Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

PERMODELAN PEDESTRIAN YANG SESUAI UNTUK KEAMANAN DAN


KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI PERSIMPANGAN PURIN
KABUPATEN KENDAL
Muhammad Rezki Ian1 , rezki.ian94@gmail.com
Jamal 2 , Jamalnuralim@gmail.com
Arman Ardiyanto 3
Universitas Selamat Sri 1,2,3 .
ABSTRAK

Fasilitas pejalan kaki merupakan aspek penting dalam memenuhi faktor keamanan dan kenyamanan pengguna
moda jalan kaki. Selain memenuhi aspek kemanan dan kenyamanan, pengembangan moda jalan kaki juga dapat
memberikan dampak baik dalam aspek pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pembangunan dengan model
yang lebih modern serta memperhatikan seluruh aspek yang ada dilokasi pedestrian perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pedestrian yang sesuai di Persimpangan Purin, Kabupaten
Kendal. Hasil penelitian tentang persentase pedestrian didapatkan. Pejalan kaki yang akan ke kantor dan sekolah sebanyak
54%, belanja sebanyak 18%, rumah sebanyak 2%, tempat parkir sebanyak 2% dan lainnya sebanyak 24%. Hasil dari
faktor keamanannya didapat sebesar 54,52% dan masuk kedalam kategori kurang baik (KB), dari faktor kenyamanannya
didapat sebesar 52,32% dan masuk ke dalam kategori kurang baik (KB). Sedangkan dari faktor keamanan dan
keamanannya didapat sebesar 53,42% dan masuk kedalam kategori kurang baik (KB). Pengamatan lokasi serta
pengambilan data sebanyak 50 responden dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam permodelan
yang akan dilakukan. Peneliti juga mengembangkan aspek yang cukup menonjol dilokasi sebagai acuan permodelan yaitu
kuliner dan terminal. Dengan mengabungkan semua hal yang ada, potensi terjadinya kontak sosial di lokasi akan semakin
besar. Letaknya yang dilewati sebuah drainase perkotaan yang cukup besar menjadi areal konsen permodelan. Model
pedestrian bridge yang berintegrasi dengan pedestrian mall, terminal, dan areal parkir dinilai lebih cocok untuk
diterapkan. Selain menjadi penunjang pejalan kaki, areal tersebut bisa menjadi penggerak ekonomi dikawasan yang
dikembangkan.

Kata Kunci: Pejalan Kaki, Permodelan, Keamanan Pejalan Kaki, Kenyamanan Pejalan Kaki, Pedestrian Bridge.

ABSTRACT

Pedestrian facilities are an important aspect in meeting the safety and comfort factors of users of the walking
mode. In addition to fulfilling the safety and comfort aspects, the development of walking modes can also have a good
impact in the aspects of sustainable and environmentally friendly development. Development with a more modern model
and paying attention to all existing aspects in pedestrian locations needs to be done.
This study aims to develop a suitable pedestrian model at Purin Intersection, Kendal Regency. The results of
the research on the percentage of pedestrians were obtained. There are 54% of pedestrians going to offices and schools,
18% shopping, 2% houses, 2% parking lots and 24% others. The result of the safety factor is 54.52% and it is included
in the unfavorable category (KB), from the comfort factor it is obtained 52.32% and it is included in the unfavorable
category (KB). Meanwhile, from the safety and security factors, it is obtained by 53.42% and it falls into the unfavorable
category (KB). Location observations and data collection of 50 respondents were carried out to get a clearer picture in
the modeling to be carried out. Researchers also develop aspects that are quite prominent in the location as a reference
for modeling, namely culinary and terminals. By putting all these things together, the potential for social contact at the
site will be even greater. It is located where a large urban drainage passes into the modeling concentration area. The
pedestrian bridge model that integrates with the pedestrian mall, terminal, and parking area is considered more suitable
to be applied. In addition to supporting pedestrians, the area can be an economic driver in a developed area.

Keyword : Pedestrian, Modeling, Pedestrian Safety, Pedestrian Comfort, Pedestrian Bridge.

1. PENDAHULUAN
Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas kaki memiliki kelebihan berupa kecepatan rendah
berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur yang menguntungkan karena dapat mengamati
pengguna jalan (Keputusan Direktur Jendral lingkungan sekitar dan mengamati objek secara
Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97) detail serta mudah menyadari lingkungan
dalam Soehartono. Menurut Amos Rapoport sekitarnya. Selain menjadi moda transportasi
(1977) dalam Danoe Iswanto (2006) moda jalan

1
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

ramah lingkungan, jalan kaki juga memberikan belakang tersebut diperlukan penelitian tentang
banyak dampak positif bagi penggunanya. “Permodel Pedestrian Yang Sesuai Untuk
Moda jalan kaki di Indonesia sendiri tergolong Keamanan dan Kenyamanan Pejalan Kaki di
kurang popular, padahal jalan kaki memiliki Persimpangan Purin Kabupaten Kendal”.
beberapa kelebihan tersendiri dibanding dengan Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini
moda transportasi lain. Ada banyak faktor yang antara lain ingin mengetahui tingkat keamanan dan
mempengaruhi kurang popularnya moda jalan kaki kenyamanan pejalan kaki dan model perencanaan
antara lain fasilitas dan pelayanannya. Kurangnya yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki di
fasilitas dan pelayanan yang ada sering kali Persimpangan Purin serta menambah khasanah
dijadikan alasan banyak orang untuk lebih memilih ilmu pengetahuan khususnya tentang fasilitas
menggunakan moda transportasi lain. Fasilitas pejalan kaki.
memang selalu menjadi hal wajib dalam Agar penelitian dapat lebih fokus pada
memberikan rasa nyaman dan aman bagi permasalahan yang dihadapi. Adapun batasan
pemakainya. dalam penelitian ini, yaitu:
Ada banyak hal yang terlihat jelas tentang 1. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada area
kurangnya fasilitas pelayanan bagi pejalan kaki sekitar SMK N 1 Kendal tepatnya di
mulai dari fungsi traffic light yang kurang perempatan traffic light purin.
maksimal, pemberhentian angkutan umum yang 2. Penelitian hanya mempelajari tentang
sembarangan, ataupun hilangnya fungsi trotoar dan fasilitas penunjang keamanan yang
hak pejalan kaki. Padahal dalam Undang-Undang berkaitan dengan pejalan kaki di Jl Raya
no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan Soekarno - Hatta di Depan SMK N 1
jalan sudah dijelaskan tentang apa saja Hak dan Kendal.
Kewajiban Pejalan Kaki dalam berlalu lintas, 3. Tingkat keamanan dan kenyamanan yang di
khususnya pada Pasal 131, (1) Pejalan Kaki berhak teliti hanya mencakup fasilitas penunjang
atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa yang berkaitan dengan pejalan kaki.
trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain.
(2) Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas 2. TINJAUAN PUSTAKA
pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan. (3) Dalam hal belum tersedia 2.1 Pejalan Kaki
fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pejalan Kaki berhak menyeberang di tempat yang Perkembangan teknologi transportasi yang begitu
dipilih dengan memperhatikan keselamatan pesat memberikan dampak yang signifikan kepada
dirinya. moda transportasi yang kurang diminati seperti
Jalan Raya Soekarno - Hatta di depan SMK N 1 berjalan kaki. Masyarakat lebih cenderung
Kendal misalnya, merupakan daerah ramai pejalan memilih moda yang lebih instan dan tanpa perlu
kaki, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, menguras banyak energi. Pandangan pemerintah
pegawai, karyawan, serta pejalan kaki lain yang daerah yang terlihat kurang tertarik pada moda
melewati jalan tersebut. Pejalan kaki yang jalan kaki juga ikut mempengaruhi lambatnya
melewati daerah ini pun beragam, mulai dari orang perkembangan pada moda jalan kaki dibanding
yang bertujuan ke tempat kerja, berbelanja, sekolah moda lainnya. Meski belum banyak pengguna
ataupun pejalan kaki yang bertujuan ke halte dan seharusnya pemerintah memberikan pandangan
tempat parkir. Namun banyaknya potensi pejalan khusus pada moda ini.
kaki yang ada belum bisa terfasilitasi sepenuhnya, Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan dengan
padahal fasilitas pejalan kaki sangat dibutuhkan berjalan kaki. Menurut John Fruin (1979) dalam
untuk menunjang keselamatan di jalan raya. Danoe Iswanto (2006) Berjalan kaki merupakan
Rambu rambu lalu lintas di persimpangan Purin alat untuk pergerakan internal kota, satu-satunya
sering kali membuat pengendara bingung yang alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap
kemudian mengakibatkan disepelekannya rambu muka yang ada didalam aktivitas komersial dan
rambu yang ada oleh pengendara, zebra cross yang kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan
biasa digunakan menyebrang di traffic light kaki merupakan alat penghubung antara moda-
persimpangan pun dinilai kurang aman, moda angkutan yang lain. Dilihat dari kepentingan
pengendara yang tidak menaati peraturan sering perjalanannya jalan kaki digolongkan menjadi:
menjadi alasan terjadinya kecelakaan lalu lintas a. Perjalanan terminal, perjalanan yang dilakukan
dimana pejalan kaki menjadi korbannya. Pemisah antara asal dengan area transportasi, misalnya:
yang jelas antara moda jalan kaki dengan moda tempat parkir, halte bus dan sebagainya
transportasi lain belum sepenuhnya ada. Dari latar

2
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

b. Perjalanan fungsional, perjalanan untuk baik secara luka fisik, mental, ataupun materi.
mencapai tujuan tertentu, dari atau ke tempat Bahkan tidak jarang kecelakaan yang terjadi justru
kerja, sekolah, belanja, dan lain-lain. menghambat pergerakan ekonomi suatu wilayah.
c. Perjalanan rekreasional, perjalanan yang Kecelakaan transportasi juga tidak semua terjadi
dilakukan dalam rangka mengisi waktu luang, karena kelalaian pengguna moda. Hal lain seperti
misalnya menikmati pemandangan. bencana alam juga ikut memberi dampak pada
Menurut Giovany Gideon (1977) dalam Danoe keamanan lalu lintas. Selain menyangkut pengguna
Iswanto (2006) Berjalan kaki merupakan sarana moda, dibeberapa kasus faktor keamanan lalu
transportasi yang menghubungkan antara fungsi lintas seperti polusi udara dan lainnya juga
kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan berdampak pada komponen lain seperti vegetasi
perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan dan hewan.
permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan
suatu kota menjadi lebih manusiawi. 2.4 Kenyamanan Lalu Lintas
Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utumo (2003 :
2.2 Fasilitas Pejalan Kaki
185) dalam Syafaruddin Illus, dan Nurlaily
Menurut Danoe Iswanto (2006), suatu ruas jalan Kadarini (2017) kenyamanan adalah segala hal
perlu dilengkapi dengan adanya jalur pedestrian yang memperlihatkan penggunaan ruang secara
apabila di sepanjang jalan terdapat penggunaan sesuai dan harmonis, baik dengan ruang itu sendiri
lahan yang memiliki potensi menimbulkan maupun menggunakan berbagai bentuk, tekstur,
pejalan kaki. Fasilitas pejalan kaki yang bagus warna, symbol maupun tanda, suara dan bunyi
pada umum didukung dengan fasilitas pendukung kesan, intensitas dan warna cahya atau pun bau,
didalamnya, seperti tanda, penerangan, peneduh atau lainnya. Perpaduan antara banyak elemen
dan elemen lain yang bersifat memberikan rasa dengan tepat akan memberikan rasa tenang dan
aman dan nyaman. kemudian menimbulkan rasa nyaman. Rasa
nyaman biasanya dinilai dengan indra indra
2.3 Keamanan Lalu Lintas manusia seperti mata, hidung, telingga, kulit. Hal
Keamanan merupakan salah satu hak bagi manusia hal yang enak dilihat tentu akan membuat nyaman,
dalam menjalani hidupnya. Rasa aman berkaitan begitu pula dengan bau bauan dan suhu suatu
erat dengan ketentraman dan keteraturan dari tempat ataupun dengan kebisingan tertentu akan
lingkungan tempat tinggal maupun tempat yang mempengeruhi kenyamanan seseorang.
disinggahinya. Meskipun negara menjamin Kenyamanan juga tidak jauh kaitannya dengan rasa
keamanan warga negaranya dengan undang aman. Ketika sebuah tempat menimbulkan rasa
undang, masalah keamanan tetap menjadi hal yang kurang aman sering kali rasa tidak nyaman juga
cukup sensitif. Dalam transportasi sendiri sangat akan muncul.
erat kaitannya dengan faktor keamanan. Bahkan Kenyamanan dalam berlalu lintas biasanya
kita bisa dengan sangat mudah menemukan berita digambarkan dalam fasilitas dan pelayanan lalu
kecelakaan lalu lintas di dalam surat kabar maupun lintasnya. Dalam moda jalan kaki rasa nyaman
sumber berita elektronik. biasanya timbul dari fasilitas fasilitas pelayanan
Kawasan padat moda seperti areal kawasan yang memanjakan indra manusia dan
industri, pasar, maupun lokasi yang dapat memberikannya rasa aman. Rasa nyaman juga bisa
menimbulkan berkumpulnya banyak moda dalam menjadi tolok ukur seberapa berhasil fasilitas dan
satu tempat sering kali menjadi langganan pelayanan yang ada disebuah tempat.
kecelakaan. Menurut Hobbs (1995) dalam Rudatin
2.5 Model Pedestrian di Indonesia
(2017) kondisi keparahan kecelakaan dapat
digolongkan menjadi 4 kategori yaitu: Di lihat dari jenis pejalan kaki yang ada, pedestrian
a. Kecelakaan ringan yaitu kecelakaan yang tidak dibedakan menjadi perjalanan terminal, perjalanan
memerlukan perawatan di rumah sakit. fungsional, perjalanan rekreasional. Tujuan dari
b. Kecelakaan kecil yaitu kecelakaan yang ketiga jenis pejalan kaki tersebut berbeda beda. Di
memerlukan perawatan di rumah sakit beberapa model pedestrian yang ada di Indonesia
c. Kecelakaan fatal yaitu kecelakaan yang jenis pejalan kaki yang mendominasi juga berbeda
menyebabkan korbannya meninggal dunia beda tiap tempatnya. Berikut beberapa model
d. Kecelakaan lain yaitu kecelakaan yang hanya pedestrian yang ada di Indonesia:
menimbulkan kerugian material. a. Kota Lama Semarang
Dalam beberapa kasus kecelakaan antar moda Menyuguhkan bangunan bangunan lama jaman
bermesin, banyak pihak yang akhirnya dirugikan kolonial di setiap sudut jalannya. Kota Lama

3
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

Semarang juga merupakan salah satu ikon Kota Dari beberapa model pedestrian tersebut diatas
Semarang. Pedestrian dengan fasilitas fasilitas bisa memberi sedikit gambaran tentang jenis
yang dibangun memberikan daya tarik pejalan kaki berkaitan dengan tujuan mereka
tambahan untuk wisatawan yang datang ke berkumpul di areal pedestrian yang ada. Masih
tempat ini. Kesan bangunan bangunan tua yang banyak model pedestrian di Indonesia yang baik
ada semakin berpadu dengan pedestrian yang dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi
tertata rapi. penggunanya.
b. Malioboro Daerah Istimewa Yogyakarta
Meskipun dekat dengan stasiun, kawasan 3. METODOLOGI PENELITIAN
Malioboro lebih dikenal sebagai tempat wisata
bagi banyak orang. Dilihat dari tujuannya Penulis menggunakan metode penelitian evaluatif.
pejalan kaki yang timbul di kawasan tersebut Menurut Aurina Jois Frans, Linda Tondobala., dan
merupakan pejalan kaki yang datang untuk Judy O. Waani (2016) penelitian evaluatif yaitu
berbelanja ataupun menikmati pemandangan proses pengambilan data dan identifikasi dilakukan
sekitar. Model pedestrian Malioboro cukup secara observasi, dokumentasi lapangan,
bagus untuk mengerakan ekonomi didaerah pendeskripsian, dan penyebaran kuisioner. Data-
tersebut. Perpaduan antara kawasan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
perbelanjaan dengan penataan ruang dan menggunakan scoring, pembobotan dan
fasilitas yang baik menjadikan kawasan prosentase.
tersebut salah satu tujuan utama ketika pergi ke Penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara
Yogyakarta. observasi lapangan, wawancara dan penyebaran
c. Jalan Slamet Riyadi Solo kuisioner. Data data yang diperoleh akan dinilai
Merupakan salah satu kawasan pusat Kota Solo, dengan cara scoring dan prosentase kemudian
beberapa bangunan bertingkat seperti areal dideskripsikan.
perbelanjaan, hotel, dan perkantoran dibangun
di jalan ini. Jalur pejalan kaki yang ada cukup 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
luas dan nyaman dibawah pohon pohon yang Penelitian dilaksanakan pada bulan November
rimbun dan fasilitas yang sudah tertata rapi. sampai Desember. Penelitian di lakukan di
Jalan Slamet Riyadi juga merupakan jalan yang persimpangan Purin di depan SMK N 1 Kendal
sering digunakan sebagai areal car free day. Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Sehingga jenis pejalan kaki yang pada hari hari
biasa didominasi mereka yang akan berbelanja
dan pergi ke kantor atau ke sekolah bisa
berubah menjadi pejalan kaki rekreasional yang
datang untuk menikmati car free day.
d. Teras Cihampelas Bandung
Jalan Cihampelas dikenal sebagai areal
perbelanjaan terutama pakaian. Jalan ini
dulunya juga dikenal dengan kemacetannya.
Deretan pertokoan dan orang orang yang
melakukan transaksi jual beli membuat jalan ini
begitu penuh. Untuk mengatasi kemacatan
tersebut kemudian dibangunlah sebuah sebuah
area baru berupa pedestrian bridge. Selain Gambar.1. Peta Lokasi Penelitian.
mengurangi kemacetan Teras Cihampelas juga
dijadikan sebagai pedestrian mall. Dimana 3.2 Objek Penelitian
beberapa pedagang kemudian direlokasikan
Objek yang diteliti mencakup pejalan kaki, fasilitas
keatas untuk menggurangi kepadatan
pejalan kaki, interaksi antar moda dan fasilitas lain
dibawahnya. Pedestrian bridge sepanjang 450
yang dapat menimbulkan pejalan kaki dilokasi
meter dengan lebar 9 meter dan tinggi 4,6 meter
penelitian.
ini membentang sepanjang jalan Cihampelas.
Selain menjadi landscape baru dikota Bandung, 3.3 Populasi dan Sampel
Teras Cihampelas juga berhasil mengatasi
kemacetan tanpa menghilangkan potensi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
ekonomi yang ada. adalah semua pejalan kaki yang ada di
persimpangan Purin dimana sesuai observasi awal

4
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

sebelum pandemi covid tersebut sekitar 200 orang. moda transportasi yang bisa
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki.
di teliti Suharsimi Arikunto (2006). Pengambilan d) Jenis pejalan kaki
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Jenis pejalan kaki merupakan pembedaan
proporsional random sampling. tujuan suatu pejalan kaki melakukan
Menurut Suharsimi Arikunto (2006) besarnya aktifitas dilokasi penelitian.
sampel yang dapat dipakai apabila subyeknya Data Primer parameter faktor keamanan dan
berjumlah kurang dari 100, lebih baik diambil kenyamanan adalah faktor yang erat kaitannya
seluruhnya sehingga menjadikan penelitiannya dengan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
menjadi penelitian populasi. Apabila subjeknya
lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% 3.4.2 Data sekunder
atau 20-25% atau lebih. Penelitian ini akan Data sekunder diperoleh dari beberapa narasumber
menggunakan 25% dari jumlah seluruh pejalan yang paham dengan faktor faktor penelitian yang
kaki yang diketahui ada sekitar 200 orang. Berarti ada di lokasi. Data sekunder didapatkan melalui
jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian wawancara ataupun studi literatur yang memiliki
ini adalah 50 orang. kaitan dengan lokasi tempat penelitian dilakukan.

3.4 Sumber Data 3.5 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Data primer Teknik pengumpulan data yang dipergunakan
Data primer untuk parameter faktor keamanan dan dalam penelitian ini adalah:
kenyamanan adalah : a. Wawancara
a) Fasilitas pejalan kaki Menurut Esterberg dalam Sugiyono
Fasilitas pejalan kaki dalam segi keamanan (2013:231) wawancara merupakan
mencakup bangunan bangunan atau pertemuan dua orang untuk bertukar
tumbuhan yang bisa mempengaruhi faktor informasi dan ide melalui tanya jawab,
keamanan bagi pejalan kaki. sehingga dapat dikontruksikan makna dalam
Fasilitas pejalan kaki dalam segi suatu topik tertentu. Wawancara dilakukan
kenyamanan mencakup bangunan dengan beberapa narasumber yang kuat
bangunan atau tumbuhan yang bisa kaitannya dengan lokasi penelitian dalam
mempengaruhi faktor kenyamanan bagi hal ini ditujukan ke pedagang ataupun
pejalan kaki. pejalan kaki yang ada di lokasi tersebut.
b) Fungsi rambu rambu lalu lintas b. Observasi
Fungsi rambu rambu lalu lintas dalam segi Observasi dilakukan oleh peneliti di
keamanan mencakup faktor faktor yang persimpangan Purin dengan melihat dan
berkaitan dengan rambu rambu dan tata mengamati objek penelitian serta
tertib lalu lintas yang bisa mempengaruhi mengambil kesimpulan dan data dari objek
kemanan pejalan kaki. yang diamati.
Fungsi rambu rambu lalu lintas dalam segi Hari : Senin, Sabtu, Minggu
kenyamanan mencakup faktor faktor yang Pukul : 06.00-08.00, 11.00-13.00, 16.00-
berkaitan dengan rambu rambu dan tata 18.00, 20.00-22.00
tertib lalu lintas yang bisa mempengaruhi Waktu tersebut diatas dipilih karena
kenyamanan pejalan kaki. dianggap menjadi waktu paling sibuk
c) Interaksi antar moda dilokasi dan dianggap sudah cukup
Interaksi antar moda dalam segi kemanan mewakili kondisi yang ada dilokasi.
merupakan faktor faktor yang berkaitan c. Kuisioner
dengan tempat atau lokasi yang Angket atau kuisioner merupakan sejumlah
mempunyai kemungkinan dapat pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang
menimbulkan pertemuan lebih dari satu data faktual atau opini yang berkaitan
moda transportasi yang bisa dengan diri responden,yang dianggap fakta
mempengaruhi keamanan pejalan kaki. atau kebenaran yang diketahui dan perlu
Interaksi antar moda dalam segi dijawab oleh responden Suroyo Anwar
kenyamanan merupakan faktor faktor yang (2009:168). Dengan melakukan penyebaran
berkaitan dengan tempat atau lokasi yang kuesioner untuk mengukur persepsi
mempunyai kemungkinan dapat responden digunakan Skala Likert yang
menimbulkan pertemuan lebih dari satu dikembangkan oleh Rensis Likert. Skala

5
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

Likert umumnya menggunakan 5 angka Analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian, yaitu: penelitian ini akan sedikit berbeda dari referensi
a) Sangat Setuju (SS) dengan score 5. yang digunakan. Dimana perhitungan hanya
b) Setuju (S) dengan score 4. berfokus pada jumlah skor total dan skor maksimal
c) Ragu-ragu (RR) dengan score 3. untuk kemudian mengetahui persentase dan
d) Tidak Setuju (TS) dengan score 2. kriteria menurut perhitungan dari hasil kuisioner.
e) Sangat Tidak Setuju (STS) dengan score
1. Tabel 1. Interval Persentase.
Koesioner ditujukan ke pejalan kaki sekitar
lokasi penelitian (sekolah diliburkan). Interval Kelas Kriteria
Persentase (%)
3.6 Teknik Analisis Data 85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB)
Analisis data menggunakan penelitian terdahulu 70 % < - < 85 % Baik (B)
dari Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini 55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
(2017). 40 % < - < 55 % Kurang Baik
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk (KB)
menentukan kriteria kenyamanan pejalan kaki 25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB)
sebagai berikut: (Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini
a. Menentukan skor maksimal yaitu dari hasil (2017)
perkalian antara skor tertinggi, jumlah item,
jumlah responden. Skor maksimal tingkat
kenyamanan pejalan kaki = 5 x 10 x 50 =
2500.
b. Menentukan skor minimal. Skor minimal
diperoleh dari hasil perkalian antara skor
terendah, jumlah item, jumlah responden.
Skor minimal tingkat kenyamanan pejalan
kaki = 1 x 10 x 50 = 500.
c. Menetapkan rentang skor yang diperoleh
dari skor maksimal dikurangi skor minimal.
Rentang skor = 2500 – 500 = 2000.
d. Menetapkan interval kelas yaitu dari rentang
skor dibagi jenjang skor interval kelas.
Interval kelas = 2000 / 5 = 400.
e. Menetapkan persentase maksimal, yaitu Gambar.2. Skema Tahapan Penelitian.
100%.
f. Menetapkan persentase minimal. Diperoleh
dari skor minimal dibagi skor maksimal 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dikalikan 100 %.
Persentase minimal = skor maksimal / skor 4.1 Data Hasil Kuisioner
minimal x 100% = 2500 / 500 x 100% = 5%. Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan
g. Menetapkan rentang persentase. Rentang diperoleh data sebagai berikut:
persentase diperoleh dari persentase
maksimal dikurangi persentase minimal.
h. Rentang persentase = persentase maksimal -
persentase minimal
= 100 – 5% = 95%.
i. Menetapkan interval kelas persentase, yaitu
rentang persentase dibagi kriteria dikalikan
100 %.
Interval kelas persentase = Rentang
Persentase / Kriteria x 100 % = 95 % / 5 x
100% = 19%.
j. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik
(SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang
Baik (KB), Tidak Baik (TB).
6
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

5. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik


Pertanyaan Kuisioner Faktor Kenyamanan
(SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang
Baik (KB), Tidak Baik (TB).
Pertanyaan 10 129
Pertanyaan 9 122 Tabel 2. Interval Persentase
Pertanyaan 8 122
Pertanyaan 7 119 Interval Kelas Kriteria
Pertanyaan 6 118 Persentase (%)
Pertanyaan 5 116 85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB)
Pertanyaan 4 137 70 % < - < 85 % Baik (B)
Pertanyaan 3 135 55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
Pertanyaan 2 167 40 % < - < 55 % Kurang Baik (KB)
Pertanyaan 1 143 25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB)
0 50 100 150 200 (Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini
(2017).
Gambar 3. Skor Hasil Kuisioner Faktor
Kenyamanan.
4.2 Analisis Persentase Tingkat Kenyamanan
Pertanyaan Kuisioner Faktor Keamanan Pejalan Kaki
Perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki
Pertanyaan 10 137
tentang kenyamanan sebagai berikut :
Pertanyaan 9 123 1. Skor maksimal
Pertanyaan 8 159
Skor maksimak tingkat kenyamanan pejalan
kaki = 5 x 10 x 50 = 2500.
Pertanyaan 7 130 2. Menetapkan persentase maksimal, yaitu
Pertanyaan 6 123 100%.
3. Skor total kenyamanan pejalan kaki.
Pertanyaan 5 129 Diperoleh
Pertanyaan 4 137 129+122+122+119+118+116+137+135+16
7+143 = 1308.
Pertanyaan 3 135
4. Menghitung persentase kelas.
Pertanyaan 2 155 Skor total/skor maksimal = 1308/2500 =
Pertanyaan 1 135
52,32%
5. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik
0 50 100 150 200 (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang
Baik (KB), Tidak Baik (TB).

Tabel 3. Interval Persentase.


Gambar 4. Skor Hasil Kuisioner Faktor Keamanan.
Interval Kelas Kriteria
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk
Persentase (%)
menentukan kriteria penilaian keamanan dan
85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB)
kenyamanan pejalan kaki dari hasil kuisioner yang
digunakan sebagai berikut: 70 % < - < 85 % Baik (B)
1. Menentukan skor maksimal yaitu dari hasil 55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
40 % < - < 55 % Kurang Baik
perkalian antara skor tertinggi, jumlah item,
(KB)
jumlah responden. Skor maksimal tingkat 25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB)
kenyamanan pejalan kaki = 5 x 10 x 50 = (Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini
2500. (2017).
2. Menetapkan persentase maksimal, yaitu
100%. Dari hasil yang didapatkan dari perhitungan
3. Menentukan skor total. Skor total diperoleh persentase kelas tingkat kenyamanan pejalan kaki
didapatkan sebesar 52,32%. Dimana persentase
dari jumlah skor kuisioner yang disebar.
kelas tersebut masuk kedalam kategori Kurang
4. Menghitung persentase kelas. Diperoleh dari Baik (KB).
skor total dibagi skor maksimal.

7
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

4.3 Analisis Persentase Tingkat Keamanan Pejalan +159+130+123+129+137+135+155+135 =


Kaki 2671.
4. Menghitung persentase kelas.
Perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki
Skor total/skor maksimal = 2671/5000 =
tentang keamanan sebagai berikut :
53,42%
5. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik
1. Skor maksimal
(SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang
Skor maksimak tingkat kemanan pejalan
Baik (KB), Tidak Baik (TB).
kaki = 5 x 10 x 50 = 2500.
2. Menetapkan persentase maksimal, yaitu
Tabel 5. Interval Persentase.
100%.
3. Skor total keamanan pejalan kaki.
Interval Kelas Kriteria
Diperoleh
Persentase (%)
137+123+159+130+123+129+137+135+15
85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB)
5+135 = 1363.
70 % < - < 85 % Baik (B)
4. Menghitung persentase kelas.
Skor total/skor maksimal = 1363/2500 = 55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
54,52% 40 % < - < 55 % Kurang Baik (KB)
5. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik 25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB)
(SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang (Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini
Baik (KB), Tidak Baik (TB). (2017).

Tabel 4. Interval Persentase. Dari hasil yang didapatkan dari perhitungan


persentase kelas tingkat kenyamanan dan kemanan
Interval Kelas Kriteria pejalan kaki didapatkan sebesar 53,42%. Dimana
Persentase (%) persentase kelas tersebut masuk kedalam kategori
85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB) Kurang Baik (KB).
70 % < - < 85 % Baik (B)
4.5 Hasil Pengamatan
55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
40 % < - < 55 % Kurang Baik Observasi dan wawancara lapangan dilakukan
(KB) untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang ada di
25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB) lokasi. Observasi dibutuhkan untuk mengetahui
(Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini kesesuaian hasil dari kuisioner dengan data data
(2017). yang ada dilapangan. Kemudian akan diperkuat
dengan wawancara ke beberapa narasumber yang
Dari hasil yang didapatkan dari perhitungan erat kaitannya dengan keadaan di lokasi penelitian.
persentase kelas tingkat keamanan pejalan kaki Pendeskripsian juga ditambah dengan beberapa
didapatkan sebesar 54,52%. Dimana persentase pernyataan pernyataan dari beberapa orang yang
kelas tersebut masuk kedalam kategori Kurang memberikan pendapatnya dalam kuisioner.
Baik (KB). Pengamatan yang dilakukan berfokus pada elemen
elemen penting yang berkaitan dengan fasilitas
4.4 Analisis Persentase Total Tingkat penunjang keamanan dan kenyamanan pedestrian
Kenyamanan dan Kenyamanan Pejalan Kaki pada lokasi penelitian.
Perhitungan mengenai persepsi pejalan kaki
tentang kenyamanan dan kemanan sebagai berikut
1. Skor maksimal
Skor maksimak tingkat kenyamanan dan
kemanan pejalan kaki = 5 x 20 x 50 = 5000.
2. Menetapkan persentase maksimal, yaitu
100%.
3. Skor total kenyamanan dan kemanan pejalan
kaki.
Diperoleh
129+122+122+119+118+116+137+135+16 Gambar 5. Persimpangan Purin.
7+143+137+123

8
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

4.6 Model Pedestrian memilih lainnya, 18% berbelanja, 2% ketempat


parkir, dan 2% kerumah.
Model yang dibuat dalam penelitian ini hanya
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui
berupa rancangan sebagai gambaran dari hasil hasil
bahwa sebagian besar pelajar ataupun orang yang
data yang telah didapatkan. Mengacu pada
akan ke kantor adalah penguna transportasi umum
beberapa hal yang dibandingkan berdasarkan
baik bus trans jateng ataupun bus umum. Dari
kepentingannya. Model tidak dibuat secara
pertimbangan ini, pembangunan pedestrian bridge
terperinci dan hanya berupa konsep dasar.
yang terintegrasi dengan halte akan menjadi
1. Pedestrian Bridge prioritas dalam model yang akan dibuat.
Pedestrian bridge atau jembatan pejalan kaki Kemudian sebagian besar lainnya merupakan
adalah salah satu fasilitas berupa jembatan yang pejalan kaki yang bertujuan untuk berbelanja. Dari
digunakan pedestrian untuk menyebrangi sebuah data yang diperoleh, potensi dalam bidang kuliner
sungai atau perairan. Pedestrian bridge biasanya di persimpangan Purin memang cukup besar. Hal
dipadukan dengan beberapa fasilitas lainnya untuk ini juga perlu menjadi prioritas dalam model
menambah daya tarik. Selain itu, beberapa pedestrian bridge yang dibuat.
pedestrian bridge yang dibangun juga bisa
berfungsi sebagai landscape kota. Dimana dalam
model pedestrian bridge yang dibuat akan
berfokus pada potensi yang ada disekitarnya. Salah
satu contoh pedestrian bridge yang ada di
Indonesia dibangun Bandung Jawa Barat yaitu
Atap Cihampelas.
Dalam hal ini, setelah dilakukan observasi. Peneliti
kemudian menilai beberapa hal yang menjadi
potensi di lokasi penelitian. Kemudian potensi
tersebut akan dijadikan tema utama dalam kawasan
pedestrian bridge yang dibangun. Gambar 7. Pedestrian Bridge Purin.
Untuk mengetahui potensi yang ada di
persimpangan Purin peneliti merujuk pada Dari hasil data kemudian dibuatlah sebuah model
banyaknya pedestrian yang ada di lokasi penelitian pedestrian bridge yang terbagi menjadi dua areal
yang didapatkan dalam kuisioner. utama yaitu halte dan pedestrian mall. Seperti pada
gambar 7, Pedestrian bridge dalam model yang
dibuat juga tetap memperhatikan vegetasi dan
Kantor/Sekolah Lainnya integrasi antara satu fasilitas dengan fasilitas
Tempat Parkir Belanja lainnya. Dilengkapi dengan fasilitas pendukung
yang dibutuhkan dalam menunjang faktor
Rumah
keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
Rumah 2. Pedestrian Mall
2%
Belanja Pedestrian Mall yaitu jalur pedestrian yang cukup
18% luas yang digunakan untuk sirkulasi pejalan kaki
Tempat dan dapat dimanfaatkan juga sebagai tempat
Parkir kontak komunikasi atau interaksi sosial. Pada
2% Kantor/S
ekolah model yang dibuat pedestrian mall dibangun diatas
54% pedestrian bridge. Selain digunakan sebagai
Lainnya
24%
sirkulasi pejalan kaki, pedestrian mall yang
dibangun juga akan dimanfaatkan sebagai areal
perbelanjaan kecil. Areal ini nantinya akan
digunakan sebagai tempat relokasi toko yang
terkena dampak pembangunan. Letaknya yang
cukup strategis dengan didukung fasilitas yang
Gambar 6. Jenis Pejalan Kaki di Persimpangan memadai bisa membuat pedestrian mall yang
Purin. dibangun menjadi landscape baru di Kendal seperti
pada gambar 8.
Dari 50 responden yang dipilih didapatkan, 54%
orang akan pergi ke sekolah atau kantor, 24% 3. Tempat Parkir

9
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

Sebagai fasilitas pendukung, tempat parkir 5. Halte Bus


dibangun diareal yang terhubung langsung dengan Intergrasi antar moda dan kawasan di
pedestrian mall. Potensi pedestrian yang ada tentu persimpangan Purin tergolong cukup besar. Dalam
akan meningkat di persimpangan Purin. Karena itu, model yang dibuat, halte bus akan terintergasi
tempat parkir akan menjadi fasilitas yang sangat langsung dengan fasilitas lain
penting. Tempat parker yang dimodelkan seperti
pada gambar 9.
Dengan adanya tempat parkir, potensi pejalan kaki
terminal akan meningkat. Begitu juga dengan
kontak sosial dan interaksi sosial yang tentunya
akan berpengaruh dalam meningkatkan pergerakan
ekonomi diareal tersebut.

Gambar 10. Jembatan Penyeberangan Orang..

Gambar 8. Pedestrian Mall.

Gambar 11. Halte Bus.

dalam pedestrian bridge seperti pada gambar 11.


Dengan dibangunnya halte yang terintegrasi
langsung dengan kawasan pedestrian, diharapkan
dapat mempermudah pergerakan pejalan kaki dari
dan menuju ke persimpangan Purin.

6. Areal Penyeberangan
Dalam model yang dibuat, areal penyeberangan
dibuat terhubung satu sama lain dengan areal areal
Gambar 9. Tempat Parkir. yang menjadi tujuan pejalan kaki. Selain itu, areal
penyeberangan juga dilengkapi dengan lapak
4. Jembatan Penyebrangan Orang tunggu serta dibatasi dengan pagar ataupun
Persimpangan Purin diwaktu waktu normal vegetasi.
termasuk kawasan pedestrian yang cukup ramai. Lapak tunggu dalam sebuah areal penyeberangan
Letaknya yang terhubung langsung dengan jalan sangat dibutuhkan terlebih diareal traffic light.
Pantura tentu memberikan dampak dalam segi Dengan adanya fasilitas pendukung tersebut
keamanan. Dalam model yang dibuat, jembatan pergerakan pejalan kaki juga akan menjadi lebih
penyebrangan difungsikan sebagai penghubung aman dan nyaman seperti pada gambar 12.
dari beberapa fasilitas yang dipusatkan ke
pedestrian bridge. 7. Trotoar
Dengan adanya jembatan penghubung seperti pada Trotoar merupakan komponen penting dalam moda
gambar 10, fasilitas seperti halte, tempat parkir, transportasi jalan kaki. Karena pada dasarnya,
pedestrian mall, dan juga fasilitas lain bisa trotoar merupakan jalur yang digunakan khusus
terintegrasi dengan lebih aman dan nyaman. untuk pejalan kaki. Dalam model, trotoar dibangun
Dengan begitu interaksi antara pejalan kaki akan dibeberapa sisi jalan yang mempunyai potensi
lebih mudah terjadi. menimbulkan pejalan kaki.

10
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X

Meskipun letaknya yang sejajar dengan jalan raya,


trotoar dibatasi dengan komponen berupa pagar
ataupun vegetasi. Batas batas yang jelas antar
moda merupakan faktor penting dalam
memberikan rasa aman dan nyaman.

Gambar 14. Areal Pedagang Kaki Lima.

Gambar 12. Areal Penyeberangan.

Gambar 15. Tempat Duduk.

Gambar 13. Trotoar


5. KESIMPULAN DAN SARAN
8. Area Pedagang Kaki Lima 5.1 Kesimpulan
Dalam model pembangunan kawasan pedestrian
yang berkelanjutan, tentu semua potensi yang ada Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
harus tetap diselamatkan dan dikembangkan. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Dengan demikian, areal khusus pedagang kaki lima 1. Dalam penelitian yang dilakukan di
tentu perlu dibangun. Seperti pada gambar 14, Persimpangan Purin. Didominasi pejalan
fasilitas yang lebih memadai serta tempat yang kaki yang akan ke kantor dan sekolah
lebih aman dan nyaman tentu akan membuat sebanyak 54%, belanja sebanyak 18%,
potensi yang ada bisa terus berkembang. rumah sebanyak 2%, tempat parkir sebanyak
2% dan lainnya sebanyak 24%. Dianalisis
9. Fasilitas Lainnya dari faktor keamanannya didapat sebesar
Dalam sebuah fasilitas publik, faktor keamanan 54,52% dan masuk kedalam kategori kurang
dan kenyamanan harus selalu menjadi prioritas baik (KB). Dianalisis dari faktor
utama bagi penggunanya. Untuk bisa memenuhi kenyamanannya didapat sebesar 52,32% dan
hal tersebut, fasilitas yang dibangun harus masuk kedalam kategori kurang baik (KB).
didukung dengan komponen komponen kecil Dianalisis dari faktor keamanan dan
didalamnya. Komponen komponen berupa fasilitas keamanannya didapat sebesar 53,42% dan
pendukung seperti tempat duduk, rambu-rambu masuk kedalam kategori kurang baik (KB).
lalu lintas,penerangan, wc umum, tempat sampah, 2. Permodelan yang dibuat di Persimpangan
pagar pembatas, vegetasi, drainase, dan lainnya Purin berfokus pada fasilitas pejalan kaki.
akan sangat mempengaruhi faktor keamanan dan Fasilitas pejalan kaki berupa areal areal
kenyamanan didalamnya. khusus yang terbagi menjadi beberapa areal
Adanya fasilitas pendukung tersebut akan terpisah yang dianggap cocok dengan
menjadikan kawasan lebih manusiawi dan ramah geografis wilayah, data yang dikumpulkan
lingkungan. Dengan adanya komponen dan masalah yang sering timbul di
pendukung, diharapkan fasilitas utama yang ada Persimpangan Purin. Batas batas yang jelas
menjadi lebih indah, nyaman, dan aman.
11
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN

antara moda jalan kaki dengan moda Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif
transportasi lain juga perlu diberikan agar Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
tidak terjadi alih fungsi kawasan.
Suharsimi Arikunto. 2006. “Prosedur Penelitian
5.2 Saran Suatu Pendekatan Paraktik”. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti
membuat sebuah model sebagai gambaran Suroyo Anwar. 2009. “Pemahaman Individu;
rancangan pedestrian yang sesuai dengan kawasan Observasi, Checklist, Kuisioner dan
terkait, ada beberapa saran sebagai berikut: Sosiometri”. Semarang, Widya Karya.
1. Fasilitas pejalan kaki merupakan faktor
penting dalam menunjang keamanan dan Syoufa, Ade. 2017. “Tinjauan Tingkat
kenyamanan penguna moda jalan kaki. Kenyamanan dan Keamanan Pejalan Kaki
Pembangunan fasilitas pokok seperti trotoar, Pada Desain Trotoar Jalan Margonda
areal penyebrangan dan fasilitas pendukung Raya Depok Dengan Jalan Padjajaran
lainnya perlu disesuaikan dengan volume Bogor”. Jurnal Desain Konstruksi. 16(2). 142-149.
pejalan kaki yang ada.
2. Penelitian tentang volume pejalan kaki yang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
ada sangat dibutuhkan untuk medapatkan Tahun 2009 Tentang “Lalu Lintas dan
data yang lebih akurat dalam permodelan Angkutan Umum”.
yang dilakukan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Tanan, Natalia dan Gede Budi Suprayoga. 2015.
“Fasilitas Pejalan Kaki Dalam Mendukung
REFERENSI Program Pengembangan Kota Hijau”. Jurnal
Desain Konstruksi. Jurnal HPJI. 1(1). 17-28.
Frans, Aurina Jois. Linda Tondobala., dan Judy O.
Waani. 2016. “Persepsi Pejalan Kaki Terhadap
Keamanan Dan Kenyamanan Jalur Trotoar Di
Pusat Kota Amurang”. Jurnal Arsitektur DASENG
UNSRAT Manado. 5(2). 12-17.

Illus, Syafaruddin. dan S. Nurlaily Kadarini. 2017.


“Studi Tentang Kenyamanan Pejalan Kaki
Terhadap Pemanfaatan Trotoar Di Kota
Pontianak (Studi Kasus Jalan Sultan
Abdurrahman Pontianak”. JeLAST : Jurnal
Elektronik Laut, Sipil, Tambang. 4(4). 2-5.

Iswanto, Danoe. 2006. “Pengaruh Elemen-Elemen


Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap
Kenyamanan Pejalan Kaki ( Studi Kasus : Penggal
Jalan Pandanaran, Dimulai dari Jalan Randusari
Hingga Kawasan Tugu Muda )”. Jurnal Ilmiah
Perancangan Kota dan Permukiman. 5(1). 22-24.
Purbasari, Putri Ayu. 2019. “Analisis Tingkat
Kenyamanan, Keselamatan, dan Ke amanan
Pejalan Kaki Terhadap Pemanfaatan Trotoar”.
Jurnal Qua Teknika. 9(2). 12-18

Soehartono. 2015. “Analisis Sarana Penyebrangan


Dan Perilaku Pejalan Kaki Menyeberang Di Ruas
Jalan Prof. Sudarto, Sh Kecamatan Banyumanik
Kota Semarang”. Neo Teknika : Jurnal Ilmiah
Teknologi. 1(1). 3-3.

12

Anda mungkin juga menyukai