jalan menuju TPS 3R menjadi tujuan. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan adalah menggunakan alat angkut berupa truck dan dikumpulkan
dan diolah di TPS 3R.
3. Setelah sampah dibawa ke TPS kemudian ditempatkan di penampungan, yang bertujuan untuk
menampung semua sampah anorganik yang tercampur dan diangkut oleh kendaraan
pengangkut sampah. Alat angkut yang digunakan adalah truk, dan dikumpulkan serta diproses
di TPS 3R. Dimana tindakan yang tepat adalah membongkar sampah yang diangkut di dalam
kendaraan dan menempatkannya, jenis demi jenis, di setiap unit pengumpulan sampah.
4. Pemilahan sampah berfungsi untuk memisahkan sampah berdasarkan komposisinya dan
jenisnya. Tindakan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sampah organik yang tersimpan di ruang penyimpanan dikeluarkan untuk dipilah
menggunakan sistem manual oleh petugas, sampah organik yang susah terurai seperti
bahan kayu atau ranting dipisahkan untuk mempercepat proses pengomposan, dan
sampah yang telah disortir kemudian dicacah menggunakan chopper.
b. Sampah anorganik, khususnya sampah yang disimpan di tempat penyimpanan dan
dipilah secara manual oleh petugas pemilah sebelum dimasukkan ke dalam kotak sesuai
jenisnya.
c. Sampah plastik kemudian dipilah menggunakan system manual oleh petugas TPS,
sampah dibersihkan dari zat-zat kontaminan, dan dimasukkan ke dalam mesin pencacah
.
5. Pembuatan kompos dari sampah organik melalui prosedur sebagai berikut : Menyaring sampah
cacahan ke dalam karung, mencampurkan cacahan sampah dengan bahan EM4 (Effective
Microorganisms 4) dengan perbandingan empat tutup EM4 (Effective Microorganisms 4)
berbanding empat liter air bersih kemudian siram campuran sampah dan bioaktivator ke dalam
bak pengomposan setiap hari untuk menjaga suhu kompos antara 40 dan 60 derajat Celcius dan
kelembaban 40 persen, mengukur suhu dengan termometer dan kelembaban dengan tongkat.
Jika kondisinya terlalu lembab, tumpukan kompos harus dibalik. Selama proses pengomposan,
kelembapan dan suhu tumpukan kompos harus selalu dipantau. Kompos yang telah matang
memiliki bentuk fisik menyerupai tanah, tidak berbau, tidak berbau, dan berwarna kehitaman.
Diperlukan waktu 15 hari untuk matang, tetapi pematangan bisa lebih lama atau lebih pendek
tergantung pada jenis bioaktivator yang digunakan. Langkah selanjutnya dalam pengomposan
6. Tujuan pengolahan sampah plastik menjadi pelet tidak hanya untuk mengubah sampah plastik
menjadi pelet tetapi juga untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang dihasilkan. Tindakan
yang dapat dilakukan sebagai berikut: bersihkan plastik dari kontaminan yang mungkin berasal
dari plastik jenis lain (berupa label pada plastik atau isi yang masih menempel). Anda dapat
membersihkannya dengan pemotong atau dengan mencucinya sampai semua kontaminan
hilang. Jika plastiknya berlubang seperti botol, ratakan dengan cara ditekan atau diinjak, lalu
masukkan ke dalam plastik chopper. Sortir potongan-potongan itu lagi untuk mengidentifikasi
setiap jenis plastik. Air atau minyak goreng sebagai medianya, dan plastik yang telah
dipisahkan untuk diolah menjadi bak cuci dan pelampung dan dibedakan menurut jenisnya.
Setelah flakes dimasukkan ke dalam mesin pelebur, flakes akan diproses untuk menghasilkan
untaian yang harus dipotong menggunakan mesin pellet dan mengubah biji plastik ke
dalamnya.
7. Tujuan pengemasan adalah agar kompos dan sampah anorganik dapat dijual lebih rapi, terlihat
lebih baik, dan dapat dijual. Tindakan ini diambil adalah sebagai berikut:
a. Sampah organik, seperti kompos yang telah ditimbang dan ditimbang hingga berat
tertentu, dikemas dalam plastik agar lebih rapi dan menarik, serta disimpan siap dijual di
lokasi yang aman.
b. Sampah anorganik seperti kertas, kaca, dan logam dikemas sesuai jenisnya.
c. Sampah anorganik, khususnya pellet atau biji plastik yang didapat dengan melakukan
proses penggilingan atau pencacahan sampah plastik, dikumpulkan dalam dan disimpan di
tempat penyimpanan sebelum dijual ke masyarakat. Proses ini dilakukan agar
mempermudah proses penjualan kepada masyarakat.
5. KESIMPULAN
1. Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah di TPS setiap
tempat atau daerah akan berbeda, hal ini ditentukan oleh volume sampah dan jenis sampah di
TPS tersebut. Dalam kasus TPS di wilayah Monang Maning , timbunan sampah terbanyak
adalah sampah organik rumah tangga sehingga penanganan yang sesuai adalah sistem yang
mampu mengurangi sekaligus memanfaatkan kembali sampah organik tersebut.
2. Sistem yang dipilih adalah 3R dengan menggunakan insinerator mini ramah lingkungan,
dengan alat ini sampah organik diolah menjadi kompos untuk dimanfaatkan kembali oleh
masyarakat sekitar.
REFERENCES
Ekawati, NW., Rahyuda, I.K., Kerti Yasa N.N dan Sukaatmadja, I.P.G. 2016. The Implementation of
Ecopreneurship and Green Innovation in Building Competitive Advantage to Generate Success of
New Spa Product in Bali. International Business Management. 10(14), pp. 2660-2669.
Hakim, M., Wijaya, J., Sudirja, R. Mencari Solusi Penanganan Masalah Sampah Kota.
Bandung :Direktorat Jenderal Hortikultura, DEPTAN RI ; 2006.
Mardiana, E. 2019. Perencanaan Dan Pengelolaan TPS 3R Di Kawasan Wisata Gerupuk (Desa
Sengkol Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah). Artikel Ilmiah.
Permana, Sobar Ganda.2020. Evaluasi Kinerja Pengelolaan Sampah Di Tps 3r Randu Alas
Candikarang, Sleman, Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan. Yogyakarta.Skripsi
Tarigan, M. 2016. Perencanaan Tps 3R di Kelurahan Dayan Peken. Universitas Mataram. Mataram.
Skripsi
Yoga Pratama.(2015). 3R (Reuse Reduce Recycle) Sampah yang dikutip pada tanggal 30 oktober
2022dari https://environment-indonesia.com/3r-reuse-reduce-recycle-sampah/
Yonathan, S.P., Cicik, S. 2017. Analisis Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pengelolaan
Sampah Terhadap Perilaku Warga Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sewu,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada: 101-108.