Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN

KOTA BATU
Nia Amelia, Johannes Parlindungan Siregar, Deni Agus Setyono
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
Email: niaame@student.ub.ac.id

ABSTRAK

Alun-Alun Kota Batu merupakan ruang publik yang ditetapkan menjadi kawasan perdagangan di Kota Batu dan
memiliki frekuensi pejalan kaki yang tinggi. Namun, perilaku pejalan kaki saat beraktivitas di jalur pedestrian dan
fasilitas penunjangnya menunjukkan bahwa penyediaan jalur pedestrian yang ada pada Kawasan Alun-Alun Kota
Batu belum sepenuhnya memberikan rasa aman dan nyaman bagi semua orang. Hal ini ditujunjukkan dengan
berbagai permasalahan yang ada pada jalur pedestrian dan fasilitas penunjangnya. Semua orang dapat
menggunakan fasilitas dan juga produk tanpa batasan fisik, rentang usia, dan jenis kelamin dengan menerapkan
konsep desain universal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pejalan kaki memanfaatkan,
menggunakan, dan mengakomodasi perilakunya terhadap penggunaan jalur pedestrian dan fasilitas
penunjangnya di kawasan Alun-Alun Kota Batu berdasarkan konsep desain universal. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu analisis deskriptif dengan menggunakan teknik place centered mapping. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pejalan kaki belum memanfaatkan fungsi dari jalur pedestrian dan fasilitas
penunjangnya secara optimal karena karena jalur pedestrian dan fasilitas penunjangnya belum memenuhi
konsep desain universal. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu adanya perbaikan fasilitas jalur pedestrian dan
fasilitas penunjangnya agar dapat digunakan oleh semua orang dengan menggunakan konsep desain universal.

Kata Kunci : Jalur-Pedestrian; Perilaku-Pejalan-Kaki; Desain-Universal

ABSTRACT

Batu Town Square is a public space designated as a trading area in Batu City and has a high pedestrian frequency.
However, the behavior of pedestrians when doing activities on the pedestrian path and its supporting facilities
shows that the provision of pedestrian paths in the Batu City Square area has not fully provided a sense of security
and comfort for everyone. This is indicated by the various problems that exist in the pedestrian path and its
supporting facilities. Everyone can use the facilities and products regardless of physical limitations, age range,
and gender by applying the universal design concept. This study aims to identify how pedestrians utilize, use, and
accommodate their behavior towards the use of pedestrian paths and their supporting facilities in the Batu City
Square area based on the universal design concept. The method used in this research is descriptive analysis using
place centered mapping technique. The results of this study indicate that pedestrians have not utilized the
function of the pedestrian path and its supporting facilities optimally because the pedestrian path and its
supporting facilities have not met the universal design concept. Based on these results, it is necessary to improve
the pedestrian path facilities and supporting facilities so that they can be used by everyone using the universal
design concept.

Keywords: Pedestrian-Path; Pedestrian-Behavior; Universal-Design

PENDAHULUAN sering kali penyediaan jalur pedestrian kurang


diperhatikan, tanpa terdesain, dan tanpa
Jalur pedestrian merupakan ruang luar
pertimbangan-pertimbangan khusus sedangkan
yang digunakan oleh masyarakat perkotaan
jalur pedestrian harus dapat digunakan oleh
untuk melakukan pergerakan atau perpindahan
semua orang (Tanuwidjaja, Nadia, dan Laurencia,
dari satu tempat asal ke tempat lain sebagai
2017).
tujuan dengan berjalan kaki (Mauliani,
Dalam mewujudkan kesamaan
Purwantiasning, dan Aqli, 2013). Jalur pedestrian
kesempatan dalam memanfaatkan fasilitas publik
merupakan salah satu fasilitas publik yang harus
dan menciptakan lingkungan perkotaan yang
bisa diakses oleh semua orang baik anak kecil,
nyaman dan aman untuk dapat diakses oleh
lansia, ibu hamil, maupun penyandang disabilitas
semua orang, Kota Batu menerapkan program
dengan aman dan nyaman (Karim, 2019). Namun,

Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022 169
IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU

jalur pedestrian yang ramah disabilitas yaitu observasi, wawancara, dan studi literatur.
dengan menyediakan jalur berjalan bagi Metode analisis yang digunakan, yaitu analisis
penyandang disabilitas (Rencana Tata Ruang deskriptif. Berikut merupakan penjelasan terkait
Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030). Kota Batu metode penelitian.
secara khusus dan prioritas mewujudkan
Lokasi Penelitian
penyediaan dan pemanfaatan jalur pedestrian
tersebut pada permukiman dan koridor wisata Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan
(Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun Alun-Alun kota Batu yang terbagi menjadi
2010-2030). Berdasarkan Rencana Tata Ruang beberapa segmen. Pembagian segmen dalam
Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030, Alun-Alun penelitian ini didasarkan atas penggunaan ruang
Kota Batu merupakan ruang publik yang dari kawasan Alun-Alun Kota Batu. Batas dari
ditetapkan menjadi kawasan perdagangan di masing-masing segmen ini ditandai dengan batas
Kota Batu. Kawasan perdagangan merupakan fisik, yaitu titik parkir, batas berjualan PKL, dan
kawasan yang memiliki frekuensi pejalan kaki persimpangan yang ada di wilayah studi.
yang tinggi sehingga keberadaan jalur pedestrian
akan semakin dibutuhkan (Atikah, 2017).
Namun, penyediaan jalur pedestrian yang
ada pada Kawasan Alun-Alun Kota Batu belum
sepenuhnya memberikan rasa aman dan nyaman
bagi semua orang. Hal tersebut ditunjukkan
dengan perilaku pejalan kaki yang belum
sepenuhnya memanfaatkan jalur pedestrian dan
fasilitas penunjangnya. Salah satu permasalahan
yang terjadi, yaitu pejalan kaki lebih memilih
berjalan di badan jalan karena jalur pedestrian
digunakan untuk beberapa PKL berjualan. Selain
itu, pejalan kaki dengan kursi roda dan kereta
dorong kesulitan dalam mengakses jalur
pedestrian karena tidak terdapat fasilitas yang
menunjang aktivitas mereka seperti penyediaan
ramp (Survei Primer, 2021).
Berdasarkan permasalahan yang dialami
pejalan kaki selama beraktivitas di jalur
Gambar 1. Peta Wilayah Studi
pedestrian di kawasan Alun-Alun Kota Batu
Pada penelitian ini wilayah studi terbagi
tersebut maka perlu adanya identifikasi
menjadi 6 segmen yang berada di sekitar Alun-
mendalam mengenai perilaku pejalan kaki dalam
Alun Kota Batu. Berikut merupakan penjelasan
memanfaatkan jalur pedestrian dan fasilitas
dari masing-masing segmen:
penunjangnya berdasarkan konsep desain
Tabel 1. Batas Segmen
universal. Desain universal adalah upaya dalam Segmen Batas Panjang
mendesain produk dan lingkungan yang 1 Sisi barat yaitu Jl. Brantas dan sisi 390 m
kegunaannya diperuntukkan bagi semua orang (Jl. Gajahmada) timur berupa persimpangan Jl.
Semeru (pos polisi)
yang memiliki cakupan seluas mungkin tanpa 2 Sisi barat yaitu persimpangan Jl. 306 m
memerlukan adaptasi berlebih dan desain khusus (Jl. Kartini) Ahmad Yani dan sisi timur yaitu
(Mace, Hardie, dan Place, 1991). Sehingga persimpangan Jl. Sudiro
3 Sisi utara yaitu persimpangan Jl. 236 m
diharapkan dengan hasil identifikasi perilaku (Jl. Sudiro) Kartini dan sisi selatan yaitu
pejalan kaki ini selanjutnya dapat digunakan persimpangan Jl. Wr. Supratman
sebagai referensi dalam melakukan perbaikan 4 Sisi barat yaitu persimpangan Jl, 140 m
(Jl. Munif) Sudiro dan sisi Timur
jalur pedestrian aman dan nyaman untuk pejalan persimpangan Jl. Agus Salim
kaki di Kawasan Alun-Alun Kota Batu. 5 Sisi utara yaitu persimpangan 109 m
METODE PENELITIAN (Jl. Diponegoro) Jl.Semeru dan sisi selatan yaitu
persimpangan Jl. Kawi
Metode penelitian terdiri atas metode 6 Jalur pedestrian yang 355 m
(Alun-Alun Kota mengelilingi taman Alun-Alun
pengumpulan data dan metode analisis data. Batu) Kota Batu
Metote pengumpulan data yang digunakan, yaitu Sumber: Hasil Pemikiran, 2021

170 Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022
Nia Amelia, Johannes Parlindungan Siregar, Deni Agus Setyono

Metode Pengumpulan Data Variabel


Sub
Indikator Sumber
Variabel
Metode pengumpulan data primer Pelaku • Pengguna • Adhitama
Aktivitas jalur (2013)
dilakukan melalui survei primer dan data pedestrian • Hartati dan
sekunder melalui survei sekunder. Survei Primer Ernawati
dilakukan dengan observasi dan wawancara. (2019)
Lingkungan Ruang • Jenis Ruang • Marhendra,
Sedangkan survei sekunder dilakukan dengan • Hubungan Wulandari,
pengumpulan data dari instansi terkait. Berikut ruang dan
merupakan langkah-langkah dalam melakukan Pamungkas
(2014)
pengumpulan data pada saat observasi lapangan: • Hartati dan
1. Membuat peta dasar dengan citra yang Ernawati
terbagi menjadi beberapa segmen. (2019)
Atribut • Jenis atribut • Marhendra,
2. Membuat daftar perilaku yang akan diamati ruang • Ukuran Wulandari,
serta menentukan simbol atau tanda sketsa atribut dan
perilaku. • Tata letak Pamungkas
atribut (2014)
3. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas • Hubungan • Hartati dan
dan perilaku dengan pembagian waktu 06.00- atribut Ernawati
(2019)
08.00 WIB, siang 13.00-15.00 WIB, dan sore
18.00-20.00 WIB. Kemudian mencatat
berbagai perilaku yang terjadi di tempat Berikut merupakan cara dalam
tersebut dengan menggunakan simbol-simbol melakukan analisis perilaku pejalan kaki (place
di peta dasar yang telah disiapkan. centered mapping), yaitu melakukan penafsiran
data dengan menunjukkan kaitan pola perilaku
Metode Analisis Data pejalan kaki dengan jalur pedestrian tersebut
Analisis Perilaku Pejalan Kaki (Place Centered beserta bagaimana pejalan kaki memanfaatkan
Mapping) fasilitas-fasilitas di dalamnya. Selain itu, terdapat
persepsi kelompok rentan dalam menggunakan
Analisis deskriptif ini digunakan untuk fasilitas jalur pedestrian tersebut yang digunakan
mengidentifikasi bagaimana pejalan kaki sebagai informasi terkait bagaimana kelompok
memanfaatkan, menggunakan, dan rentan dalam menggunakan fasilitas jalur
mengakomodasi perilakunya terhadap pedestrian tersebut. Persepsi kelompok rentan
penggunaan fasilitas jalur pedestrian (Fitria, tersebut didapatkan dari data hasil wawancara.
2018). Output dari analisis ini berupa perilaku Kemudian perilaku pejalan kaki dan persepsi
pejalan kaki selama memanfaatkan fasilitas- tersebut dikaitkan dengan konsep desain
fasilitas yang ada di jalur pedestrian dan universal. Berikut merupakan prinsip-prinsip
intensitas penggunaan ruang pada jalur desain universal yang digunakan dalam
pedestrian. Teknik yang digunakan dalam analisis mengidentifikasi perilaku pejalan kaki saat
ini yaitu place centered mapping. Teknik ini memanfaatkan jalur pedestrian dan fasilitas
menekankan pada pergerakan manusia pada penunjangnya (The Center for Universal Design,
suatu periode waktu tertentu. Pada analisis place 1997):
centered mapping ini variabel yang digunakan 1. Equitable use adalah kesetaraan penggunaan
yaitu aktivitas dan lingkungan. jalur pedestrian dan fasilitas penunjangnya.
Tabel 2. Variabel Place Centered Mapping
Sub
2. Flexibility in use adalah fleksibilitas dalam
Variabel Indikator Sumber penggunaan jalur pedestrian dan fasilitas
Variabel
Aktivitas Jenis • Aktivitas • Marhendra, penunjangnya.
Aktivitas proses: Wulandari,
berjalan dan
3. Simple and intituitive use adalah
• Aktivitas Pamungkas kesederhanaan dan kemudahan penggunaan
kontak fisik: (2014) jalur pedestrian dan fasilitas penunjangnya
berkumpul • Adhitama
• Aktivitas (2013)
4. Perceptible informtion adalah informasi yang
transisi: • Zhang dan memadai pada jalur pedestrian dan fasilitas
duduk, Lawson penunjangnya
menyebrang (2009)
, dan • Hartati dan
5. Tolerance of error adalah toleransi terhadap
berdiri/diam Ernawati kesalahan dalam penggunaan jalur pedestrian
(2019) dan fasilitas penunjangnya.

Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022 171
IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU

6. Prinsip low physical effort adalah upaya fisik


yang rendah terhadap penggunaan jalur
pedestrian dan fasilitas penunjangnya.
7. Size and space for approach and use adalah
desain yang ukuran dan ruangnya cukup untuk
beraktivitas .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alun-alun Kota Batu merupakan kawasan Gambar 2. Intensitas Penggunaan Ruang Jalur
ruang publik yang terletak di pusat Kota Batu. Pedestrian Di Kawasan Alun-Alun Kota Batu
Alun-alun Kota Batu berada di Kelurahan Sisir c. Ruang
Kecamatan Batu Kota Batu. Alun-Alun Kota Batu Pemanfaatan ruang untuk masing-masing
memiliki luas ± 0,3 Ha. Alun-alun Kota Batu segmen adalah sebagai berikut
merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi Segmen 1 : Untuk menunjang aktivitas
sebagai kegiatan rakyat dan rekreatif dan peribadatan, perdagangan, dan rekreasi.
ditetapkan sebagai kawasan strategis Segmen 2 : Untuk menunjang aktivitas
pertumbuhan ekonomi (Rencana Tata Ruang pelayanan umum, perdagangan dan jasa,
Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030). Kawasan kesehatan.
Alun-Alun Kota Batu menjadi pusat perbelanjaan Segmen 3 : Untuk menunjang aktivitas
dengan guna lahan yang dominan berupa perdagangan dan jasa.
perdagangan dan jasa. Selain itu, kawasan Alun- Segmen 4 : Untuk menunjang aktivitas
alun Kota Batu secara khusus dan prioritas akan perdagangan dan jasa.
dikembangkan jalur pedestrian. Berikut Segmen 5 : Untuk menunjang aktivitas
merupakan penggunaan lahan di Kawasan Alun- perdagangan dan jasa.
Alun Kota Batu. Segmen 6 : Untuk menunjang aktivitas
rekreasi.
Analisis Perilaku Pejalan Kaki (Place Centered d. Atribut Ruang
Mapping) Atribut ruang yang ada di kawasan Alun-Alun
Penggunaan ruang jalur pedestrian di Kota Batu yang ada di semua segmen adalah
kawasan Alun-Alun Kota Batu dijabarkan sesuai lampu penerangan dan rambu lalu lintas,
dengan variabel yang sebelumnya disusun. sedangkan untuk tempat duduk dan bollard
Berikut merupakan penggunaan ruang jalur hanya tersedia pada segmen 1 dan segmen 6.
pedestrian di Kawasan Alun-Alun Kota Batu dapat Jalur pemandu yang seharusnya ada pada
diketahui sebagai berikut: setiap jalur pedestrian hanya tersedia pada
a. Aktivitas segmen 1 dan segmen 5. Untuk
Aktivitas di kawasan Alun-Alun Kota Batu penyeberangan hanya tersedia pada segmen 1
terbagi menjadi tiga jenis aktivitas, yaitu dan segmen 5. Tempat sampah hanya tidak
aktivitas proses (berjalan), aktivitas kontak tersedia pada segmen 4.
fisik (berkumpul), dan aktivitas transisi Hubungan ruang merupakan kesinambungan
(duduk, menyeberang, berdiri/diam). Aktivitas antara lingkungan dan aktivitas yang terjadi.
proses memiliki persentase tertinggi yaitu Berikut merupakan hubungan yang terbentuk
sebesar 49%, aktivitas kontak fisik sebesar antara lingkungan dan aktivitas pejalan kaki di
22%, dan aktivitas transisi sebesar 29%. Kawasan Alun-Alun Kota Batu:
b. Pelaku Aktivitas Segmen 1
Berdasarkan data observasi di lapangan dapat
diperoleh intensitas penggunaan ruang pada - Pejalan kaki berjalan menghindari barang
kawasan Alun-Alun Kota Batu. Berikut dagangan dari aktivitas perdagangan dan jasa
merupakan jumlah pelaku aktivitas pada dan bahkan mereka lebih nyaman berjalan di
masing-masing segmen di Kawasan Alun-Alun atas badan jalan terutama pengguna kursi roda
Kota Batu: hal tersebut karena jalur pedestrian pada
segmen 1 memiliki lebar 1,75 m yang mana
seharusnya 2 m menurut konsep desain
universal. Selain itu, jalur pedestrian digunakan
untuk peletakan vegetasi, pot bunga, dan
tempat sampah membuat lebar jalur

172 Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022
Nia Amelia, Johannes Parlindungan Siregar, Deni Agus Setyono

pedestrian tidak efektif serta kerusakan pada - Pejalan kaki tidak terlihat kepanasan saat
material permukaan jalur pedestrian membuat berjalan di segmen ini karena segmen ini
ruang jalur pedestrian belum memenuhi dilengkapi dengan vegetasi dan di atasnya
kesetaraan penggunaan jalur pedestrian, terdapat kanopi dari bangunan di sampingnya.
belum memenuhi ketersediaan ruang yang - Pejalan kaki (orang dewasa dan anak-anak)
cukup untuk beraktivitas, belum memberikan duduk di bawah pohon dengan tempat duduk
kesederhanaan dan kemudahan pejalan kaki yang tersedia dan terlihat bahwa tidak
dalam mengakses jalur pedestrian serta tidak terdapat masalah dengan ketinggian dari
memberikan toleransi terhadap kesalahan. tempat duduk karena ketinggiannya dapat
- Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian dijangkau. Namun, untuk penyandang
membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki disabilitas utamanya pengguna kursi roda tidak
untuk berjalan secara mandiri khususnya ditemui menggunakan tempat duduk karena
tunanetra karena jalur pedestrian tidak penyandang disabilitas kesulitan dalam
memberikan informasi yang memadai karena menjangkau jalur pedestrian yang tanpa ramp.
ruang pejalan kaki yang terdapat banyak - Jumlah tempat sampah yang tidak merata di
hambatan. sepanjang jalur pedestrian membuat pejalan
- Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan kaki kesulitan dalam menemukan tempat
kereta dorong kesulitan karena tidak adanya sampah di titik tertentu sehingga pejalan kaki.
ramp untuk mengakses jalur pedestrian Namun, pejalan kaki tidak membuang sampah
sehingga mereka menggunakan badan jalan secara sembarangan karena mereka berusaha
untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu, menemukan letak tempat sampah untuk
segmen ini belum memenuhi kesetaraan membuang sampah yang mereka bawa.
penggunaan. Karena kesulitan inilah membuat jumlah
- Pejalan kaki kesulitan saat berjalan tempat sampah tidak memenuhi kesetaraan
menggunakan jalur pedestrian di sisi selatan penggunaan jalur pedestrian.
utamanya pengguna kursi roda, kereta dorong, - Ketinggian dari tempat sampah mudah
pengguna kruk, dan lansia karena ketinggian dijangkau oleh anak-anak dan pengguna kursi
jalur pedestrian tersebut sulit dijangkau karena roda sehingga hal ini memenuhi
tidak dilengkapi dengan undakan tangga yang kesederhanaan dalam penggunaan fasilitas
memadai sehingga dapat mengancam yang ada di jalur pedestrian.
keselamatan pejalan kaki sehingga kesetaraan
Segmen 2
penggunaan dalam pemanfaatan jalur
pedestrian belum terpenuhi. - Pejalan kaki berjalan menghindari barang
- Ketika menyeberang hanya sedikit pejalan kaki dagangan dari aktivitas perdagangan dan jasa
(orang dewasa) yang memanfaatkan tombol dan bahkan mereka lebih nyaman berjalan di
penyeberangan sedangkan hanya sedikit anak- atas badan jalan terutama pengguna kursi roda
anak yang ditemui memanfaatkan tombol hal tersebut karena jalur pedestrian pada
penyeberangan dan banyak dari mereka yang segmen 2 memiliki lebar 1,2 m yang mana
menyeberang di titik yang tidak dilengkapi seharusnya 2 meter menurut konsep desain
dengan fasilitas penyeberangan. Keberadaan universal. Selain itu, jalur pedestrian digunakan
tombol penyeberangan seharusnya dilengkapi untuk peletakan tempat sampah membuat
dengan petunjuk penggunaan dan huruf braille lebar jalur pedestrian tidak efektif serta adanya
sehingga efektif dalam menyampaikan saluran drainase yang terbuka dan rusaknya
informasi sehingga pejalan kaki akan mengerti material permukaan jalur pedestrian membuat
fungsi tombol penyeberangan tersebut dan ruang jalur pedestrian belum memenuhi
memanfaatkan dengan maksimal serta dapat kesetaraan penggunaan jalur pedestrian,
megakomodasi berbebagai preferensi pejalan belum memenuhi ketersediaan ruang yang
kaki utamanya tunanetra. cukup untuk beraktivitas, belum memberikan
- Selain itu, fasilitas penyeberangan ini tidak kesederhanaan dan kemudahan pejalan kaki
dilengkapi dengan ubin peringatan sebagai dalam mengakses jalur pedestrian serta tidak
tanda berhenti untuk menyampaikan informasi memberikan toleransi terhadap kesalahan.
bahwa terdapat fasilitas penyeberangan - Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian
sehingga hal tersebut menyulitkan tunanetra membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki
untuk menemukan titik penyeberangan. untuk berjalan secara mandiri khususnya

Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022 173
IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU

tunanetra karena jalur pedestrian tidak Segmen 3


memberikan informasi yang memadai karena
- Pejalan kaki berjalan menghindari barang
ruang pejalan kaki yang terdapat banyak
dagangan dari aktivitas perdagangan dan jasa
hambatan.
dan bahkan mereka lebih nyaman berjalan di
- Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan
atas badan jalan terutama pengguna kursi roda
kereta dorong kesulitan karena tidak adanya
hal tersebut karena jalur pedestrian pada
ramp untuk mengakses jalur pedestrian
segmen 3 memiliki lebar 1,5 m yang mana
sehingga mereka menggunakan badan jalan
seharusnya 2 m menurut konsep desain
untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu,
universal. Selain itu, jalur pedestrian digunakan
segmen ini belum memenuhi kesetaraan
untuk parkir kendaraan serta jalur pedestrian
penggunaan.
yang naik turun dan rusaknya material
- Pejalan kaki kesulitan dalam mengakses
permukaan jalur pedestrian membuat ruang
informasi dan membutuhkan upaya fisik yang
jalur pedestrian belum memenuhi kesetaraan
tinggi dalam mengakses jalur pedestrian.
penggunaan jalur pedestrian, belum
Selain itu, tunanetra akan kesulitan
memenuhi ketersediaan ruang yang cukup
menemukan tempat sampah dan tempat
untuk beraktivitas, belum memberikan
duduk. Hal tersebut disebabkan karena tidak
kesederhanaan dan kemudahan pejalan kaki
tersedianya jalur pemandu.
dalam mengakses jalur pedestrian serta tidak
- Pejalan kaki menyeberang secara
memberikan toleransi terhadap kesalahan.
sembarangan karena tidak tersedianya fasilitas
- Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian
penyeberangan padahal pada segmen ini juga
membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki
dilewati kendaraan sehingga hal ini akan
untuk berjalan secara mandiri khususnya
menyulitkan tunanetra dalam menyeberang
tunanetra karena jalur pedestrian tidak
apabila tidak dilengkapi dengan rambu
memberikan informasi yang memadai karena
penyeberangan disertai huruf braille dan jalur
ruang pejalan kaki yang terdapat banyak
pemandu dengan ubin peringatan sebagai
hambatan.
tanda berhenti. Penyediaan braille dan jalur
- Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan
pemandu ini merupakan wujud memenuhi
kereta dorong kesulitan karena tidak adanya
fleksibilitas penggunaan jalur pedestrian
ramp untuk mengakses jalur pedestrian
utamanya untuk mengakomodasi kebutuhan
sehingga mereka menggunakan badan jalan
tunanetra.
untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu,
- Terdapat pejalan kaki yang berjalan sambil
segmen ini belum memenuhi kesetaraan
menundukkan kepalanya saat terkena terik
penggunaan.
matahari. Hal ini karena pada segmen ini
- Pejalan kaki kesulitan dalam mengakses
ketersediaan vegetasi tidak merata dan jenis
informasi dan membutuhkan upaya fisik yang
vegetasi yang ada belum memberikan
tinggi dalam mengakses jalur pedestrian.
kontribusi estetika pada jalur pedestrian ini.
Selain itu, tunanetra akan kesulitan
- Pada malam hari pejalan kaki memanfaatkan
menemukan tempat sampah dan tempat
badan jalan untuk berjalan di sekitar kawasan
duduk. Hal tersebut disebabkan karena tidak
PKL karena pada saat malam hari jalan tersebut
tersedianya jalur pemandu.
ditutup dikhususkan untuk PKL berjualan.
- Pada malam hari pejalan kaki memanfaatkan
- Tidak terlihat pejalan kaki yang duduk
badan jalan untuk berjalan di jalan ini karena
disepanjang segmen ini karena tidak tersedia
jalur pedestrian berada di belakang PKL.
tempat duduk.
Namun, karena beberapa kendaraan melewati
- Pejalan kaki terlihat kesulitan saat menemukan
jalan ini maka dapat mengancam keselamatan
tempat sampah sehingga ditemukan beberapa
pejalan kaki utamanya penyandang tunanetra
sampah yang dibuang secara sembarangan
dan pengguna kursi roda.
akibatnya kemenarikan dari jalur pedestrian
- Pejalan kaki menyeberang secara
berkurang. Namun, terdapat pejalan kaki yang
sembarangan karena tidak tersedianya fasilitas
berusaha menemukan letak tempat sampah
penyeberangan padahal pada segmen ini juga
untuk membuang sampah yang mereka bawa.
dilewati kendaraan sehingga hal ini akan
Karena kesulitan inilah membuat jumlah
menyulitkan tunanetra dalam menyeberang
tempat sampah tidak memenuhi kesetaraan
apabila tidak dilengkapi dengan rambu
penggunaan jalur pedestrian.

174 Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022
Nia Amelia, Johannes Parlindungan Siregar, Deni Agus Setyono

penyeberangan disertai huruf braille dan jalur untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu,
pemandu dengan ubin peringatan sebagai segmen ini belum memenuhi kesetaraan
tanda berhenti. Penyediaan braille dan jalur penggunaan.
pemandu ini merupakan wujud memenuhi - Pejalan kaki kesulitan dalam mengakses
fleksibilitas penggunaan jalur pedestrian informasi dan membutuhkan upaya fisik yang
utamanya untuk mengakomodasi kebutuhan tinggi dalam mengakses jalur pedestrian.
tunanetra. Selain itu, tunanetra akan kesulitan
- Terdapat pejalan kaki yang berjalan sambil menemukan tempat sampah dan tempat
menundukkan kepalanya saat terkena terik duduk. Hal tersebut disebabkan karena tidak
matahari. Hal ini karena pada segmen ini tidak tersedianya jalur pemandu.
tersedia vegetasi yang memberikan kontribusi - Pejalan kaki tidak terlihat kepanasan saat
estetika pada jalur pedestrian ini. berjalan di segmen ini karena segmen ini
- Tidak terlihat pejalan kaki yang duduk dilengkapi dengan vegetasi dan di atasnya
disepanjang segmen ini karena tidak tersedia terdapat kanopi dari bangunan di sampingnya.
tempat duduk. - Pejalan kaki menyeberang seperti biasa,
- Pejalan kaki kesulitan dalam menemukan namun laju kendaraan yang cukup ramai
tempat sampah di kawasan sekitar PKL membuat pejalan kaki membutuhkan waktu
sehingga ditemukan beberapa sampah yang yang cukup lama untuk menyeberang. Tidak
dibuang secara sembarangan akibatnya adanya ubin peringatan yang menyampaikan
kemenarikan dari jalur pedestrian berkurang. informasi tanda berhenti membuat tunanetra
Selain itu, karena kesulitan inilah membuat kesulitan dalam mengakses penyeberangan.
jumlah tempat sampah tidak memenuhi Selain itu, penyeberangan ini tidak dilengkapi
kesetaraan penggunaan jalur pedestrian. dengan ramp sehinga akan menyulitkan
pengguna kursi roda dan kereta dorong untuk
Segmen 4
mengakses jalur pedestrian tersebut.
- Pejalan kaki berjalan menghindari barang - Tidak terlihat pejalan kaki yang duduk
dagangan dari aktivitas perdagangan dan jasa disepanjang segmen ini karena tidak tersedia
dan bahkan mereka lebih nyaman berjalan di tempat duduk. Pejalan kaki kesulitan dalam
atas badan jalan terutama pengguna kursi roda menemukan tempat sampah di kawasan
meskipun pada segmen ini memiliki lebar 3,6 m sekitar PKL sehingga ditemukan beberapa
yang mana sudah sesuai 2 dengan konsep sampah yang dibuang secara sembarangan
desain universal yang minimal memiliki lebar 2 akibatnya kemenarikan dari jalur pedestrian
meter. Selain itu, jalur pedestrian digunakan berkurang. Selain itu, karena kesulitan inilah
untuk peletakan vegetasi yang berada di membuat jumlah tempat sampah tidak
tengah jalur pedestrian dan kerusakan pada memenuhi kesetaraan penggunaan jalur
beberapa titik membuat ruang jalur pedestrian.
pedestrian belum memenuhi kesetaraan
Segmen 5
penggunaan jalur pedestrian, belum
memenuhi ketersediaan ruang yang cukup - Pejalan kaki berjalan menghindari barang
untuk beraktivitas, belum memberikan dagangan dari aktivitas perdagangan dan jasa
kesederhanaan dan kemudahan pejalan kaki dan bahkan mereka lebih nyaman berjalan di
dalam mengakses jalur pedestrian serta tidak atas badan jalan terutama pengguna kursi roda
memberikan toleransi terhadap kesalahan. hal tersebut karena jalur pedestrian pada
- Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian segmen 5 memiliki lebar 1,2 m yang mana
membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki seharusnya 2 meter menurut konsep desain
untuk berjalan secara mandiri khususnya universal. Selain itu, jalur pedestrian digunakan
tunanetra karena jalur pedestrian tidak untuk peletakan tempat sampah, dan pot
memberikan informasi yang memadai karena bunga sehingga membuat lebar jalur
ruang pejalan kaki yang terdapat banyak pedestrian tidak efektif serta adanya material
hambatan. permukaan jalur pedestrian yang rusak
- Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan membuat ruang jalur pedestrian belum
kereta dorong kesulitan karena tidak adanya memenuhi kesetaraan penggunaan jalur
ramp untuk mengakses jalur pedestrian pedestrian, belum memenuhi ketersediaan
sehingga mereka menggunakan badan jalan ruang yang cukup untuk beraktivitas, belum

Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022 175
IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU

memberikan kesederhanaan dan kemudahan - Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan
pejalan kaki dalam mengakses jalur pedestrian kereta dorong kesulitan karena tidak adanya
serta tidak memberikan toleransi terhadap ramp untuk mengakses jalur pedestrian
kesalahan. sehingga mereka menggunakan badan jalan
- Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu,
membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki segmen ini belum memenuhi kesetaraan
untuk berjalan secara mandiri khususnya penggunaan.
tunanetra karena jalur pedestrian tidak - Hambatan yang ada membuat jalur pedestrian
memberikan informasi yang memadai karena membahayakan dan menyulitkan pejalan kaki
ruang pejalan kaki yang terdapat banyak untuk berjalan secara mandiri khususnya
hambatan. tunanetra karena jalur pedestrian tidak
- Pejalan kaki yang menggunakan kursi roda dan memberikan informasi yang memadai karena
kereta dorong kesulitan karena tidak adanya ruang pejalan kaki yang terdapat banyak
ramp untuk mengakses jalur pedestrian hambatan.
sehingga mereka menggunakan badan jalan - Pejalan kaki (orang dewasa dan anak-anak)
untuk mengakses segmen ini. Oleh karena itu, duduk di bawah pohon dengan tempat duduk
segmen ini belum memenuhi kesetaraan yang tersedia dan terlihat bahwa tidak
penggunaan. terdapat masalah dengan ketinggian dari
- Pejalan kaki tidak terlihat kepanasan saat tempat duduk karena ketinggiannya dapat
berjalan di segmen ini karena segmen ini dijangkau. Namun, untuk penyandang
dilengkapi dengan vegetasi dan di atasnya disabilitas utamanya pengguna kursi roda
terdapat kanopi dari bangunan di sampingnya. tidak ditemui menggunakan tempat duduk
- Pejalan kaki menyeberang seperti biasa, karena penyandang disabilitas kesulitan
namun laju kendaraan yang cukup ramai dalam menjangkau jalur pedestrian yang
membuat pejalan kaki membutuhkan waktu tanpa ramp.
yang cukup lama untuk menyeberang. Tidak - Pejalan kaki tidak merasa nyaman dengan
adanya ubin peringatan yang menyampaikan tempat duduk yang terbuat dari besi karena
informasi tanda berhenti membuat tunanetra jarak antar pipa besinya terlalu renggang
kesulitan dalam mengakses penyeberangan. sehingga tidak nyaman untuk digunakan.
Selain itu, penyeberangan ini tidak dilengkapi - Pejalan kaki sebagian ada yang menggunakan
dengan ramp sehinga akan menyulitkan bollard sebagai tempat duduk untuk
pengguna kursi roda dan kereta dorong untuk bersitirahat. Namun, bollard tersebut tidak
mengakses jalur pedestrian tersebut. aman untuk anak-anak karena bisa
- Tidak terlihat pejalan kaki yang duduk membahayakan apabila tidak diawasi oleh
disepanjang segmen ini karena tidak tersedia orang dewasa.
tempat duduk. - Pejalan kaki banyak yang berfoto di sisi selatan
- Pejalan kaki memanfaatkan tempat sampah dan sisi utara alun-alun.
dengan baik karena tidak terdapat sampah - Pejalan kaki membuang sampah pada tempat
yang berserakan. Ketinggian dari tempat sampah yang disediakan dan tidak terdapat
sampah mudah dijangkau oleh anak-anak dan kendala pada saat membuangnya. Ketinggian
pengguna kursi roda sehingga hal ini lubang tempat sampah mudah dijangkau oleh
memenuhi kesederhanaan dalam penggunaan pengguna kursi roda maupun anak-anak
fasilitas yang ada di jalur pedestrian. sehingga hal ini memenuhi kesederhanaan
dalam penggunaan fasilitas yang ada di jalur
Segmen 6
pedestrian. Namun, banyaknya sampah yang
- Desain dan ukuran ruang yang cukup, yaitu dihasilkan ternyata tidak tertampung dengan
lebar jalur pedestrian sebesar 275 cm yang baik pada tempat sampah sehingga terdapat
mana tempat sampah dan pot bunga yang sampah yang berserakan di sekitar tempat
berada di ruang bebas pejalan kaki dapat sampah.
memenuhi kesetaraan penggunaan jalur Perilaku pejalan kaki dalam penelitian ini
pedestrian. Namun, karena jalur pedestrian ini digambarkan melalui peta dimana dalam peta
tidak dilengkapi ramp membuat pengguna tersebut menjelaskan mengenai aktivitas dan
kursi roda dan kereta dorong kesulitan dalam atribut yang ada di jalur pedestrian. Berikut
mengakses jalur pedestrian.

176 Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022
Nia Amelia, Johannes Parlindungan Siregar, Deni Agus Setyono

merupakan beberapa gambaran perilaku pejalan


kaki di Kawasan Alun-Alun Kota Batu:

Gambar 6. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada


Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 4

Gambar 3. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada


Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 1
Gambar 7. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada
Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 5

Gambar 4. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada


Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 2
Gambar 8. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada
Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 6

Gambar 5. Peta Perilaku Pejalan Kaki Pada Gambar 4. Perilaku Pejalan Kaki Pada Ruang
Ruang Jalur Pedestrian Di Segmen 3 Jalur Pedestrian Di Segmen 2

Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022 177
IDENTIFIKASI PERILAKU PEJALAN KAKI PADA JALUR PEDESTRIAN DI KAWASAN ALUN-ALUN KOTA BATU

Pada nomor 1 menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA


seorang wanita berjalan di atas badan jalan
Al Karim, M. 2019. Analisis Fisik Penggunaan Jalur
karena menghindari kendaraan yang terparkir di
Pedestrian Sebagai Fasilias Publik Studi
jalur pedestrian. Nomor 2 menunjukkan bahwa
Kasus: Jalur Pedestrian di Penggal Jalan
seorang pria dan wanita beserta anak kecil
Pengeran Diponegoro, Kenari, Senen,
menyeberang di tempat yang tidak tersedia
Jakarta Pusat. Jurnal Planologi E-ISSN.
fasilitas penyeberangan. Nomor 3 menunjukkan
2615, 5257.
bahwa seorang wanita menghindari PKL yang
Atikah. 2017. Konsep Optimalisasi Pergerakan
menggunakan jalur pedestrian untuk berjualan.
Pejalan Kaki Di Wonokromo (Studi Kasus:
Nomor 4 menunjukkan bahwa pejalan kaki lebih
Koridor Jalan Raya Wonokromo, Jalan
memilih berjalan di atas badan jalan.
Stasiun Wonokromo, Dan Jalan Raya
Darmo. Institut Teknologi Sepuluh
KESIMPULAN
Nopember.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Fitria, T. A. 2018. Pengaruh Seting Ruang
mengenai identifikasi perilaku pejalan kaki pada Terhadap Perilaku Pengguna Dengan
jalur pedestrian di kawasan Alun-Alun Kota Batu Pendekatan Behavioral Mapping. Jurnal
dapat disimpulkan bahwa pejalan kaki masih Arsitektur Dan Perencanaan (JUARA). 1(2):
kesulitan saat menggunakan jalur pedestrian dan 183-206.
fasilitas penunjangnya. Hal tersebut ditunjukkan Mace, Ronald L, Graeme J Hardie, dan Jaine P
dengan beberapa perilaku antara lain pejalan kaki Place. 1991. Center for Accessible Housing
berjalan di atas badan jalan karena lebar jalur Toward Universal Design.
pedestrian yang tidak efektif, pejalan kaki Mauliani, L., Purwantiasning, A. W., dan Aqli, W.
kesulitan menemukan tempat sampah pada 2013. Kajian jalur pedestrian sebagai ruang
beberapa titik, pejalan kaki merasa kepanasan terbuka pada area kampus. Artikel Jurnal
saat berjalan di siang hari, pejalan kaki kesulitan Ilmiah Arsitektur NALARs, 12.
dalam menyeberang di tempat yang tidak Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun
terhubung dengan jalur pedestrian, pejalan kaki 2010-2030.
dengan kursi roda dan kereta dorong kesulitan Tanuwidjaja, G., Nadia, Y., dan Laurencia, M.
dalam mengakses jalur pedestrian karena tidak 2017. Desain Trotoar Yang Ramah Bagi
terdapat ramp, tidak tersedianya ubin peringatan Penyandang Disabilitas Di Jl. Frontage
dapat menyulitkan pejalan kaki tunanetra dalam Ahmad Yani Surabaya. In Seminar Nasional
menyeberang, hanya beberapa pejalan kaki yang Ilmu Terapan (SNITER). Vol. 1, No. 1,
menyeberang dengan menekan tombol The Center for Universal Design. 1997. The
penyeberangan, dan ketinggian jalur pedestrian Principles of Universal Design (Version 2.0).
yang cukup tinggi menyulitkan untuk North Carolina: North Carolina State
mengaksesnya. University.

178 Planning for Urban Region and Environment Volume 11, Nomor 1, Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai