Anda di halaman 1dari 5

Pembuatan peta hijau pejalan kaki A.

Latar belakang
Yang menjadikan perbedaan antara kota yang maju dan kota terbelakang adalah trotoar yang berkualitas. Mereka mempertunjukkan penghormatan pada harkat kemanusiaan. Di mana orang miskin dan orang kaya adalah sama, bertemu dan berjalan di trotoar yang sama. (Enrique Penalosa, Mantan Walikota Bogota, 1998-2001) Sejatinya setiap orang adalah pejalan kaki. Ini terbukti bahwa hal pertama yang dipelajari seorang anak manusia untuk melakukan mobilitas adalah berjalan kaki. Beranjak dewasa, manusia membutuhkan alat transportasi untuk mendukung mobilitasnya untuk jarak menengah atau jauh. Walau begitu, apapun jenis kendaraan yang digunakan seseorang untuk melakukan mobilitas, baik itu mobil, motor, bus, sepeda atau andong, sudah pasti akan dikombinasikan dengan berjalan kaki. Berjalan kaki seyogyanya merupakan sebuah pilihan moda transportasi yang bisa dilakukan oleh siapa saja, baik itu anak-anak, orang dewasa atau lansia, baik itu oleh yang memiliki kendaraan pribadi atau pun tidak. Ruang atau jalur pejalan kaki merupakan ruang publik tempat bertemunya warga kota dari berbagai kelas sosial dan usia. Oleh karena itu keberadaan fasilitas untuk pejalan kaki sesungguhnya tak kalah penting dibandingkan fasilitas untuk kendaraan bermotor. Trotoar yang nyaman tidak hanya berfungsi untuk mengantarkan individu dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga mendukung terciptanya ruang temu dan interaksi sosial di antara sesama pengguna jalan. Bisa dipastikan bahwa tersedianya fasilitas pejalan kaki yang berkualitas akan berdampak pada meningkatnya kerekatan sosial dan kualitas hidup warga kota. Bagaimana dengan Yogyakarta? Seperti halnya kota-kota di Indonesia, pembangunan fasilitas moda transportasi di Yogyakarta pun masih mengabaikan fasilitas pejalan kaki yang aman dan nyaman, dengan mengedepankan fasilitas kendaraan pribadi. Sejauh ini hanya beberapa jalur trotoar di area jalan protokol yang memiliki kualitas cukup memadai. Selebihnya, pejalan kaki harus menemui halangan berupa barisan motor/mobil parkir, pot-pot besar, tiang-tiang bendera, warung kopi/ kedai makanan, hingga taman-taman kecil yang hanya memiliki fungsi estetika. Tak heran jika nyaris tak ada pejalan kaki yang ditemui di sepanjang ruas jalan di Yogyakarta. Selain dikarenakan warga kota didorong untuk menggunakan motor dalam melakukan mobilitas sehari-hari, kualitas trotoar yang tidak nyaman menjadi penghalang bagi warga kota untuk berjalan kaki di tengah kota. Belum lagi teriknya

Usulan

sinar matahari di hampir sepanjang jalur pedestrian akibat minimnya pepohonan yang berfungsi sebagai peneduh. Sebagai upaya untuk mengenali berbagai permasalahan seputar isu pejalan kaki beserta fasilitasnya, perlu dilakukan sebuah kegiatan pemetaan partisipatif. Adapun hal yang akan dipetakan antara lain kondisi jalur/ruang pejalan kaki yang ada saat ini, terutama yang berada di sekitar halte Trans Jogja, peluang untuk meningkatkan fasilitas pedestrian, serta perilaku para pengguna jalan terhadap fasilitas pedestrian yang tersedia. Kegiatan ini juga memungkinkan untuk mengeksplorasi kriteria fasilitas pedestrian yang dibutuhkan oleh pejalan kaki di Yogyakarta. Kegiatan pemetaan ini menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan kebutuhan akan fasilitas pejalan kaki di Yogyakarta, sekaligus penanaman kesadaran bagi para pengguna jalan untuk menghormati pejalan kaki. Hasil pemetaan ini nantinya dapat digunakan untuk membuat rumusan strategi agar kegiatan berjalan kaki diminati oleh warga dan bisa menjadi opsi dalam melakukan mobilitas.

B. Tujuan
Kegiatan pemetaan fasilitas pejalan kaki di sekitar halte bus TransJogja memiliki MISI (goal) berupa: - Meningkatkan kebutuhan warga Yogyakarta akan fasilitas pejalan kaki yang berkualitas. Sementara TUJUAN kegiatan pemetaan antara lain: 1. Mengidentifikasi berbagai potensi masalah dan solusi terkait dengan fasilitas pejalan kaki di sekitar halte bus TransJogja 2. Membangun kesadaran relawan akan pentingnya fasilitas & hak pejalan kaki 3. Mengajak warga untuk lebih mengenali kota, khususnya terkait dengan jenis pepohonan peneduh lokal, burung, serta pusaka kota. 4. Memberikan pembelajaran melalui pengalaman langsung (experential learning) dalam bertransportasi dengan berjalan kaki saat melakukan pemetaan

C. Kegiatan
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa setiap orang adalah pejalan kaki. Namun kegiatan berjalan kaki paling kerap dilakukan oleh pengguna angkutan umum, dalam hal ini bus Trans Jogja. Oleh karena itu, pemetaan fasilitas pedestrian akan dilakukan di jalur pedestrian di sekitar halte bus Trans Jogja (dengan radius 1 km dari halte tersebut).

Mengenai titik halte bus Trans Jogja dan lokasi jalur pedestrian yang dipetakan akan ditentukan kemudian. Adapun hal yang akan dieksplorasi dan dipetakan dalam kegiatan ini, antara lain: a. Berbagai ketersediaan fasilitas pejalan kaki yang terkait dengan indikator keamanan & kenyamanan pejalan kaki, seperti trotoar, fasilitas penyebrangan jalan/zebra cross, halangan di sepanjang jalur pedestrian, lampu sinyal untuk menyebrang jalan, lampu penerangan, pohon peneduh, dsb. b. Keberadaan vegetasi sebagai peneduh jalur pedestrian yang juga berfungsi mengundang kehadiran burung, kupu-kupu dan fauna jenis tertentu. Upaya ini juga untuk mengekplorasi jenis-jenis vegetasi lokal yang menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Yogyakarta yang sudah mulai dilupakan. c. Kondisi fasilitas pejalan kaki di berbagai kawasan wisata pusaka kota (bangunan, museum, kuliner, dsb) Kegiatan ini juga akan mencoba mendokumentasikan melalui foto/video - perilaku pengguna jalan terhadap fasilitas pejalan kaki, baik itu pejalan kaki itu sendiri, ataupun pesepeda & pengguna kendaraan bermotor.

D. Metode Pemetaan
Kegiatan pemetaan akan menggunakan metode peta hijau yang dikombinasikan dengan metode penilaian fisik fasilitas pejalan kaki (lihat: walkonomics.com). Jika biasanya pemetaan dilakukan dengan menitikkan lokasi yang dipetakan, maka untuk peta hijau pejalan kaki, ada beberapa bagian yang akan ditandai dalam bentuk jalur. Selain itu, jika pada sistem ikon peta hijau terdapat pilihan ikon pedestrian friendly, maka pada peta hijau pejalan kaki, ikon tersebut akan dielaborasi dalam beberapa ikon turunan. Misal ikon untuk menunjukkan jalan yang tidak memiliki jalur pedestrian; jalur pedestrian yang memiliki lebar yang cukup; pedestrian yang bebas dari penghalang seperti pot-pot besar, tiang bendera, kotak pos, & PKL; jalur penyebrangan jalan yang aman, dsb.

Sumber: www.walkonomics.com

E. Pelaku pemetaan
Kegiatan pemetaan sudah pasti terbuka bagi umum, bekerja sama dengan Komunitas Peta Hijau Jogja. Namun demi menautkan berbagai kelompok yang memiliki irisan kepedulian yang sama, maka kegiatan pemetaan ini akan dilakukan bersama-sama dengan beberapa kelompok/komunitas, yaitu: o Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) dan grup Pohon Indonesia Untuk kegiatan memetakan jenis-jenis vegetasi lokal & keanekaragaman hayati yang bergantung hidup dengan vegetasi tersebut Komunitas Jaladwara. Kegiatan pemetaan yang terkait dengan edukasi pusaka kota (bisa terkait dengan budaya bertransportasi masyarakat Jogja di masa lalu atau pusaka kota yang potensial dikunjungi sambil berjalan kaki) yang terdapat di sepanjang jalur yang akan dipetakan, akan dilakukan bersama-sama KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal) yang akan membantu melakukan edukasi mengenai fasilitas & hak pejalan kaki, membuat modul & memandu memetakan fasilitas pejalan kaki. Terlepas dari berbagai kelompok/ komunitas di atas, juga akan diupayakan untuk bertautan dengan kelompok-kelompok lain, seperti kelompok difabel, kelompok pengguna bus Trans Jogja, komunitas sekolah, komunitas arsitek perkotaan/perencana kota, dsb, yang erat kaitannya dengan isu fasilitas pejalan kaki.

F. Periode Waktu

Januari Juli 2012 Usulan rencana kerja: - Diskusi konsep & rencana kerja pemetaan - Workshop peta hijau pejalan kaki & menjaring relawan - Pemetaan di lapangan - Diskusi hasil pemetaan dgn berbagai pihak - Produksi peta hijau : Awal Jan 2012 : Akhir Jan 2012 : Feb Jun 2012 : Akhir Jun 2012 : Awal Juli 2012

G. Keluaran (Output)
o o Peta hijau pejalan kaki, minimal dalam bentuk softcopy yang bisa mudah diunduh dan dicetak oleh siapa pun. Video & foto dokumentasi mengenai kondisi fasilitas pejalan kaki serta perilaku pengguna jalan (termasuk pejalan kaki), terhadap pejalan kaki dan fasilitas pejalan kaki yang tersedia.

Materi-materi tersebut ini nantinya bisa digunakan untuk: a. Mengkampanyekan berjalan kaki sebagai salah satu pilihan bertransportasi di Yogyakarta b. Meningkatkan kesadaran para pengguna kendaraan bermotor akan pejalan kaki serta fasilitasnya c. Mengadvokasi kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan kualitas fasilitas (ruang) pejalan kaki.

Anda mungkin juga menyukai