Fasilitas pejalan kaki merupakan aspek penting dalam memenuhi faktor keamanan dan kenyamanan pengguna
moda jalan kaki. Selain memenuhi aspek kemanan dan kenyamanan, pengembangan moda jalan kaki juga dapat
memberikan dampak baik dalam aspek pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pembangunan dengan model
yang lebih modern serta memperhatikan seluruh aspek yang ada dilokasi pedestrian perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model pedestrian yang sesuai di Persimpangan Purin, Kabupaten
Kendal. Hasil penelitian tentang persentase pedestrian didapatkan. Pejalan kaki yang akan ke kantor dan sekolah sebanyak
54%, belanja sebanyak 18%, rumah sebanyak 2%, tempat parkir sebanyak 2% dan lainnya sebanyak 24%. Hasil dari
faktor keamanannya didapat sebesar 54,52% dan masuk kedalam kategori kurang baik (KB), dari faktor kenyamanannya
didapat sebesar 52,32% dan masuk ke dalam kategori kurang baik (KB). Sedangkan dari faktor keamanan dan
keamanannya didapat sebesar 53,42% dan masuk kedalam kategori kurang baik (KB). Pengamatan lokasi serta
pengambilan data sebanyak 50 responden dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dalam permodelan
yang akan dilakukan. Peneliti juga mengembangkan aspek yang cukup menonjol dilokasi sebagai acuan permodelan yaitu
kuliner dan terminal. Dengan mengabungkan semua hal yang ada, potensi terjadinya kontak sosial di lokasi akan semakin
besar. Letaknya yang dilewati sebuah drainase perkotaan yang cukup besar menjadi areal konsen permodelan. Model
pedestrian bridge yang berintegrasi dengan pedestrian mall, terminal, dan areal parkir dinilai lebih cocok untuk
diterapkan. Selain menjadi penunjang pejalan kaki, areal tersebut bisa menjadi penggerak ekonomi dikawasan yang
dikembangkan.
Kata Kunci: Pejalan Kaki, Permodelan, Keamanan Pejalan Kaki, Kenyamanan Pejalan Kaki, Pedestrian Bridge.
ABSTRACT
Pedestrian facilities are an important aspect in meeting the safety and comfort factors of users of the walking
mode. In addition to fulfilling the safety and comfort aspects, the development of walking modes can also have a good
impact in the aspects of sustainable and environmentally friendly development. Development with a more modern model
and paying attention to all existing aspects in pedestrian locations needs to be done.
This study aims to develop a suitable pedestrian model at Purin Intersection, Kendal Regency. The results of
the research on the percentage of pedestrians were obtained. There are 54% of pedestrians going to offices and schools,
18% shopping, 2% houses, 2% parking lots and 24% others. The result of the safety factor is 54.52% and it is included
in the unfavorable category (KB), from the comfort factor it is obtained 52.32% and it is included in the unfavorable
category (KB). Meanwhile, from the safety and security factors, it is obtained by 53.42% and it falls into the unfavorable
category (KB). Location observations and data collection of 50 respondents were carried out to get a clearer picture in
the modeling to be carried out. Researchers also develop aspects that are quite prominent in the location as a reference
for modeling, namely culinary and terminals. By putting all these things together, the potential for social contact at the
site will be even greater. It is located where a large urban drainage passes into the modeling concentration area. The
pedestrian bridge model that integrates with the pedestrian mall, terminal, and parking area is considered more suitable
to be applied. In addition to supporting pedestrians, the area can be an economic driver in a developed area.
1. PENDAHULUAN
Pejalan kaki adalah orang yang melakukan aktifitas kaki memiliki kelebihan berupa kecepatan rendah
berjalan kaki dan merupakan salah satu unsur yang menguntungkan karena dapat mengamati
pengguna jalan (Keputusan Direktur Jendral lingkungan sekitar dan mengamati objek secara
Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97) detail serta mudah menyadari lingkungan
dalam Soehartono. Menurut Amos Rapoport sekitarnya. Selain menjadi moda transportasi
(1977) dalam Danoe Iswanto (2006) moda jalan
1
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN
ramah lingkungan, jalan kaki juga memberikan belakang tersebut diperlukan penelitian tentang
banyak dampak positif bagi penggunanya. “Permodel Pedestrian Yang Sesuai Untuk
Moda jalan kaki di Indonesia sendiri tergolong Keamanan dan Kenyamanan Pejalan Kaki di
kurang popular, padahal jalan kaki memiliki Persimpangan Purin Kabupaten Kendal”.
beberapa kelebihan tersendiri dibanding dengan Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini
moda transportasi lain. Ada banyak faktor yang antara lain ingin mengetahui tingkat keamanan dan
mempengaruhi kurang popularnya moda jalan kaki kenyamanan pejalan kaki dan model perencanaan
antara lain fasilitas dan pelayanannya. Kurangnya yang aman dan nyaman untuk pejalan kaki di
fasilitas dan pelayanan yang ada sering kali Persimpangan Purin serta menambah khasanah
dijadikan alasan banyak orang untuk lebih memilih ilmu pengetahuan khususnya tentang fasilitas
menggunakan moda transportasi lain. Fasilitas pejalan kaki.
memang selalu menjadi hal wajib dalam Agar penelitian dapat lebih fokus pada
memberikan rasa nyaman dan aman bagi permasalahan yang dihadapi. Adapun batasan
pemakainya. dalam penelitian ini, yaitu:
Ada banyak hal yang terlihat jelas tentang 1. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada area
kurangnya fasilitas pelayanan bagi pejalan kaki sekitar SMK N 1 Kendal tepatnya di
mulai dari fungsi traffic light yang kurang perempatan traffic light purin.
maksimal, pemberhentian angkutan umum yang 2. Penelitian hanya mempelajari tentang
sembarangan, ataupun hilangnya fungsi trotoar dan fasilitas penunjang keamanan yang
hak pejalan kaki. Padahal dalam Undang-Undang berkaitan dengan pejalan kaki di Jl Raya
no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan Soekarno - Hatta di Depan SMK N 1
jalan sudah dijelaskan tentang apa saja Hak dan Kendal.
Kewajiban Pejalan Kaki dalam berlalu lintas, 3. Tingkat keamanan dan kenyamanan yang di
khususnya pada Pasal 131, (1) Pejalan Kaki berhak teliti hanya mencakup fasilitas penunjang
atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa yang berkaitan dengan pejalan kaki.
trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain.
(2) Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas 2. TINJAUAN PUSTAKA
pada saat menyeberang jalan di tempat
penyeberangan. (3) Dalam hal belum tersedia 2.1 Pejalan Kaki
fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pejalan Kaki berhak menyeberang di tempat yang Perkembangan teknologi transportasi yang begitu
dipilih dengan memperhatikan keselamatan pesat memberikan dampak yang signifikan kepada
dirinya. moda transportasi yang kurang diminati seperti
Jalan Raya Soekarno - Hatta di depan SMK N 1 berjalan kaki. Masyarakat lebih cenderung
Kendal misalnya, merupakan daerah ramai pejalan memilih moda yang lebih instan dan tanpa perlu
kaki, baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, menguras banyak energi. Pandangan pemerintah
pegawai, karyawan, serta pejalan kaki lain yang daerah yang terlihat kurang tertarik pada moda
melewati jalan tersebut. Pejalan kaki yang jalan kaki juga ikut mempengaruhi lambatnya
melewati daerah ini pun beragam, mulai dari orang perkembangan pada moda jalan kaki dibanding
yang bertujuan ke tempat kerja, berbelanja, sekolah moda lainnya. Meski belum banyak pengguna
ataupun pejalan kaki yang bertujuan ke halte dan seharusnya pemerintah memberikan pandangan
tempat parkir. Namun banyaknya potensi pejalan khusus pada moda ini.
kaki yang ada belum bisa terfasilitasi sepenuhnya, Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan dengan
padahal fasilitas pejalan kaki sangat dibutuhkan berjalan kaki. Menurut John Fruin (1979) dalam
untuk menunjang keselamatan di jalan raya. Danoe Iswanto (2006) Berjalan kaki merupakan
Rambu rambu lalu lintas di persimpangan Purin alat untuk pergerakan internal kota, satu-satunya
sering kali membuat pengendara bingung yang alat untuk memenuhi kebutuhan interaksi tatap
kemudian mengakibatkan disepelekannya rambu muka yang ada didalam aktivitas komersial dan
rambu yang ada oleh pengendara, zebra cross yang kultural di lingkungan kehidupan kota. Berjalan
biasa digunakan menyebrang di traffic light kaki merupakan alat penghubung antara moda-
persimpangan pun dinilai kurang aman, moda angkutan yang lain. Dilihat dari kepentingan
pengendara yang tidak menaati peraturan sering perjalanannya jalan kaki digolongkan menjadi:
menjadi alasan terjadinya kecelakaan lalu lintas a. Perjalanan terminal, perjalanan yang dilakukan
dimana pejalan kaki menjadi korbannya. Pemisah antara asal dengan area transportasi, misalnya:
yang jelas antara moda jalan kaki dengan moda tempat parkir, halte bus dan sebagainya
transportasi lain belum sepenuhnya ada. Dari latar
2
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X
b. Perjalanan fungsional, perjalanan untuk baik secara luka fisik, mental, ataupun materi.
mencapai tujuan tertentu, dari atau ke tempat Bahkan tidak jarang kecelakaan yang terjadi justru
kerja, sekolah, belanja, dan lain-lain. menghambat pergerakan ekonomi suatu wilayah.
c. Perjalanan rekreasional, perjalanan yang Kecelakaan transportasi juga tidak semua terjadi
dilakukan dalam rangka mengisi waktu luang, karena kelalaian pengguna moda. Hal lain seperti
misalnya menikmati pemandangan. bencana alam juga ikut memberi dampak pada
Menurut Giovany Gideon (1977) dalam Danoe keamanan lalu lintas. Selain menyangkut pengguna
Iswanto (2006) Berjalan kaki merupakan sarana moda, dibeberapa kasus faktor keamanan lalu
transportasi yang menghubungkan antara fungsi lintas seperti polusi udara dan lainnya juga
kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan berdampak pada komponen lain seperti vegetasi
perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan dan hewan.
permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan
suatu kota menjadi lebih manusiawi. 2.4 Kenyamanan Lalu Lintas
Menurut Rustam Hakim dan Hardi Utumo (2003 :
2.2 Fasilitas Pejalan Kaki
185) dalam Syafaruddin Illus, dan Nurlaily
Menurut Danoe Iswanto (2006), suatu ruas jalan Kadarini (2017) kenyamanan adalah segala hal
perlu dilengkapi dengan adanya jalur pedestrian yang memperlihatkan penggunaan ruang secara
apabila di sepanjang jalan terdapat penggunaan sesuai dan harmonis, baik dengan ruang itu sendiri
lahan yang memiliki potensi menimbulkan maupun menggunakan berbagai bentuk, tekstur,
pejalan kaki. Fasilitas pejalan kaki yang bagus warna, symbol maupun tanda, suara dan bunyi
pada umum didukung dengan fasilitas pendukung kesan, intensitas dan warna cahya atau pun bau,
didalamnya, seperti tanda, penerangan, peneduh atau lainnya. Perpaduan antara banyak elemen
dan elemen lain yang bersifat memberikan rasa dengan tepat akan memberikan rasa tenang dan
aman dan nyaman. kemudian menimbulkan rasa nyaman. Rasa
nyaman biasanya dinilai dengan indra indra
2.3 Keamanan Lalu Lintas manusia seperti mata, hidung, telingga, kulit. Hal
Keamanan merupakan salah satu hak bagi manusia hal yang enak dilihat tentu akan membuat nyaman,
dalam menjalani hidupnya. Rasa aman berkaitan begitu pula dengan bau bauan dan suhu suatu
erat dengan ketentraman dan keteraturan dari tempat ataupun dengan kebisingan tertentu akan
lingkungan tempat tinggal maupun tempat yang mempengeruhi kenyamanan seseorang.
disinggahinya. Meskipun negara menjamin Kenyamanan juga tidak jauh kaitannya dengan rasa
keamanan warga negaranya dengan undang aman. Ketika sebuah tempat menimbulkan rasa
undang, masalah keamanan tetap menjadi hal yang kurang aman sering kali rasa tidak nyaman juga
cukup sensitif. Dalam transportasi sendiri sangat akan muncul.
erat kaitannya dengan faktor keamanan. Bahkan Kenyamanan dalam berlalu lintas biasanya
kita bisa dengan sangat mudah menemukan berita digambarkan dalam fasilitas dan pelayanan lalu
kecelakaan lalu lintas di dalam surat kabar maupun lintasnya. Dalam moda jalan kaki rasa nyaman
sumber berita elektronik. biasanya timbul dari fasilitas fasilitas pelayanan
Kawasan padat moda seperti areal kawasan yang memanjakan indra manusia dan
industri, pasar, maupun lokasi yang dapat memberikannya rasa aman. Rasa nyaman juga bisa
menimbulkan berkumpulnya banyak moda dalam menjadi tolok ukur seberapa berhasil fasilitas dan
satu tempat sering kali menjadi langganan pelayanan yang ada disebuah tempat.
kecelakaan. Menurut Hobbs (1995) dalam Rudatin
2.5 Model Pedestrian di Indonesia
(2017) kondisi keparahan kecelakaan dapat
digolongkan menjadi 4 kategori yaitu: Di lihat dari jenis pejalan kaki yang ada, pedestrian
a. Kecelakaan ringan yaitu kecelakaan yang tidak dibedakan menjadi perjalanan terminal, perjalanan
memerlukan perawatan di rumah sakit. fungsional, perjalanan rekreasional. Tujuan dari
b. Kecelakaan kecil yaitu kecelakaan yang ketiga jenis pejalan kaki tersebut berbeda beda. Di
memerlukan perawatan di rumah sakit beberapa model pedestrian yang ada di Indonesia
c. Kecelakaan fatal yaitu kecelakaan yang jenis pejalan kaki yang mendominasi juga berbeda
menyebabkan korbannya meninggal dunia beda tiap tempatnya. Berikut beberapa model
d. Kecelakaan lain yaitu kecelakaan yang hanya pedestrian yang ada di Indonesia:
menimbulkan kerugian material. a. Kota Lama Semarang
Dalam beberapa kasus kecelakaan antar moda Menyuguhkan bangunan bangunan lama jaman
bermesin, banyak pihak yang akhirnya dirugikan kolonial di setiap sudut jalannya. Kota Lama
3
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN
Semarang juga merupakan salah satu ikon Kota Dari beberapa model pedestrian tersebut diatas
Semarang. Pedestrian dengan fasilitas fasilitas bisa memberi sedikit gambaran tentang jenis
yang dibangun memberikan daya tarik pejalan kaki berkaitan dengan tujuan mereka
tambahan untuk wisatawan yang datang ke berkumpul di areal pedestrian yang ada. Masih
tempat ini. Kesan bangunan bangunan tua yang banyak model pedestrian di Indonesia yang baik
ada semakin berpadu dengan pedestrian yang dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi
tertata rapi. penggunanya.
b. Malioboro Daerah Istimewa Yogyakarta
Meskipun dekat dengan stasiun, kawasan 3. METODOLOGI PENELITIAN
Malioboro lebih dikenal sebagai tempat wisata
bagi banyak orang. Dilihat dari tujuannya Penulis menggunakan metode penelitian evaluatif.
pejalan kaki yang timbul di kawasan tersebut Menurut Aurina Jois Frans, Linda Tondobala., dan
merupakan pejalan kaki yang datang untuk Judy O. Waani (2016) penelitian evaluatif yaitu
berbelanja ataupun menikmati pemandangan proses pengambilan data dan identifikasi dilakukan
sekitar. Model pedestrian Malioboro cukup secara observasi, dokumentasi lapangan,
bagus untuk mengerakan ekonomi didaerah pendeskripsian, dan penyebaran kuisioner. Data-
tersebut. Perpaduan antara kawasan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
perbelanjaan dengan penataan ruang dan menggunakan scoring, pembobotan dan
fasilitas yang baik menjadikan kawasan prosentase.
tersebut salah satu tujuan utama ketika pergi ke Penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara
Yogyakarta. observasi lapangan, wawancara dan penyebaran
c. Jalan Slamet Riyadi Solo kuisioner. Data data yang diperoleh akan dinilai
Merupakan salah satu kawasan pusat Kota Solo, dengan cara scoring dan prosentase kemudian
beberapa bangunan bertingkat seperti areal dideskripsikan.
perbelanjaan, hotel, dan perkantoran dibangun
di jalan ini. Jalur pejalan kaki yang ada cukup 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
luas dan nyaman dibawah pohon pohon yang Penelitian dilaksanakan pada bulan November
rimbun dan fasilitas yang sudah tertata rapi. sampai Desember. Penelitian di lakukan di
Jalan Slamet Riyadi juga merupakan jalan yang persimpangan Purin di depan SMK N 1 Kendal
sering digunakan sebagai areal car free day. Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Sehingga jenis pejalan kaki yang pada hari hari
biasa didominasi mereka yang akan berbelanja
dan pergi ke kantor atau ke sekolah bisa
berubah menjadi pejalan kaki rekreasional yang
datang untuk menikmati car free day.
d. Teras Cihampelas Bandung
Jalan Cihampelas dikenal sebagai areal
perbelanjaan terutama pakaian. Jalan ini
dulunya juga dikenal dengan kemacetannya.
Deretan pertokoan dan orang orang yang
melakukan transaksi jual beli membuat jalan ini
begitu penuh. Untuk mengatasi kemacatan
tersebut kemudian dibangunlah sebuah sebuah
area baru berupa pedestrian bridge. Selain Gambar.1. Peta Lokasi Penelitian.
mengurangi kemacetan Teras Cihampelas juga
dijadikan sebagai pedestrian mall. Dimana 3.2 Objek Penelitian
beberapa pedagang kemudian direlokasikan
Objek yang diteliti mencakup pejalan kaki, fasilitas
keatas untuk menggurangi kepadatan
pejalan kaki, interaksi antar moda dan fasilitas lain
dibawahnya. Pedestrian bridge sepanjang 450
yang dapat menimbulkan pejalan kaki dilokasi
meter dengan lebar 9 meter dan tinggi 4,6 meter
penelitian.
ini membentang sepanjang jalan Cihampelas.
Selain menjadi landscape baru dikota Bandung, 3.3 Populasi dan Sampel
Teras Cihampelas juga berhasil mengatasi
kemacetan tanpa menghilangkan potensi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
ekonomi yang ada. adalah semua pejalan kaki yang ada di
persimpangan Purin dimana sesuai observasi awal
4
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X
sebelum pandemi covid tersebut sekitar 200 orang. moda transportasi yang bisa
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki.
di teliti Suharsimi Arikunto (2006). Pengambilan d) Jenis pejalan kaki
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Jenis pejalan kaki merupakan pembedaan
proporsional random sampling. tujuan suatu pejalan kaki melakukan
Menurut Suharsimi Arikunto (2006) besarnya aktifitas dilokasi penelitian.
sampel yang dapat dipakai apabila subyeknya Data Primer parameter faktor keamanan dan
berjumlah kurang dari 100, lebih baik diambil kenyamanan adalah faktor yang erat kaitannya
seluruhnya sehingga menjadikan penelitiannya dengan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.
menjadi penelitian populasi. Apabila subjeknya
lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% 3.4.2 Data sekunder
atau 20-25% atau lebih. Penelitian ini akan Data sekunder diperoleh dari beberapa narasumber
menggunakan 25% dari jumlah seluruh pejalan yang paham dengan faktor faktor penelitian yang
kaki yang diketahui ada sekitar 200 orang. Berarti ada di lokasi. Data sekunder didapatkan melalui
jumlah sampel yang akan dipakai dalam penelitian wawancara ataupun studi literatur yang memiliki
ini adalah 50 orang. kaitan dengan lokasi tempat penelitian dilakukan.
5
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN
Likert umumnya menggunakan 5 angka Analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian, yaitu: penelitian ini akan sedikit berbeda dari referensi
a) Sangat Setuju (SS) dengan score 5. yang digunakan. Dimana perhitungan hanya
b) Setuju (S) dengan score 4. berfokus pada jumlah skor total dan skor maksimal
c) Ragu-ragu (RR) dengan score 3. untuk kemudian mengetahui persentase dan
d) Tidak Setuju (TS) dengan score 2. kriteria menurut perhitungan dari hasil kuisioner.
e) Sangat Tidak Setuju (STS) dengan score
1. Tabel 1. Interval Persentase.
Koesioner ditujukan ke pejalan kaki sekitar
lokasi penelitian (sekolah diliburkan). Interval Kelas Kriteria
Persentase (%)
3.6 Teknik Analisis Data 85 % < - < 100 % Sangat Baik (SB)
Analisis data menggunakan penelitian terdahulu 70 % < - < 85 % Baik (B)
dari Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini 55 % < - < 70 % Cukup Baik (CB)
(2017). 40 % < - < 55 % Kurang Baik
Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk (KB)
menentukan kriteria kenyamanan pejalan kaki 25 % < - < 40 % Tidak Baik (KB)
sebagai berikut: (Sumber: Syafaruddin Illus, dan Nurlaily Kadarini
a. Menentukan skor maksimal yaitu dari hasil (2017)
perkalian antara skor tertinggi, jumlah item,
jumlah responden. Skor maksimal tingkat
kenyamanan pejalan kaki = 5 x 10 x 50 =
2500.
b. Menentukan skor minimal. Skor minimal
diperoleh dari hasil perkalian antara skor
terendah, jumlah item, jumlah responden.
Skor minimal tingkat kenyamanan pejalan
kaki = 1 x 10 x 50 = 500.
c. Menetapkan rentang skor yang diperoleh
dari skor maksimal dikurangi skor minimal.
Rentang skor = 2500 – 500 = 2000.
d. Menetapkan interval kelas yaitu dari rentang
skor dibagi jenjang skor interval kelas.
Interval kelas = 2000 / 5 = 400.
e. Menetapkan persentase maksimal, yaitu Gambar.2. Skema Tahapan Penelitian.
100%.
f. Menetapkan persentase minimal. Diperoleh
dari skor minimal dibagi skor maksimal 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dikalikan 100 %.
Persentase minimal = skor maksimal / skor 4.1 Data Hasil Kuisioner
minimal x 100% = 2500 / 500 x 100% = 5%. Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan
g. Menetapkan rentang persentase. Rentang diperoleh data sebagai berikut:
persentase diperoleh dari persentase
maksimal dikurangi persentase minimal.
h. Rentang persentase = persentase maksimal -
persentase minimal
= 100 – 5% = 95%.
i. Menetapkan interval kelas persentase, yaitu
rentang persentase dibagi kriteria dikalikan
100 %.
Interval kelas persentase = Rentang
Persentase / Kriteria x 100 % = 95 % / 5 x
100% = 19%.
j. Menetapkan kriteria, yakni Sangat Baik
(SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang
Baik (KB), Tidak Baik (TB).
6
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X
7
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN
8
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X
9
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume X Nomor Y ISSN
6. Areal Penyeberangan
Dalam model yang dibuat, areal penyeberangan
dibuat terhubung satu sama lain dengan areal areal
Gambar 9. Tempat Parkir. yang menjadi tujuan pejalan kaki. Selain itu, areal
penyeberangan juga dilengkapi dengan lapak
4. Jembatan Penyebrangan Orang tunggu serta dibatasi dengan pagar ataupun
Persimpangan Purin diwaktu waktu normal vegetasi.
termasuk kawasan pedestrian yang cukup ramai. Lapak tunggu dalam sebuah areal penyeberangan
Letaknya yang terhubung langsung dengan jalan sangat dibutuhkan terlebih diareal traffic light.
Pantura tentu memberikan dampak dalam segi Dengan adanya fasilitas pendukung tersebut
keamanan. Dalam model yang dibuat, jembatan pergerakan pejalan kaki juga akan menjadi lebih
penyebrangan difungsikan sebagai penghubung aman dan nyaman seperti pada gambar 12.
dari beberapa fasilitas yang dipusatkan ke
pedestrian bridge. 7. Trotoar
Dengan adanya jembatan penghubung seperti pada Trotoar merupakan komponen penting dalam moda
gambar 10, fasilitas seperti halte, tempat parkir, transportasi jalan kaki. Karena pada dasarnya,
pedestrian mall, dan juga fasilitas lain bisa trotoar merupakan jalur yang digunakan khusus
terintegrasi dengan lebih aman dan nyaman. untuk pejalan kaki. Dalam model, trotoar dibangun
Dengan begitu interaksi antara pejalan kaki akan dibeberapa sisi jalan yang mempunyai potensi
lebih mudah terjadi. menimbulkan pejalan kaki.
10
Jurnal Engineering Research and Aplication (JeRA) Volume 02 Nomor 02 ISSN 2809-459X
antara moda jalan kaki dengan moda Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian Kuantitatif
transportasi lain juga perlu diberikan agar Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.
tidak terjadi alih fungsi kawasan.
Suharsimi Arikunto. 2006. “Prosedur Penelitian
5.2 Saran Suatu Pendekatan Paraktik”. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti
membuat sebuah model sebagai gambaran Suroyo Anwar. 2009. “Pemahaman Individu;
rancangan pedestrian yang sesuai dengan kawasan Observasi, Checklist, Kuisioner dan
terkait, ada beberapa saran sebagai berikut: Sosiometri”. Semarang, Widya Karya.
1. Fasilitas pejalan kaki merupakan faktor
penting dalam menunjang keamanan dan Syoufa, Ade. 2017. “Tinjauan Tingkat
kenyamanan penguna moda jalan kaki. Kenyamanan dan Keamanan Pejalan Kaki
Pembangunan fasilitas pokok seperti trotoar, Pada Desain Trotoar Jalan Margonda
areal penyebrangan dan fasilitas pendukung Raya Depok Dengan Jalan Padjajaran
lainnya perlu disesuaikan dengan volume Bogor”. Jurnal Desain Konstruksi. 16(2). 142-149.
pejalan kaki yang ada.
2. Penelitian tentang volume pejalan kaki yang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
ada sangat dibutuhkan untuk medapatkan Tahun 2009 Tentang “Lalu Lintas dan
data yang lebih akurat dalam permodelan Angkutan Umum”.
yang dilakukan. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Tanan, Natalia dan Gede Budi Suprayoga. 2015.
“Fasilitas Pejalan Kaki Dalam Mendukung
REFERENSI Program Pengembangan Kota Hijau”. Jurnal
Desain Konstruksi. Jurnal HPJI. 1(1). 17-28.
Frans, Aurina Jois. Linda Tondobala., dan Judy O.
Waani. 2016. “Persepsi Pejalan Kaki Terhadap
Keamanan Dan Kenyamanan Jalur Trotoar Di
Pusat Kota Amurang”. Jurnal Arsitektur DASENG
UNSRAT Manado. 5(2). 12-17.
12