Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERAN FASILITAS PEJALAN KAKI TERHADAP


KENYAMANAN PENGGUNA PADA PUSAT KEGIATAN
(PASAR & TRANSPORT HUB),

(STUDI KASUS PASAR LEMBANG, CILEDUG)

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN SOSIAL HUMANIORA

Diusulkan oleh:

Chandra Hanindita Pradana 2018101013

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
TANGERANG SELATAN
2021
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perencanaan suatu wilayah perkotaan, fasilitas pejalan kaki tersedia


dalam bentuk trotoar / sidewalk yang berdampingan dengan jalan. Dalam
penggunaannya seringkali pejalan kaki harus bersaing dengan pedagang kaki lima,
kendaraan yang parkir sembarangan atau bahkan pohon peneduh jalan. Menurut
undang-undang lalu lintas No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
dijelaskan bahwa pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor adalah bagian
dari lalulintas perkotaan. Dalam undang-undang No.22 tahun 2009 definisi pejalan
kaki ialah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.
Sebuah kota yang baik ialah kota yang transportasinya tertata dengan baik,
tetapi transportasi yang baik tidak melulu tentang kendaraan bermotor saja tapi juga
para pengguna jalan kendaraan tidak bermotor seperti para pesepeda dan para
pejalan kaki padahal semua orang pasti berjalan kaki untuk mencapai tujuan seperti
dari rumah ke kantor atau dari tempat parkir dan kantor. Para pengguna jalur
pedestrian juga termasuk kedalam bagian transportasi yang juga perlu
pengembangan dalam sarana dan prasarana yang baik, para pengguna jalan ini
seringkali mengalami insiden kecelakaan jika tidak didukung oleh fasilitas yang
baik. Fasilitas Pejalan Kaki adalah semua bangunan yang disediakan untuk pejalan
kaki untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat
meningkatkan kelancaran, kenyamanan dan keamanan pejalan kaki.
Kota Tangerang merupakan kota yang terletak di wilayah provinsi Banten,
yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat kepadatan
lalu lintas yang tinggi. Kepadatan lalu lintas yang tinggi menimbulkan banyak
permasalahan, baik dari segi sosial, segi ekonomi dan segi keamanan serta
kenyamanan. Di kota Tangerang ini, aktivitas masyarakat untuk menjangkau lokasi
pusat kegiatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan alat
transportasi kendaraan bermotor (kendaraan pribadi atau kendaraan umum), dan
berjalan kaki. Bagi para pemakai kendaraan bermotor telah tersedia jalur-jalur jalan
yang diatur dengan baik, begitu juga bagi para pejalan kaki, sudah ada jalur
pedestrian yang disediakan.
Seperti pada kawasan pasar lembang ciledug, jalur pedestrian pada pasar
lembang ini sudah terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah, namun tidak adanya
pengawasan dan pemeliharaan secara berkala, sehingga jalur pedestrian pada
kawasan pasar lembang ini tidak terawat serta terjadi adanya alih fungsi oleh para
pedagang yang mengganggu mobilitas para pengguna jalur pedestrian. Terlebih
pada kawasan pasar lembang ini tidak hanya terdapat pasar tradisional saja, tetapi
juga terdapat terminal bus yang melayani perjalanan antar kota & antar provinsi dan
terdapat juga Sekolah Menengah Pertama pada kawasan pasar lembang.

1
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

Jalur pedestrian dibuat bertujuan untuk membagi jalur antara jalur


kendaraan bermotor dan jalur pejalan kaki, namun pada kenyataannya pada saat ini
jalur pedestrian sudah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, jalur pedestrian
banyak dipenuhi kendaraan bermotor untuk parkir, dipenuhi oleh kios kios yang
bersifat permanen maupun non permanen dan berbagai jenis bangunan lainnya.

1.1 Rumusan Masalah/Identifikasi


Kawasan pasar lembang merupakan sebuah kawasan pusat kegiatan di
kecamatan ini. Kawasan ini memiliki jalur pedestrian yang terlihat sudah tidak
diminati oleh orang orang yang berkegiatan pada kawasan ini. Karena beberapa hal
seperti peralihan fungsi menjadi kios kios pedagang, dan pengguna yang
memakirkan kendaraannya di atas jalur pedestrian tersebut. Hal tersebut merupakan
faktor yang menjadikan jalur pedestrian sudah tidak diminati oleh pengguna karena
dalam segi kenyamanan dan keamanan para pengguna sudah terganggu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
 Apakah faktor penyebab terjadinya alih fungsi jalur pedestrian sehingga
mengganggu kenyamanan dan keamanan pejalan kaki?
 Agar terciptanya kenyamanan dan keamanan bagi para pejalan kaki,
fasilitas apa yang dibangun di dalam pedestrian?

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuannya dilakukan penelitian ini untuk:
 Mengetahui faktor penyebab terjadinya alih fungsi pada jalur pedestrian di
kota Tangerang khususnya di daerah pasar lembang Ciledug.

 Apakah fasilitas jalur pedestrian di kota Tangerang khususnya di daerah


pasar lembang Ciledug sudah dibangun pada sebuah jalur pedestrian

2
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani yaitu pedos atau pedester yang
memiliki arti kaki, sehingga pedestrian dapat disimpulkan dalam arti pejalan
kaki. Pemerintah juga mengatur hak hak pejalan kaki dalam Undang-undang
No.22 Tahun 2009 yaitu setiap lalulintas jalan harus dilengkapi dengan
perlengkapan jalan. Berjalan merupakan suatu kegiatan perpindahan yang
menggunakan kaki sebagai alat gerak. Dalam studi perkotaan, pedestrian
menjadi acuan pokok yang mencerminkan kemajuan pembangunan pada
sebuah kota, sehingga pedestrian merupakan salah satu gambaran wajah dari
suatu kota menurut (Lynch, 1969) dalam bukunya yang berjudul The Image
Of The City.
Menurut (Kim Dovey, 2010) dalam bukunya yang berjudul Urban
Slippage mengatakan bahwa adanya sebuah aktivitas pribadi yang mana
meluas ke ruang publik. Pada kutipan tersebut, masalah yang timbul pada
kawasan ciledug ini adalah peralihan fungsi jalur pedestrian menjadi kios kios
pedagang atau bahkan lahan parkir kendaraan bermotor. Dengan adanya kios
kios pedagang dan parkir kendaraan bermotor maka pengguna jalur
pedestrian tidak merasa nyaman dana man pada saat melakukan aktivitas
aktivitas pada jalur pedestrian karena terganggu oleh kios kios pedagang dan
parkir kendaraan bermotor.
Pada masa kini, pedestrian mengalami pergeseran fungsi menjadi lahan
kios pedagang dan menjadi lahan parkir kendaraan bermotor. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor ketidaknyamanan bagi pejalan kaki, para pejalan
kaki lebih memilih berjalan di bahu jalan meskipun hal tersebut beresiko bagi
pejalan kaki. Jalur pedestrian yang aman dan nyaman bisa menjadi faktor
meningkatnya kuantitas pejalan kaki sehingga pengguna kendaraan bermotor
di kota tersebut dapat berkurang dan beralih untuk bersepeda atau berjalan
kaki. Menurut (Iswanto, 2006) jalur pedestrian juga sebuah wadah bagi
pejalan kaki untuk berkegiatan, melakukan aktivitas dan sebagai sarana
mobilisasi. Pesatnya perkembangan berakibat kepada meningkatnya

3
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

kebutuhan ruang publik pada sebuah kota, sehingga aspek - aspek lingkungan
yang sehat, aman dan nyaman tidak diutamakan dan menjadikan ruang publik
tersebut tidak layak difungsikan.
Jalur pedestrian yang baik dapat menampung setiap kegiatan pejalan
kaki dengan aman dan nyaman, pedestrian memiliki karakteristik berupa
karakter fisik, karakter perilaku pejalan kaki, dan karakter psikis pejalan kaki.
Selain itu juga terdapat karakteristik lingkungan di area pedestrian memiliki
peran dalam memberikan pelayanan dan prasarana berupa keamanan,
kenyamanan, keselamatan, kenikmatan, dan keekonomisan. Kenyamanan
merupakan salah satu nilai vital yang selayaknya harus dinikmati oleh
manusia ketika melakukan aktifitas aktifitas di dalam suatu ruang.
Menurut (Specks, 2013) dalam bukunya yang berjudul Walkable City,
ia menyebutkan bahwa jalan jalan pada perkotaan berbentuk fisik, baik
berupa kelayakan maupun fasilitas. Jeff Specks lebih fokus terhadap
komponen objek fisik berupa fasilitas yang terdapat pada jalur pedestrian,
terkait dengan prinsip keamanan pada jalur pedestrian Jeff Specks memiliki
pandangan bahwa jalur untuk pejalan kaki merupakan jalur bebas yang
terhindar dari intimidasi, dan harus memiliki batasan yang jelas dari bentuk
fisik berupa dimensi ukuran dari lebar trotoar hingga hirarki ruang yang jelas
antara publik dan privat didalamnya, serta desain yang dibuat tidak boleh
bersinggungan dengan lalu lintas. Suatu hubungan yang harmonis merupakan
integralitas dalam keragaman melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
yang seharusnya tersedia, sehingga kenyamanan merupakan suatu kepuasan
manusia dalam beraktifitas. Selain itu, kenyamanan pada dasarnya juga
terkait dengan faktor yang mendukung keamanan dan keselamatan diri
manusia pada suatu ruang.
Menurut (Riyan Sanjaya et al., 2017), jalur pejalan kaki merupakan
elemen yang penting dalam sebuah perancangan karena memiliki peran
sebagai penghubung dan sistem vitalitas pada ruang sebuah kota. Jalur
pejalan kaki pada daerah perkotaan memiliki fungsi:
 Sebagai media interaksi sosial
 Sebagai fasilitas penggerak bagi pejalan kaki

4
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

 Sebagai unsur pendukung, keindahan dan kenyamanan kota.


Menurut Murtomo dan Aniaty (1991) jalur pejalan kaki disebuah kota
memiliki fungsi terhadap perkembangan sebuah kota, meliputi:
 Pedestrian dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat sehingga
mengurangi kerawanan kriminalitas
 Pedestrian dapat menunjang berbagai kegiatan ekonomi sehingga
berkembang kawasan bisnis yang menarik
 Pedestrian sangat menguntungkan sebagai ajang kegiatan promosi,
pameran, periklanan, dsb.
 Pedestrian dapat menarik bagi kegiatan sosial
 Pedestrian mampu menghadirkan suasana dan lingkungan yang
spesifik dan unik di lingkungan
 Pedestrian berdampak pada upaya penurunan tingkat pencemaran
udara dan suara karena peralihan dari menggunakan kendaraan
bermotor beralih ke bersepeda dan berjalan kaki.

Dari fungsi fungsi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi dari jalur
pejalan kaki / jalur pedestrian yang bisa dikatakan baik pada suatu kota sangat
berpengaruh terhadap aktivitas sosial di sebuah kota. Sebuah kawasan kota
akan menjadi hidup karena aktivitas aktivitas tersebut, banyak pedagang
pedagang yang menjajakan barang dagangannya pada sebuah jalur pedestrian
maka terjadi suatu interaksi antara pejalan kaki dengan penjual. Tetapi
terdapat masalah yang muncul tentang pedagang yang berjualan di atas jalur
pejalan kaki, ada yang pro dan juga ada yang kontra dengan hal tersebut.

Menurut (Iswanto, 2006) dalam jurnalmya yang berjudul Pengaruh


Elemen-elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan
Kaki, ia berpendapat bahwa adanya pedagang pada sebuah jalur pejalan kaki
merupakan sebuah kasus jalur pejalan kaki yang desain nya terlewatkan untuk
memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Mengutip dari buku yang
berjudul Central City Malls karya Harvey M. Rubenstein tentang elemen
pada jalur pedestrian, (Muslihun, 2013) menyebutkan bahwa aktivitas jual

5
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

beli maka terciptanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli, sehingga
kios kios tersebut menimbulkan suasana pada jalur pejalan kaki sehingga
tidak bersifat monoton.
Dalam bukunya yang berjudul Pedestrian Ways Dalam Perancangan
Kota (Anggraini, 2009) menyebutkan bahwa sebuah kota akan bertumbuh
dan berkembang melalui rencana maupun tanpa rencana. Kota yang tumbuh
sudah direncanakan maka kota tersebut akan lebih terarah dan mudah
dikendalikan perkembangannya, sedangkan kota yang tumbuh tanpa melalui
rencana maka kota tersebut akan tumbuh dan berkembang secara alami dan
cenderung sulit dikendalikan perkembangannya. Sebagai studi kasus
kawasan Bintaro, kawasan Bintaro ini dari awal sudah di rencanakan secara
matang oleh pengembangnya. Kawasan Bintaro ini dalam perkembangannya
terarah, termasuk fasilitas fasilitas yang ada seperti jalur pejalan kaki. Tetapi
pada kawasan ciledug ini pada awalnya perkembangan nya tidak di
rencanakan tetapi kawasan ini tumbuh secara alami, termasuk fasilitas
fasilitas pejalan kaki yang tidak dikelola dengan baik dan benar sehinga
menimbulkan perubahan fungsi menjadi tempat kios kios pedagang atau
menjadi sebuah lahan parkir kendaraan bermotor.
Belum tercukupi akan kebutuhan fasilitas pejalan kaki, menjadi sebuah
masalah dalam hal fasilitas ruang public pada kawasan perkotaan di
Indonesia. Fasilitas jalur pedestrian di Indonesia masih dikesampingkan dan
belum menjadi sebuah prioritas pembangunan sebuah kawasan, dibandingkan
dengam pengembangan fasilitas untuk kendaraan bermotor. Salah satu
penyebabnya yaitu tidak tercukupi akan pemenuhan fasilitas pedestrianoleh
pemerintah, dan juga adanya alih fungsi dari pedestrian itu sendiri.
Setelah terbangunnya jalur pedestrian di sebuah kawasan kota, perlu
adanya pengelolaan dan pemeliharaan secara berkala, agar dapat berfungsi
dengan sebagaimana mestinya. Tidak lupa juga pada sebuah jalur pedestrian
terdapat fasilitas fasilitas pendukung untuk menunjang kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya. Terdapat elemen elemen fasilitas pendukung
pada sebuah jalur pedestrian menurut (Anggraini, 2009) yaitu:

6
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

1) Drainase, keberadaannya untuk mencegah banjir dan genangan air


pada jalur pedestrian
2) Jalur hijau, keberadaannya berupa pohon peneduh sehingga
pengguna jalur pedestrian tetap merasa nyaman
3) Lampu, keberadaannya sebagai penerangan pada waktu malam hari
4) Tempat duduk, keberadaannyasebagai tempat istirahat untuk
pengguna jalur pedestrian
5) Pagar pengaman, keberadaannya sebagai perlindungan dan
diletakkan pada titik titik rawan
6) Tempat sampah
7) Marka, diletakan pada titik titik interaksi sosial
8) Halte bus.

Menurut Shirvani (1985) mengatakan bahwa jalur pejalan kaki harus


dipertimbangkan sebagai salah satu perancangan sebuah kawasan kota. Jalur
pejalan kaki adalah bagian dari kota dimana orang bergerak dengan kaki,
sungsi dari jalur pejalan kaki adalah untuk keamanan pejalan kaki pada waktu
beraktivitas dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam perancangan sebuah
jalur pedestrian hal hal praktis menjadi lebih utama karena untuk faktor
kemudahan dalam aksesnya. Adanya jalur pedestrian ini salah satu tujuan
untuk mengurangi kepadatan lau lintas, serta memudahkan para pengguna
dalam mengakses layanan umum dan untuk menghemat waktu.
Berkembangnya sebuah kawasan juga berpengaruh kepada meningkatnya
suatu angka populasi pada kawasan kota tersebut. Jumlah kendaraan bermotor
juga bertambah, sehingga pencvemaran udara dan suara semakin meningkat.
Pedestrian disini juga berfungsi sebagai meningkatkan hidup yang
berkelanjutan, dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan
beralih kepada transportasi publik.

7
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

BAB II

METODE PENELITIAN

Kerangka Metode
Metode yang akan dilakukan dengan metode diskriptif, maelalui
pendekatan berupa data data yang bersifat kualitatif. Penggunaan metode ini dengan
maksud untuk memahami dan menjelaskan serta dapat memecahkan masalah dari
hasil kunjungan lapangan menjadi sebuah kesimpulan dalam bentuk deskripsi.
Metode ini merupakan metode penelitian dengan mengumpulkan informasi
informasi berupa fakta objektif yang sedang berlangsung, yang ditinjau secara
langsung atau survey ke lapangan. Metode ini juga membantu dalam proses
pemecahan masalah yang sedang berlangsung atau sedang dihadapi, dengan
mendeskripsikan secara jelas peristiwa dan permasalahannya.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif, dalam bukunya yg
berjudul METODE PENELITIAN: kuantitatif, kualitatif, dan penelitian gabungan,
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. menjelaskan bahwa:
Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi inquiry yang menekankan
pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol,
maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetode, bersifat
alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara,
serta disajikan secara naratif. Dari sisi lain dan secara sederhana dapat
dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan
jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi
prosedur ilmiah secara sistematis dengan menggunakan pendekatan
kulitatif (Yusuf, 2014)

Penelitian kualitatif tidak menganalisis data secara statistik, melainkan cenderung


bersifat naratif. Sebelum memulai analisis diperlukan data – data kualitatif, antara
lain deskripsi tentang suatu kejadian peristiwa atau situasi tertentu serta masalah
yang sedang dihadapi, pendapat dari seseorang yang berpengalaman dalam
peristiwa tersebut, studi literature atau dokumen bersejarah dan tingkah laku
seseorang (Yusuf, 2014). Padapenelitian kali ini, penulis akan mendeskripsikan

8
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

tentang suatu peristiwa dan permasalahannya dengan melakukan kegiatan observasi


atau survey lapangan, dengan ini data data yang dibutuhkan dapat ditemukan secara
objektif. Selanjutnya proses wawancara dari narasumber yang dianggap paham dan
berpengalaman dalam topik permasalahan penelitian ini. Studi literature juga tidak
kalah penting untuk mengaitkan teori yang ada dengan hasil observasi yang ada di
lapangan.

Konsep Ke Variabel
Konsep
 Jalur pedestrian yang aman dan nyaman
Indikator
 Kenyamanan dan keamanan pengguna
 Tidak ada elemen hambatan
Variabel
 Fasilitas pendukung pada jalur pedestrian
 Desain jalur pedestrian yang nyaman
 Desain jalur pedestrian yang aman

9
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

BAB 4

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 4. 1 Anggaran Biaya

NO URAIAN VOLUM HARGA JUMLAH


SATUAN HARGA
(Rp.)

A PERLENGKAPAN

KUOTA 5X 100.000 600.000


INTERNET

MEMORY CARD 1 100.000 100.000

JUMLAH 700.000

B PERALATAN
&BAHAN

ALAT 1 150.000 150.000


PROTOKOL
KESEHATAN
(masker, hand
sanitizer)

ATK 1 75.000 75.000

TRANSPORT 6X 30.000 180.000

JUMLAH 405.000

TOTAL (A+B) Rp.1.105.000

10
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

4.2 Jadwal Kegiatan


Tabel 4. 2 Jadwal Kegiatan

NO Jenis Kegiatan Minggu

1 2 3 4 5 6 7
Penyusunan
1 Topik
Penelitian
Penyusunan
latar belakang
2
& rumusan
masalah
Menyusun
3
kerangka teori
Menyusun
4
ulasan literatur I
Menyusun
5 ulasan literatur
II
Sintesis
6 Literatur dan
metode

11
Peran Fasilitas Pejalan Kaki Terhadap Kenyamanan Pengguna Pada Pusat Kegiatan (Pasar &
Transport Hub)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. (2009). PEDESTRIAN WAYS Dalam Perancangan Kota. Surabaya:


yayasan Humaniora.
Iswanto, D. (2006). PENGARUH ELEMEN – ELEMEN PELENGKAP JALUR
PEDESTRIAN . Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan , 21-22.
Kim Dovey, K. P. (2010). Urban Slippage, Smooth and striated Streetscapes in
Bangkok.
Lynch, K. (1969). The Image Of The City. MIT Press.
Muslihun, M. (2013). STUDI KENYAMANAN PEJALAN KAKI TERHADAP
PEMANFAATAN JALUR PEDESTRIAN DI JALAN PROTOKOL KOTA
SEMARANG. 1-3.
Specks, J. (2013). Walkable City. New York: North Point Press.
Yusuf, A. M. (2014). METODE PENELITIAN: Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Riyan Sanjaya, Soedarsono, Rachmat Mudiyono. Analisis Fungsi Dan
Kenyamanan Jalur Pedestrian Kawasan Di Kota Pangkalan Bun. Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Dalam Pengembangan SmartCity. 2017;1(1).
Accessed October 4, 2021.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/smartcity/article/view/1715/1282
Kerangka Hubungan Fungsi dan Kenyamanan Jalur Pedestrian Di Jalan
Ngesrep Timur V, Tembalang, Semarang [PDF] | Documents Community
Sharing. Xdocs.tips. Published 2021. Accessed October 4, 2021.
https://xdocs.tips/doc/kerangka-hubungan-fungsi-dan-kenyamanan-jalur-
pedestrian-di-jalan-ngesrep-timur-v-tembalang-semarang-987jz917408z

12

Anda mungkin juga menyukai