Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23

Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI


(SUATU TINJAUAN LITERATUR)
Tan Lie Ing Ofyar Z. Tamin Najid
Mahasiswa Program Doktor Guru Besar Teknik Sipil Doktor Teknik Sipil
Teknik Sipil/Fakultas Teknik Institut Teknologi Sumatera Universitas Tarumanagara
Universitas Tarumanagara Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Jl. Letjen S. Parman No.1,
Jl. Letjen S. Parman No.1, Kec. Jati Agung, Jakarta Barat
Jakarta Barat Kabupaten Lampung Selatan, najid2009@yahoo.com
lieing.tan@yahoo.com Lampung
ofyarz@gmail.com

Abstract
Transportation is needed by the community to meet the needs of life and to relate. To meet these needs, one
must decide how those needs can be carried out. Therefore it is necessary to choose mode in fullfilling the
needs. Problems in modal choice are those which are difficult to identify, because in terms of choice of mode,
it concerns the satisfaction, comfort, and needs of different people. These are all influenced by factors that are
difficult to identify. This paper includes a literature review from various sources regarding the choice of
transportation mode in a number of studies for the last 15 years which explain that time, cost, distance, and
frequency of departure schedules affect the choice of mode. However, there is a great need for the availability
of feeders between public transportation and integration between the two to support sustainable
transportation.

Keywords: choice of mode, modal choice variable, public transportation, feeder

Abstrak
Transportasi diperlukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berelasi. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, seseorang harus memutuskan bagaimana kebutuhan tersebut dapat dilaksanakan. Oleh
karena itu diperlukan pemilihan moda dalam pemenuhan kebutuhan. Permasalahan dalam pemilihan moda
merupakan permasalahan yang sulit untuk diidentifikasi, karena dalam hal pemilihan moda menyangkut
kepuasan, kenyamanan, dan kebutuhan seseorang yang berbeda. Hal ini semua dipengaruhi oleh faktor yang
sulit diidentifikasikan. Makalah ini meliputi kajian literatur dari berbagai sumber mengenai pemilihan moda
transportasi sejumlah kajian selama 15 tahun terakhir yang menjelaskan bahwa waktu, biaya, jarak, dan
frekuensi jadwal keberangkatan mempengaruhi pemilihan moda. Namun, sangat dibutuhkan ketersediaan
feeder antar transportasi publik dan integrasi di antara keduanya untuk mendukung transportasi berkelanjutan.

Kata Kunci: pemilihan moda, variabel pemilihan moda, transportasi publik, feeder

PENDAHULUAN
Suatu perkotaan memiliki bermacam-macam permasalahan, salah satunya yang perlu
perhatian khusus adalah permasalahan dari sektor transportasi. Transportasi merupakan
suatu kegiatan memindahkan, menggerakkan, mengangkut, dan mengalihkan objek dari
tempat yang satu ke tempat lain agar objek bermanfaat dan hal ini memerlukan alat
pendukung (Miro, 2002). Transportasi diperlukan masyarakat untuk memenuhi keperluan
hidup dan berelasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seseorang harus membuat
keputusan apa yang harus dilakukan. Hal yang pertama adalah tidak melakukan perjalanan

796
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

dan kedua adalah melakukan perjalanan. Apabila melakukan perjalanan diperlukan


pemilihan moda apa yang akan digunakan (Tamin, 2003).

Proses memisahkan antara orang perjalanan dengan modus perjalanan untuk memahami
hubungan antara moda dengan suatu faktor yang mempengaruhinya disebut pemilihan moda
(Minal dan Sekhar, 2014). Namun permasalahan pemilihan moda merupakan hal yang sulit
diidentifikasi, karena berkaitan dengan rasa puas, rasa nyaman, dan keperluan tiap orang
tidak sama. Hal yang sulit untuk diidentifikasi, misal: terhindar dari kecelakaan, merasa
nyaman dalam menggunakan transportasi publik, ketersediaan moda, dan lainnya (Tamin,
2003).

Transportasi publik merupakan salah satu moda yang dapat digunakan seseorang untuk dapat
melakukan perjalanan menuju tempat kerja, tempat belajar, dan tempat-tempat publik pada
sebagian besar kota di Negara berkembang (Wright, 2014). Perbedaan kepadatan populasi
dan pola tata guna lahan menyebabkan tingkat penggunaan transportasi publik di kota-kota
di Asia bervariasi (Haider and Badami (2007); Imran and Low (2007). Permasalahan
transportasi pada perkotaan yaitu rendahnya masyarakat yang menggunakan transportasi
publik (artinya masyarakat lebih sering menggunakan kendaraan pribadi atau berjalan kaki),
penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi, dan kemacetan. Berdasarkan permasalahan-
permasalahan tersebut, diperlukan evaluasi untuk mengetahui variabel apa saja yang
dibutuhkan untuk pemilihan moda agar masyarakat nantinya lebih banyak menggunakan
transportasi publik daripada kendaraan pribadi.

PEMILIHAN MODA
Beberapa rutinitas aktivitas di luar rumah, seperti bekerja, sekolah, belanja, bertemu teman-
teman, olahraga atau rekreasi dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan
transportasi publik yang efisien agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan aktivitas
tersebut. Kecenderungan seseorang memilih jenis moda transportasi yang akan digunakan
dipengaruhi oleh sikap perjalanan, karakteristik pengguna, gaya hidup, mobilitas, dan
variabel demografi individual (Choo dan Mokhtarian, 2004). Apabila akan melakukan
perencanaan transportasi dan mengambil kebijakan perencanaan diperlukan tahapan yang
disebut pemilihan moda (Minal dan Sekhar, 2014).

Prosedur pemilihan moda yang paling sederhana adalah membuat model pergerakan dengan
dua moda transportasi, yaitu transportasi publik dan kendaraan pribadi. Captive adalah orang
yang mempunyai satu pilihan moda saja. Moda yang akan dipilih pada umumnya adalah
moda dengan rute terpendek, tercepat, termurah atau kombinasi dari ketiganya (Tamin,
2003). Proses pemilihan dua moda transportasi dapat dilihat pada Gambar 1.

797
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

Total Pergerakan

Bergerak Tidak Bergerak

Kendaraan Pribadi Transportasi Publik


Pribadi

Transportasi Publik 1 Transportasi Publik 2


Gambar 1. Proses Pemilihan Dua Moda (Transportasi Publik dan Transportasi Pribadi)
Sumber: Tamin, 2003

Ruang jalan yang digunakan transportasi publik jauh lebih efisien daripada moda kendaraan
pribadi. Namun ada moda transportasi yang tidak membutuhkan ruang jalan raya untuk
bergerak sehingga tidak mungkin menyebabkan kemacetan lalu lintas, yaitu kereta api
bawah tanah dan sejenisnya. Jika orang beralih ke transportasi publik, maka orang tersebut
memperoleh keuntungan yang disebabkan oleh peningkatan layanan dari transportasi publik.
Jika orang tidak mau beralih, maka kendaraan pribadi akan meningkat terus sehingga tidak
mungkin dapat ditampung suatu kota. Dengan demikian apabila hendak membuat
perencanaan transportasi dan kebijakan transportasi diperlukan tahapan terpenting yaitu
pemilihan moda (Tamin, 2003). Persyaratan pokok yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan moda, yaitu:
1. pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah terbesar dan jarak terkecil,
2. daya dukung wilayah dan sistem transportasi terhadap jumlah kendaraan.

Perilaku pelaku perjalanan terbagi dalam beberapa variabel yang diidentikkan (Miro, 2002).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda (Tamin, 2003) adalah:
1. karakteristik pengguna jalan yaitu ketersediaan atau kepemilikan kendaraan pribadi,
kepemilikan surat izin mengemudi (SIM), struktur rumah tangga (pasangan muda,
keluarga dengan anak, pensiun, bujangan, dan lain-lain), pendapatan, dan faktor lain,
misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat kerja dan keperluan mengantar anak
ke sekolah,
2. karakteristik pergerakan yaitu tujuan pergerakan, waktu terjadinya pergerakan, dan jarak
perjalanan,
3. karakteristik fasilitas moda transportasi yang dibagi menjadi dua, yaitu:
a. faktor kuantitatif, seperti waktu perjalanan, biaya transportasi, dan ketersediaan ruang
dan tarif parkir,
b. faktor kualitatif, seperti rasa nyaman, rasa aman, dan jarak perjalanan,
4. karakteristik kota atau zona yaitu dipengaruhi oleh jarak dari pusat kota dan kepadatan
penduduk.

798
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

Model pemilihan moda realistis bersifat disagregate, behavioural, dan probabilistik. Apabila
satuan dasar pengamatan untuk kalibrasi model adalah pelaku perjalanan secara individu
(perorangan) dikatakan bahwa model bersifat disaggregate. Model bersifat behavioural
dikarenakan dua hal yaitu: pertama, menyangkut perilaku (behaviour) ekonomi konsumen
dan perilaku psikologis dalam menentukan pengambilan keputusan, kedua, model dibuat
berdasarkan hipotesis-hipotesis yang berkaitan dengan identifikasi variabel-variabel yang
menentukan pengambilan keputusan untuk memilih. Model bersifat probabilistik adalah
dikarenakan model menunjukkan suatu probabilitas hasil dari pengambilan keputusan
traveller yang potensial.

MODEL PEMILIHAN LOGIT


1. Model logit biner/binomial
Model ini sangat sering digunakan dalam pemilihan probabilistik antara dua alternatif.
Di dalam model ini probabilitas dari alternatif 1, dipilih ketika set pemilihan terdiri atas
alternatif 1 dan 2, yang dapat dituliskan dalam Persamaan 1.

exp(V₁)
Pr (1) = (1)
exp(V₁)+exp(V₂)

Pr (1) adalah probabilitas dengan individu memilih alternatif 1, exp ( ) adalah fungsi
eksponen, dan V1, V2 adalah komponen deterministik dari utilitas alternatif 1 dan 2.
Fungsi eksponen adalah monoton (nilainya meningkat ketika nilai dari argumennya
meningkat) dan nilainya selalu positif (lihat Gambar 2). Persamaan (2) mengimplikasikan
bahwa model logit binomial, probabilitasnya meningkat secara monoton dengan
komponen deterministik dari utilitas alternatif 1 dan berkurang secara monoton dengan
komponen dari utilitas alternatif 2. Karena hanya ada dua pilihan yang tersedia untuk
individu, probabilitas dengan alternatif 2 dipilih adalah satu dikurang probabilitas dari
yang memilih alternatif 1 seperti pada Persamaan 2.

exp(V₂)
Pr (2) = (2)
exp(V₁)+exp(V₂)

Pada model logit binomial, probabilitas yang memilih alternatif 1 dan alternatif 2, akan
sama jika komponen deterministik dari utilitas alternatif dari keduanya adalah sama,
lebih dari itu, probabilitas pemilihan menjadi sangat sensitif untuk perubahan di
dalam komponen deterministik dari utilitas ketika komponen ini hampir sama dan
probabilitas pemilihan mendekati 0,5. Dengan membagi numerator dan
denumerator dari Persamaan (2) dengan exp (V1), diperoleh Persamaan 3.

1
Pr (1) = (3)
1+exp{−(V₁−V₂)}

Persamaan (3) memperlihatkan bahwa Pr (1) hanya tergantung kepada perbedaan antara
V1 dan V2 (lihat Gambar 2).

799
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

a. Fungsi Eksponen b. Model Logit Binomial


Gambar 2. Fungsi Eksponen dan Model Logit Binomial

2. Model logit multinomial.


Model logit multinomial adalah model logit binomial yang diperluas untuk mengakomodasi
model pemilihan yang lebih dari dua alternatif. Untuk set pemilihan yang memiliki tiga
alternatif, komponen-komponen deterministiknya adalah V1, V2, dan V3. Probabilitas bahwa
alternatif 1 yang dipilih dihitung menggunakan Persamaan 4.

exp(V₁)
Pr (1) = (4)
exp(V₁)+exp(V₂)+exp(V₃)

Secara umum, Pr (1) akan lebih kecil ketika berada di antara tiga alternatif di dalam set
pemilihan dibanding jika hanya dua alternatif (ini dengan asumsi bahwa V1 dan V2
sama dalam kedua kasus), ini dikarenakan total probabilitas dari sembarang alternatif
selalu sama dengan satu. Dalam ekspresi yang umum, untuk probabilitas dari
pemilihan alternatif i (i= 1, 2,…, J) dari suatu set pemilihan dengan J alternatif dihitung
menggunakan Persamaan 5.

exp(V₁)
Pr (i) = J (5)
iexp(Vj)

Keterangan:
Pr (i) = Probabilitas dari pembuat keputusan memilih alternatif i
Vj = Komponen sistematik dari utilitas alternatif J

PEMBAHASAN
Beberapa studi yang menunjang studi literatur ini, yaitu:
1. Studi mengenai ciri dan bagaimana memodelkan pemilihan moda bagi mahasiswa yang
akan berangkat ke kampus dilakukan di Kota Malang. Alternatif moda yang dilakukan
pemilihan hanya sepeda motor dan angkutan umum. Tingkat kepuasan setiap moda
angkutan merupakan variasi dari pemilihan moda angkutan. Analisis data didasarkan
pada analisis deskriptif dan model binary logistik serta hasilnya berkaitan dengan
karakteristik pengguna, karakteristik pergerakan, dan karakteristik fasilitas moda
transportasi (Djakfar, Indriastuti, dan Nasution, 2010).
2. Kajian dalam pemilihan moda transportasi di Kota Medan sehubungan dengan rencana
pembangunan monorel dilakukan menggunakan metode stated preference. Alternatif
moda transportasi yang ada yaitu angkutan kota dan monorel. Selain itu dipelajari juga

800
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

mengenai biaya perjalanan, waktu tunggu, dan waktu perjalanan. Dalam simpulan
menyatakan waktu perjalanan adalah paling signifikan (Sihite dan Surbakti, 2014).
3. Penelitian mengenai pemilihan moda dari Kota Manado-Kota Gorontalo juga telah
dilakukan menggunakan model binomial logit selisih. Alternatif angkutan yang
diberikan adalah bus dan mobil sewa. Berdasarkan hasil analisis diperoleh variabel yang
mempengaruhi pemilihan moda adalah selisih biaya, selisih waktu perjalanan, dan
selisih waktu tunggu (Toar, Timboeleng, Sendow, 2015).
4. Pengembangan feeder bagi transportasi massal di Kota Medan.
5. Penelitian mengenai apa yang menyebabkan peralihan moda juga telah dilakukan di
Kota Bandung. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat
menilai tidak baik untuk kinerja pelayanan angkutan umum. Selain itu hasil analisis juga
menyatakan orang akan berpindah moda ke kendaraan umum apabila waktu menunggu
sebentar, waktu perjalanan pendek, dan kenyamanan penumpang baik (Wasanta, 2017).
6. Penelitian pemilihan moda pada pekerja komuter telah dilakukan di Jabodetabek,
wilayah Mebidang, Bandung Raya, dan Gerbangkertosusila. Berdasarkan karakteristik
pengguna kendaraan, pekerja komuter pengguna kendaraan umum terbesar di
Jabodetabek (26,66%) dan terkecil di Gerbangkertosusila (8,27%). Secara umum yang
mempengaruhi pemilihan moda adalah karakteristik individu (jenis kelamin),
karakteristik perjalanan (jarak) kecuali Bandung Raya, dan banyaknya moda
transportasi yang digunakan kecuali untuk wilayah Mebidang. Selain itu, karakteristik
kualitas berpengaruh di Bandung Raya, namun tidak berpengaruh di Gerbangkertosusila
(Irjayanti, 2017).
7. Penelitian mengenai pemilihan moda perjalanan dan pemilihan rute transit telah
dilakukan di Montreal. Dalam penelitian ini dilakukan penyelidikan terhadap dua aspek
pilihan moda perjalanan, yaitu faktor-faktor yang menghalangi individu menggunakan
transportasi publik dan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pilihan moda
transportasi publik (Eluru, 2012).
8. Penelitian memodelkan biaya perjalanan penuh antara angkutan penumpang antar moda
perkotaan telah dilakukan. Dalam penelitian ini model diagnostik perhitungan biaya
penumpang jaringan transportasi perkotaan dikembangkan. Selain itu, diperoleh akurasi
model biaya perjalanan sangat efisien mengintegrasikan aspek perilaku pilihan
penumpang, keuangan, dan pembangunan lingkungan berkelanjutan (Chao-Fu YEH, et
al., 2011).
9. Penelitian mengenai pemilihan moda dilakukan juga pada rencana koridor trayek Trans
Sarbagita dengan menganalisis karakteristik sosio ekonomi dan demografi penduduk
pada koridor trayek Terminal Kota Mengwi-Pelabuhan Benoa. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis model pemilihan moda dengan menggunakan model regresi logistik
(Widiarta, dkk., 2011).
10. Penelitian mengenai pengembangan model pemilihan moda di Kota Malang. Alternatif
moda ada dua jenis kendaraan dan analisis data menggunakan metode stated preference.
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah selisih biaya perjalanan maupun
waktu perjalanan, dan seberapa banyak jadwal keberangkatan (Maulana, Sulistio, dkk.,
2014).
11. Penelitian mengenai pemilihan moda transportasi dilakukan di Kota Malang. Dalam
penelitian ini pemilihan didasarkan pada layanan moda transportasi dan berapa uang
yang dikeluarkan. Pemodelan menggunakan model logit binomial selisih. Alternatif
moda yang digunakan adalah angkutan kota dan angkutan online (Pratama, R.G., 2019).

801
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

12. Studi mengenai model pilihan waktu keberangkatan berdasarkan disutilitas aktivitas
berangkat ke pusat kota mengusulkan model pemilihan waktu keberangkatan ke pusat
kota (Ramli, et al., 2009).
13. Penelitian mengenai pemilihan moda trip untuk logistik rumah sehari-hari dilakukan
menggunakan binomial logit. Hasil penelitian mengetahui variabel-variabel apa saja
apabila akan pergi ke pasar tradisional. Model logit binomial dikembangkan sebagai alat
untuk menganalisis perilakunya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh waktu perjalanan
merupakan variabel yang signifikan pada frekuensi perjalanan dalam seminggu (Ramli,
et al., 2010).
14. Penelitian mengenai faktor yang berpengaruh dalam pemilihan moda juga telah
dilakukan di Penang. Berdasarkan analisis data diperoleh faktor-faktor penentu perilaku
pemilihan moda pengguna jalan di Penang (Cheea, 2013).
Berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan, pada umumnya variabel yang mempengaruhi
pemilihan moda adalah waktu perjalanan, biaya perjalanan, jarak, dan frekuensi jadwal
keberangkatan transportasi publik, dan ketersediaan feeder. Namun, penelitian yang
menghubungkan feeder bagi transportasi publik dan integrasi di antara keduanya belum ada.

KESIMPULAN
Integrasi antar transportasi publik dan ketersediaan feeder selain waktu, biaya, jarak serta
frekuensi jadwal keberangkatan sangat diperlukan dalam pemilihan moda merupakan
kesimpulan dari kajian literatur yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Chao-Fu YEH, et al., 2011, Modelling the Full Trip Costs of Urban Intermodal Passenger
Transport.
Cheea, W.L., 2013, Factors that Influence the Choice of Mode Transport in Penang: A
Preliminary Analysis.
Choo, S. dan Mokhtarian, P.L., 2004, What Type of Vehicle do People Drive? The Role of
Attitude and Lifestyle in Influencing Vehicle Type Choice.
Djakfar, L., Indriastuti, A.K., Nasution, A.S., 2010, Studi Karakteristik dan Model
Pemilihan Moda Angkutan Mahasiswa Menuju Kampus (Sepeda Motor atau
Angkutan Umum) di Kota Malang, Jurnal Rekayasa Sipil Volume 4 Nomor 1.
Eluru, N., 2012, Travel Mode Choice and Transyt Route Choice Behavior in Montreal:
Insights from McGill University Members Commute Patterns.
Irjayanti, A.D., 2019, Analisis Keputusan Pemilihan Moda Transportasi Utama pada Pekerja
Komuter di Indonesia, thesis, Universitas Airlangga.
Maulana, H.I., Sulistio, H., dkk., 2014, Pengembangan Model Pemilihan Moda antara
Kendaraan Pribadi dan Bus Trans Malang dengan Menggunakan Metode Stated
Preference (Studi Kasus pada Kota Malang.
Minal dan Sekhar, Ch. Ravi, 2014, Mode Choice Analysis: The Data, The Models and Future
Ahead, International Journal of for Traffic and Transport Engineering, Vol: 4 (3).
Pratama, R.G., 2019, Analisis Pemilihan Moda Transportasi Berdasarkan Tingkat Pelayanan
dan Biaya dengan Model Logit Binomial Selisih Studi Kasus: Angkot dan Angkutan
Online di Kota Malang.

802
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-23
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung, 23 – 24 Oktober 2020

Ramli, et al., 2009, Study on Choice Model of Departure Time Based on Disutility of Going
to City Centre Activity.
Ramli, et al., 2010, Study on Mode Choice Model of Trip for Daily Household Logistic
Based on Binomial Logit Model.
Sihite, S., Surbakti, M.S., 2014, Kajian Pemilihan Moda Transportasi antara Angkutan Kota
dengan Monorel Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus: Rencana
Pembangunan Monorel Kota Medan), The 18th FSTPT Internasional Symposium,
Lampung University, 2014.
Tamin, O.Z., 2003, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Ketiga, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Toar, J.I., Timboeleng, J.A., Sendow, T.K., 2015, Analisis Pemilihan Moda Angkutan Kota
Manado-Kota Gorontalo Menggunakan Model Binomial Logit Selisih dipublikasikan
dalam Jurnal Sipil Statik Volume 3 Nomor 1, 2015.
Wasanta, T., 2017, Kajian Perpindahan Moda (Mode Shifting) dari Pengguna Kendaraan
Pribadi ke Kendaraan Umum (Studi Kasus: Kota Bandung)
http://hdl.handle.net/123456789/4208.
Widiarta, I.B.P., dkk., 2011, Analisis Pemilihan Moda dengan Regresi Logistik pada
Rencana Koridor Trayek Trans Sarbagita.
Widiyanti, D., 2015, Pengembangan Feeder Transportasi Massal di Kota Medan,
dipublikasikan dalam Jurnal Transportasi Multimoda Volume 13 Nomor 03, 2015.

803

Anda mungkin juga menyukai