Anda di halaman 1dari 12

PERANCANGAN TEMPAT PENGELOLAHAN SAMPAH

(TPS 3 R) DI MONANG MANING


I Wayan Gede Mega Pranata1), Hermawan Listya Pratama2)
E-mail: gedemegapranata99@gmail.com1), iwanpratama477@gmail.com2)

Program Studi Arsitektur Universitas Ngurah Rai

ABSTRAK
Pedestrian merupakan salah satu fasilitas atau objek vital bagi perkembangan sebuah kota, jalur
pedestrian menjadi jalur sirkulasi atau penghubung dari satu titik ke titik lainnya yang hanya bisa
diakses khusus oleh pejalan kaki. Pedestrian yang baik dan nyaman harus bisa mengakomodasi
berbagai kebutuhan pejalan kaki agar bisa menggunakan pedestrian dengan lancar, aman, dan
nyaman, guna mengurangi kebutuhan atau ketergantungan orang akan kendaraan bermotor. Salah satu
pedestrian yang dijadikan studi kasus adalah pedestrian yang berada di kawasan Bandar Udara
Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, tepatnya di Jl. Bandar Udara Ngurah Rai, jalur merupakan
penghubung dari gedung parkir kendaraan roda dua menuju terminal keberangkatan dan kedatangan
bandara, secara aksebilitas belum memberi kenyamanan bagi pejalan kaki yang menuju bandara.
Maka perlu adanya Re- Design lebih lanjut terhadap pedestrian ini untuk memberi kenyamanan
kepada penggunanya.

Kata Kunci: Redesign, Pedestrian, Jalan Bandar Ngurah Rai

ABSTRACT
Pedestrians are one of the facilities or vital objects for the development of a city, pedestrian paths are
circulation routes or links from one point to another which can only be accessed specifically by
pedestrians. Good and comfortable pedestrians must be able to accommodate the various needs of
pedestrians so they can use pedestrians smoothly, safely and comfortably, in order to reduce people's
need or dependence on motorized vehicles. One of the pedestrians used as a case study is a
pedestrian in the area of I Gusti Ngurah Rai International Airport, Badung, precisely on. Bandara
Ngurah Rai Road, the path is a link from the two-wheeled vehicle parking building to the airport
departure and arrival terminals, in terms of accessibility it has not provided comfort for pedestrians
going to the airport. So there is a need for further Re-Design of this pedestrian to provide comfort to
its users

Keywords: Redesign, Pedestrians, Bandar Ngurah Rai Road

1. PENDAHULUAN
Pedestrian merupakan salah satu fasilitas atau objek vital bagi perkembangan sebuah kota, jalur
pedestrian menjadi jalur sirkulasi atau penghubung dari satu titik ke titik lainnya yang hanya bisa
diakses khusus oleh pejalan kaki. Fungsi pedestrian tidak hanya sekedar akses penghubung pejalan
kaki dari satu tempat ke tempat lain, pedestrian memiliki makna yang lebih besar hal tersebut,
pedestrian juga menjadi sebuah tempat atau space manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti
sosialisasi dengan orang lain, kegiatan jual beli, hiburan, maupun menjadi ciri khas bagi kota dimana
pedestrian tersebut berada. Maka dari itu pedestrian yang baik dan nyaman harus bisa
mengakomodasi berbagai kebutuhan pejalan kaki agar bisa menggunakan pedestrian dengan lancar,
aman, dan nyaman, guna mengurangi kebutuhan atau ketergantungan orang akan kendaraan bermotor
di perkotaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan seseorang agar mau menggunakan
pedestrian seperti sirkulasi, aksebilitas, kebersihan, iklim, dan visual. Berdasarkan riset peneliti
Universitas Stanford, Indonesia menduduki peringkat yang cukup terendah di Asia Tenggara sebagai
negara dengan jumlah pejalan kaki terendah, Indonesia berada di peringkat 46 dengan 3.513 langkah
per hari. Mengacu kepada Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) pada tahun 2016, faktor keamanan
dan iklim menjadi alasan utama warga Indonesia malas berjalan kaki. Infrastruktur yang buruk,
banyak kondisi pedestrian yang rusak dan fasilitas kurang memadai terutama bagi penyandang
disabilitas sehingga mengurangi kenyamanan dalam berjalan, kemudian faktor iklim juga
berpengaruh. Suhu panas di Indonesia terutama pada musim kemarau membuat orang malas berjalan
kaki, dari data BMKG terutama jakarta, suhu terpanas rata-rata 32 derajat sampai dengan 36 derajat
celcius, sementara Bali suhu terpanas rata-rata 30 derajat sampai dengan 34 derajat celcius. Sehingga
perlu adanya pertimbangan khusus dalam merancang pedestrian di Indonesia terutama di Bali.
Salah satu pedestrian yang dijadikan studi kasus adalah pedestrian yang berada di kawasan
Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, tepatnya di Jl. Bandar Udara Ngurah Rai,
jalur merupakan penghubung dari gedung parkir kendaraan roda dua menuju terminal keberangkatan
dan kedatangan bandara. Memiliki Panjang jalur kurang lebih 400 m, secara aksebilitas belum
memberi kenyamanan bagi pejalan kaki yang menuju bandara terutama yang membawa barang seperti
koper karena tidak terdapat jalur yang memadai dan dari segi kenyamanan yang dipengaruhi oleh
cuaca di bandara yang cukup panas pedestrian ini belum cukup memenuhi aspek kenyamanan karena
belum memadadainya struktur buatan maupun pohon untuk berteduh, permasalahan ini tentu menjadi
sesuatu yang harus diselesaikan mengingat pedestrian ini merupakan satu-satunya akses dari parkir
kendaraan roda dua menuju bangunan utama bandara. Maka perlu adanya Re- Design lebih lanjut
terhadap pedestrian ini untuk memberi kenyamanan kepada penggunanya.

2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pedestrian
Kata pedestriam diadopsi dari Bahasa latin, berupa kata pedestres yang memiliki arti berjalan
kaki, pedestrian ini pertama kali digunakan di tahun 6000 SM tepatnya di daerah Khirokitia, Cyprus.
Pada masa tersebut kontruksi pedestrian menggunakan batu gamping dengan level dibuat lebih tinggi
dari tanah dan pada posisi tertentu dibuat struktur ramp sebagai akses menuju hunian di sisi kanan dan
kiri pedestrian. Pedestrian umumnya memiliki jalur untuk pejalan kaki yang posisinya sejajar dengan
jalan dan memiliki level lebih tinggi dari permukaan jalan untuk menunjang keselamatan pengguna
pedestrian tersebut. Jalur pedestrian dapat berupa berupa pathway, pavement, trotoar, sidewalk, plaza
dan mall.

Pedestrian merupakan salah satu fasilitas atau objek vital bagi perkembangan sebuah kota, jalur
pedestrian menjadi jalur sirkulasi atau penghubung dari satu titik ke titik lainnya yang hanya bisa
diakses khusus oleh pejalan kaki. Fungsi pedestrian tidak hanya sekedar akses penghubung pejalan
kaki dari satu lokasi ke lokasi lain, pedestrian memiliki makna yang lebih besar hal tersebut,
pedestrian juga menjadi sebuah tempat atau space manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti
sosialisasi dengan orang lain, kegiatan jual beli, hiburan, maupun menjadi ciri khas bagi kota dimana
pedestrian tersebut berada. Maka dari itu pedestrian yang baik dan nyaman harus bisa
mengakomodasi berbagai kebutuhan pejalan kaki agar bisa menggunakan pedestrian dengan lancar,
aman, dan nyaman, guna mengurangi kebutuhan atau ketergantungan orang akan kendaraan bermotor
di perkotaan.

2.2. Fungsi Pedestrian


Sarana dan prasarana pedestrian berfungsi untuk menunjang atau memfasilitasi pengguna
pedestrian yaitu pejalan kaki agar dapat berpergian dari satu lokasi ke lokasi lain denga naman,
mudah, lancar dan nyaman, karena fungsi pedestrian tidak hanya sekedar akses penghubung pejalan
kaki dari satu tempat ke tempat lain, pedestrian memiliki makna yang lebih besar hal tersebut,
pedestrian juga menjadi sebuah tempat atau space manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti
sosialisasi dengan orang lain, kegiatan jual beli, hiburan, maupun menjadi ciri khas bagi kota dimana
pedestrian tersebut berada. Maka dari itu pedestrian yang baik dan nyaman harus bisa
mengakomodasi berbagai kebutuhan pejalan kaki agar bisa menggunakan pedestrian dengan lancar,
aman, dan nyaman, guna mengurangi kebutuhan atau ketergantungan orang akan kendaraan bermotor
di perkotaan.
Menurut Murtomo dan Aniaty (1991), pedestrian dibagi kedalam beberapa fungsi, yaitu ;
a. Mewadahi kegiatan atau aktivitas dengan nilai positif untuk mengurangi tingkat kriminalitas.
b. Pedestrianisasi mampu mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi memungkinkan tumbuh
menjadi kawasan bisnis.
c. Memberi keuntungan seperti kegiatan pameran, promosi, kampanye, periklanan, dan lain
sebagainya.
d. Pedestrian bisa difungsikan untuk mewadahi aktivitas sosial.
e. Pedestrian dapat memberikan suasana dan atmosper yang berbeda dan unik di daerah tersebut.
f. Pedestrian dapat mengurangi tingkat poulusi suara dan judara karena mampu mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor.

2.3. Karakteristik Pedestrian


Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014 tentang pedoman perencanaan,
penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan,
terdapat beberapa karakteristik pedestrian :

a. Karakteristik Fisik
- Motif. Motif berjalan yang kuat dapat menyebabkan orang berjalan lebih lama atau lebih jauh.
Motif hiburan memiliki jarak tempuh yang relatif lebih pendek, sedangkan motif belanja dapat
dilakukan lebih dari 2 jam dengan jarak hingga 2,5 km tanpa disadari sepenuhnya oleh pejalan
kaki.
- Faktor cuaca dan jenis aktivitas mempengaruhi kenyamanan. Faktor cuaca juga
mempengaruhi volume jalam kaki seseorang, cuaca buruk dapat menurunkan volume jalan kaki
seseorang. Dengan cuaca panas di Indonesia, rata-rata orang hanya mau jalan kaki 400 meter dan
membawa barang maksimal 300 meter.
- Adanya moda transportasi umum. Jumlah fasilitas transportasi umum yang pengadaannya
memadai mampu meningkatkan minat berjalan kaki seseorang dengan jarak jauh dibandingkan
apabila tidak terdapat fasilitas yang memadai.
- Guna lahan dan kegiatan. Seseorang akan merasa nyaman berjalan hanya sampai dengan jarak
tempuh 500 m. Apabila lebih dari jarak tersebut perlu adanya fasilitas pendukung yang dapat
mengurangi tingkat kelelahan seseorang dalam berjalan, seperti toko makanan/ minuman dan
tempat duduk.

b. Karakteristik perilaku
Perilaku pejalan kaki dapat menambah ruang pejalan kaki. Perilaku ini meliputi pejalan kaki
dengan tas belanja, payung, atau kebiasaan berjalan berdampingan dan mengobrol sehingga
membutuhkan ukuran pedestrian yang lebih lebar.

c. Karakteristik psikis
Karakteristik psikologis pejalan kaki mengacu refrensi psikologis diperlukan guna mengetahui
keinginan atau kebutuhan pejalan kaki dalam aktivitas pejalan kaki. Pejalan kaki cenderung
menghindari sentuhan atau fisik dengan orang lain dan akan memilih zona pribadi yang lebih
luas, dalam hal ini jarak depan ke belakang yang cukup diperlukan untuk mencapai pergerakan
pejalan kaki yang nyaman.
d. Karakteristik lingkungan
Ada beberapa karakteristik yang menjadi acuan atau kriteria dalam merancang sarana dan
prasarana pedestrian :
- Kenyamanan, adanya perlindungan baik dari cuaca maupun faktor lainnya.
- Kenikmatan, adanya tanda petunjuk .
- Keselamatan, terjaminnya keselamatan pejalan kaki dari arus lalu lintas kendaraan.
- Keamanan, tersedia rambu-rambu, pandangan tidak terhalang, pijakan tidak licin, kontruksi
pedestrian sesuai dengan mempertimbangkan lingkungan sekitar.
- Keekonomisan, efisiensi perjalanan.
- Konektivitas antara pengguna pedestrian dengan transportasi umum dan fungsi lahan di
sekitar pedestrian.

2.4. Jenis-jenis Pedestrian


Pedestrian atau jalur pejalan kaki dibedakan kedalam beberapa kelompok atau klasifikasi,
Menurut Iswanto (2006) ada beberapa jenis pedestrian :
a. Berdasar lokasi
- Perjalanan dari dan menuju ke terminal. Jalur yang dibuat dari satu lokasi menuju terminal
dan begitu juga sebaliknya seperti shelter, halte dan tempat parkir.
- Perjalanan fungsional. Jalur ini dirancang dengan tujuan atau fungsi tertentu seperti akses
menuju tempat belajar, tempat kerja, pusat perbelanjaan, dan sebagainya.
- Perjalanan dengan tujuan rekreasi. Jalur ini dirancang berkaitan dengan waktu luang pejalan
kaki,seperti jalur menuju geleri, bioskop, konser music, gelanggang olahraga dan sebagainya.

b. Berdasarkan fungsinya
- Jalur pedestrian, jalur yang dirancang khusus bagi pejalan kaki sebagai akses dari satu lokasi ke
lokasi lainnya dan dapat memberipejalan kaki kenyamanan,kelancaran, dan keamanan.
- Jalur penyeberangan, jalur ini dibuat sebagai tempat menyebrang guna memberi rasa aman dari
kendaraan.
- Plaza, jalur yang dapat berfungsi sebagai sarana hiburan dan berteduh atau beristirahat.
- Pedestrian mall, jalur khusus yang mewadahi berbagai aktivitas pejalan kaki, seperti jual beli,
aktivitas santai, dan sebagainya.

2.5. Kriteria dan Elemen Pedestrian


a. Jalur Pedestrian
Jalur pejalan kaki merupakan ruang atau zona yang digunakan oleh seseorang berjalan kaki atau
dengan kursi roda, dirancang sesuai dengan ruang gerak orang dengan aman, nyaman, mudah,
dan tanpa hambatan. Lebar jalur pedestrian denagan mempertimbangkan kebutuhan ruang gerak
satu orang adalah 60 cm dan 100 cm dengan membawa barang dengan lebar ruang gerak
tambahan 15 cm, kebutuhan total ruang gerak berjalan dua orang pejalan kaki berdampingan atau
berpapasan tanpa harus persinggungan minimal 220 cm. Kriteria jalur pedestrian adalah sebagai
berikut :
- Pada lokasi dimana terdapat konflik antara pejalan kaki dengan lalu lintas kendaraan atau
mengganggu fungsi lain seperti taman san sebagainya.
- Pada lokasi yang bisa memberi manfaat positif seperti keamanan, kenyamanan, keamanan,
dan kelancaran.
- Persimpangan antara jalur pejalan kaki dengan jalur lalu lintas kendaraan harus diberi rambu-
rambu dengan fungsi petunjuk atau peringatan untuk pengguna jalan.
- Koridor (selain jalur terowongan) memiliki visibilitas yang bebas ke segala arah.
- Perencanaan lebar jalur dan spesifikasi lainnya harus membertimbangkan pengguna
disabilitas.

b. Halte
Halte adalah bangunan tertutup di sisi jalan, digunakan untuk area transit angkutan umum. Posisi
halte beraada di jalur pedestrian atau di pinggir jalan dengan jarak minimal 1 meter dari tepi
jalan raya. Syarat bangunan minimal lebar 2 meter, panjang 4 meter dan tinggi langit-langit
paling rendah minimal 2,5 meter dari lantai. Kriteria halte bus adalah sebagai berikut:
- Struktur halte menggunakan bahan dengan durabilitas tinggi seperti besi atau metal.
- Pengguna halte harus terlindungi dari cuaca (hujan dan panas).
- Jarak antara satu halte dengan halte lainnya adalah 300 meter dan pada titik potensial
kawasan.
- Ditempaktkan di jalur yang padat lalu lintas.
- Panjang halte minimal sama dengan panjang bus kota, agar penumpang dapat menggunakan
pintu depan belakang secara bersamaan.

c. Ramp
Ramp adalah konstruksi untuk menudahkan akses dari level yang lebih tinggi ke level yang lebih
rendah. Ramp tidak boleh memiliki permukaan yang licin tetapi tidak boleh dibuat dengan alur,
karena berpotensi terisi air sehingga ramp menjadi licin. Kemiringan ramp 7 sampai dengan 15
derajat dan maksimal 20 derajat. Adapun kriteria ramp tepi jalan adalah sebagai berikut:
- Tidak boleh memiliki level lebih tinggi dari satu anak tangga yaitu 16,5 cm.
- Menghindari penggunaan tepi berundak karena akan mempersulit pengguna disabilitas untuk
menggunakannya dan berbahaya bagi semua pejalan kaki pada kondisi gelap.
- Posisi ramp berada di tepi jalan untuk menuju ke bangunan, jalan ke pedestrian (bagi
penyandang disabilitas).

d. Guiding Block
Jalur pedestrian harus mempunyai fasilitas pendukung bagi penyandang disabilitas khusunya
tunanetra berupa Guiding Block yang berfungsi sebagai pemandu, diposisikan sepanjang jalur.

e. Vegetasi
Vegetasi atau pohon peneduh, ditanam pada area tanam dengan lebar minimum 1,5 m,
percabangan 2 meter lebih tinggi dari level tanah, percabangan tidak memiliki bentuk merunduk,
memiliki daun yang lebat dan ditanam dengan posisi berbaris. Jenis dan bentuk pohon yang
dipergunakan antara lain Tanjung, Angsana, dan Kiara Payung.

f. Lampu Penerangan
Dipasang di luar area pedestrian atau pejalan kaki dengan jarak antar lampu 10 meter. Struktur
lampu penerangan maksimal memiliki tinggi 4 m. Menggunakan konstruksi dengan durabilitas
tinggi seperti besi dan beton. Menggunakan desain fungsional, geometris, sederhana, modern
futuristis, terbuat dari bahan anti validalism terutama bola lampu. kriteria lampu penerangan :
- Stuktur lampu penerangan permanen atau tetap.
- Dibuat disepanjang jalur pedestrian
- Cahaya lampu yang dihasilkan harus cukup terang sehingga pengguna jalan bisa melihat
dengan baik pada kondisi gelap atau malam hari.
- Lampu penerangan tidak mengakibatkan silau bagi pengguna jalan lalu lintas kendaraan.

g. Tempat Duduk
Tempat duduk berada di luar zona ruang gerak pejalan kaki dengan jarak 10 m antar tempat
duduk. Dimensi tempat duduk yaitu lebar 40 s/d 50 cm dan panjang 1,5 meter. Memakai material
yang tahan cuaca dan tahan korosi.

h. Pagar
Pagar dibuat di luar zona gerak pengguna pedestrian pada area-area tertentu yang mengharuskan
keamanan. Tinggi pagar dibuat 90 cm. Memakai material yang tahan cuaca dan tahan korosi.

i. Tempat Sampah
Tempat sampah harus diletakkan di luar ruang gerak pejalan kaki dengan jarak 20 m antar 1
tempat sampah dengan yang lainnya. Posisi tempat sampah harus mudah dijangkau tangan
dengan ketinggian 60 s/d 70 cm, tempat sampah dibedakan berdasarkan jenis-jenis sampah
untuk memudahkan dalam penganngkutan.

j. Rambu-rambu
Rambu berfungsi untuk memberi pentunuj, peringatan, mengatur, dan mengarahkan pengguna
jalan agar dengan mencapai lokasi tujuan. Rambu yang efektif harus mampu mengakomodasi
kebutuhan, menarik perhatian pejalan kaki, memberikan petunjuk yang muda dimengerti, dan
memberi cukup waktu yang cukup bagi pengguna jalan untuk merespon rambu. Ada beberapa
syarat-syarat rambu :
- Diletakaan di lokasi terbuka, ketinggian rambu dibuat sejajar dengan kondisi jalan.
- Rambu pentunjuk berisi informasi lokasi dan fasilitasnya.
- Pandangan tidak terhalanag pepohonan.
- Memakai material dengan sifat durabilitas tinggi dan tidak membuat silau orang yang
melihatnya.

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif melalui pendekatan studi kasus,
penelitian dilaksanakan dengan metode survey lapangan, studi dokumentasi dan pustaka. metode
pengumpulan data menggunakan metode pengamatan atau survei langsung terhadap objek pedestrian,
dan studi literatur dari jurnal, buku, internet, dan media lainnya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Lokasi Studi Kasus
Pedestrian berada di kawasan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, tepatnya di Jl.
Bandar Udara Ngurah Rai merupakan penghubung dari gedung parkir kendaraan roda dua menuju
terminal keberangkatan dan kedatangan bandara.

PARKIR RODA DUA


PARKIR RODA DUA

PARKIR RODA DUA

MENUJU TERMINAL

Gambar 4.1.1. Peta Lokasi pedestrian


Sumber : https://earth.google.com

4.2. Analisis Kondisi Existing


A. Fungsi
Perjalanan dari dan ke terminal. Jalur yang dirancang dari satu lokasi menuju terminal
transportasi dan begitu juga sebaliknya seperti shelter, halte dan tempat parkir.

B. Aksebilitas

Gambar 4.1.2. Kondisi Existing


Sumber : Analisa pribadi (2022)
TABEL AKSEBILITAS EXISTING
Fasilitas Spesifikasi Kondisi
Lebar jalur Tidak ada Tidak terdapat jalur, kondisi existing
saluran drainase
Guiding block Tidak ada -
Ramp Tidak ada -
Penerangan Ada Belum memadai
Rambu Ada Kurang terlihat pejalan kaki
Tempat sampah Tidak ada -
Vegetasi Ada Belum cukup melindungi dari cuaca
Keamanan Tidak ada Tidak terdapat jalur, kondisi existing
saluran drainase
Estetika Tidak ada Mengingat jalur terletak di bandara, dirasa
perlu adanya tambahan estetika pada jalur
ini.

C. Kenyamanan
Berdasarkan data table diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi existing pedestrian belum cukup
memberi aspek kenyamanan karena fasilitas yang belum merata di sepanjang jalur, ada beberapa
fasilitas yang dianggap belum memadai yaitu :
1. Lebar jalur
Belum nyaman untuk berpapasan dengan membawa barang terutama koper, melihat jalur berada
di bandara rata-rata orang berjalan membawa barang atau koper.
2. Fasilitas bagi penyandang disabalitas
Tidak adanya guiding block dam ramp membuat penyandang disabalitas kesulitan menggunakan
jalur ini.
3. Tempat sampah
Belum ada tempat sampah
4. Vegetasi
Di beberapa zona masih belum ada vegetasi atau bangunan yang mampu melindungi dari cuaca.

4.3. Redesain Jalur Pedestrian

TABEL REDESAIN
Fasilitas Spesifikasi Keterangan
Lebar jalur 2,20 m Cukup untuk 2 orang berpapasan dengan
membawa barang seperti koper
Guiding block 30 x 30 cm Dipasang sepanjang jalur pedestrian
Ramp Kemiringan 7 s/d Dibuat pada area beda level
15 derajat
Penerangan Setiap jarak 10 m -
Rambu Mudah dilihat -
Tempat sampah Setiap jarak 10 m Tinggi 60 s/d 70 cm
Vegetasi Menggunakan Belum cukup melindungi dari cuaca
vegetasi exitsing
Keamanan Bollard Dipasang sepanjang jalur
Estetika Bangunan Bangunan ini digunakan sebagai tempat
peneduh beristirahat dan juga sebagai estetika
Redesain Jalur Pedestrian

Gambar 4.1.3. Potongan Redesain Pedestrian


Sumber : Desain pribadi (2023)

Karena letak lokasi pedestrian dekat dengan


pantai, sehingga bentuk pergola mengambil
analogi bentuk cangkang kerang
Redesain Jalur Pedestrian

Gambar 4.1.4. 3D Redesain Pedestrian


Sumber : Desain pribadi (2023)
5. KESIMPULAN
Dalam mendesain pedestrian diperlukan pendekatan-pendekatan yang dipengaruhi oleh faktor
dimana pedestrian tersebut berada, dalam kasus pedestrian berada di lingkungan bandara maka
pedestrian harus bisa mengakomodasi kebutuhan pengguna bandara. Seperti pejalan kaki yang
membawa barang atau koper maka diperlukan konstruksi yang memadai untuk aktivitas membawa
baran, kemudian diperlukan juga estetika terkait fungsi pedestrian juga digunakan oleh wisatawan
yang data melalui bandara.

REFERENCES
- Rubenstein. 1992. Pedestrian Malls Sreetscape and Urban Spaces. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
- Darmawan, Harsokoesoemo. 2004. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk).
Bandung: ITB.
- Iswanto, Danoe. 2006. Mengkaji Fungsi Keamanan dan Kenyamanan Bagi Pejalan Kaki di Jalur
Pedestrian (Trotoar). Semarang: Universitas Diponegoro.
- Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014 mengenai pedoman
perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di
kawasan perkotaan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai